NovelToon NovelToon

NOTA HUTANG DI ATAS PERNIKAHAN

Bab 1. KISAH KELAMKU

Suasana malam daerah Ibu Kota tidak pernah sepi, selalu ada tanda kehidupan di setiap sisinya. Begitu pula dengan salah satu sudut kota, di mana saat ini sekumpulan anak-anak geng motor sedang mengadu nasib atau pun sekedar suka-suka di sana.

Belum lagi suara bising gas motor yang menderu-deru terdengar memekakkan telinga. Diselingi ramainya suara teriakan anak-anak geng motor yang mengelu-elukan nama idola mereka. Memberikan semangat pada setiap perwakilan dari para pembalap liar yang akan bertanding malam itu.

"Go Virgo ... Go Virgo ... Go ...."

Virgo adalah seorang bintang di tengah arena balap motor. Usianya yang masih muda membuat skill-nya selalu bertambah. Ditambah sifatnya yang royal membuat siapa pun betah bersama dirinya. Meskipun tidak ada seorang pun yang mengetahui sisi kehidupannya yang kelam.

Sesaat setelah salah seorang wanita mengayunkan tangannya ke atas, pertanda bahwa pertandingan akan segera dimulai. Virgo dengan cepat menarik handle di stang bagian kiri, lalu kakinya menginjak tuas kopling ke arah depan. Sesudah itu, memutar handle gas sepeda motor miliknya hingga motor milik Virgo mulai melaju.

Semakin lama kecepatannya semakin bertambah. Hingga motor tersebut melaju membelah arena balap dengan kecepatan diatas 200 km/jam.

Kecepatan yang diambil Virgo adalah kecepatan normal untuk ukuran pembalap, namun menjadi sebuah ketakutan di mata ibunya. Menjadi pembalap adalah salah satu langkah yang ia lakukan agar roda kehidupannya tetap berputar.

Semakin ia memainkan kopling dan gasnya, maka motor tersebut semakin melaju kencang. Kecepatan yang digunakan Virgo semakin jauh melebihi semua peserta, membuat ia dengan mudah memimpin pertandingan.

Virgo memang seorang pembalap sejati, meski usianya baru menginjak tujuh belas tahun, tetapi ia sangat lihai memainkan laju sepeda motor dengan cc yang besar. Meski bukan anak orang kaya tetapi Virgo menekuni pekerjaan sampingan sebagai pembalap karena tuntutan keluarga.

Terbukti dalam dua kali lintasan, ia mampu memimpin pertandingan. Kini Virgo berhasil sampai terlebih dahulu di garis finish. Hingga kemenangan resmi berada di dalam genggaman tangannya. Uang senilai lima puluh juta sukses masuk ke dalam rekening Virgo Valencia Amerta. Mengukir sebuah lengkungan senyum di wajah cantiknya.

"Selamat Virgo, kamu layak untuk menjadi pemenang."

"Good girls, semakin lama skillmu semakin memukau."

"Selamat Virgo, setelah ini kamu bisa membawa ibumu untuk berobat."

Ucapan dan doa-doa mengalir deras untuk Virgo. Tentunya karena kebaikan hatinya selalu mengiringi setiap langkahnya.

Hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda dan rambut hitam lurus sebahu, membuatnya tampil cantik alami tanpa make up. Belum lagi iris matanya yang berwarna emerald mampu menyihir kaum adam dalam sekali pandang.

Ya, Virgo memang masih remaja, tetapi beban kehidupannya membuat mampu berdiri setegar karang. Sejak ibunya sakit-sakitan, ayah Virgo selalu menuntut agar ia menggantikan posisinya sebagai tulang punggung keluarga. Sang ayah yang mempunyai kebiasaan berjudi dan bermain wanita, sukses membuat keuangan keluarga menjadi sangat kritis. Bahkan membuat ibunya sakit-sakitan.

Setelah beres di arena balap, Virgo langsung menuju kediamannya. Saat pulang seperti biasa ia hanya memakai motor matic bekas. Sementara itu, motor balap yang biasa ia pakai kepunyaan sahabatnya, Ivan.

Dari depan rumah terdengar suara ibunya yang sedang menangis. Karena khawatir akan kesehatan ibunya, Virgo bergegas masuk.

"Ampun Mas, ampun ...."

Pertama kali masuk rumah, pemandangan yang ia dapatkan adalah sang ibu sedang meringkuk di sudut ruangan sambil terisak. Sedangkan di hadapannya, seorang lelaki bersiap mengayunkan cambuknya ke arah Lena.

