NovelToon NovelToon

Arus

Banyak Cabang

Kamila Hilya Khalisa, gadis berusia 18 tahun.

Kamila atau yang sering disapa Ila, kini menginjak kelas 12. Ia sedang disibukkan dengan berbagai ujian untuk kelulusannya.

Tidak ada waktu untuk main-main, pikirannya terlalu sibuk untuk memikirkan tentang ujian dan kelak jadi apa ia di masa depan.

Langsung kerja atau kuliah?

Mewujudkan impian diri sendiri atau orang tua?

Bagaimana cara agar sukses?

Ia sering terganggu dengan pikirannya sendiri. Namun, jika ia tidak memikirkan hal tersebut mau jadi apa ia nanti?

Bergantung pada orang tua?

Tidak, Ila tidak bisa bergantung pada orang tuanya, bahkan untuk tempat cerita saja, orang tuanya tidak ada.

Ila terlahir dari keluarga sederhana, rumahnya tidak besar, lingkungan yang tidak pernah mendukung, cemoohan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Ila.

SMA WIDYA MANDALAY

Sekolah ini termasuk dalam kategori 10 besar sekolah ter elite.

Ila bisa bersekolah disini tentunya karena beasiswa. Ia hanya perlu membayar 10% dari total uang sekolahnya.

Meskipun sekolah ini dipenuhi dengan anak konglomerat, namun itu tidak membuat Ila menjadi minder.

Beruntung Ila merupakan gadis yang mudah bergaul. Ia dapat berteman dengan siapa saja, karena sifatnya yang ramah, itu membuat Ila disukai oleh orang-orang disekitarnya.

Teman kelas Ila tidak ada yang memandang kaya atau miskin, mereka kompak untuk saling membantu satu sama lain.

Xll IPA 2

"Hai guys, Ila datang dengan membawa sejuta kenangan".

"Eh La, tugas lu udah belom? Sini bagi-bagi lah nggak boleh pelit nanti nggak jadi cantik loh".

Setiap pagi, Ila selalu disuguhkan dengan pertanyaan serta bujukan seperti itu.

Di kelas, Ila merupakan murid yang pintar. Ia tidak pernah absen dari deretan peringkat tiga besar.

Bahkan ia selalu masuk dalam daftar peringkat 5 besar pararel.

"Iya-iya nih, jangan semuanya! Bedain beberapa biar nggak kelihatan banget nyonteknya kalian, ketahuan bisa bahaya di gw".

"Iya, bawel banget Lo".

"Dih, gw serepet juga Lo lama-lama. Udah dicontekin nggak bilang makasih lagi".

"Iya Ila yang cantik, makasih banyuakkkk yah". Ucap mereka serempak dengan nada lebay.

"Nah gitu, iye sama-sama". Seketika Ila cekikikan sendiri melihat tingkah teman-temannya yang sangat random.

Setelah mengatakan itu, suasana menjadi hening, tidak ada yang membuka suara satupun. Semua sibuk menyalin tugas Ila, karena sebentar lagi bel tanda masuk akan segera bunyi.

Ditengah keheningan, Ila tiba-tiba mengingat sesuatu yang terjadi tadi malam.

Cinta, dia adalah teman sebangku sekaligus sahabat Ila. Cinta sering menjadi tempat cerita untuk Ila, begitupun sebaliknya.

"Eh Cin, tadi malem kan gw nonton Caratland, terus Babeh meresahkan banget njirrrrr, gw jadi teriak-teriak sendiri kan dikamar, terus Mak gw marah katanya keberisikan. Akhirnya tiap mau teriak gw langsung mingkem sambil nutupin mulut gw biar nggak dimarahin lagi. Terus Hao juga kiyowok bang-".

Cerita Ila terpotong oleh Cinta.

"Yah, Ilaaaaaaaaaa".

"Kan jadi salah nulis, nih malah jadi nulis Hao kiyowok kan, ah Lo mah".

