Derap langkah kaki seorang gadis manis berkacamata mulai memasuki area sebuah universitas ternama yang letaknya ada di jantung kota tempat kumpulan para kaum elit dan orang-orang berpengaruh di negara ini berada. Butuh perjuangan sengit bagi gadis sederhana dan berkacamata itu agar bisa masuk ke universitas bergengsi ini. Walau penampilannya cupu, tetap tak mengurungkan niatnya untuk tetap memasuki tempat impian seluruh siswa-siswi sekolah yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Universitas Rejasa adalah inversitas Swasta yang khusus dibangun oleh kaum elit untuk mempermudah putra-putri mereka mendapatkan pendidikan layak dan fasilitas memadai sebagai penunjang masa depan mereka. Tak hanya bangunan dan sistem pendidikannya yang elit dan modern. Universitas Rejasa juga bekerja sama dengan pihak asing dimana setiap mahasiswa yang lulus dari kampus ini, maka mereka semua akan mendapat rekomendasi penuh agar direkrut oleh perusahaan asing diseluruh dunia sesuai dengan bidang study pilihan masing-masing. Dengan kata lain, lulusan universitas Rejasa, masa depan mereka pasti terjamin. Tidak ada yang tidak sukses setelah lulus dari sini.
Dengan sistem seperti itu, universitas mahal ini menjadi banyak incaran dan impian semua siswa sekolah yang ingin memiliki masa depan cerah. Apalagi baru-baru ini, pihak universitas memberikan dana bantuan bagi semua siswa-siswi berprestasi agar bisa menempuh pendidikan di kampus bergengsi itu dan meraih impian mereka termasuk yang dilakukan si gadis berkacamata, yaitu Valexa. Berkat prestasi yang ia punya, Valexa berhasil mendapatkan beasiswa yang ditawarkan dan sekarang ia adalah mahasiswi baru di kampus ini.
Hari ini, adalah hari pertama Valexa masuk ke universitas ternama ini dan kesan pertamanya adalah sangat menakjubkan. Kampusnya sungguh indah, rapi, bersih rindang, dan juga nyaman. Terdapat banyak lapangan luas dan berbagai macam taman ditumbuhi ratusan pepohonan serta gedung-gedung mewah menjulang tinggi di depan, menyejukkan setiap mata yang memandang.
Semua fasilitas pendidikan dan yang lainnya sudah disediakan di kampus ini termasuk asrama setiap mahasiswa yang menempuh pendidikan di sini. Asrama ini, bukan hanya untuk mahasiswa yang lokasi rumahnya jauh saja, tapi semua mahasiswanya memang memiliki kamar asrama sendiri-sendiri baik putra maupun putri sebagai fasilitas tambahan bila pulang terlalu malam atau banyaknya tugas yang diberikan agar tidak bolak balik pulang kerumah. Tetap saja, tak semua mahasiswa diwajibkan tinggal di asrama, mereka bebas memilih karena tujuan adanya asrama itu hanya mempermudah para pelajar yang menempuh pendidikan di kampus ini.
Asrama yang dibangun dibelakang gedung utama kampus, bukanlah sembarang asrama, tetapi merupakan tempat istirahat yang sangat elit dan tak kalah lengkap dengan fasilitas kamar seperti yang ada di hotel bintang lima. Tak heran bila kampus ini terbilang paling mahal di negara ini karena seluruh kebutuhan hidup dan segala hal yang dibutuhkan selama menjadi mahasiswa di universitas Rejasa sudah terpenuhi dengan baik dan terlalu sempurna malah. Sudah bisa dibayangkan seperti apa rasanya belajar di kampus yang menjadi impian semua orang karena tak perlu repot cari kos-kosan.
Namun, dibalik semua fasilitas mewah dan sempurna itu, ternyata ada sisi lain yang terdapat di kampus ini ketika memasukinya, yaitu para penghuninya. Hampir 98% mahasiswanya terdiri dari kaum borjuis yang berkuasa sehingga mereka semua sangat sombong dan suka bertindak semena-mena terutama terhadap mahasiswa yang berasal dari kasta rendah. Banyak sekali pemandangan tak pantas diperlihatkan para mahasiswa kaya itu ketika menyiksa dan membully kaum rendahan yang memaksakan diri mereka belajar di kampus ini dengan mengandalkan beasiswa.
