Di suatu pagi yang cerah. Seorang gadis kecil berusia 5 tahun sedang tertidur dengan pulasnya. Sinar matahari menyelimuti tubuhnya dan suara burung menjadi lagu tidurnya.
Dia adalah putri dari seorang aktor muda bernama Xue Fu. Xue Lan adalah putri kandung Xue Fu. Meskipun Xue Lan hadir melalui ketidaksengajaan. Xue Fu baru mengetahui kalau dirinya memiliki seorang putri setelah putrinya dilahirkan dan ibunya meninggal.
Karena sudah dibuktikan dengan tes DNA bahwa Xue Lan adalah putrinya. Mau tidak mau dia harus menerimanya. Meski begitu Xue Fu sangat jarang memperhatikan putri kecilnya itu. Dia hanya menanyakan kabarnya pada pengasuhnya saja. Karena dia pergi pagi pulang malam. Maka seringkali ia tidak bertemu dengan Xue Lan.
...----------------...
Pagi ini ia juga sudah pergi bekerja tanpa pamit dan menengok putrinya dahulu. Ia sudah terbiasa dengan itu.
"hmmhh..." Desah Xue Lan sambil menggeliat dan mengusap matanya.
"selamat pagi nona..." Ujar Merin sang pengasuh dengan senyum cerah di wajahnya. Xue Lan pun menanggapinya dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Dimana papa?..." tanyanya seperti biasa.
"papamu sudah pergi bekerja nona." Sahut pengasuhnya seperti biasa. Pengasuhnya merasa sangat prihatin melihat Xue Lan yang sangat jarang bertemu dan bertegur sapa dengan papanya. Ia bertekad untuk menjaga nona kecilnya agar tidak kekurangan kasih sayang.
"ohhh baiklah." Sahut Xue Lan dengan anggukan kecil yang menggemaskan. Xue Lan memiliki wajah bulan dengan pipi seperti bak Pao yang lembut. Kulitnya putih dan halus. Rambutnya pendek dan lebat serta berwarna hitam pekat begitu pula dengan warna matanya. Bibir kecil dan hidung mungilnya membuat ia tanpa semakin imut seperti boneka.
...----------------...
Di kantor tempat Xue Fu bekerja.
"Bagaimana keadaan putrimu Fuan. "Tanya Luo San sang manager dengan wajah penasaran.
"Dia baik-baik saja." Ujar Xue Fu abai.
"Huh... kamu harus meluangkan waktu untuk anakmu. Meskipun dia adalah anak diluar nikah. Bagaimanapun dia tetaplah putrimu. Kamu tahu, mungkin ada banyak orang di luar sana yang berharap mempunyai anak ataupun mengharapkan kehadiran seorang anak perempuan dalam keluarga mereka... Perbaikilah hubungan kalian sebelum kamu menyesalinya di kemudian hari. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok." Ucap Luo San dengan wajah kesal. Ia sangat kesal dengan atasannya ini.
Sesungguhnya ia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak perempuan dalam keluarganya. Karena ia sudah mempunya tiga orang putra. Melihat perilaku Xue Fu yang mengabaikan putrinya membuatnya merasa sangat marah. Namun apalah dayanya ketika Xue Fu sama sekali tidak menggubrisnya.
......................
Sore harinya Xue Fu sedang melakukan sebuah adegan pertarungan. Dia menjadi bintang utama dalam sebuah film aksi yang di buat oleh produser terkenal.
Setelah sekian adegan yang diselesaikannya. Akhirnya tibalah waktunya beristirahat. Saat ia sedang meminum air tiba-tiba ponselnya berdering. Ia menoleh dan melihat sebuah nomor tidak dikenal. Karena malas ia pun tidak menjawabnya dan membiarkannya berhenti sendiri.
Setelah berhenti berdering, ponselnya berdering beberapa kali lagi dengan nomor pemanggil yang sama. Ia merasa kesal lalu mematikan daya ponselnya dan segera beranjak ke tempat adegan selanjutnya.
Sedangkan di tempat lain.
Pengasuh Xue Lan sedang menangis tersedu-sedu sambil berusaha menelpon dari telepon umum. Namun sama sekali tidak ada yang menerima panggilannya. Kemudian dengan putus asa ia menengok ke arah Xue Lan yang menatapnya dengan mata besar yang cerah gemilang.