Kecewa akan tindakan anarki ayahnya, membuat kesabaran Virgo terkikis habis. Isak tangis dari Lena sama sekali tidak dihiraukan, lelaki itu terus saja memporak-porandakan kamar mereka. Baru sesaat setelah puas, ia akan menyiksa Lena, sang istri. Tujuan utama hanya satu, yaitu mencari uang simpanan Virgo.

Virgo yang baru saja datang, terkejut ketika mendapati ibunya penuh luka memar di kening, luka lebam di kaki dan lengan. Hal itu menandakan jika ayahnya baru saja melakukan tindakan penyiksaan.

"Ayah, apa kau ingin membunuh istrimu sendiri!"

Gertakan dari Virgo mampu menghentikan ulah Robby. Ingin rasanya ia menampar lelaki yang berstatus ayahnya itu, tetapi tangan ibunya mencegahnya.

"Jangan Nak, nanti ayahmu semakin marah!"

Robby menatap nyalang putrinya, tersenyum sambil menyeringai ke arah kedua wanita di depannya itu.

"Kau habis menang balapan bukan? Serahkan uangnya padaku!"

"Nggak, uangnya untuk bayar hutang ke Bos Alex."

"Kecil-kecil pandai berbohong, kamu kira aku tidak tau jika kau sudah melunasinya, hah!"

"Cepat serahkan atau aku habisi kalian berdua!" gertaknya sekali lagi.

Virgo membisu, diam tidak berkutik sehingga membuat amarah Robby kian memuncak.

"Dasar anak tidak tahu diri! Ditanya malah bungkam!"

Sebuah tamparan berhasil mendarat di wajah Virgo hingga membuat sudut bibirnya berdarah.

"Mas ... hentikan! Dia anak kita!"

Tidak berhenti di sana, lelaki itu semakin bringas menyiksa Virgo dan Lena.

PRANG ....

Tubuh Virgo terlempar tepat mengenai almari piring, membuat barang pecah belah di dalamnya hancur dan menghujani tubuh Virgo yang hampir sekarat.

Melihat ada satu pecahan botol kaca yang hampir mengenai mata putrinya, Lena mendorong tubuh Virgo hingga akhirnya pecahan botol kaca itu merobek lengannya.

"Ibu ...." teriak Virgo ketika melihat ibunya terluka dan pingsan.

Bagaimana tidak pingsan, kondisi ibunya tidak jauh berbeda dari dirinya saat ini. Melihat orang yang ia lindungi dan sayangi terluka membuat Virgo kalap dan menghujani Robby dengan pukulan yang bertubi-tubi, tetapi sayang tenaga Virgo jauh lebih kecil dari kekuatan milik ayahnya.

"Berani kau gadis kecil!"

Kedua tangan Virgo berhasil ditangkap oleh Robby yang menatap penuh gairah pada sang putri.

"Tubuhmu cukup lumayan, bagaimana kalau aku menjualmu? Ha ha ha ...."

.

.

"Dasar ayah biadap, teganya kau melakukan semua ini!"

Justru karena melihat tubuh putrinya yang molek membuat Robby berpikiran licik kali ini. Setelah mengunci pergerakan Virgo, ia mengambil sebuah tongkat pemukul maling, lalu menghadiahi putrinya dengan sebuah pukulan tepat di leher belakang milik Virgo. Sukses hingga membuat Virgo tidak sadarkan diri.

"Virgo ...." ucap Lena lemah ketika siuman hingga sesaat kemudian ia pun kembali pingsan.

Merasa puas dengan tindakannya kali ini, ia segera meminjam rental mobil untuk memindahkan kedua korbannya ke tempat yang berbeda.

"Cantik, setelah ini kau akan merasakan sebuah sensasi nikmat tidak tertahankan dan aku akan mendapatkan uang yang banyak dari tubuhmu ini, ha ha ha ...."

Di saat itulah ia dibawa pergi oleh ayahnya untuk dijual. Lalu seperti apa nasib Virgo setelah ini? Hingga bagaimana kondisi Lena berikutnya? Simak terus kelanjutkan kisah mereka di novel Fany kali ini, semoga suka.

.

.

...🌹Bersambung🌹...

Bab 2. KEHILANGAN JEJAK

Virgo tergolek lemah diatas tempat tidur. Dengan baju yang hampir terkoyak, kini nyawanya juga ikut terancam. Matanya mengerjap melihat beberapa sosok laki-laki yang tidak ia kenal sedang berdiri di depannya.

"Astaga aku di mana?"

"Siapa mereka, kenapa aku begitu asing dengan tempat ini? Apa lelaki itu benar-benar menjualku untuk membayar hutangnya yang lain? Biadap!"

