Happy reading
Seorang pria berwajah tampan sedang mencium aroma bunga mawar kesukaan sang kekasih itu.
Hari ini adalah hari kelulusan sang pacar, tadi siang ia tak bisa menghadiri wisuda sang pacar karena ada meeting. Untung sang pacar tak marah malah menghargai kejujurannya.
"Semoga Viola suka dengan bunga yang ku bawa ini," gumamnya dengan senyum. Yah, seperti yang ada di sinopsis pria ini adalah Galaksi Ariano.
Ia sudah tidak rindu dengan pacarnya itu, bukan hanya wajahnya tapi juga masakan wanitanya.
Cahaya mobil itu semakin mendekatinya yang tak sanggup untuk menghindari dan.
Brak
Bunga mawar yang ia pegang sudah mental entah kemana, dunianya gelap hanya satu kata yang terucap sebelum pria itu kehilangan kesadarannya.
"Vi-viola."
***
Pyar
"Astaga apa yang terjadi? Kenapa perasaanku tidak enak seperti ini?" tanyanya dalam hati.
Viola memunguti pecahan beling dari gelas yang tadi ia pegang. Rasa cemas itu memenuhi hatinya.
"Gala," gumamnya langsung berlari menuju kamarnya dan mengambil ponselnya.
Viola menghubungi nomor pacarnya tapi tak kunjung mendapat balasan.
"Ayolah angkat jangan buat aku khawatir," gumamnya.
"Reno yahh aku harus telepon Reno," gumamnya mencari nomor ponsel sekretaris pacarnya itu.
"Halo Nona," ucap seseorang dari seberang.
"Halo Reno, Mas Gala ada denganmu tidak?" tanya Viola dengan nada tergesa.
"Maaf Nona, tuan Galaksi mengalami kecelakaan dan sekarang beliau ada di rumah sakit GV," jawab Reno dengan jujur.
Ia tak bisa membohongi kekasih tuannya itu karena bagaimanapun mereka sudah dekat jadi tidak perlu ada yang ia sembunyikan.
Air mata Viola jatuh bersamaan dengan tubuhnya yang langsung terduduk. Ia tak salah dengar kan? Kekasihnya kecelakaan? Galaksinya?
"Gak ini pasti bohong, aku gak percaya," ujar Viola dengan senyum. Ia belum percaya jika belum benar benar melihat dengan mata dan kepala sendiri.
Dengan cepat Viola mengambil tasnya dan berlalu menuju rumah sakit tempat Galaksi di tangani.
Di dalam perjalanan air mata Viola tak berhenti mengalir, ia bertanya alam hatinya kenapa pacarnya bisa kecelakaan karena setahun Galaksi sangat hati hati saat berkendara.
Sampailah ia di rumah sakit tempat dimana Galaksi ditangani. Viola memberi ongkos pada sopir taksi itu dan berlalu masuk kedalam rumah sakit.
Tapi langkahnya berhenti saat melihat keluarga Galaksi ada disana. Ia takut pada mereka saat itu. Kedua orang tua Galaksi terlihat sangat sedih apalagi sang ibu yang terus terus menyalahkan pacar Galaksi.
"Andai Galaksi tak membeli bunga itu, dia tak akan berakhir disini," ucap Mama Audi dengan tangis.
"Sudahlah mah, ini sudah takdir. Kita tak ada yang bisa mengubah takdir yang sudah di gariskan untuk kita," ujar Papa Bara pada sang istri.
"Tapi paham..."
"Sudahlah, percaya jika Galaksi tak apa apa!"
Papa Barat memeluk tubuh istrinya sedangkan sang adik hanya bisa duduk dan menatap pintu ruangan kakaknya.
"Kakak Ayolah, kami tak akan apa-apa. Bukan kah kakak ingin memperkenalkan dengan calon kakak iparku? Tapi kenapa kamu masuk rumah sakit?" tanyanya dalam hati.
Viola yang mendengar itu memegang dadanya yang terasa sesak, jadi ia penyebab kekasihnya masuk serumah sakit? Ini salahnya kenapa ia tak tahu jika Galaksi ingin ke apartemennta?
"Apa ini yang kamu bilang kejutan Mas? Kamu bohong jika kamu akan selalu bersamaku! Kenapa kamu tega memberi kejutan yang sangat menyakitkan?" tanya Viola duduk bersandar di kursi itu menatap dari jauh ruangan kekasihnya.