"Udah cukup jangan bikin gw oleng mulu La, gw capek oleng terus nggak pernah bisa stay sama satu bias".

"Kemarin-kemarin Lo nyekokin gw sama Shuami sekarang sama Babeh, besok-besok siapa lagi La? Ya ampun".

"Please gw pengen stay aja sama Shuami".

Ila menatap Cinta dengan tatapan cengo. Ia masih kaget dengan teriakan Cinta, ditambah Cinta yang tiba-tiba berubah menjadi dramatis.

"Y-yaudah Lo lanjutin nulisnya, gw diem". Ucap Ila dengan tanda isyarat sedang mengunci mulut.

Saat akan menulis, bel tanda masuk sudah berbunyi. Cinta menatap nyalang kearah Ila, sedangkan Ila hanya cekikikan disampingnya.

Jam pelajaran pertama dimulai, Pak Surya sebagai guru sejarah sekaligus guru killer disekolah masuk ke kelas.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, bagaimana tugas minggu lalu yang Bapak kasih, apakah sudah selesai dikerjakan?. Silangkan yang belum selesai tugasnya bisa langsung lari ke lapangan sampai jam pelajaran saya selesai".

Tak perlu waktu lama, anak-anak yang belum selesai mengerjakan tugas kini sadar diri dan mulai berhamburan pergi ke lapangan.

Disisi lain, setelah mendengar ucapan dari Pak Surya, muncullah wajah tengil Ila yang mengejek Cinta.

"Bye-bye, eh biar nggak gosong, udah pake Sun Screen SPF 50+++++ kan?".

Tanyanya sambil cekikikan, sedangkan Cinta hanya mengangguk-angguk serta memasang wajah pasrah untuk menjawab pertanyaan dari Ila.

"Oke udah siap buat panas-panas kan yah berarti, yaudah sana gih, bye sayang muahhhh".

Lapangan

Saat 1 sampai 5 putaran, semua masih strong. Namun setelah itu satu persatu dari mereka mulai menggerutu. Mulai dari alasan capek, gerah, haus, lapar belum sarapan, bedak luntur bahkan sampai lemas karena belum di semangatin sama ayang.

Kelas Xll IPA 2 adalah kelas yang sangat amat lebay, saking lebay nya bahkan salah satu dari mereka ada yang jalan dengan dibuat-buat, di letoy-letoy in kakinya setelah itu berteriak.

"ADUH LEMES BESTIH BELOM DI SEMANGATIN SAMA AYANG".

"IH AYANG GW MANA SIH KOK NGGAK NGECHAT DARI SEMALEM".

"LEBAY LU, BARU NGGAK DIKABARIN 9 JAM UDAH HEBOH BANGET, GW YANG NUNGGUIN MAS SHUAMI UPDATE BERHARI-HARI BAHKAN HAMPIR SEBULAN AJA MASI SABAR".

"Halah lu mah kebanyakan halu sekaligus ngeharepin orang yang nggak tau Lo idup apa kagak".

"Udah tau halu Lo nya malah percaya, brarti Lo yang radak-radak".

"Anjir si Cinta, gw seperti juga Lo lama-lama".

Pertengkaran itu berakhir karena Lina sang bicin-able tidak bisa menjawab lagi ucapan dari si halu Cinta.

Pertengkaran seperti itu sudah seperti makanan sehari-hari untuk anak kelas IPA 2, karena memang hampir semua muridnya sentimental kalo sudah tentang hal-hal yang random.

Dan kelas ini juga menganut konsep nggak ngegas nggak jalan nih kelas

"Pusing gw, yang satu tukang halu yang satunya tukang bucin".

"Diem ngapa diem, berisik banget".

"Ribut lagi gw jambak kalian".

Bahkan saat ingin melerai pertengkaran, yang melerai itu juga akan ikut adu mulut.