Virgo merutuk nasibnya yang tidak pernah beruntung hingga detik ini. Keberuntungannya akan lenyap begitu saja ketika Roby masuk ke dalam hidupnya, sama seperti situasi yang ia hadapi saat ini. Mata Virgo masih menyisir seluruh isi ruangan yang ia huni.

Lelaki di hadapannya saat ini, jumlahnya lebih dari satu, dan insting Virgo mengatakan jika hal ini bukanlah sesuatu yang baik untuknya.

"Di ... di mana aku?" ucapnya linglung.

Untuk sesaat, Virgo teringat keberadaan ibunya.

"Ibu, kamu di mana?"

Virgo mer-emas ujung kemeja yang ia pakai. Di saat ia masih belum mendapatkan kesadarannya penuh, terlihat dengan jelas beberapa lelaki dihadapannya hendak menerkamnya secara bersamaan.

"Si-siapa kalian?" ucapnya ketakutan sambil meringkuk di atas tempat tidur.

Sesekali ia masih menahan sakit untuk luka-luka yang masih tersisa akibat ulah ayahnya. Di satu sisi ia harus bersikap waspada.

"I-ibuku di mana? Tolong jelaskan kalian siapa dan mau apa!"

Virgo sekali lagi mengedarkan pandangannya untuk menyisir area ruangan berukuran tiga kali tiga meter tersebut. Mencoba mencari celah agar bisa melarikan diri setelah ini.

Namun, ia nampak asing dengan situasinya saat ini, dan hal yang membuatnya semakin kesal adalah semua pertanyaan dari Virgo tidak ada yang menjawab. Hanya senyuman menyeringai yang ia dapatkan saat ini.

Terjebak di antara empat lelaki dewasa membuat Virgo kebingungan akan nasib dirinya. Melihat senyum menyeringai dari mereka membuat insting siaga milik Virgo semakin aktif.

"Ha ha ha ... gadis yang menarik, ayo kita bermain-main."

"Kamu bertanya mau kami apa bukan?"

"Ck, tentu saja mau kami adalah bermain dengan tubuhmu itu, lagi pula tubuhmu sudah kami bayar lunas, ha ha ha ...."

Saat mereka mencoba maju, Virgo mulai melakukan posisi kuda-kuda untuk membentengi tubuhnya. Beruntung ia sempat belajar bela diri sehingga membuatnya memiliki benteng pertahanan diri meski ia seorang wanita. Setidaknya ilmu bela diri miliknya berguna saat ini.

"Dia mencoba melawan, Bos. Ayo kita lihat siapa yang akan menang gadis manis ...."

"Brengsek! Beraninya menindas wanita lemah!"

"Ho ho ho, yang brengsek bukan kami melainkan orang yang membawamu ke sini!"

"Dan sekarang, nikmatilah permainan kita malam ini, Sayang."

"Aku akan membawamu pergi ke surga kenikmatan, Sayang."

Semakin lama rayuan mereka semakin memuakkan bagi Virgo sehingga ia tetap berusaha melawan mereka tanpa henti. Namun, yang namanya kekuatan wanita pasti masih kalah jauh dengan kekuatan laki-laki. Apalagi ini jumlahnya lebih dari satu.

Saat salah satu dari mereka hendak menyobek baju Virgo, ia berhasil mempertahankan bajunya. Sementara satu persatu lelaki yang lain tidak tinggal diam. Mereka terus melancarkan aksinya dengan menarik paksa baju Virgo atau pun memegang tubuhnya.

Keajaiban terjadi, mungkin doa-doa ibunya yang tidak pernah putus kini berperan di sini.

"Argh ...."

"Kriet ... sret ... sreeeettttt ...."

"Ampun ... tolong ...."

Suara sobekan dan teriakan itu terdengar memilukan bagi siapapun yang mendengarnya. Namun, itu bukan berasal dari Virgo, melainkan dari para preman yang hendak menyerang Virgo. Berkat keahlian bela dirinya dan sebuah keberuntungan, Virgo berhasil melarikan diri dari tempat terlaknat itu.

"Gue harus secepatnya pergi dari sini."

Ke-empat preman tadi sudah babak belur di sana. Sebuah tongkat kasti tidak sengaja terlihat saat mereka mulai menerkam Virgo, sudah dipergunakan sebagai mana mestinya. Dengan langkah terseok-seok, ia berlari di tengah guyuran air hujan.

Tidak mempedulikan darah dan luka-luka yang ia dapat membuat Virgo berhasil lari dan hampir sampai di sebuah jalan. Kini ia tinggal menyeberang dan mungkin selamat dari sana.

