NovelToon NovelToon

Sudden Mariage

1

Bekerjalah dengan giat agar kamu tidak direndahkan jika kamu memiliki banyak uang. Begitulah semboyan dari seorang gadis yang sudah sangat muak dengan hidup yang dia jalani.

Malam itu Lovata atau lebih sering dipanggil Atta baru selesai kerja. Dengan badan yang lelah dia berjalan menuju rumah kontrakan yang dia tinggali bersama ibunya. "Capek sekali.." keluh Atta sembari memijit pundaknya sendiri.

Atta berjalan kaki menuju rumahnya karena dia harus berhemat untuk biaya rumah sakit ibunya. Tiba-tiba dia mendengar suara yang sangat asing tak jauh darinya.

"Kemana dia? Kejar jangan sampai lolos." suara seseorang yang sepertinya sedang mencari seseorang.

Namun, tiba-tiba tanpa sengaja ada seorang pemuda yang menabrak Atta. Dengan gemetar pemuda tersebut meminta tolong Atta supaya mau menolongnya. "Tolong aku! Kalau kamu tolongin aku. Aku kasih kamu uang 1 milyar!" ucap pemuda tersebut dengan tubuh yang gemetar.

Wow, 1 milyar?

Atta pun mulai mempertimbangkan untuk menolong lelaki tersebut. Uang sebanyak itu bisa untuk biaya pengobatan ibunya. Tetapi, belum juga Atta menjawab. Tiba-tiba lelaki tersebut mendorong Atta ke sebuah gang sempit kemudian menciumnya dengan paksa.

"Kesana..." terdengar suara langkah kaki beberapa orang yang tak dikenal.

Begitu suara itu sudah tak terdengar, barulah pemuda tersebut melepaskan ciumannya. Dia juga sempat menghela nafasnya. Bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

"Hei!"

Plak! Plak!

Bagaimana kalau kamu tiba-tiba dicium oleh orang yang tak dikenal. Sudah pasti akan marah. Dan tamparan tersebut menandakan jika Atta sangatlah marah kepada pemuda tersebut.

"Aku minta maaf." ucap pemuda tersebut tidak marah sama sekali dengan tamparan yang mendarat di kedua pipinya.

Tapi, tiba-tiba pemuda itu merasa pusing dan tak bisa berjalan dengan normal. "Hei, kamu kenapa?" tanya Atta bingung.

Pemuda tersebut sudah setengah sadar. Dengan lirih dia meminta Atta untuk menolongnya. Atta pun masih ragu, meskipun pemyda itu kembali menjanjikan imbalan uang 1 milyar. Saat dia merasa bimbang. Tiba-tiba Atta kembali mendengar suara orang-orang yang mengejar pemuda tersebut.

"Ya, aku harus membantu dia. Dia pasti dalam keadaan sulit sekarang." bukan hanya karena imbalan yang dijanjikan sangatlah menggiurkan, tapi juga karena rasa kemanusiaan.

Mendengar suara itu semakin mendekat. Buru-buru Atta membawa pemuda tersebut ke rumah kontrakannya melalui jalan pintas yang sempit dan gelap. Dengan segera Atta membawa masuk lelaki itu kemudian menutup semua pintu dan jendela rapat-rapat.

Atta melempar pemuda yang setengah sadar tersebut ke sofa ruang tamu. Dia pun mulai menghela nafas berkali-kali karena capek. "Berat banget." keluhnya.

Saat Atta hendak mengambil minuman hangat untuk pemuda tersebut. Tiba-tiba pemuda itu meraih tangannya, kemudian menariknya sampai terjatuh.

"Akh.." tentu saja Atta kaget dengan apa yang lelaki itu lakukan.

"Aku nggak nyaman, tolong bantu aku!" lirih pemuda itu memohon.

Meskipun Atta menolak, tapi tetap saja dia tidak bisa melawan kekuatan pemuda tersebut. Padahal pemuda itu sudah setengah sadar. "Aku nggak mau!!" seru Atta menolak.

"Aku akan tanggung jawab." ucap pemuda itu lagi kemudian dia melakukannya dengan Atta.