Sedangkan yang sedang bertengkar bingung sebenarnya mereka mau apa? mau melerai atau bertengkar sendiri?

"TELAT WOIIII!! KITA UDAH SELESAI BERTENGKAR NYA!! TERUS KENAPA KALIAN JUGA MALAH IKUT-IKUTAN BERTENGKAR?".

***

Jam pelajaran Sejarah kini telah selesai, kurang lebih 85% anak yang bersekolah disini berkumpul disatu titik kenikmatan.

Kantin

Ya, dimana lagi pusat kenikmatan anak sekolah kalau bukan kantin. Suasana kantin hari ini sudah seperti pasar yang dipenuhi oleh ibu-ibu.

Bedanya, kantin ini diisi oleh manusia-manusia yang sedang kelaparan setelah menggunakan otaknya untuk berpikir.

Tante-tante kantin alias para penjaga kantin mulai kewalahan ketika jam istirahat telah tiba.

Suara-suara orang kelaparan ini sangat memekakkan gendang telinga siapapun yang mendengarnya. Butuh kesabaran ekstra untuk menjadi seorang penjaga kantin, karena harus menghadapi manusia-manusia yang tidak sabaran ini.

"TANTE LEHA SOTO SAYA MANA, SAYA LAVARRRRRRR"

"TANTE LEH MIE GORENG SAYA MANA? HAMBA LAVARRRRR"

"TANTE BURUAN SIOMAY SAYA, SAYA SUDAH DITINGGAL SENDIRIAN INI DIKANTIN"

"TANT ES TEH ES TEH, PEDES BANGET SAMBELNYA TANT"

"Tante Leha, mie goreng sama telur dong, enam yah Tant, saya sudah lapar nih, cepet yah Tante, kalau cepet nanti aku jadi tambah sayang deh sama Tante Leha. Oh iya sama es jeruk nya juga enam, sudah itu aja Tante, nanti kalau banyak-banyak Tante bisa capek lagi".

Ketika yang lain sedang ngegas karena kelaparan, berbeda dengan Rico. Rico adalah teman satu kelas Ila, makanya sifatnya tidak jauh berbeda dengan teman satu kelasnya yang lain.

Rico adalah pria yang berkekurangan, ia akan jadi genit ketika lapar dan akan menjadi pelawak tanpa bayaran ketika perutnya terisi makanan.

Tak jarang, teman-temannya banyak yang prihatin akan kondisi kejiwaan Rico. Ingin membuangnya namun tidak ada satupun yang mau memungutnya, sungguh tragis nasib Rico ini.

Melihat tingkah Rico, Tante Leha hanya memberikan tanggapan dengan senyuman sembari menjawab.

"Iya ganteng, berapapun kalau Rico yang pesen mah Tante Leha sanggupi, nggakpapa capek yang penting gantengnya Tante kenyang dan jangan lupa bayar juga makanannya".

"Ih Tante, kirain Rico tadi gratis".

"Kalo ganteng Tante gratisin, ya tekor atuh Tante Leha mah, terus besok mau jualan apa kalau Tante tekor? Terus nanti ganteng nggak bisa rasain masakan Tante lagi dong kalau Tante nggak jualan".

"Iya juga yah, yaudah deh jangan kasih Rico gratisan, Rico masih mau ngerasain masakan Tante, kan tahun ini tahun terakhir Rico disekolah ini, ahhhh pasti bakalan kangen sama masakan Tante Leha deh".

Makanan yang dipesan oleh Rico sudah siap dari tadi sebenarnya, namun karena masih asik ngobrol dengan Tante Leha, jadi ia memilih mengutamakan mengobrol dengan Tante Leha daripada perut-perut temannya.

Sampai saat munculah teriakan dari teman-temannya, mereka sudah sangat gemas dengan jiwa centil Rico.

