NovelToon NovelToon

My Sweet Lecturer

Prolog

Tampak seorang gadis berlari tergopoh-gopoh ke dalam ruangan dosen pembimbingnya, ia sudah terlambat 5 menit dari waktu yang ditentukan untuk bertemu sang dosen.

Sambil membawa beberapa buku di tangannya, ia mengetuk pintu sang dosen yang setelahnya buru-buru masuk saat diizinkan.

"Selamat pagi, Pak." Sapa Alara dengan nafas tersengal-sengal.

"Kamu terlambat lima menit, Alara. Duduklah!" tutur dosen berusia lanjut sambil membenarkan kacamatanya.

"Mohon maaf, Pak. Tadi saya sedikit mengalami kesulitan di jalan." Jelas Alara berusaha mengatur nafasnya.

Dosen itu tak menjawab, ia meminta skripsi milik anak didiknya itu untuk diperiksa, sudah terhitung dua kali Alara melakukan revisi pada skripsinya.

"Baik, ini hanya tinggal merubah sedikit kalimat nya saja. Oh iya satu lagi, mulai besok saya bukan pembimbing kamu lagi." Ujar Pak Tono, dosen lansia yang begitu tegas.

"Mohon maaf, Pak. Maksudnya apa ya?" tanya Alara heran.

"Saya akan segera pensiun, dan kamu bisa menanyakan kepada bagian akademik untuk penggantian pembimbing yang baru." Jawab Pak Tono menjelaskan.

"Begitu ya, Pak. Baiklah, terima kasih atas bantuannya selama ini." Ucap Alara seraya bangkit dari duduknya lalu menyalami tangan sang dosen.

"Sama-sama, semoga pembimbing baru kamu nanti bisa memaklumi kesalahan-kesalahan yang masih ada dalam skripsi itu." Tutur Pak Tono dianggukkan oleh Alara.

Alara keluar dari ruangan dosennya lalu bergegas ke kantin dimana sahabatnya sudah menunggu. Sebenarnya ia sedikit khawatir akan pembimbing yang baru, ia takut jika nantinya akan mendapatkan pembimbing yang lebih tegas dan killer dari pembimbing sebelumnya.

"Ara." Panggil seorang gadis melambaikan tangannya kepada Alara.

Alara tersadar, ia segera menghampiri kedua sahabatnya. "Sudah pesan?" tanya Alara seraya meletakkan tas nya di meja.

"Sudah dong." Jawab Reina menunjukkan kedua ibu jarinya.

"Kok lo cepet banget bimbingan, nggak kaya biasanya?" tanya Echa heran.

"Oh itu, Pak Tono mau pensiun dan gue disuruh minta ganti pembimbing sama administrasi akademik. Nanti antar gue kesana ya." Jawab Alara.

"Akhirnya tuh dosen wafat juga, eh maksud gue pensiun. Udah tua banget kan dia." Celetuk Reina menutup mulutnya sendiri.

"Ya udah nanti kita anterin ke sana, oh iya nanti jadi kan temenin ke pesta teman gue?" tanya Echa pada kedua sahabatnya.

"Sorry, gue nggak bisa. Ada janji sama ayang Dava." Jawab Reina si bucin.

"Lo gimana, Ra?" tanya Echa menatap Alara penuh harap.

"Beres, nanti jemput gue aja jam tujuh." Jawab Alara manggut-manggut.

"Pasti itu." Timpal Echa diselingi senyuman misterius.

Setelah selesai makan di kantin, Alara dan kedua sahabatnya bergegas untuk pulang. Seperti biasa Reina akan dijemput kekasihnya, sementara Alara dan Echa membawa mobil masing-masing.

"Ra, Cha. Gue duluan ya, dahhh …" pamit Reina melambaikan tangannya sebelum motor kekasihnya itu menjauh.

"Lo bawa mobil?" tanya Echa.

"Bawa, tuh." Jawab Alara menunjuk mobilnya.

"Yaudah gue--" Ucapan Echa terhenti saat tiba-tiba ada yang memanggil nama Alara.