Dengan cepat ia kemudian menggendong Xue Lan dan berlari sekuat tenaga. Sebenarnya ada beberapa orang bersenjata yang mengejar mereka sejak jalan-jalan di taman. Karena panik tanpa sadar mereka berjalan ke lokasi yang sepi dan jauh dari perumahan warga.
Tanpa sadar kaki sang pengasuh sudah terluka dan berdarah. Ia berlari ke dalam hutan sambil menggendong Xue Lan. Dengan nafas terputus-putus ia melewati pepohonan yang rindang dan semak-semak. 5 orang bertopeng yang membawa senjata tajam dan senjata api terus mengejar mereka.
Tiba-tiba Kaki sang pengasuh tertancap duri sebuah pohon hingga ia terjatuh dan tangannya keseleo. Meski begitu ia masih berusaha memeluk Xue Lan dan melindunginya. Dengan air mata yang mengalir deras ia berusaha untuk bangkit. Namun dengan tanpa terduga punggungnya terasa sakit.
Ternyata sebuah belati menancap di punggungnya. Orang itu menancapkannya beberapa kali hingga darah menyembur ke wajah Xue Lan yang sudah mulai menangis. Dengan pandangan buram dan tubuh yang mati rasa ia melihat Xue Lan ditarik dengan paksa dari pelukannya.
Ia sempat mendengar tangisan Xue Lan sekejap hingga akhirnya semuanya hening dan pandangannya menjadi gelap.
'maafkan saya nona... maafkan saya tuan...' pikirnya dengan sangat sedih. Ia merasa sangat bersalah dengan kejadian ini.
...----------------...
Di tempat Xue Fu. Tiba-tiba ia merasakan perasaan yang tidak enak. Namun ia mengabaikannya begitu saja.
Malam harinya ia pulang kerumahnya dengan tubuh yang lelah. Namun ia merasa ada yang aneh. Rumahnya gelap gulita. Biasanya Merin akan menyalakan seluruh lampu di rumahnya. Dengan panik ia berlari ke pintu rumahnya namun sayang pintunya terkunci.
hal ini membuat perasaannya menjadi sangat tidak enak.
Ia menelpon Merin namun tidak dijawab. Sungguh membuatnya semakin cemas. Ia kemudian menghubungi ibunya.
"ibu... apa Xue Lan ada disana?." tanyanya panik.
(tidak... apa yang terjadi?.) tanya ibunya balik. Namun Xue Fu tidak menjawabnya dan langsung mematikan ponselnya.
Dengan tergesa-gesa ia menaiki mobilnya dan segera melaju ke arah taman yang biasa di kunjungi oleh putrinya dan pengasuhnya. Sesampainya di sana ia sangat bersyukur melihat toko yang memiliki CCTV masih buka.
Dengan cepat ia memasuki toko itu.
"Permisi... saya Xue Fu. Putri saya dan pengasuhnya belum pulang. Bolehkan saya melihat rekaman CCTV disini yang ke arah taman?." Tanyanya dengan tergesa-gesa. Kemudian pemilik tokonya datang dan mengijinkan Xue Fu melihat rekamannya di ruang CCTV .
Saat itu ia melihat Pengasuh dan putrinya berjalan dengan tergesa-gesa. Dan ternyata ada beberapa orang yang mengikuti mereka.
"Laporkan rekaman ini ke polisi. Dan Suruh polisi menyusul saya ke wilayah hutan bagian Utara." Ucap Xue Fu dengan cepat. Pemilik toko itupun mengangguk dan segera menghubungi polisi.
Dengan cepat Xue Fu keluar dari toko dan memasuki mobilnya. Lalu ia pun melaju ke arah hutan.
Ia melewati sebuah telepon umum yang nampak terbengkalai. Secara tiba-tiba ia menghentikan mobilnya dan berjalan mundur. Kemudian ia turun dari mobilnya di dekat telepon umum itu.
Kemudian ia memungut sebuah ikat rambut yang sangat dikenalinya. Itu adalah ikat rambut Xue Lan yang ia belikan.
Dengan perasaan gelisah ia pun memasukkan ikat rambut itu ke sakunya. Lalu ia memasuki mobilnya dan melanjutkan perjalanannya.
Kemudian ia berhenti di tepi jalan yang nampak berantakan. Sepertinya ada sekumpulan orang yang baru melewati tempat itu. Ia menyalakan senter ponselnya dan tanpa rasa takut ia mulai memasuki hutan yang gelap gulita.