"WOI RICO BURUAN, CACING DIPERUT GW UDAH GOYANG PARGOY NIH NUNGGUIN LU"

"WOI RIC BURUAN UDAH LAPER NIH KITA"

"WOI BURUAN BAWA KESINI TUH MAKANAN, JANGAN SAMPAI NIH SEPATU MELAYANG DI OTAK LU YE!!".

Setelah dikagetkan dengan suara-suara manusia yang sedang mengamuk karena kelaparan itu, Rico akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat tersebut dan membawa beberapa makanan ke meja mereka dengan dibantu oleh Tante Leha karena pesanan mereka yang banyak jadi Rico harus bolak-balik setidaknya 4 kali, jadi Tante Leha membantu Rico agar mempersingkat waktu dan tenaga Rico.

Rico jalan dengan cepat bahkan hampir seperti sedikit berlari, ia benar-benar takut akan gertakan dari temannya. Karena mereka tak segan-segan untuk menonyor bahkan menjambak rambut Rico ketika ia tak segera datang.

Pulang Sekolah

Rutinitas Ila setiap pulang sekolah adalah menjaga warung milik Ibunya, hanya warung kecil yang menyediakan beberapa bumbu dapur kebutuhan sehari-hari dan juga menyediakan berbagai lauk untuk sarapan.

Setiap pagi, Ila harus selalu bangun sebelum subuh untuk membantu Ibunya memasak dan juga menyiapkan tempat untuk dibuat jualan paginya.

warung sarapan mulai dibuka pada pukul 05:30 WIB dan akan tutup pada pukul 07:30 WIB, itu dikarenakan habisnya dagangan mereka.

Dagangan mereka selalu diserbu oleh orang-orang karena Ibu Ila atau Ibu Wati ini selalu mengutamakan rasa dan kebersihan, sehingga itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.

Setelah beberapa masakan telah siap untuk dijajakan, baru kemudian Ila bisa bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Pukul 06:30 WIB, Ila biasanya sudah sampai di sekolah, namun ia selalu pergi ke kantin untuk membantu Tante Leha menyiapkan barang dagangannya dan sebagai gantinya Tante Leha akan memberikan uang saku untuk jajan Ila sebesar Rp 15.000,00. Tidak banyak, namun itu sudah lebih dari cukup bagi Ila. Tidak hanya itu, Tante Leha juga memberikan gratisan untuk Ila satu kali makan.

Di rumah, Ila banyak membuat berbagai kerajinan tangan, karyanya itu nantinya akan ia jual kepada tetangganya yang memang berprofesi sebagai penjual karya seni.

Tak hanya itu, Ila juga aktif dalam beberapa apk berbayar yang bisa menghasilkan uang. Uang-uang yang ia kumpulkan dari kerja kerasnya itu dijadikan tabungan untuk Ila meraih masa depannya kelak.

Ibu Wati sebenarnya juga memberi Ila uang saku untuk sekolah, memiliki pekerjaan sampingan adalah pilihan Ila sendiri.

Bahkan orang tuanya tidak tahu jika Ila bekerja di banyak bidang, yang mereka tahu Ila hanya bekerja sebagai kriya atau pembuat kerajinan tangan.

Ila biasanya membuat kerajinan itu setelah pulang dari sekolah, ia akan menjaga warung sembari membuat kerajinan tersebut.

"Buk, nanti Om Supri datang kesini kan Buk? ini kerajinan aku sudah numpuk banyak banget"

Supri adalah tetangga sekaligus adik ipar dari Wati. Supri lah yang selalu membantu Ila untuk menjual semua kerajinan tangan yang dibuat Ila.

"Ibu juga nggak tahu ya, coba nanti Ibu tanyakan. Kalau nggak hari ini jangan bikin dulu juga nggak papa, kan sudah ada stok banyak kan, tempatnya juga nggak ada, sambil nungguin Om Supri istirahat aja deh La, tidur-tidur dulu sana deh nggak papa".