Keesokan paginya, badan Atta terasa sakit semua. Dia kembali mengingat apa yang telah pemuda itu lakukan kepadanya. "Sial, dia pergi gitu aja setelah melakukannya. Dasar cowok brengs*k." umpat Atta sembari berusaha bangun dari tempat tidur. Semalam pemuda itu melakukan dengan sangat ganas, apalagi itu pengalaman pertama buat Atta.

Tetapi, mata Atta salfok dengan sebuah kertas kecil yang ada di meja kamarnya. Atta mengambil kertas yang ternyata sebuah kartu nama. Pemuda tersebut meninggalkan kartu namanya dan juga nomer pribadi untuk Atta.

"Ernes. Ternyata dia CEO." gumam Atta menahan sakit dipinggangnya.

Setelah mandi dan bersih-bersih. Atta pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Sudah beberapa minggu ibunya harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ginjalnya sudah terlalu parah dan harus segera mendapat transplantasi ginjal. Tetapi, Atta juga tidak memiliki uang sebanyak itu.

Ayahnya? Jangan ditanya!

Lelaki brengs*k itu telah menipu ibunya waktu masih muda sampai ibunya hamil. Dia mengaku masih single waktu mendekati ibunya padahal kenyataannya dia adalah seorang lelaki beristri yang sudahblama menikah namun belum dikaruniai keturunan.

"Ah, laper banget. Oh iya semalam aku belum makan sama sekali, pantesan lapar banget." Atta pun segera mencari sarapan untuk dirinya dan juga ibunya.

Di salah satu kamar rumah sakit kelas 2. Seorang wanita paruh baya sedang memarahi salah satu pasien. "Kamu pikir dengan pura-pura sakit seperti ini, mas Dika akan peduli sama kamu? Jangan mimpi!" ucap wanita paruh baya itu.

"Dasar wanita tak tahu malu." umpat wanita itu lagi.

"Tanti, aku sama sekali nggak ingin narik perhatian mas Dika. Lagipula waktu itu mas Dika yang nggak mau jujur kalau dia sudah punya istri." ucap wanita yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

"Halah, emang dasarnya kamu aja yang murah*n.." umpat Tanti lagi.

"Aku nggak seperti itu Tanti, uhuk," Susi masih tidak terima dengan tuduhan Tanti.

"Kamu itu pelakor, wanita nggak tahu malu. Anak kamu juga sama seperti kamu, murah*n.."

"Keluar dari sini! Aku tak masalah jika kamu nuduh aku bahkan ngatain aku, tapi jangan pernah hina anakku!" Susi sudah tidak tahan dengan penghinaan Tanti. Tak apa jika dia dihina, karena mungkin dia memang salah. Tapi, Susi tidak rela jika anaknya yang tak tahu apa-apa juga dihina oleh Tanti.

"Keluar! Suster, tolong bawa nyonya ini keluar!" ucap Susi memanggil suster.

Plak!

Tanti tidak terima dia diusir oleh Susi. Dia pun menampar Susi dengan cukup keras. Tanti kembali mengangkat tangannya hendak memukul Susi kembali. Namun tangannya ditahan oleh Atta yang sudah berada di luar ruangan cukup lama.

"Berani sentuh ibuku, aku patahkan tangan kamu!" ancam Atta dengan marah.

Atta mendorong Tanti menjauh dari ranjang ibunya. Dia bertanya apakah ibunya baik-baik saja. Ibunya hanya menganggukan kepalanya dengan sedih. "Ibu nggak apa-apa." katanya pelan.

"Dasar orang-orang tak tahu malu." Tanti kembali menghina Susi dan anaknya.

"Mending tante pergi deh, sebelum aku gelap mata!" ucap Atta, dia malas meladeni Tanti sebenarnya. Karena apa yang Tanti permasalahkan hanya itu-itu saja.

"Beraninya kamu usir aku. Oke kita buktiin siapa yang akan diusir dari rumah sakit ini." ucap Tanti dengan kesal. Kemudian Tanti berteriak memanggil suster, dia memerintahkan suster untuk mengeluarkan ibunya Atta dari rumah sakit, karena tagihannya juga sudah menumpuk. Belum lagi dia juga memiliki saham di yayasan rumah sakit tersebut.

Setengah jam kemudian, Susi sudah berada diluar rumah sakit. Atta memohon agar pihak rumah sakit memberinya keringanan. Namun, pengaruh Tanti lebih kuat darinya.