Setelah masuk beberapa meter, pandangannya teralihkan oleh sebuah sepatu di rerumputan. Itu adalah sepatu gadis kecilnya. Sepatu itu kotor dan lecet. Dengan tanpa disadarinya air matanya mulai menetes.
Ia sangat takut. Benar-benar takut.
"kamu pasti baik-baik saja nak..." lirihnya sambil memasukkan sepatu itu ke sakunya. Ia pun melanjutkan perjalanannya. Hingga matanya teralihkan oleh sebuah noda merah di rerumputan. Ia pun berjongkok dan memeriksanya. Ternyata itu adalah darah.
Dengan cepat ia berdiri dan berlari menyusuri tempat yang nampak baru saja di lewati. Ia berlari tanpa peduli kakinya terluka. Ia terus menyusuri noda darah yang berceceran di rerumputan.
Hingga akhirnya sampailah Dia Di sebuah tempat yang nampak sangat berantakan. Disana juga terdapat banyak darah yang sudah kental. Ia dapat menggambarkan kalau ada sebuah kejadian disini dan di sebelahnya juga. Dugaan yang muncul dalam hatinya sungguh menakutkan.
Dengan tubuh yang bergetar ia menyusuri sebuah bekas seretan dan jejak kaki yang ternoda darah di tanah. Dengan hati-hati tapi pasti ia merangkak menyusurinya.
Hingga sampailah ia di sebuah gundukan tanah yang sepertinya baru saja dibuat. Dengan pelan dan kadang cepat ia mengorek tanah itu dengan tangannya.
hingga akhirnya ia menyentuh sesuatu yang membuat tangannya seperti kesetrum.
Disisi lain.
Luo San sedang membereskan barang-barang Xue Fu yang berantakan. Saat itu ia melihat arloji milik Xue Fu. Ia tahu tidak mungkin ia meninggalkan barang yang paling dijaganya ini. Arloji ini adalah pemberian dari neneknya.
Sambil menghela nafas ia kemudian mengambil ponselnya. Setelah itu ia menghubungi Xue Fu. Beberapa saat kemudian teleponnya di jawab.
"Fuan, arlojimu tertinggal. Ambillah sendiri." Ucap Luo San dengan kesal.
beberapa saat setelah ia berbicara Xue Fu masih terdiam.
hingga akhirnya terdengar suara parau dari sebrang sana.
(San...hiks...San...)
"Halo Fuan.... apa yang terjadi. Dimana kamu?." Tanya Luo San dengan panik. Karena Xue Fu tidak menjawab. Luo San memutuskan untuk segera menuju ke lokasi Xue Fu. Ia memasang GPS di ponsel Xue Fu sehingga ia bisa melacaknya dengan cepat.
Setelah berada di dalam mobil dan menyambungkan GPS dan mobilnya. Ia sangat kebingungan melihat lokasi Xue Fu yang ada di dalam hutan. Dengan perasaan cemas ia segera melajukan mobilnya.
...----------------...
Di tempat lain, di dalam sebuah ruangan yang tertutup rapat.
"Apa semuanya sudah beres?." Ucap seorang pria dengan suara serak.
(sudah tuan)
"Bagaimana dengan Xue Fu?..." tanyanya lagi.
(Saya melihatnya tergesa-gesa ke dekat taman barusan)
"huh... biarkan saja. Lagipula Xue Lan adalah penghambat kesuksesan Xue Fu. Tidak ada salahnya aku menghabisinya kan." Ujarnya lagi dengan senyum di wajahnya. Kemudian ia mematikan ponselnya.
"Apa kamu yakin Xue Fu tidak akan mencurigai kita?." Ucap seorang wanita dengan nada khawatir.
"Heh...Tidak mungkin dia mencurigai kita. Kita adalah orang yang paling dekat dengan Xue Lan." Ujar pria itu sambil tertawa kecil.
"Jangan khawatir... Ini semua demi kebaikan Xue Fu. Memiliki seorang anak haram akan menganggu karirnya." Ujar Pria itu lagi.
"Baiklah." Ujar wanita itu sambil mengangguk.
Tanpa keduanya sadari ada seorang gadis kecil yang mendengar pernyataan keduanya.
...----------------...
Kini Luo San sudah tiba di tempat mobil Xue Fu terparkir.