Mata Valexa tak penah bisa berhenti berkedip ketika ia melewati pintu masuk utama kampus, dirinya sudah disambut beberapa kelompok mahasiswa yang sedang membully mahasiswi lain dengan menyuruh gadis malang itu berguling-guling di tanah hingga membentur kaki Valexa yang baru saja tiba. Mahasiswi cantik itu menangis dalam diam di kaki Valexa yang sontak menjauh karena terkejut. Untuk sesaat, gadis malang itu menatap wajah bingung Velexa seakan ingin meminta tolong, ia tak bisa berbuat apa-apa, apalagi untuk membalas perlakuan buruk sekelompok orang-orang pembully yang ada dibelakangnya.
Hati Valexa serasa mendidih melihat semua ini. Namun, sedikit banyak, ia memang sudah tahu kebrobrokan yang ada di kampus elit ini terlepas dari segala keunggulan dan kesempurnaannya. Tak menuntut kemungkinan, dirinya akan mengalami hal serupa mengingat siapakah dia sekarang. Sekali lihat, tanpa dijelaskanpun, Valexa sudah bisa menebak apa yang terjadi sekarang begitupula nanti, teruatama pada apa yang menimpa wanita dihadapannya.
"Hei, kau? Apa ... kau mahasiswi baru? Yang dapat beasiswa itu?" tanya seorang wanita yang berdandan menor dengan suara lantang dan gaya khas sombongnya seolah meremehkan. Dari sikap arogannya, wanita yang mirip nyai ronggeng itu adalah pemimpin kelompok pembully.
"Kau budeg, ya? Apa pura-pura tuli?" teriak rekannya yang lain karena Valexa tak kunjung menjawab pertanyaan wanita sombong tadi.
"Iya!" jawab Valexa singkat, padat dan sangat jelas. Ia sendiri malas bicara dengan orang-orang sombong yang sok berkuasa di kampus ini. Gadis berkacamata itu membungkuk hendak membantu mahasiswi cantik yang ada didepannya, tapi niat Valexa langsung dihentikan oleh salah satu wanita dari kelompok pembully itu.
"Berani sentuh dia ... kau adalah target berikutnya!" teriak wanita sombong itu memperingatkan sambil menatap mata Valexa dengan tajam.
Awalnya, Valexa berhenti bergerak dan juga tertegun antara tetap melanjutkan aksinya atau tidak menolong gadis yang sedang menangis tepat di depan matanya. Namun, ia sudah terlanjur masuk ke dalam neraka yang dihuni oleh para kaum remaja beranjak dewasa.
Apa bedanya di bully nanti dan sekarang? Toh Valexa akan tetap mendapat penyiksaan karena dia adalah gadis cupu yang sederhana dan tergolong kasta rendahan. Valexa pun memutuskan tetap membantu mahasiswa cantik yang kena bully itu untuk bangun berdiri. Kedua wanita tersebut berjalan dan hendak meninggalkan kerumunan menuju gedung utama agar bisa mengikuti mata kuliah.
Namun, baru juga beberapa langkah Valexa dan mahasiswi cantik itu berjalan, tiba-tiba saja sebuah kaki entah milik siapa dengan sengaja menjegal kaki Valexa sehingga kedua gadis itu jatuh tersungkur ke tanah. Valexa dengan sigap bisa menggunakan tangan kanannya untuk menopang tubuh langsingnya agar wajahnya tidak membentur aspal jalan, tapi tidak dengan gadis cantik yang dibantunya. Karena tak bisa menyeimbangkan tubuh, mahasiswi yang baru saja dibully itupun jatuh tertelungkup sehingga kening dan hidungnya membentur aspal jalan dengan sangat keras. Darah segar, mulai mengucur deras di area wajah cantik wanita itu.
"Kau tidak apa-apa?" Valexa langsung bangun untuk memeriksa mahasiswi cantik itu. Ia merasa sangat cemas dan juga bingung karena kening dan hidung gadis itu mengalami lecet yang cukup parah juga. "Kita harus ke rumah sakit secepatnya," ajak Valexa dan lagi-lagi, niatnya itu dihentikan oleh wanita sombong pemimpin geng pembully.