"Ya udah deh, tapi nanti kalau Om Supri nya datang panggil aku ya Buk, sekalian aku mau tanya-tanya dia dapat pesanan apa saja selain cangkir dan kendi".

"Iya Ila iya, udah sana istirahat, dari tadi belum istirahat kamu. Udah sana santai aja, istirahatin itu otaknya, jangan diajak mikir terus kasihan".

Setelah Ibunya mengatakan hal tersebut, Ila telah benar-benar meninggalkan warung tersebut. Ia berpindah tempat, yaitu dikamar untuk istirahat.

Bukannya istirahat, Ila justru menggunakan waktu luangnya tersebut untuk melakukan streaming Apk, tidak hanya streaming saja, Ila juga banyak membuat beberapa karya novel dibeberapa platform. Tentu saja ia melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuan dari orang tuanya.

Jika kalian bertanya kalau orang tuanya tidak tahu, terus uang Ila disimpan dimana?

Karena sekarang sudah berbeda zaman, jadi Ila tidak perlu memiliki buku rekening bank agar bisa menabung. Uang Ila, ia simpan dibeberapa Apk yang cocok untuk siswa ataupun mahasiswa dan tentu saja itu jauh lebih praktis karena bisa dibawa kemana saja karena tempatnya di handphone.

Bersambung

.

.

.

.

.

Huhu finally, setelah satu bulan nulis akhirnya selesai juga, btw CaratLand sudah selesai sekitar 2 hari yang lalu*** :(

Rico vs Pak Marmo

2 jam kemudian

Wati berjalan menuju ke kamar untuk membangunkan Ila.

Ila yang mendengar suara langkah kaki seseorang dari luar pun bergegas menyudahi kegiatan streaming nya, dalam pikiran Ila, jangan sampai ada yang tahu apa yang sedang ia kerjakan dikamar.

Ila pun memulai akting nya dengan berpura-pura tidur, agar sang Ibu tidak marah karena tadinya ia disuruh untuk istirahat namun itu tidak dilakukan oleh Ila.

Terdengar suara ketukan pintu dan sesaat kemudian muncullah Wati sang Ibu.

"La, Om Supri nya sudah datang itu diluar, katanya ada yang mau dia omongin ke kamu".

Suara lembut itu membuat mata Ila yang tadinya berpura-pura tidur kini terbuka, tentunya dengan kepura-puraan juga bangunnya.

Menciptakan suara lenguhan sebagai bukti bahwa ia telah terbangun.

"Euhhhh iya Bu, Ila bangun".

Setelah mendengar jawaban dari Ila, Wati pun segera meninggalkan kamar dan menuju ke dapur untuk membuat minum untuk tamu.

Ila keluar dari kamarnya dengan semangat, sedari tadi orang yang duduk di kursi ruang tamu itulah orang yang ia tunggu berhari-hari kedatangannya.

Ila memulai untuk memberikan salam dan juga Salim sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua darinya.

"Iya Om, mau di ambil semuanya langsung atau beberapa dulu Om barangnya?".

"Tunggu-".

Kata yang diucapkan oleh Supri membuat dahi Ila mengerut. Kemudian ia kembali memfokuskan telinga nya untuk mendengarkan jawaban selanjutnya yang akan diucapkan oleh Supri

"Kerajinan yang kamu buat ini sudah terlalu kuno La, jadi jarang laku. Makanya Om sudah lama kan tidak kesini?".

"Om juga bingung mau ngasih saran ke kamu nya gimana, tapi Om harap kamu lebih berkreasi lagi, ya bisa ditambahkan detail hiasan mungkin, untuk menambah kesan cantik kepada kerajinan kamu biar nggak polos-polos banget, jadinya kan kalau ada hiasannya juga bisa bikin orang yang melihat itu tertarik".

Ila hanya mendengarkan dan diam-diam memikirkan tentang solusi yang diberikan oleh Supri kepadanya. Kalau dipikir-pikir memang benar jika kerajinannya itu sangat membosankan karena terlalu polos.