10 menit.
20 menit.
30 menit.
40 menit.
50 menit.
60 menit.
Tak terasa satu jam lebih dokter dan tim medis lainnya belum juga keluar dari ruangan itu.
Ceklek.
Dokter keluar dari ruangan itu dan diikuti oleh dua suster dibelakannya.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Mari ikut saya keuangan bu, pak, ada yang harus saya jelaskan saat ini," ujarnya.
"Sebelumnya dok, kapan kakak saya bisa pindah ke kamar rawat VIP?"
"Jika obat biusnya sudah hilang Nona," jawab sang dokter.
Dokter itu berlalu anda diikuti oleh mama Audio dan Papa Bara. Sedangkan Cara masih ada disana menatap sang kakak.
"Kakak cepat sembuh, katanya mau kenalin aku sama calon kakak ipar aku," ucap Clara menatap kakaknya dari luar.
Ia sangat sedih melihat kondisi kakaknya yang seperti ini, lihatlah selang oksigen dan infus yang terpasang pada tubuh Galaksi.
Sedangkan di ruangan dokter, kedua paruh baya itu duduk didepan dokternya.
"Maaf pak saya harus memberitahukan jika kedua tulang kering dan tulang hasta tuan muda mengalami keretakan yang cukup parah mungkin beliau harus mengalami kelumpuhan yang sulit untuk disembuhkan," ujar sang dokter dengan sedih.
"Papa, Gala pah. Dia lumpuh," ujarnya dengan tangisnya.
Papa Bara hanya diam, ia bingung ingin berkata apa pada sang istri, tapi ia hanya bisa mengelus punggung sang istri.
"Apa tak ada cara lain agar anak saya bisa sembuh dok?" tanya Papa Bara.
"Ada tuan tapi itu juga harus ada kemauan dari dalam diri tuan muda, jika beliau semangat untuk terapi dan segala operasi yang kemungkinan akan dilakukan mungkin beliau akan sembuh. Tapi kesembuhan tuan muda akan sangat memakan waktu tuan."
"Lakukan apapun untuk anak saya dok," pinta mama Audi.
"Baik tuan tapi kami juga mohon untuk membujuk tuan muda agar mau di rawat sesuai prosedur," ujarnya dan dianggukkan oleh keduanya.
Tanpa ada yang tahu jika Viola sedari tadi mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang yang ada di dalam itu.
"Gala lumpuh? Oy, ya Tuhan... Kenapa kau memberi cobaan ini pada kami," batin Viola berlalu meninggalkan tempat itu.
Ia penyebab Galaksi kecelakaan jika saja Galaksi tidak membeli bunga mungkin ini tak akan terjadi.
Viola bingung sekarang disisi lain ia ingin sekali menjenguk pacarnya tapi disisi lainya takut akan kemarahan orang tua Galaksi yang mengalahkannya atas kecelakaan yang Galaksi alami.
"Nona," panggil Reno pada kekasih tuan mudanya yang sedang terisak itu.
Viola mendongakkan kepalanya menatap Reno yang ada didepannya.
"Kenapa Nona tidak ke sana, mari saya antarkan," ajak Reno yang langsung ditolak oleh Viola.
"Ini salahku Reno, Mas Gala kecelakaan gara-gara aku. Dia lumpuh gara-gara aku, aku takut dia marah, apalagi keluarganya."
Tangis Viola makin kencang dengan sesekali ia menyeka air mata itu tapi tetap saja keluar
"Ini bukan salah Nona, bos tadi izin pada saya ingin memberikan kejutan atas wisuda Anda karena beliau tidak bisa datang saat Anda wisuda."
"Tapi kenapa harus membeli bunga hingga membuat dia seperti ini?"
"Karena bos sangat mencintai Nona," jawabnya.
"Mari Nona biar saya kenaikan dengan keluarga beliau," ajak Reno.
"Aku tak bisa, dan tolong janganberitahu pada mereka jika aku disini. Aku mohon," ujarnya.
Sebenarnya Reno kasihan dengan Nona nya ini, tapi mau bagaimana lagi. Ia hanya bisa mengangguk dan didalam hati ia akan membantu Nona nya ini untuk bisa dekat dengan bosnya.
"Anda tak salah memilih wanita bos," batin Reno.