"Tolong pindahkan ibuku ke ruangan vvip!" ucap Atta tak masuk akal.

Tentu saja perkataan Atta tersebut membuat Tanti terbahak. Dia kembali menghina Atta karena telah sombong. "Tagihan kemarin aja belum kelar, mau pindahin ibu kamu ke ruang vvip, duit darimana?" hina Tanti dengan terbahak.

"Aku akan tutup mulut busuk kamu, lihat saja!" Atta pun meminta izin untuk menelepon seseorang.

Ya, dia menghubungi lelaki yang semalam dia tolong. Lelaki itu berjanji akan memberinya uang 1 milyar. Atta ingin menagihnya sekarang.

2

Ernes yang sedang sibuk dengan pekerjaannya menerima sebuah panggilan telepon dari nomer yang tidak dia kenal. Dia ingin menolak panggilan tersebut, namun takutnay jika panggilan itu penting karena nomer tersebut menelepon berulang kali. Sampai akhirnya Ernes memutuskan untuk menerima telepon tersebut.

"Ya." ucapnya.

"Heh kampret kenapa lama sekali angkat teleponnya!" seru Atta dari balik telepon. Saking kerasnya suara Atta, Ernes sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya. Takut telinganya sakit karena teriakan Atta.

"Kamu wanita yang nolongin aku semalem?" tanya Ernes.

"Ya. Aku mau tagih janji kamu. Tapi, aku nggak mau uang."

"Terus?" Ernes mengerutkan keningnya. Dia tak tahu apa yang akan diminta oleh wanita tersebut.

"Aku ingin kamu nikahin aku!"

"Nggak bisa!" jawab Ernes dengan cepat.

Semalam dia dikejar karena menolak perjodohan dari mamanya karena masih belum mau menikah. Gila aja wanita yang baru dia kenal itu justru minta dia nikahin. Tentu saja Ernes akan langsung menolak.

"Nggak bisa? apa maksud kamu nggak bisa? Kamu udah tidurin aku dan bilang akan tanggung jawab, apa kamu nggak mikir, apa masih ada lelaki yang mau sama wanita yang udah nggak perawan. Kenapa kamu tega hancurin masa depanku padahal aku tolongim kamu kemarin." seru dengan marah dan menangis. Terdengar dari suaranya yang serak.

"Hais, oke-oke. Kita akan menikah." akhirnya Ernes menyerah. Dia juga merasa salah telah melakukan hal tersebut kepada wanita itu.

"Tapi, aku mau tanya satu hal. Kenapa tiba-tiba ingin nikah sama aku?" Ernes mengajukan pertanyaan yang membuat dia penasaran kenapa wanita itu mengubah pikirannya.

"Karena kalau jadi istri kamu, setidaknya aku dapat lebih dari 1 milyar." jawaban yang lugas dan terus terang dari Atta membuat Ernes seketika menjadi kecewa. Sampai akhirnya dia berpikir jika semua wanita itu sama aja. Mereka hanya menginginkan hartanya.

"Oh, baiklah. Aku bisa kasih kamu segalanya tapi tidak untuk hatiku." ucap Ernes dengan kecewa. Entah kenapa dia merasa kecewa dengan jawaban Atta.

"Aku juga nggak menginginkan hati kamu. Tapi, ada satu hal yang aku ingin kamu mengurusnya!"

"Apa?"

Atta menceritakan apa yang terjadi dengan ibunya. Dia memberitahu juga alasan kenapa ibunya dibawa keluar dari rumah sakit.

"Rumah sakit apa?"

"Rumah sakit yang ada di jalan merdeka."

Ernes terdiam. Dia ingat beberapa waktu lalu yayasan rumah sakit tersebut telah mengajukan proposal agar Ernes mau menanam modal di rumah sakit tersebut. Namun, Ernes belum tertarik untuk mengembangkan bisnis di dunia medis.

"Kamu tunggu saja!" Ernes lalu mematikan teleponnya.

Speuluh menit kemudian, kepala rumah sakit tersebut menghampiri Atta dan juga ibunya. Dia meminta suster untuk menyiapkan kamar yang terbaik untuk Susi. Kepala rumah sakit juga telah menjadwalkan operasi untuk ibunya Atta.