"Berani bergerak sedikit saja, kau akan tanggung akibatnya!" ancamnya dengan ekspresi yang sangat menjengkelkan. "Kau dan si dungu itu ... takkan pernah bisa menginjakkan kaki di sini lagi untuk selamanya jika berani pergi dari hadapanku sekarang."
"Kenapa kau terus menghalangi langkahku? Apa masalahmu?" tanya Valexa dengan lantang dan lebih terkesan menantang karena kesabarannya sudah hampir habis menghadapi sikap wanita sombong itu.
"Suka-suka aku dong ... aku yang berkuasa di sini. Aaaah ... karena kau baru ... makanya kau belum tahu." wanita yang entah siapa namanya itu terus menatap tajam mata Valexa yang berdiri tegap didepannya. "Barang siapa yang keluar dari kampus ini, baik itu mengundurkan diri ataupun kena DO, maka dia takkan pernah bisa kuliah di kampus manapun yang ada di seluruh dunia ini. Artinya, kau akan jadi sampah masyarakat yang sangat menjijikkan dan merepotkan negara. Dasar tidak berguna, sudah miskin ... masih berani masuk sini!" wanita sombong itu tersenyunm sinis menatap benci wajah-wajah yang menurutnya sangat menjijikkan baginya. "Silahkan pergi dari sini jika kau tidak percaya dengan ucapanku," tandasnya senang dan sangat merendahkan Valexa.
Valexa mengambil napas dalam-dalam mencoba bersabar meskipun ia sudah tidak tahan, ia hendak buka mulut tapi langsung dibekap oleh wanita yang ada disebelahnya. "Jangan melawan, kau bisa dalam masalah besar jika melawannya. Pernah ada yang melawan satu orang dan gadis itu berakhir koma di rumah sakit," ujar gadis yang ditolong Valexa sambil menahan rasa sakit dan mengusap darah yang terus mengalir dihidungnya. Valexa memberikan sapu tangan untuk membantu menghentikan darah wanita malang itu agar tidak keluar lagi.
Ada sesuatu yang dirasakan Valexa ketika ia mendengar penjelasan gadis yang ada dihadapannya ini. Seketika darahnya langsung mendidih. Tapi inilah tujuan utama ia datang kemari. Tempat yang menurut Valexa adalah sarang para monster bertubuh manusia seperti wanita sombong itu.
BERSAMBUNG
***
Hari pertama masuk sudah dihadapkan dengan situasi yang membuat Valexa darah tinggi. Namun, yang dikatakan gadis malang yang ditolong Valexa memang benar. Ia tidak dalam posisi bisa melawan sekarang. Kampus ini memang kampus terbaik yang ada di negara ini, tapi sayang, jiwa sosialisasi dan moralitas jadi tersingkir karena uang dan kekuasaan.
Siapakah yang paling kaya, maka dialah yang berkuasa. Itu biasa terjadi dikampus-kampus elit seperti yang ada di kampus ini meskipun tidak semua universitas seperti itu.
"Maaf, ini salahku." Valexa jadi merasa bersalah pada gadis disebelahnya, tapi mahasiswi cantik ini hanya mengangguk pelan tanda menerima permintaan maaf Valexa.
Semua orang yang ada di sini bukannya membantu ataupun minta maaf atas apa yang telah mereka lakukan terhadap dua mahasiswi berbeda penampilan ini, mereka malah bersorak ramai sehingga mengundang perhatian beberapa dosen dan juga satpam mendekat ke arah mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya satpam kampus menghentikan suara teriakan kelompok pembully tak punya hati itu. Melihat beberapa satpam dan dosen datang mendekat, para kelompok pembully itu terdiam dan saling pandang seolah sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik.
"Si mahasiswi baru itu menyiksa Fara sampai seperti itu, Pak! Lihat saja, darahnya bercucuran di mana-mana. Ck ck ck ck ... kasihan Fara. Sebaiknya dia cepat di bawa ke rumah sakit kampus dan hukum saja pelaku yang membuat Fara seperti itu, Pak. Baru datang sudah bikin onar!" lapor si wanita sombong mulai memfitnah Valexa. Padahal nyatanya tidak seperti itu.