Bersambung
Happy reading
Di tengah malam di saat semua orang sudah tertidur, Viola masuk ke dalam ruangan Galaksi.
Air matanya kembali turun saat melihat kondisi kekasihnya sekarang. Ia berjalan mendekat dan memenggenggam tangan Galaksi.
"Mas Galaksi."
"Viola datang."
"Maafin Vio baru bisa jenguk Mas Gala sekarang, soalnya Vio takut sama keluarga Mas Galaksi serem serem."
"Kenapa Mas Gala jahat sama Vio? Kenapa Mas Gala gak bilang kalau mau ke apartemen Vio?"
"Maafin Vio juga karena ingin menemui Vio, Mas Galaksi harus begini. Ini salah Vio mas, maaf."
"Mas Galaksi bangun dong, dedek mau dicium lagi sama Mas Gala. Dedek juga mau di manja sama Mas Galaksi."
"Mas Gala udah cukup buat Vio khawatir sekarang, Mas Gala cepat sadar," ucapnya dengan lirih.
"Mas bangun dong, nanti kalau kamu bangun aku kabulkan deh apa mau kamu," bisikan tepat di telinga Galaksi.
Tangisnya kembali meluncur saat mengatakan itu, pasalnya Viola sangat tak suka jika dipanggil dedek oleh Galaksi.
Tak banyak yang bisa diucapkan Viola saat ini, ia takut jika terlalu banyak berbicara salah satu ari mereka akan terbangun dan mencurigainya.
"Mas, besok Vio akan kesini lagi. Mas cepat sembuh ya, Vio janji akan selalu bersama Mas Gala dalam keadaan apapun. Ini janji Vio sama Mas Gala."
Viola mengecup kening Galaksi dengan penuh kasih sayang. Tangannya mengusap air mata Galaksi yang mengalir di sudut matanya.
"Mas kuat, jadi gak boleh nangis. Biar Vio yang rasain ini," ujarnya dengan senyum yang tak luntur walau air matanya tetap mengalir.
Setelah itu Viola keluar dari ruangan itu tanpa tahu jika Cara sudah bangun dan mendengar yang diucapkan wanita itu.
"Jadi itu tadi pacarnya Kak Gala? Cantik dan terlihat lembut. Kenapa Kak Gala gak langsung kenalin ke Mama dan Papa, dan juga kenapa aku harus tahu saat begini? Kenapa kakak cantik tadi masuk saat semua terlelap?"
"Apa mungkin dia takut akan disalahkan oleh keluarga ini?"
Clara hanya bisa bertanya dalam hatinya, tapi tak bisa ia pungkiri jika ia senang melihat kakaknya yang dingin ini memiliki pawangnya.
Clara bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ranjang kakaknya.
"Kak Gala, itu tadi calon kakak ipar Clara ya? Ih kakak sembunyiin calon kakak dimana selama ini? Kenapa Mama dan Papa tak bisa mengetahuinya?"
"Dia cantik, dan juga sangat lembut. Clara lihat dia mencium kening kakak tadi. Sweet banget! Kakak cepat bangun biar bisa kenalin pacar kakak sama keluarga."
Clara duduk dikursi samping ranjang sang Kakak dan menutup matanya.
...----------------...
Saat ini Viola sedang menelusuri jalan dimana tempat kekasihnya tadi kecelakaan.
Masih ada garis kuning polisi disana, ia membayangkan bagaimana semua ini terjadi dan lagi lagi ia tak bisa menahan air matanya.
"Siapa yang tega menabrak kamu Gal?" tanyanya dalam hati.
Seorang ibu pemilik warung yang melihat Viola menangis di pinggir jalan itu menghampirinya.
"Non.."
Viola yang mendapat tepukan dibahu itu langsung menatap wanita itu.
"I-iya bu?"
"Kenapa malam malam nangis disini?"
"Ibu tahu korban kecelakaan tadi disini? " tanya Viola mengikuti ibu itu.
"Oh, tahu atuh Non. Saya malah melihat secara langsung karena dari sini terlihat jelas," jawabnya jujur.
"Non siapanya korban?" tanya ibu itu.
"Saya pacarnya bu," jawabnya dengan tangis.
"Oh pacarnya si Aden yang beli bunga disana tadi. Terus bagaimana keadaannya sekarang Non?" tanya Ibu itu pada Viola.