"Serius dok? Ibu saya udah dapat donor ginjal?" Atta sungguh masih tak percaya dengan apa yang kepala rumah sakit katakan.

"Iya. Kita akan jadwalkan segera operasi ibu anda." ucap kepala rumah itu yang membuat Atta bahagia bukan main.

Susi di bawa masuk kembali dan dipindah ke kamar vvip sesuai permintaan Atta sebelumnya. Susi pun kaget, bagaimana anaknya bisa melakukan hal tersebut.

"Atta, gimana caranya kamu bayar ini semua nak? Ibu tahu ini nggak murah." tanya Susi dengan cemas.

"Aku yakin anak kamu ini pasti jadi simpanan om-om, kalau nggak, dapet dari mana uang sebanyak itu?" sahut Tanti yang ternyata masih berada di rumah sakit tersebut.

"Ngaku aja kamu jadi simpanan kan?" Tanti yang kesal karena kalah dari Atta pun mendorong tubuh Atta.

"Jaga ya mulut tante!" Atta tidak terima dengan tuduhan Tanti. Dia pun mendorong Tanti dan terjadilah keributan diruangan tersebut. Sampai suster-suster harus turun tangan memisahkan mereka berdua.

Susi yang tidak tahan mendengar hinaan Tanti ke anaknya pun mulai ikutan marah. Sampai akhirnya dia tidak kuat menahan amarah dan kemudian pingsan.

Melihat ibunya yang pingsan membuat Atta kembali naik pitam. Dia kembali menyerang Tanti, menjambak dan mendorongnya keluar dari ruangan rawat ibunya.

"Pergi kamu! Jangan pernah ganggu ibuku lagi!" Atta benar-benar geram dengan Tanti yang selalu saja mencari masalah kepadanya dan ibunya.

"Dasar jal*ng, kamu sama saja seperti ibu kamu!" seru Tanti dengan marah. Dia tidak menyangka jika Atta berani menjambaknya.

"Huss pulang! Jangan kesini lagi, kamu tidak dibutuhkan disini!" ucap Atta dengan gaya tengil.

"Kalau bukan ayah kamu yang maksa aku kesini, aku juga sudi untuk kesini."

"Bilang sama lelaki brengs*k itu, mulai hari ini aku dan ibuku tidak membutuhkan belas kasihannya lagi! Husss pergi!" Atta menggerakan tangannya seperti mengusir seekor ayam.

"Dasar anak jal*ng!" seru Tanti yang semakin marah karena pihak rumah sakit juga memintanya untuk meninggalkan rumah sakit agar tidak menimbulkan keributan.

Atta meraih tangan ibuku sembari menangis, memohon agar ibunya cepat sadar. "Buk, jangan tinggalin aku sendiri!" lirihnya sembari menangis.

Tak selang beberapa lama, ibunya pun mulai tersadar. Hanya saja, ibunya masih marah dan tidak mau bicara dengan dia. Ibunya tidak mau menatapnya, membuat Atta menjadi sedih.

Atta memeluk ibunya yang tidak mau melihatnya. "Buk, jangan marah dong sama aku! Apa yang dikatakan tante Tanti itu hanyalah omong kosong. Aku bukan simpanan." ucap Atta.

"Lalu darimana kamu punya uang sebanyak itu?" tanya Susi masih marah.

"Calon menantu ibu kan pengusaha kaya. Dia yang biayai semua pengobatan ibu." jawab Atta dengan tersenyum.

Awalnya dia ingin menyembunyikan hubungannya dengan Ernes dari ibunya. Takut jika ibunya khawatir dan kecewa karena dia menikah akibat insiden yang tak terduga.

"Calon menantu?"

"Hmm," Atta menganggukan kepalanya.

"Ibu mau ngomong sama dia? Biar aku telepon dia." Atta pun kembali menelepon Ernes.

Kebetulan Ernes sedang tidak sibuk. Dia hanya sedang memeriksa dokumen yang harus dia tanda tanganin. Senyuman mengembang dibibirnya.

"Kenapa? kangen?" tanya Ernes sembari menyilangkan kakinya.

"Hmm, ibuku ingin ngomong sama kamu."

"Ngomong sama aku?"