"Itu tidak benar, Pak. Merekalah yang menyiksa gadis ini. Saya hanya membantunya dan tiba-tiba ...." Valexa membela diri karena tidak terima dijadikan kambing hitam atas kesalahan yang tidak ia buat.
"Halah ... ngeles aja kau! Ngaku aja deh, kita semua saksinya loh di sini," sela rekan wanita sombong itu sebelum Valexa buka suara lebih banyak.
"Aku nggak ngeles, kalianlah yang memang menyiksa dia!" sentak Valexa tetap kukuh dengan pembelaannya.
"Gaes!" teriak wanita sombong itu pada gengnya. "Apa kalian rela dituduh oleh si kampungan culun itu menyiksa Fara?" tanyanya sambil melipat tangan di dada.
"Iya nggaklah, orang dia yang nyiksa, kita yang dituduh! Dasar muka dua!" rekan wanita sombong itu mencoba memutar balikkan fakta. Padahal kata-kata itu jelas lebih pantas ditujukan untuk dirinya sendiri dan teman-temannya ketimbang pada Valexa .
"Huuu ...." seru kelompok geng pembully mengolok-olok Valexa dan berlagak sok marah karena tidak terima atas tuduhan yang dilontarkan mahasiswi baru itu. Mereka langsung menunjukkan aksi protes dihadapan satpam dan para dosen agar Valexa dihukum berat karena menyiksa teman dan menuduh kelompok mereka yang bukan-bukan.
"Kalian semua! Diamlah!" sentak salah satu dosen paling disegani di kampus ini. Seketika semua orangpun diam. "Fara!" ujar dosen tersebut pada gadis cantik yang ternyata bernama Fara. "Apa benar yang dikatakan Nadin? Yang melukaimu sampai seperti itu adalah mahasiswi baru itu?" tanyanya.
Fara diam dan menunduk karena takut, tapi wanita sombong yang bernama Nadin itu mencoba memprovokasi Fara agar ia mau berbohong demi dirinya. "Fara, katakan yang sebenarnya, jangan takut. Kami akan mendukungmu," ucap Nadin ambigu. Maksudnya, jika Fara tidak mau berbohong, maka ia harus bersiap-siap hancur ditangannya.
"Be-benar, Pak!" ujar Fara lirih sambil terus menundukkan kepalanya karena merasa bersalah pada Valexa.
Fara tidak punya pilihan lain, jika ingin selamat maka ia harus menuruti semua keinginan Nadin. Nadin tersenyum kecut mendengar jawaban Fara karena sesuai keinginannya. Tidak ada yang berani melawan Nadin karena ia adalah putri dari salah satu pendiri kampus ini. Senyum licikpun menghiasi sudut bibir pemimpin geng pembully ini.
"Katakan sekali lagi Fara! Benar mahasiswi baru itu yang melukaimu?" tanya dosen itu lagi.
"Be-benar, Pak!" jawab Fara agak takut dan semakin bersalahlah ia pada Valexa.
Dalam hati, Fara menjerit tak berdaya. Mahasiswi cupu itu mencoba membantu Fara, tapi ia terpaksa memfitnahnya. Hal itu Fara lakukan karena ia berada dibawah tekanan kelompok pembully ini. Sungguh, Fara tak bisa melawan Nadin terlepas statusnya sebagai gadis rendahan di kampus ini. Fara masih ingin belajar di sini sampai lulus agar mendapatkan pekerjaan layak suatu hari nanti. Karena itulah ia rela melakukan apa saja termasuk memfitnah orang yang sudah membantunya.
Valexa terperangah tak percaya, ini sih namanya tulung mentung. Sudah ditolong eh malah di pentung. Gadis itu hanya bisa tertawa sinis melihat pemandangan lucu yang terjadi di kampus ini, tapi Valexa mencoba memahami situasi yang menimpa gadis malang itu. Jika posisinya dibalik, mungkin ia juga akan melakukan hal sama seperti yang dilakukan Fara.
Orang-orang yang ada di depan Valexa ini, benar-benar kelompok pembully berbahaya. Tidak ada yang berani melawan mereka apalagi bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga tak punya. Valexa terdiam dan menatap wajah Nadin serta kelompoknya satu persatu dengan tatapan yang tak bakal bisa dijelaskan. Mahasiswi baru itu merekam setiap wajah mereka dalam ingatannya untuk ia ingat sepanjang hidupnya.