"Pacar Vio lumpuh Bu dan itu semua gara-gara Vio. Andai Vio tahu kalau Gala ingin ke apartemen Vio. Andai Gala gak beli bunga buat Vio."
Ibu warung itu hanya bisa mengelus punggung Viola yang bergetar. Ia bisa merasakan bagaimana sedihnya wanita yang ada didepannya ini.
"Non jangan nyalain diri sendiri gitu Non, semua ini sudah takdir. Aden tadi mungkin ingin memberikan kejutan untuk Non."
"Tapi akibatnya dia harus kecelakaan Bu."
Ibu warung itu mengingat sesuatu dan berlalu mengambilnya sebuket bunga yang sudah sedikit rusak karena terlempar tadi.
"Non."
Viola menatap ibu warung dengan mata sembab, Viola menatap bunga yang dibawa ibu itu. Ibu itu memberikan bunga itu pada Viola.
"Ini bunga yang Aden beli tadi, ibu pikir bakal simpan jika ada yang mencarinya karena ibu tahu bunga ini sangat mahal."
"Kenapa bunga ini ada disini bu?" tanya Viola dengan nada bergetar.
Viola menatap bunga yang ada di tangannya itu dengan nalar. Hanya gara-gara sebuket bunga sampai membuat Galaksi terbaring di rumah sakit. Lagi lagi Viola hanya bisa menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa kekasihnya.
"Tadi terlempar sampai depan warung ini Non, jadi Ibu yang ambil."
"Di minum dulu ternyata biar sedikit mendingan," ujar ibu itu memberikan segelas teh hangat pada Viola.
"Terima kasih bu, sudah ikut menyelamatkan bunga ini. Setidaknya masih ada kenang kenangan untuk saya dari pacar saya," ucapnya mencium bunga itu.
"Sama sama Non."
Setelah cukup lama di warung itu Viola pamit pada pemilik warung itu seraya mengucapkan terima kasih.
Viola menghentikan taksi dan berlalu menuju apartemennya.
"Maafin aku Gal, maaf."
Sopir taksi yang melihat itu ikut kasihan entah apa yang dialami penumpangnya itu hingga terlihat sangat kenyedihkan seperti ini.
"Kasihan sekali nona ini," batinnya dengan prihatin.
Tak lama sampailah ia di apartemennya. Viola masuk ke dalam apartemennya dengan langkah tak semangat.
Ia kembali mengingat kekasihnya yang ada di rumah sakit, lagi lagi air matanya turun. Entah sudah berapa liter air matanya keluar bahkan tak ada hentinya.
Ia mengambil pigora yang ada di nafas itu dan memeluknya. Tangisnya tak kunjung mengingat kisahnya dulu dengan sang kekasih.
"Maafin aku maaf."
"Aku minta maaf karena sudah membuat kamu seperti ini, ini salahku Gal. Tapi aku janji akan menebusnya entah itu dengan apa," ujarnya dengan tangis.
Ia membaringkan dirinya diatas kasur dengan air mata yang masih mengalir membasahi bantal yang ia gunakan.
"Aku harap ada keajaiban untuk kita Gal, aku tahu pasti setelah ini orang tuamu tak akan merestui hubungan kita," batinnya.
Berbeda dengan Viola yang terus terusan menangis. Di rumah sakit Galaksi mulai membuka matanya.
Pria itu menatap langit-langit rumah sakit yang tampak aneh, ia mengedarkan pandangannya kearah lain dan ia melihat keluarganya dengan tatapan bingung.
"Ini dimana? Dan mereka siapa?" tanyanya.
Bersambung
...Hai kakak kakak gimana karya baru aku, kalian suka gak? Jangan lupa like dan komennya ya. Kasih hadian juga gak apa apa hahahaha. canda kok....
Happy reading
Malam yang kelam kini berubah menjadi pagi, matahari yang tadi tampak malu malu kini sudah meninggi. Tak lupa suara riuh kendaraan yang memecah keheningan pagi itu.
Ketiga manusia yang sedari tadi ada di ruang rawat itu tampak sudah bangun dan bahagia melihat kesayangan mereka sudah bangun.
"Sayang kamu sudah bangun nak, syukurlah Mama bahagia kamu udah bangun," ujar Mama Audi memeluk putra kesayangannya dengan erat.