"Ara." Panggil Bastian, teman sekelas Alara yang diketahui naksir gadis itu.

"Pulang bareng gue yuk!" Ajak Bastian dengan lembut.

"Sorry, Bas. Gue bawa mobil, next time ya." Sahut Alara membuat Bastian terkekeh.

"Yaudah, tapi besok lo harus barengan gue ya, janji." Pinta Bastian yang dianggukki oleh Alara.

"Eh Bas, Ra. Gue duluan ya, udah sore juga." Pamit Echa pada keduanya yang asik berbincang.

"Iya hati-hati, gue juga baru ingat kita lupa ke bagian akademik tadi." Sahut Alara tiba-tiba teringat akan tujuannya tadi.

"Yaudah besok aja, Ra. Sekalian gue anterin nanti," timpal Bastian memotong saat Echa hendak berucap.

"Yaudah, gue balik ya. Dahh …" pamit Alara melambaikan tangannya.

***

Malam harinya, Alara telah siap dengan gaun yang melekat indah di tubuhnya. Gaun hitam yang menjadi dress code dalam pesta temannya Echa membuat penampilan Alara menjadi berkali-kali cantiknya.

Alara meraih tas miliknya saat Echa telah menelpon dan memberi kabar bahwa dirinya telah ada di ruang tamu.

"Ma, Ara pergi ya sama Echa." Pamit Alara pada kedua orangtuanya yang sedang duduk manis di ruang tamu.

"Pergi kemana?" tanya Dania, ibunda Alara.

"Cuma ke pesta biasa kok, Ma. Iyakan Cha?" tanya Alara pada sahabatnya.

"Iya, Om, Tante. Cuma pesta ulang tahun biasa, nanti Ara aku antar pulang lagi dengan selamat." Jawab Echa menjelaskan.

"Yaudah, hati-hati ya." Tutur Wahyu, ayah Alara.

Setelah berpamitan, Alara dan Echa segera pergi. Keduanya menaiki mobil Echa dengan Alara yang menyetir nya.

"Lo nggak bilang kalo pesta ulang tahun, gue pikir cuma pesta biasa." Ujar Alara seraya tetap fokus pada jalanan di depannya.

"Pesta biasa kok, Ra. Gue yakin Lo juga bakal senang disana." Sahut Echa melirik Alara sesaat.

Alara hanya manggut-manggut menanggapinya, ia kemudian mengendarai mobilnya sesuai petunjuk dari Echa sampai akhirnya kini mereka sampai di sebuah club malam.

"Club, Cha Lo kan tau gue paling nggak boleh kesini. Bisa abis gue kalo orang tua gue tau." Ujar Alara tampak terkejut.

"Itukan kalo mereka tau, udah yuk masuk." Ajak Echa keluar dari mobil duluan.

Dengan ragu Alara keluar dari mobil lalu mengikuti langkah Echa pergi. Alara tampak mengerutkan keningnya saat mendengar dentuman suara musik yang begitu keras dan cahaya lampu yang temaram.

"Lo duduk disini, gue ketemu temen-temen gue dulu ya." Tutur Echa mendudukkan Alara di sofa yang ada disana.

"Jangan lama-lama, Cha." Sahut Alara memohon.

Echa mengangguk lalu meninggalkan Alara sendirian, senyuman jahat terbit di wajahnya karena berpikir malam ini ia akan berhasil dalam rencananya.

HAI HAI HAI!!! KITA BERTEMU LAGI 😜

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE NYA YAHH🥀

To be continued

Sesuatu telah terjadi

Alara duduk sambil menatap ke sekitar, entah mengapa tiba-tiba dirinya merasa begitu haus dan butuh minuman. Tak lama seorang bartender datang memberikan segelas jus jeruk kepadanya.

"Silahkan, Nona. Ini dari Nona Echa." Ucap Bartender itu.