"Dia nggak percaya kalau kalau calon suami aku. Dia mengira jika aku simpanan om-om kaya." gerutu Atta.

"Coba kasih teleponnya ke ibu kamu!"

"Hallo, bu. Ini aku Ernes calon suami anak ibu. Gimana, ibu sudah dapat kamar yang layak kan?" tanya Ernes dengan begitu lembut dan sopan.

"Ka..mu beneran calon suami Atta?" tanya ibu Atta masih belum percaya. Karena selama ini Atta belum pernah membawa pulang teman cowoknya selain teman sekolahnya, Andre.

"Iya bu, kenalin nama aku Ernes."

"Kamu pasti dipaksa Atta ya untuk nikah sama dia?" tanya Susi sembari memukul lengan Atta.

"Akh... sakit buk.." erang Atta.

"Maapin ya nak, Atta emang anak nakal."

"Nggak apa bu, itu yang membuat aku cinta sama dia. Ibu nggak perlu khawatirin apapun, ibu hanya perlu rutin berobat karena aku yang akan tanggung semua biayanya." Susi tidak bisa menahan air matanya. Dia sangat terharu dengan kebaikan hati calon menantunya.

Susi memang selalu berharap anaknya mendapat suami yang bertanggung jawab dan mau menerima dirinya yang sakit-sakitan ini.

"Terima kasih.." ucap Susi dengan suara serak.

"Iya, boleh aku bicara dengan Atta?" Susi segera memberikan teleponnya kepada anaknya.

"Hmm, kenapa?" Atta berjalan menjauh dari ibunya.

"Kelihatannya ada yang seneng bisa nikah sama aku." goda Ernes.

"Nggak ada. Pernikahan ini terjadi karena kamu harus tanggung jawab karena telah mengambilnya secara paksa." ucap Atta.

"Lagipula apanya yang seneng, punya kamu jelek.." ledek Atta yang membuat Ernes menjadi geram.

"Kamu juga jelek, mana penampilan kamu kayak orang tua, masih untung aku mau nikahin kamu. Dasar.." gerutu Ernes tidak terima dikatai oleh Atta.

"Woii, gini-gini aku calon istri kamu.. Penampilan kamu juga jelek dan culun." seru Atta dengan marah.

"Iya, maaf istri.." ucap Ernes yang seketika membuat Atta canggung karena panggilan tersebut.

"Aku mau berangkat kerja." ucap Atta buru-buru menutup teleponnya. Atta berulang kali mengatur pernafasannya. Tak tahu kenapa jantung berdetak dengan sangat cepat.

"Kenapa jantungku berdetak tidak seperti biasa?" gumam Atta sembari memegangi dadanya.

3

"Aku berangkat kerja dulu ya buk!" pamit Atta kepada ibunya.

Susi hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Harapannya memang ingin anaknya mendapat jodoh lelaki yang baik, yang mencintai dia, dan yang bertanggung jawab. Melihat Atta tersipu saat teleponan dengan calon suaminya. Susi bisa bernafas lega.

Atta melenggang keluar dari kamar rawat ibunya dengan senyum bahagia. "Lihat aja, akan aku buat mereka yang udah sakiti ibuku menerima balasannya." gumam Atta.

....

Atta sampai di tempat kerjanya. Seperti biasa, dia menyamar menjadi wanita tua. Dia melakukannya demi supaya dia tidak digoda oleh para lelaki hidung belang. Karena Atta bekerja disebuah club hiburan. Dimana banyak sekali lelaki hidung belang yang datang ke tempat itu.

Atta terpaksa bekerja di tempat seperti itu karena dia sudah melamar kemana-mana tapi selalu aja tidak cocok. Di tempat hiburan para lelaki hidung belang itu Atta bekerja sebagai staff keamanan.

"Ta, kamu patroli dulu!" perintah atasannya.

"Baik pak." Atta mulai berpatroli mengelilingi ruangan-ruangan tempat hiburan tersebut.

Namun tiba-tiba datang seseorang yang menariknya ke dalam sebuah ruangan. Dimana di ruangan tersebut telah terjadi perkelahian antara dua lelaki dewasa. Dan ada seorang wanita yang berusaha menengahi mereka.