Melihat pandangan mata Valexa penuh dengan dendam dan api kebencian begitu besar, membuat Nadin semakin tersenyum senang dan sangat puas. Sepertinya, ia telah menemukan mainan baru untuk ia jadikan bonekanya. Kehadiran Valexa seakan sebuah permainan lain yang akan dimainkan Nadin selama ia menguasai kampus ini karena Valexa bukan berasal dari keluarga kaya seperti dirinya. Jadi, ia bisa bertindak seenaknya.
"Siapa namamu?" tanya dosen itu pada Valexa.
"Valexa," jawab Valexa dengan nada gemetar bukan karena takut, tapi karena emosi.
"Kau ikut denganku!" perintah dosen itu dan dalam diam, Valexa mengikuti sang dosen dari belakang.
Dari kejauhan, mahasiswi baru itu melihat Nadin sedang membisikkan sesuatu kepada Fara sehingga gadis malang itu langsung menangis di tempat. Dengan gaya khas sombongnya, kelompok pembully itu pergi meninggalkan Fara sendirian. Dan Valexa sendiri terpaksa menerima hukuman atas apa yang tidak ia buat.
***
Satu jam kemudian, Valexa kembali ke ruang kelasnya untuk mengikuti mata kuliah yang sudah ia ambil selama mendaftar di kampus ini. Sebuah tato alami akibat hukuman yang ia dapat, terukir jelas di kedua kaki Valexa. Namun gadis cupu itu tetap berjalan tegap seolah tak merasakan sakit sedikitpun. Ini adalah hukuman pertama di hari pertama ia masuk kuliah. Tak menuntut kemungkinan ia bakal mendapatkan hukuman-hukuman lain yang jauh lebih berat dari ini.
Valexa berjalan pelan menuju ruang kelasnya. Jurusan yang ia ambil selama menempuh pendidikan di sini adalah Sastra Asing. Kini, gadis cupu itu sudah ada di depan pintu kelasnya. Awalnya, Valexa ragu apakah ia harus masuk ke kelas atau tidak. Sebab ia punya firasat buruk di sana. Namun ia tak punya pilihan lain selain menghadapi semua hal yang menghadang jalannya. Valexa sudah siap masuk ke kampus ini, artinya ia juga harus siap menghadapi semua hal yang menimpa dirinya ... baik ataupun buruk.
"Oke, hari-hari buruk segera dimulai!" gumamnya meyakinkan diri sendiri dan mantap untuk ready to war.
Valexa hendak meraih gagang pintu, tapi sebuah tangan besar ternyata meraih gagang pintu tersebut lebih dulu. Tentu saja gadis itu terkejut dan melihat siapa pemilik tangan besar yang mendahuluinya. Valexa mendongak dan ia agak terkejut ada mahasiswa tampan sedang melihatnya.
BERSAMBUNG
***
Valexa tidak memerhatikan darimana pria tampan ini datang. Tiba-tiba saja kedua tangan mereka bersentuhan dan dengan cepat gadis manis itu menarik kembali uluran tangannya sebelum menyentuh gagang pintu masuk kelas. Pria dengan tinggi 190 cm dengan wajah bule khas Jepang Amerika hanya menatap nanar wajah culun Valexa.
"Aku dulu yang masuk," ujar pria tampan itu cuek bebek.
"Silahkan!" Valexapun mempersilahkan dengan senang hati. Ia mundur selangkah agar pria tampan itu masuk lebih dulu.
Diluar dugaan, begitu pintu kelas terbuka, sebuah tali yang tertaut di atas pintu saat dibuka, mulai bergerak. Sebuah sapu melayang terbang dengan kecepatan luar biasa dari atas plafon menuju pemuda yang berdiri di depan Valexa. Seakan tahu kalau jebakan itu sengaja dipasang untuk Valexa, ia dengan sigap mendorong keras pemuda yang berdiri didepannya tadi hingga pria itu jatuh tertelungkup ke lantai. Sapu yang melayang kencang itu akhirnya tepat mengenai perut Valexa sehingga gadis itu terpental mundur kebelakang.