Sayang, takdir tidak dapat diprediksi. Tiba-tiba dari arah berseberangan datanglah sebuah sepeda motor sport dengan laju kendaraan yang sangat cepat dan berhasil menabrak tubuh Virgo.

"Aaarghhh ...."

Tubuh Virgo berguling-guling di atas aspal. Darah segar mengalir dari dahi dan pelipis Virgo. Lelaki itu sempat menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Virgo dan memakinya.

"Dasar wanita gila! Beraninya mengacaukan laju motorku!"

Bukannya menolong, lelaki itu terus melajukan kendaraannya kembali ke tujuan semula. Sementara tubuh Virgo terkapar lemah diatas jalanan menunggu ajal menjemputnya.

🍂

🍂

Di sebuah rumah berukuran minimalis, seorang lelaki dan wanita dewasa sedang melakukan hubungan intim. Di sela-sela hubungan intim mereka, wanita itu masih berpura-pura peduli dengan calon anak iparnya dan istri sah lelaki yang ia ajak ***-*** itu.

"Mas, bagaimana dengan wanita itu?" ucapnya sambil menunjuk ke arah Lena.

"Biarkan dia tergolek di sana, lagi pula siapa suruh dia melahirkan putri yang tidak berguna. Dimintai uang oleh ayahnya sendiri tetapi malah berani mengajari soal tata krama, cuihhh ....!"

"Sabar, nanti setelah kita menikah aku akan membantumu mendidik putrimu itu," ucap seorang wanita yang tanpa busana itu.

Bukannya membawa istrinya ke Rumah Sakit, Robby malah membawa Lena ke rumah pribadinya bersama kekasih gelapnya. Sementara Lena tergolek lemah di atas lantai nan dingin, tubuh Virgo juga terkapar di atas jalanan tanpa ada seorang pun yang menolongnya.

Kondisi jalanan malam itu begitu lengang, bahkan semut pun tak nampak. Guyuran hujan yang lebat membuat badan Virgo demam. Belum lagi kucuran darah yang mengalir tiada henti bercampur dengan derasnya air hujan menambah pilu setiap insan yang melihat nasib Virgo yang sedang dipermainkan.

Suasana malam itu seolah mengerti jika nasib Virgo setelahnya akan lebih sulit dari apa yang ia alami hari ini, tetapi sepertinya Tuhan punya rencana lain. Sebuah kejutan yang mungkin menjadi sebuah keberuntungan atau bisa jadi petaka.

"Ibu ... maafkan Virgo ...." ucap Virgo sebelum ia benar-benar pingsan dan masuk ke dalam dunia lain.

🍂

🍂

Di suatu tempat seorang lelaki tampak terganggu konsentrasinya akibat perbuatan gila yang barusan ia lakukan secara tidak sengaja pada seorang gadis.

"Sial, kenapa aku terus memikirkan gadis tadi?"

Rival Dylan seolah tau jika lelaki di sampingnya itu sedang banyak pikiran, ia pun akan memanfaatkan hal itu untuk memenangkan pertandingan balap liar malam ini.

"Sepertinya malam ini, keberuntungan akan berada di pihakku."

Rose, kekasih Dylan tau jika Black sedang membaca situasi ini. Ia pun mendekati Dylan mencoba memberitahu hal ini.

"Baby, Black sedang membaca kondisi pikiranmu, fokus dan menangkan pertandingan malam ini. Uang seratus juta siap berpindah ke rekening kamu jika kamu jadi bintang malam ini."

Cup, Rose memberikan kecupan penyemangat untung sang kekasih.

"Thank's Baby. Aku tidak akan mengecewakan keinginanmu."

...🌹Bersambung🌹...

Bab 3. PERMAINAN TAKDIR DIMULAI

Suara monitor terdengar mengisi sebuah ruangan yang tampak putih bersih itu. Terlihat seorang gadis dengan selang infus yang menempel di salah satu tangan dan sebuah perban yang membelit kepalanya, membuat siapa saja yang melihatnya menjadi pilu.

Seorang kakek dengan salah satu tangannya memegang sebuah tongkat, tampak setia menunggu sang gadis untuk membuka mata.

"Bagaimana keadaannya dokter?"

"Demam pasien sudah turun, hanya saja pengaruh obat tidur masih memperngaruhi tubuhnya jadi kemungkinan beberapa jam lagi ia baru siuman."

"Baiklah kalau begitu."

Jo mendekati Tuannya dan memberikan sebuah chek pada dokter tersebut.

"Terima kasih dokter."

Sesaat kemudian dokter Richard segera pamit.

.

.

"Bik ... bibik ... kakek di mana?"

"Tuan besar sedang di lantai atas bersama dokter Richard."