"Syukurlah kakak sudah sadar, aku seneng banget kakak sudah sadar," ujar Clara ikut memeluk kakaknya dengan bahagia. Ia menangis bahagia apa mungkin karena perempuan yang tadi malam hingga kakaknya cepat sadar.
"Kalian siapa?"
Duar
Dua kata yang membuat mereka bertiga kaget, kenapa Galaksi bertanya siapa mereka? Begitulah pikir mereka.
"Apa kamu tak mengenal kami nak?" tanya Papa Bara sedih. Galaksi menggeleng, ia memang tak mengingat siapa dirinya dan siapa mereka.
Mama Audi yang mendapat gelengan dari sang putra itu langsung memanggil dokter. Mama Audi menangis dipelukan suaminya begitupun dengan Clara yang tak kuasa menahan air matanya kala kakaknya tak mengenalnya.
Dokter memeriksa Galaksi, dengan teliti ia mulai menanyakan beberapa pertanyaan kepada Galaksi.
Hingga dokter mengatakan jika Galaksi mengalami amnesia yang belum diketahui sampai kapan.
"Untunglah tuan muda tidak sampai mengalami amnesia permanen jadi kalian bisa memicu ingatan tuan muda sedikit demi sedikit. Tapi tolong jangan terlalu membebani pikirannya hingga membuatnya semakin sakit dan susah untuk mengenali kalian," jelas dokter itu yang membuat mereka semakin terisak.
"Kenapa kamu harus semenderita ini nak? Kamu sudah lumpuh dan sekarang kamu harus mengalami lupa ingatan," batin Mama Audi menatap putranya.
"Dokter," panggil Galaksi.
"Ya tuan muda?"
"Kenapa kakiku sulit untuk di gerakkan ya? Seperti mati rasa," tanya Galaksi pada dokter itu.
"Mohon maaf tuan muda, tulang kaki Anda mengalami keretakan yang cukup parah hingga membuat Anda lumpuh. Tapi jangan khawatir ini hanya beberapa saat kok, jika Anda mau menjalani perawatan dan terapi," jawabnya yang membuat Galaksi mengangguk.
Entahlah tak ada yang tahu isi hati Galaksi yang tak ada sedih sedihnya saat tahu ia lumpuh.
"Kak," panggil Clara saat dokter itu sudah keluar dari ruangan itu.
"Kamu siapa?" tanya Galaksi menatap Clara dengan tak biasa.
"Aku Clara, adik kak Galau," jawab Clara pada kakaknya.
"Gala? Apa itu namaku?" tanyanya menatap Clara.
"Ya, nama kakak adalah Galaksi Ariano, aku Clara Ariano. Yang perempuan itu adalah Mama Audi, dan disampingnya adalah Papa Bara, mereka orang tua kita," jawabnya dengan senyum.
"Kalian keluargaku?"
"Ya, kita keluargamu nak. Aku ibumu dan dia ayahmu. Kita keluarga," jawab Mama Audi dengan senyum mengembang.
Galaksi diam dan mulai mengingat apa dia memiliki keluarga atau tidak. Tapi saat dia ingin mengingat itu semua kepalanya sakit, sakit sekali.
"Aarfghhhhhh sakit," teriak Galaksi.
Mereka menenangkan Galaksi agar tak terlalu memikirkan hal yang berat berat dulu dengan begitu Galaksi tak merasakan sakit lagi.
"Sudah kakak istirahat aja ya, biar gak sakit lagi kepalanya," ujar Clara mengelus rambut kakaknya dan membaringkannya diranjang.
Galaksi mengangguk patuh, sedangkan seorang wanita yang ada diluar ruangan itu harus menahan tangisnya saat mendengar kekasihnya lupa ingatan.
"Kenapa harus seberat ini ujian darimu ya Tuhan, aku tak tahu sanggup atau tidak menjalaninya," batin Viola yang ada disana.
"Nona tidak masuk?" tanya Reno yang baru datang membawa bubur dan sarapan untuk orang yang ada di dalam.
"Enggak kak, aku disini aja. Tolong jangan bilang jika aku ada disini ya! Aku tak mau mereka semakin membenciku dan tak mengizinkannya untuk menemui Mas Galaksi lagi," ujarnya dengan sendu. Ia menahan air matanya agar tak jatuh.
"Tapi Nona, mungkin Tuan muda akan senang jika Nona menjenguknya," ujar Rebo pada Nonanya.