Setelah menuruni mobilnya, ia segera memeriksa mobil Xue Fu yang masih menyala dan pintu sopirnya terbuka. Ia tidak melihat siapapun disana. Dengan bantuan senter ponsel ia melihat semak-semak yang kacau. Dan lokasi Xue Fu yang terlihat di GPS juga sepertinya ada di dalam hutan ini.
Dengan Cepat ia berjalan menyusuri Jalan itu.
"Fuan!!...." Teriaknya memanggil-manggil Xue Fu. Jalan yang dilewatinya cukup terjal. Ini semakin sulit karena sinar ponsel yang terbatas.
Pada akhirnya Ia tiba di tempat penuh darah itu.
"hwkkk"...Luo San sangat terkejut. Ia kemudian berjongkok dan menyentuh sedikit noda itu. Darahnya sudah mengental. Ia yakin ini darah manusia. Hal itu sungguh membuatnya berpikir yang tidak-tidak.
Dadanya memanas dan nafasnya mulai memburu. Detak jantungnya seperti sebuah sirine yang memekakkan telinga. Ia menoleh ke segala arah sambil memanggil Xue Fu.
"Fuan!!...."
Hingga ia mendengar sebuah suara tangisan kecil dari semak-semak beberapa meter didepannya. Dengan perlahan tapi pasti ia menyusuri semak dengan perlahan.
Ia melihat sesosok pria bersimpuh dengan punggung membungkuk dan bergetar. Pakaiannya berantakan dan disekitarnya juga berantakan.
"Fuan?..." Panggilnya pelan.
"Fuan!!..." Teriaknya sambil dengan cepat menghampiri Xue Fu.
Ia langsung jatuh setelah melihat apa yang di gendong oleh Xue Fu.
Tubuh kecil yang bersimpah darah dan pakaiannya yang berantakan.
Dengan tubuh gemetar Luo San menyentuh tubuh kecil itu. Dan kemudian ia menarik tangannya yang sudah terasa basah. Ia menatap Xue Fu yang sudah melamun tanpa suara. Air matanya mengalir begitu saja.
Ia kemudian melihat ke arah lubang yang nampaknya digali oleh Xue Fu. Disana ia melihat sebuah tangan yang masih terlihat cantik. Kemudian dengan tangan yang gemetaran ia memanggil ambulance.
Tak lama kemudian ada suara panggilan dari beberapa orang. Mereka membawa anjing pelacak dan juga banyak senter. Beberapa saat kemudian mereka sampai disana. Seorang polisi membantu Xue Fu berdiri sedangkan Luo San meminta polisi untuk menggali tangan yang dilihatnya.
"Pergi!!!..." Teriak Xue Fu sambil menggendong erat tubuh Xue Lan. Hal itu membuat ia menjadi pusat perhatian. Dengan segera Luo San menghampirinya. Dan meminta polisi untuk memaklumi tindakannya.
"maaf pak. Gadis ini adalah putrinya. Tolong biarkan dia tetap menggendongnya hingga di rumah sakit." Ucap Luo San penuh harap. Polisi itupun mengangguk. Lantas mereka bertiga berjalan keluar dari hutan.
Sesampainya di luar hutan, mobil ambulance sudah siap siaga. Mereka ingin mengambil Xue Lan namun Xue Fu tidak mau melepaskannya.
"Fuan... biarkan mereka menangani Xue Lan. Kamu ingin dia baik-baik saja kan?." Ujar Luo San meyakinkan Xue Fu yang sudah seperti orang tidak waras karena syok berat.
Akhirnya Xue Fu menyerahkan tubuh Xue Lan ke para perawat. Dan dengan cepat mereka menangani tubuh Xue Lan.
...----------------...
Waktu berlalu, kini dokter telah keluar dari ruang gawat darurat.
Dengan pakaian yang masih berantakan Xue Fu langsung masuk ke ruangan dan Luo San menghampiri dokternya.
"Bagaimana keadaannya dok?." Tanya Luo San dengan khawatir.
" Kami minta maaf. Peluru mengenai jantungnya. Kami tidak bisa melakukan apapun." Ucap dokter itu lemah sambil menggeleng. Luo San pun terdiam.
lidahnya kelu dan tiba-tiba nafasnya memburu. Tanpa terasa air matanya mengalir dengan deras.
Dengan langkah berat ia membuka pintu. Ia melihat Xue Fu yang terduduk di lantai sambil memeluk mayat Xue Lan.
wajahnya datar namun air matanya mengalir. Ia memeluknya erat seolah tidak ingin ada orang lain yang menyentuh putrinya itu.