"Memangnya penyakit kakek kambuh?" tanya Dylan khawatir.

"Bu-bukan tetapi dokter Richard sedang mengecek kondisi seorang gadis yang diketemukan kakek tadi pagi."

"Ha-ah, maksudnya?"

Tidak lama kemudian tampak Kakek dan doktee Richard turun ke lantai satu.

"Selamat siang Dylan," sapa dokter Richard.

"Siang dokter."

Sorot mata kakek sama sekali tidak ramah pada Dylan, apalagi ia baru saja pulang. Merasakan hawa tidak nyaman, Dylan memilih untuk melenggang pergi.

"Kalau begitu saya permisi dokter."

Dokter Richard hanya membalasnya dengan senyuman. Sementara kakek tampak sudah tidak sabar untuk memarahi Dylan setelah ini.

Benar saja sesaat setelah dokter Richard pergi, kakek segera memanggil cucunya tersebut.

"Dyla ... an!"

Merasa terpanggil dengan tubuh setengah telanjang ia pun segera menyambar kaos yang baru saja ia lepas dari tubuhnya dan memakainya kembali.

"Ya, Kek."

"Darimana saja jam segini baru pulang?"

"Balapan Kek."

"Balapan lagi? Apa masih kurang uang jajan yang aku berikan padamu!"

Kakek Chryst menoleh ke arah cuci laki-lakinya itu memandanginya dari ujung kaki sampai ke kepala.

"Usiamu berapa?"

"Ha-ah?"

"Aku tanya sekali lagi, usiamu berapa?"

Meski merasa ambigu dengan pertanyaan kakeknya ia tetap menjawabnya dengan jujur.

"Dua pulih tiga tahun, Kek."

"Bagus, sekarang saatnya kamu harus belajar bisnis dan menikah."

"What's menikah?" ucap Dylan dengan mata membola.

"Ke-kenapa secepat ini kek, bahkan usiaku belum genap dua puluh lima tahun."

Dylan mendudukan dirinya di sofa karena merasa lelah akan tuntutan kakeknya yang mengusulkan dia untuk menikah muda. Belum juga ia menikmati masa mudanya ia harus disuruh menikah.

"Ide konyol apa lagi ini?" pikir Dylan.

"Kalau kau tidak mau menikah maka semua fasilitas dariku aku cabut dan bersiaplah menjadi gelandangan di jalanan."

Setelah mendakwa cucunya Kakek Chryst segera meninggalkan ruang keluarga dan pergi menjauh. Ia sengaja mendidik Dylan lebih keras dari pada mendidik anaknya sendiri karena ia tidak mau gagal untuk kedua kalinya.

.

.

Sementara itu Virgo mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Ia mengerjapkan matanya sekali lagi melihat apakah apakah ia masih selamat atau sudah berpindah ke dunia lain.

Ruangan bercat putih dengan hiasan gold di setiap sisinya membuat kesan mewah tercipta pada siapa pun yang memandangnya. Begitu pula yang didapatkan oleh Virgo. Melihat tangannya diinfus ia baru menyadari jika dirinya masih hidup dan selamat.

Ia menyandarkan tubuhnya di dashbord ranjang, mengedarkan pandangannya untuk mencari siapakah yang telah menyelamatkan dirinya sekali lagi, tetapi siapa pun orang yang menyelamatkan dirinya sangat berhutang budi padanya.

Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka, muncullah seorang wanita memakai pakaian pelayan khas eropa datang menghampirinya, pelayan itu tersenyum ramah kepada Virgo.

"Nona sudah siuman?"

"Iya, maaf saya di mana ya?"

"Ini kediaman rumah Tuan Chryst, tadi pagi beliau yang membawa Nona ke rumah ini dan memanggil dokter. Oh ya, perkenalkan nama saya Mia, pelayan yang ditugaskan untuk Nona."

"Ha-ah! Pelayan pribadi? Lalu siapa Tuan Chryst?"

Seketika kepala Virgo kembali berdenyut kencang dan ia kembali pingsan. Karena terlalu panik, ia pun segera keluar kamar dan mencari keberadaan Tuan Chryst.

"Tuan ... Tuan ...."

"Kenapa Mia?" tanya Dylan yang masih sibuk memijat keningnya.

"Nona itu kembali pingsan."

"Nona siapa?"

"Nona yang tadi pagi ditemukan Tuan Besar."

"Seperti apa sih wajahnya, aku jadi penasaran."

Tanpa ragu, Dylan segera naik ke kamar atas untuk melihat wanita itu dan betapa terkejutnya saat ia mengetahui siapa wanita yang ditolong kakeknya tersebut.

"Di ... dia ...."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!