Buk!
Valexa menabrak dinding luar koridor dan jatuh terduduk di lantai sambil mengerang kesakitan. Sapu itu memang tidak berat, tapi jika terlempar dengan kecepatan tinggi seperti itu, lumayan bikin sakit juga. Mahasiswa tampan yang tadi terjatuh juga mengalami keseleo akibat dorongan kuat tangan Valexa. Pria tersebut hampir saja marah tapi, begitu tahu alasannya, ia hanya menatap Valexa dengan tatapan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Ravel!" seru Nadin sok cemas menghampiri pemuda yang menatap tajam Valexa. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya lagi.
Namun yang ditanya hanya berdiri diam ditempatnya dan hanya menatap tajam Valexa. Pria yang dipanggil Ravel itu menangkap sapu yang masih berayun kesana-kemari lalu membuangnya ke segala arah dengan kemarahan yang sengaja ia tahan karena tahu siapakah pelaku pembuat jebakan ini.
Beberapa teman sekelas lain juga mulai mengelilingi pria yang menjadi idola di kampus mereka. Tak hanya wajahnya yang tampan, mahasiswa yang bernama Ravelo itu juga sangat pintar dan merupakan keponakan rektor kampus. Wajar kalau Nadin dan juga yang lainnya mengidolakan Ravelo yang memang cool dan juga charming. Ia bahkan dijuluki sebagai 'Pangeran Kampus'.
"Tidak apa-apa!" jawab Ravel menyingkirkan tangan-tangan yang mencoba menyentuhnya tanpa beralih pada Valexa. Gadis yang Ravel lihat itu juga langsung berdiri sambil memegangi perutnya.
Si tampan Ravel kembali terdiam dan tidak melakukan apa-apa seolah ia pernah melihat wanita berkacamata, berpenampilan cupu yang baru saja menolongnya meski pada akhirnya, Ravel terluka juga karena tangannya keseleo. Ravelo mengamati tubuh Valexa dari atas hingga bawah sambil mengingat-ingat sesuatu.
Aku pernah melihat wanita itu, tapi di mana? batinnya tanpa memedulikan yang lain.
Merasa diabaikan oleh sang idola, Nadin tidak terima. Ia mengikuti arah pandang Ravel yang ternyata menatap lurus Valexa. Tentu saja Nadin langsung naik pitam, hanya karena wanita rendahan itu, seorang Ravelo mengacuhkannya. Gadis sombong itu berjalan cepat menuju Valexa dan langsung melabraknya.
"Ini semua gara-gara kau! Beraninya kau menyentuh pangeranku!" Nadin mendorong tubuh Valexa dengan kuat hingga mahasiswi baru itu mundur selangkah ke belakang padahal Valexa baru saja bangun berdiri. "Kau pikir kau itu siapa, ha!" tangan Nadin mendorong tubuh Valexa lagi. Dan untuk kedua kalinya, Valexa mundur selangkah lagi ke belakang.
"Apa maksudmu? Kau sendiri yang membuat jebakan itu! Kenapa menyalahkanku?" tanya Valexa dan untuk kesekian kalinya, tubuhnya terus saja didorong lagi dan lagi, sampai akhirnya tubuh gadis cupu itu kembali terbentur dinding.
"Kau sengaja, kan? Kau cari perhatian pangeranku dengan cara sok jadi pahlawan kesiangan! Beraninya kau! Akan aku beri pelajaran supaya kau tak lagi mendekatinya apalagi sampai menatapnya! Ravelo hanya milikku! Dia pangeranku! Kau dengar itu!" Nadin menjambak rambut Valexa tanpa ampun dan semua teman-teman sekelasnya menyorakinya senang. Tidak ada satupun orang yang mau melerai perkelahian Nadin dan Valexa. Mereka benar-benar saling jambak menjambak rambut.