Luo San kemudian duduk di samping Xue Fu dan memeluknya sambil mengusap pelan kepala Xue Fu. Luo San sudah menganggap Xue Fu sebagai putranya sendiri. Hal ini membuatnya sangat terluka. Baru kemarin ia mengatakan itu. Dan hal ini malah terjadi. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena berkata buruk.
...----------------...
Pagi harinya ayah dan ibu Xue Fu datang. Dengan panik mereka menghampiri Xue Fu yang sedang duduk di pojok ruangan sambil memeluk lututnya. Matanya merah dan terbentuk kantung hitam di kelopak matanya. Semalaman ia menangis tanpa suara dan tidak tidur sama sekali.
"Nak... kamu baik-baik saja?..." Tanya ibu Xue Fu yang bernama Yang Xue dengan khawatir. Xue Fu sama sekali tidak menggubrisnya. Yang Xue pun menangis melihat keadaan putranya yang sangat terpuruk.
Ia kemudian menatap ayah Xue Fu yang bernama Wang Xue. Ia hanya menggeleng dan memeluk istrinya yang mulai menangis. Sedangkan Luo San hanya bisa menyaksikannya tanpa bisa berkata-kata.
...----------------...
Hari ini adalah hari pemakaman Xue Lan dan Merin.
Banyak orang datang untuk berkabung termasuk teman-teman sesama aktor. Beberapa diantaranya adalah Zee Yao, Wang Lee, Ji Yihan, dan Zuo Lin. Mereka adalah teman dekat Xue Fu yang juga merupakan sesama aktor.
Mereka sangat sedih melihat Xue Fu yang duduk bersimpuh dengan wajah datar dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Mereka dapat merasakan betapa syok dan sedihnya Xue Fu sekarang.
...----------------...
Satu bulan telah berlalu. Xue Fu mengurung dirinya di mansion besarnya. Ia masih sangat menyesali perbuatannya dan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ia bahkan tidak makan dan minum. Terkadang ia juga tidak tertidur dan menangis semalaman.
Xue Fu mengalami depresi berat tanpa ada yang menyadarinya. Selama empat bulan ia terus mengurung dirinya. Beberapa kali orang tuanya datang namun diusirnya tanpa menampakkan wajahnya. Begitu pula saat Luo San dan teman-teman lainnya mengunjunginya.
...----------------...
Suatu hari ia hendak berjalan menuruni tangga di rumahnya. Karena merasa sangat lemah dan seluruh tubuhnya lemah, ia pun terpeleset dan akhirnya ia terjatuh menggelinding di tangga. Saat ia membuka matanya kepalanya sudah terasa berat dan wajahnya terasa basah.
Darah keluar dari kepalanya karena benturan keras. Saat itu tiba-tiba ada seorang bocah laki-laki berusia sekitar 10 tahun datang dari pintu belakang dan menghampiri Xue Fu.
"Tuan, anda kenapa?...Sadarlah... Saya ingin mengatakan siapa yang membunuh Xue Kecil." Ucap bocah itu dengan nada lemah. Xue Fu yang mendengar itu pun mengangkat kepalanya dengan sekuat tenaga.
Kemudian Ia memegang erat tangan anak itu.
"Siapa..." Ucapnya Dengan lemah.
"Ada lima orang pria besar yang membunuhnya. Yang menyuruhnya adalah...." Sahut bocah itu dengan takut.
Mendengar itu Xue Fu menangis tidak menyangka. Bagaimana bisa mereka tega menghabisi Xue Lan. Sebelum menutup matanya ia berharap.
'tolong beri aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahanku kali ini. Ku mohon...'
Kemudian kesadarannya pun menghilang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dikamar yang luas nan megah. Seorang anak berusia 18 tahun sedang tertidur dengan pulas. Hingga tiba-tiba ia terbangun dengan nafas memburu. Ia nampak kebingungan dan menoleh ke segala arah.
"Tempat ini?..." Ucapnya kebingungan. Lantas ia beranjak menuruni kasurnya dan berjalan ke arah cermin. Ia menatap lekat wajahnya.
Kemudian ia duduk bersimpuh dan mulai menangis.
Ya, dia adalah Xue Fu. Ia kembali ke usinya yang ke 18 sebelum ia bertemu dengan putrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!