Alara tampak ragu meminum jus di depannya ini, sejujurnya ia takut jika meminum sesuatu di tempat begini. Namun karena tenggorokannya sudah terasa kering, akhirnya Alara meraih jus itu lalu menenggaknya hingga setengah gelas.

Lenguhan terdengar dari mulut Alara setelah memuaskan dahaganya, ia kembali menenggak jus hingga tandas di dalam gelas tersebut.

"Bentar bentar, kok pala gue jadi pusing gini ya." Gumam Alara memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

Alara menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia mengerjapkan matanya yang mulai kabur lalu menoleh guna mencari keberadaan Echa.

Alara memegangi kepalanya, ia bangkit dari duduknya dan berniat untuk menghampiri Echa, namun baru beberapa langkah tiba-tiba saja ia menabrak seseorang hingga tas miliknya terjatuh dengan beberapa barang yang berserakan.

"Oh, m-maaf." Lirih Alara terbata karena pusing semakin menerjangnya.

"Iya, tidak apa-apa." Sahut seorang pria dengan suara yang begitu menggoda.

Alara kembali berdiri meski linglung, ia berusaha menatap siapa sosok di depannya, namun baru saja ia menatap tiba-tiba sebuah benda kenyal menempel tepat di belahan bibirnya.

Alara memejamkan mata, entah hilang kemana akal sehatnya hingga membiarkan seorang pria tak dikenal menciumnya. Alara semakin merapatkan matanya saat tangan pria itu merengkuh pinggang dan mengusap punggungnya seduktif.

"Bersenang-senang dengan saya?" bisik pria itu dengan parau.

Alara menggigit bibir, akal sehat nya sudah benar-benar hilang hingga kepalanya dengan mudah mengangguk. 

Pria itu tersenyum simpul mendapat respon baik dari Alara, dengan langkah gontai ia bawa Alara ke salah satu bilik kamar yang memang tersedia disana.

Sementara Echa yang melihat Alara dibawa oleh pria asing hanya bisa tersenyum senang, inilah yang ia inginkan yaitu menghancurkan hidup Alara.

"Mati lo, Ra." Gumam Echa tersenyum senang lalu kembali menari-nari dengan bahagia.

Sementara itu Alara dibaringkan diatas ranjang, dengan samar-samar ia melihat pria di atasnya tengah membuka seluruh baju yang dikenakannya. Melihat itu Alara ikut membuka seluruh pakaiannya dengan sangat mudah.

"Tubuhmu indah sekali, Nona." Bisik si pria dengan sensual.

Alara meremat kedua bahu kekar sang pria, ia menarik pria itu hingga bibir keduanya kembali menyatu.

Dengan bibir yang saling bertautan, tangan si pria beberapa kali menyentuh titik sensitif Alara hingga mengundang suara yang semakin mematik rasa panas dalam diri masing-masing.

Karena sama-sama dibawah pengaruh alkohol, Alara dan pria itu melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Kegiatan panas yang boleh dilakukan saat sah menjadi pasangan justru mereka lakukan dengan keadaan tidak sadar.

Suara lenguhan penuh nikmat tak henti keluar dari bibir si pria yang tampak menikmati permainan malam ini sementara di bawahnya ada wanita yang meringis menahan sakit dan nikmat karena baru pertama kali melakukannya.

"Ahhh …" suara itu beradu dari bibir dua insan berbeda jenis yang akhirnya mendapatkan apa yang mereka kejar sejak tadi.

Si pria berbaring di sebelah Alara yang tampak kelelahan setelah beberapa kali melakukannya, ditariknya tubuh Alara ke dalam pelukannya lalu keduanya tidur akibat kelelahan dengan kegiatan panas yang baru mereka lakukan.

***

Alara perlahan membuka matanya saat merasakan sesuatu yang hangat menimpa pinggang dan perutnya, ia menggeliat lalu memposisikan tubuhnya duduk sambil mengucek matanya sendiri.

Alara tampak panik saat menyadari bahwa ia berada di tempat yang tidak dikenalinya, saat merasakan sebuah pergerakan, Alara lantas menoleh dengan hati-hati.