Wanita tersebut menangis sembari memohon agar mereka berhenti berkelahi. "Stop, Alka! Jangan pukul Reno lagi!" ucap perempuan tersebut.

"Aku mau b*nuh lelaki ini. Dia tahu kamu pacarku tapi masih ajak kamu kencan.." seru pemuda bernama Alka tersebut.

Akan tetapi, Atta dengan cepat menahan Alka yang hendak memecahkan botol minuman ke kepala pemuda bernama Reno. "Jangan buat keributan disini!" tegur Atta.

"Lepasin! Aku mau hajar dia!" seru Alka memohon agar Atta melepaskannya.

"Kenapa mau hajar pemuda ini? Karena dia pergi dengan pacar kamu? Harusnya kamu hajar juga pacar kamu. Udah tahu kalau punya pacar masih mau pergi sama lelaki lain." ucap Atta berusaha menyadarkan Alka.

"Lagipula pacar kamu juga nggak cakep-cakep banget." bisik Atta.

Pemuda bernama Alka tersebut menatap pacarnya yang justru malah menolong selingkuhannya. "Nanti cari lagi yang lebih cantik, kamu kan ganteng." imbuh Atta kembali menyadarkan dirinya.

Alka pun tersenyum, dia setuju dengan perkataan Atta. "Bener, wanita seperti itu lebih baik dibuang ke laut." gumam Alka.

"Nah pinter, kalau gitu ayo ikut ke kantor untuk bikin laporan!" meskipun Alka nurut apa kata Atta. Tapi Atta tetap harus membawanya menghadap atasannya.

"Oke deh." untungnya Alka langsung nurut apa kata Atta.

Setelah selesai buat laporan. Alka dan Reno pun menyelesaikan masalah mereka secara kekeluargaan. Alka juga memutuskan hubungannya dengan wanita tersebut.

"Nah gitu bagus. Damai itu indah." ucap Atta sembari berjalan keluar dari ruangan atasannya. Dia akan melanjutkan patrolinya.

Selepas Atta pergi. Alka bertanya kepada salah satu rekan Atta yang ada di sebelahnya. "Apa bener dia tuh sengaja merubah diri karena takut digoda oara hidung belang?" tanya Alka mulai penasaran dengan Atta.

"Ya."

"Kalau takut kenapa kerja disini?" tanya Alka semakin penasaran.

"Denger-denger ibunya sakit dan butuh biaya banyak, lagipula katanya tidak ada menerima dia untuk bekerja." jawab rekan kerja Atta.

"Aku masuk dulu!" ucapnya lagi.

Alka hanya menganggukan kepalanya. Dia semakin penasaran seperti apa wajah Atta yang asli. Dia mulai menemukan kesenangan baru. Dia memutuskan akan pergi ke tempat hiburan tersebut setiap hari, dengan misi mendekati Atta.

****

Kantor Ernes.

"Apa kencan buta lagi?" tanya Ernes yang kesal dengan apa yang mamanya lakukan. Setiap hari selalu aja mamanya memintanya untuk kencan buta dengan wanita yang dia pilih. Juga dia yang mengatur semuanya.

"Nggak. Mama hampir bikin aku mat* kemarin." Ernes langsung menolak ide gila mamanya tersebut.

"Maafin mama, mama nggak tahu kalau wanita itu akan gunain obat seperti itu untuk menjerat kamu." Ines meminta maaf kepada anak sulungnya. Karena dia juga tidak menyangka jika wanita yang dia kenallan ke anaknya ternyata sudah lama terobsesi dengan Ernes.

Ines mendekat Ernes dan kemudian memeluknya. "Sekali lagi ya, nak!" rayu Ines, namun Ernes tetap menolak.

"Nggak!"

"Kenapa sih mama paksa aku nikah terus? Dulu Gio yang mama paksa, sekarang aku." tanya Ernes yang tak puas dengan perlakuan mamanya.

"Gio udah punya istri bahkan punya anak 2, Defan istrinya juga lagi hamil, Aiko, dia juga mau punya anak 2. Semua sudah menikah, tinggal kamu yang belum, Ernes.." seru Ines kesal.

"Mama kan juga pengen gendong anak kamu." ucap Ines dengan ekspresi menyedihkan.