"Mas Galaksi tak akan tahu siapa aku, karena dia sekarang amnesia," jawab Viola dengan nada bergetar.
Reno yang mendengar jawaban dari kekasih tuannya itu terkejut. Sungguh malang nasib tuannya sudah lumpuh dan sekarang harus mengalami kebutaan.
"Nona yang sabar, saya yakin jika suatu saat tuan muda pasti sembuh seperti sedia kala," ucap Reno dengan senyum.
"Kak."
"Iya Nona? "
"Tolong bantu Vio, biar bisa dekat dengan Mas Gala ya. Apapun itu walau harus mengubah identitas Viola," pinta Viola pada sekretaris kekasihnya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri itu.
"Siap, aku akan menghubungi kamu jika ada kesempatan," ujarnya seraya mengelus rambut Viola.
"Andai adikku masih ada mungkin sekarang sudah sebesar Nona muda," batin Reno dengan senyum.
"Makasih kak," ucapnya dan diunggulkan oleh Reno.
Reno masuk kedalam ruangan itu dan memberikan sarapan untuk mereka semua. Galaksi yang melihat Reno itu bingung.
"Kamu siapa?" tanya Galaksi pada Reno.
"Saya sekretaris Anda tuan, apa tuan lupa dengan saya?" tanya Reno seolah belum tahu jika Galaksi amnesia.
"Gak tahu, memangnya apa pekerjaan saya?" tanya Galaksi.
"Anda seorang CEO tuan di Riano Corp," jawab Reno yang membuat Galaksi mengangguk.
"Dimana itu Riano Corp?" batin Galaksi bingung. Karena tak mau ambil pusing Galaksi menganggukkan kepala.
Mereka memakan sarapan mereka dengan tenang. Begitupun Galaksi yang tampaknya sangat menyukai bubur yang dibawa Reno.
Tanpa sengaja pandangan Galaksi tertuju pada sudut pintu yang terdapat kaca kecil itu. Ia melihat ada seorang wanita yang mengintip disana.
"Siapa dia? Apa aku mengenalnya?" tanya Galaksi dalam hati.
"Boleh aku bertanya?"
"Silahkan tuan," jawab Reno pada bosnya.
"Apa aku memiliki kekasih atau pacar?"
Saat Reno ingin menjawab, suara Mama Audio terlebih dahulu menyelanya.
"Kamu belum memiliki kekasih sayang apalagi pacar, umurmu masih 26 tahun. Kamu masih sendiri," jawab Mama Audio yang mendapat tatapan tak percaya dari Clara dan Reno.
Deg
"Aku pacar kamu Gal, Maaf jika aku tak bisa menemuimu sekarang," ujar Viola dari balik pintu. Rasanya ia sudah tak sanggup untuk mendengar lebih lanjut apa yang diucapkan keluarga kekasihnya.
"Tapi aku merasa ada yang aneh dengan kata kekasih."
"Jika kamu memiliki pacar harusnya sekarang dia ada disini kan?" tanya mama Audi yang di angguki oleh Galaksi.
"Tapi kakak memiliki kekasih, dia datang malam tadi," batin Clara yang ingin mengatakan itu tapi lidahnya kelu dan tak kuasa untuk berucap.
"Tuan Bara, hari ini ada meeting dengan dewan direksi pukul 9 nanti," ujar Reno dan dianggukkan oleh Papa Bara.
Ia ingin menikmati masa tuanya dengan sang istri tapi saat anaknya seperti ini ia juga harus turun tangan ke perusahaan.
Galaksi yang tak tahu apa-apa itu hanya diam dan menghabiskan bubur yang ada ditangannya.
Bersambung
Hai kak mampir ke Novel senior uthor ya!
Judul: Mengejar Cinta Guru Tampan.
Karya : Ponn Ponn
Nayra baru saja putus dengan sang pacar justru dipertemukan dengan seorang pria tampan yang menjadi guru baru disekolahnya.
Nayra lama-kelamaan mulai jatuh Cinta dengan sang guru, walau umur mereka bedah jauh, tapi Nayra tidak peduli dengan itu, dia tetap akan terus mengejar Cintanya dengan sang guru tampan tersebut.
Akankah Cinta Nayra diterima? Atau justru Cintanya tersebut akan bertepuk sebelah tangan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!