Jantung Alara seakan berhenti berdetak saat menyadari penampilannya, tubuh polos tanpa sehelai benang dan ada pria tak berpakaian yang satu ranjang dengannya.

Air mata Alara meluruh begitu saja, ia perlahan turun dari ranjang dengan selimut yang membelit tubuh polosnya. Alara terduduk di lantai sambil memeluk lututnya.

"Mama … Papa … aku kotor, hiks …" lirih Alara menatap dirinya sendiri yang kacau.

Alara menutup mulutnya, ia tak mau jika sampai membangunkan pria yang masih pulas dalam tidurnya. Dengan langkah gontai ia memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Dibawah guyuran air dingin, Alara terdiam dengan air mata yang masih belum usai. Hatinya sakit, perasaannya hancur, kekhwatiran mendera tumbuhnya dan orangtuanya, bagaimana jika kedua orangtuanya mengetahui ini semua.

"Nggak … ini semua pasti hanya mimpi, aku tidak mungkin melakukannya!!!" lirih Alara memukul wajahnya sendiri.

"Nggak!!!!" teriak Alara sebelum akhirnya kembali jatuh terduduk di lantai kamar mandi yang terasa dingin.

Alara mengenakan pakaiannya, ia segera keluar dari kamar mandi lalu mengambil tas miliknya yang ada di sudut kamar. Alara enggan melihat wajah pria yang telah membuatnya seperti ini, ia menyeka air matanya kemudian segera pergi, ia berdoa semoga tidak akan pernah bertemu lagi dengan pria yang menjadi pasangannya semalam.

"Hiks … Mama … aku sudah tidak suci lagi, Ma!!" lirih Alara seraya berusaha berlari meski seluruh tubuhnya terasa sakit.

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE 🥰

To be continued

Wanita gila

Sudah berhari-hari berlalu sejak kejadian yang menimpa Alara, selama itu ia tak banyak bicara dan cenderung diam termasuk kepada kedua orangtuanya. Ia bahkan mogok datang ke kampus karena masih syok akan apa yang telah diperbuat oleh seseorang yang begitu dia percaya selama ini.

Hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya, Alara berdiam diri di kamar untuk sekedar melamun dan merenungkan kesalahannya yang terlalu percaya kepada Echa, temannya.

"Kok lo tega banget sama gue, Cha." Lirih Alara menunduk sambil memeluk kedua lututnya.

Suara ketukan pintu membuat Alara tersadar, ia menoleh saat pintu dibuka oleh sang Mama. Di sebelahnya ada Reina.

"Ara, Reina datang mau ketemu kamu nih." Ucap Dania seraya mendekati putrinya.

Alara hanya menganggukkan kepalanya tanpa bicara apapun lagi. Dania pun pergi meninggalkan Alara bersama temannya, setelah kepergian Dania, Alara menatap Reina sesaat lalu menangis tiba-tiba.

"Astaga, Ra. Lo kenapa?" tanya Reina terkejut melihat sahabatnya menangis tiba-tiba.

"Hiks … Echa jahat sama gue, Na." Jawab Alara dengan suara terisak.

"Echa jahat? Maksudnya apa?" tanya Reina lagi seraya duduk di sebelah Alara lalu mengusap kedua bahu sahabatnya.

"Dia … dia udah buat masa depan gue hancur, Na. Gue udah kotor, gue bukan gadis baik-baik lagi." Jawab Alara histeris, untung saja kamarnya itu kedap suara sehingga suaranya tak akan terdengar dari luar.

"Ra, jangan buat gue khawatir. Sebenarnya kenapa?" tanya Reina lagi berusaha tenang.

Alara menyeka air matanya dengan kasar, ia menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Di tatapnya Reina sesaat, ia tak tahu apakah harus percaya pada sahabatnya ini karena sebelumnya ia telah dikhianati.

"Reina, lo nggak akan khianatin gue kan?" tanya Alara pelan.