"Mama kan bisa gendong si Kiano sama Keysha, mereka kan cucu mama juga. Atau suruh si Gio buat bikin lagi yang banyak!" kata Ernes tak masuk akal.

"Kamu pikir adik kamu apaan suruh bikin anak terus?" Ines memukul lengan Ernes dengan cukup keras.

"Kenapa sih kamu harus nurunin sifat papa kamu, gila kerja.." gerutu Ines.

"Kalau bukan nuruni sifat papa terus suruh nurunin sifat siapa? Kan aku anak papa. Udahlah ma jangan paksa aku kencan buta lagi! Lagipula aku udah punya calon istri."

"Ha?? Apa? Apa yang kamu bilang? Kamu udah punya calon istri?" Ines terkejut sekaligus senang mendengar perkataan Ernes.

"Namanya siapa? Orang mana? Kapan bisa ketemu mama?" cerocos Ines yang sudah sangat ingin melihat anak sulungnya menikah.

"Dia gadis biasa-biasa aja, tapi dia lucu.." Ernes mengingat percakapannya melalui telepon tadi.

"Nggak masalah kalau dia gadis biasa, yang penting kamu cepat nikah!" jawab Ines merasa sangat senang. Akhirnya setelah sekian lama dipaksa, Ernes pun mengatakan sesuatu yang membuat mamanya bahagia.

"Ajak dia makan malam besok!" pinta Ines.

"Hmm.."

"Kalau gitu mama mau ke kantor papa, mau bilang kalau kamu punya calon istri." Ines sangat kegirangan. Dia langsung keluar dari ruangan Ernes dan pergi ke kantor suaminya untuk memberitahukan kabar gembira ini.

Tak selang beberapa lama, Gio yang datang ke kantor kakaknya. Dia ingin menanyakan langsung apa benar kakaknya udah punya calon istri. Karena mamanya sangat heboh membicarakannya di grup chat keluarga.

"Kak, lo beneran mau nikah?" tanya Gio masuk ke ruangan kakaknya sembari menggandeng tangan anak tertuanya.

"Paman..." anak Gio langsung berlari mendekati Ernes.

"Hai Kiano, baru pulang sekolah?" Ernes mengangkat keponakannya ke pangkuannya.

"Uh, beratnya keponakan paman ini.." Ernes mencium pipi Kiano, anak Gio.

"Beneran nggak sih kak, lo mau nikah?" tanya Gio penasaran.

"Soalnya mama heboh banget di grup keluarga."

"Ah lo kayak nggak tahu mama gimana." jawab Ernes sembari bercanda dengan keponakannya.

"Geli paman.."

"Tapi beneran lo mau nikah?"

"Hmm.."

"Sama siapa?"

"Gue nggak pernah lihat lo dekat sama cewek." Gio semakin penasaran dibuatnya.

"Lo ingat kencan buta gue kemarin nggak? Yang gue dikasih obat bius?" Gio menganggukan kepalanya.

"Nah, pas gue lari gue ketemu sama cewek, dan cewek itu yang tolongin gue dari kejaran orang-orang itu, dan juga tolongin gue dri pengaruh obat itu."

"Jadi??"

"Jadi ya gue harus tanggung jawablah."

"Tapi apa lo yakin dia gadis baik-baik? Dia belum kenal lo tapi udah mau tidur sama lo." Gio memiliki kekhawatiran yang sama dengan mamanya. Dia tidak ingin kakaknya salah memilih.

"Dia... dia gadis baik kok, dia masih lugu dan gue yang ambil duluan."

"Lo nggak perlu khawatir, gue nggak akan gunain hati gue kok." imbuh Ernes.

"Kamu udah makan belum? Beli es krim sama paman mau?"

"Mau paman," Kiano melompat kegirangan. Dia memang dekat dengan Ernes dan selalu dimanja oleh Ernes.

Sementara Gio menatap kakaknya yang menggandenga tangan anaknya, dari belakang dengan lekat. Dia berharap kakaknya benar-benar menemukan jodohnya. Umurnya sudah tidak muda lagi, dan sudah saatnya menikah.

"Jangan makan es krim banyak-banyak, Ki!" seru Gio memperingati anaknya.

"Oke pa.." seru Kiano sembari terus menarik tangan Ernes.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!