Adegan ini adalah hal yang paling ditunggu teman-teman Nadin, mereka paling suka kalau gadis sombong itu menyiksa orang seperti yang ia lakukan sekarang. Bagi mereka, pembullyan yang dilakukan Nadin adalah hiburan tersendiri untuk melepas penat ditengah-tengah padatnya jadwal mata kuliah yang mereka ambil selama menempuh pendidikan di kampus ini. Tapi nggak harus gitu juga kali. Ini kampus memang elit dengan segudang fasilitas lengkap mewahnya, tapi untuk penghuninya sama
"Kalian semua! Hentikan!" Teriak Ravelo dengan lantang sehingga membuat semua orang langsung terdiam. Namun tidak dengan Nadin yang terus saja menyerang Valexa tanpa belas kasih sama sekali. "Kau juga Nadin! Hentikan!" Ravelo menarik paksa tangan gadis sombong itu dari rambut Valexa lalu menepis tangan itu dengan kasar.
Sontak, Nadin terkejut melihat sikap Ravelo yang dinilai terlalu kasar padanya hanya demi membela si gadis cupu Valexa. "A-apa yang kau lakukan barusan? Kau kasar padaku!" Teriak Nadin tidak percaya. Matanya melotot menatap Ravel dan Valexa yang mulai membenahi rambutnya.
"Aku sudah menyuruhmu berhenti, tapi kau tidak mau mendengarkanku!" Ravelo menjelaskan alasannya.
"Kau kasar padaku demi sampah itu?" Nadin tetap tidak bisa terima.
"Bukan seperti itu ...." cetus Ravel.
"Permisi!" ujar Valexa memotong kata-kata Ravelo di tengah-tengah ketegangan yang terjadi antara Nadin dan pria tampan didepannya.
Dengan santai, Valexa berjalan maju melewati dua orang berbeda jenis kelamin tanpa peduli pada ketegangan yang menyelimuti mereka semua. Gadis cupu itu menerobos kerumunan orang dengan kasar dan langsung masuk ke dalam kelas lalu memilih tempat duduk paling belakang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Valexa bahkan mengeluarkan buku-bukunya dan siap mengikuti mata kuliah selanjutnya.
Semua mata memandang heran sikap acuh Valexa. Baru kali ini ada seorang wanita di bully, tapi tidak menangis ataupun sakit hati. Malah sebaliknya, Valexa terlihat sangat tenang dan santai. Ia terlalu fokus pada buku-bukunya sambil senyam-senyum sendiri. Benar-benar wanita aneh.
"Dia sangat menyebalkan, dasar sampah yang tidak tahu diri!" geram Nadin dan hendak cari gara-gara dengan Valexa lagi, tapi lengannya tiba-tiba dicekal kuat oleh Ravel.
"Sudah! Hentikan semua ini! Sampai kapan kau membully orang-orang yang tidak kau suka? Mereka semua juga manusia sama seperti kita. Apa masalahmu sebenarnya?" tanya Ravel marah.
"Ini semua salah pamanmu! Kenapa dia ambil kebijakan dan memasukkan orang-orang rendahan seperti mereka ke kampus ini? Aku dan keluargaku tidak bisa terima keputusan ini dan akan terus buat perhitungan dengan mereka semua supaya orang-orang miskin itu tahu diri, seperti apa kasta mereka yang jelas tidak akan pernah sepadan dengan kita!" bentak Nadin kesal dan hendak pergi melanjutkan niat buruknya. Tapi salah satu dosen terkiller di kampus ini sudah datang sehingga Nadin mengurungkan kembali niatnya.
Awas kau gadis jelek, akan kupastikan kau akan berakhir tragis di sini dalam kurun waktu sehari, batin Nadin memandang benci Valexa yang malah mengunyah perman karet sambil memerhatikan arahan dosen killernya. Aksi Valexa itu benar-benar membuat Nadin seperti kebakaran jenggot, baru kali ini ia membully orang tapi yang di bully malah tenang-tenang saja tanpa menunjukkan rasa takut sedikitpun padanya.
Hal serupa juga dirasakan oleh seluruh teman-teman Nadin. Mereka semua jadi bertanya-tanya, siapakah Valexa sebenarnya. Darimana asalnya dan kenapa gadis cupu itu malah memilih jurusan tempat para sarang monster pembully ini berada. Informasi yang mereka dapat hanyalah, Valexa adalah gadis desa yang berasal dari keluarga sederhana. Berkat kecerdasannya ia diterima di kampus ini melalui beasiswa. Selebihnya, tidak ada yang tahu seperti apa sosok gadis aneh itu sebenarnya.
BERSAMBUNG
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!