"Ngomong apaan sih lo, jelas nggak lah. Sekarang cerita, kenapa sama Echa?" tanya Rein balik.

Alara pun mulai menceritakan tentang Echa yang membawanya ke sebuah club bahkan meninggalkannya seorang diri, sampai kejadian waktu itu tidak bisa di hindarkan.

"Gue nggak tahu siapa cowok itu, gue takut hamil, Na." Isak tangis kembali terdengar dari bibir Alara.

Sementara Reina begitu terkejut mendengar penjelasan dari Alara, ia tak menyangka jika sahabatnya itu bisa berbuat sangat jahat bahkan sampai menghancurkan masa depan seseorang.

"Ra, lo bisa laporin ini semua ke pihak berwajib. Ini udah keterlaluan. Dia seenaknya hidup seakan nggak buat dosa, sementara lo kaya gini." Ujar Reina menggenggam tangan Alara erat.

Alara menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa semudah itu, Na. Gue nggak punya bukti, apalagi saat itu gue sendirian bukan karena dia sengaja jebak gue ke kamar dan melakukan hubungan itu." Sahut Alara.

"Lo tenang aja, gue pasti akan laporin Echa, tapi nggak sekarang." Lanjut Alara pelan.

"Kasih tahu gue kalo lo butuh bantuan, sekarang mending lo siap-siap. Lo di cariin sama bagian akademik, katanya mau lulus apa nggak." Celetuk Reina membuat Alara terkekeh.

"Iya, gue lupa kalo belum ketemu pembimbing gue yang baru. Ya udah gue mandi dulu, bentar ya." Timpal Alara lalu segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke kampus.

Setelah beberapa lama akhirnya Alara telah rapi dan siap kembali ke kampus, untuk saat ini ia akan fokus pada revisi skripsinya daripada kejadian yang menimpanya. Bukan karena ia telah ikhlas dan melupakannya, ia hanya butuh waktu sedikit untuk tenang.

"Wahh, gini baru namanya anak Mama. Cantik dan periang," ucap Dania menatap putri semata wayangnya dengan hangat.

"Iya, Ma. Ya udah aku sama Reina pamit ke kampus ya, bilang sama Papa aku nggak ada putus-putus cinta." Timpal Alara seraya menyalami tangan sang Mama.

"Iya, kalian hati-hati ya." Tutur Dania seraya mengulurkan tangannya saat Reina hendak mencium tangannya seperti Alara.

Alara dan Reina pergi bersama menggunakan mobil Reina, mereka memecah jalanan kota di siang hari yang tidak terlalu padat. Sebelum ke kampus, keduanya mampir sesaat untuk membeli minuman karena tadi tak sempat untuk minum di rumah.

Setelah selesai, Alara dan Reina lanjut ke kampus. Sesampainya di sana, tepat sekali Alara berpapasan dengan Echa yang berjalan dengan begitu angkuhnya. Alara biasa saja, namun tidak dengan Reina.

"Eh perempuan ular, santai banget hidup lo kaya nggak punya dosa." Sarkas Reina mendorong bahu Echa.

"Apaan si lo nggak jelas banget, panas-panas gini malah ketemu setan kaya lo." Timpal Echa mengibaskan rambutnya.

"Muka lo yang kaya setan, lo nggak inget apa yang udah lo lakuin ke Alara?!!" cecar Reina dengan penuh emosi.

"Na, udahlah. Ayo pergi!" ajak Alara enggan berurusan dengan Echa.

"Ya, bawa nih temen gila lo ini. Sama-sama nggak waras lo berdua!" umpat Echa membuat ubun-ubun Reina panas.

Reina meraih minuman di tangan Alara lalu menusuknya menggunakan sedotan, ia merobek lebar penutup minuman lalu menyiramkan minuman itu ke wajah Echa.

"Gila lo ya!!!" pekik Echa terkejut.

"Lo yang gila, sama sahabat kok bisa-bisanya jahat." Timpal Reina lalu segera pergi karena Alara menarik tangannya. 

ECHA JAHAT BANGET YA😭

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!