Di jaman sekarang kan pada suka dengan yang bergaya estetik bukan kuno seperti kerajinan buatannya.

Ia kemudian memutuskan untuk menerima saran dari Supri, ini juga untuk kebaikan pekerjaannya.

Wati datang dari dapur dengan membawa minuman, ia sebenarnya sudah mendengar semua ucapan dari Supri, ia juga setuju dengan saran tersebut.

"Iya La, kamu bisa nambahin dekorasi bunga atau apa gitu di kerajinan kamu, jangan yang berat-berat, justru dekorasi simple lebih bagus. Nanti kalau yang dekorasinya penuh juga malah keliatan norak jadinya kan?".

"Iya Bu, nanti Ila pikirkan lagi gimana gambar dekorasi nya. Tapi Om, ini jadinya kerajinan Ila masih tetap disini? Om belum bisa ambil karena belum ada dekorasinya?".

Supri menjawab dengan anggukan kepala, ia senang Ila menerima saran yang ia berikan.

"Iya, kamu dekorasi dulu yah barang yang sudah jadi itu, nanti kalau sudah di dekorasi bilang sama Om biar nanti bisa Om ambil secepatnya".

Supri tidak mengambil keuntungan yang banyak dari hasil menjual beberapa kerajinan yang ia beli.

Ia hanya ingin membantu menjajakan kerajinan-kerajinan yang sudah dibuat oleh orang-orang. maksimal ia hanya akan mengambil keuntungan sebesar 10% saja.

Supri datang ke rumah Wati atau Ila hanya untuk menyampaikan maksudnya tadi. Setelah maksudnya telah tersampaikan, kini Supri pamit pulang.

Sepulangnya Supri, kini Ila sedang ditugaskan oleh Ibunya untuk menjaga warung. Namun, hal yang dilakukan Ila bukanlah benar-benar menjaga warungnya, justru ia malah asik melamun sambil memikirkan gambar apa yang cocok untuk ia lukis di kerajinannya nanti.

Ila sedang searching beberapa gambar estetik agar cocok untuk dilukis pada kerajinannya.

Malam

Setelah menunaikan ibadah sholat magrib, Ila kini mulai mengerjakan beberapa tugas sekolahnya.

Ila memiliki kebiasaan untuk mengerjakan tugas jauh-jauh hari karena ia sering kali lupa.

Setelah mengerjakan tugas sekolah, ia akan kembali mengerjakan kerajinan tangan yang tadi siang ia tunda karena harus mencari bahan referensi yang akan ia lukis dikeramik kerajinan nya nanti.

Ila mengerjakan kerajinannya sambil melakukan live streaming di Apk sebelah. Ia sering melakukan itu sebagai bahan kontennya. Pengikut nya dalam Apk tersebut bisa dibilang banyak karena kini pengikut nya sudah mencapai 200 Ribu orang.

Ila sering membaca komentar yang ia dapat dari live streaming tersebut, banyak yang mendukungnya, namun tidak bisa dipungkiri tetap saja ada orang yang membencinya padahal kenal saja tidak.

Cacian-cacian itu Ila gunakan sebagai bahan motivasi untuk tetap maju dan membuktikan bahwa ia bisa jauh lebih baik lagi dalam melakukan pekerjaannya.

Sebaliknya pujian-pujian yang ia dapat, ia jadikan sebagai penenang hati ketika hatinya ingin berteriak karena membaca cemoohan orang.

Cacian yang ia dapat sangat random dan bahkan keluar dari tema konten yang ia buat.

Jangan banyak gaya mbak, rumah papan aja sombong

Miris lihat gentengnya

Perasaan kemarin bajunya juga itu deh yang pas buat konten

Cat rumahnya norak, udah pada usang

Papan rumahnya sudah lapuk, nggak ada niatan buat bantu ganti kah?

Bukannya bantu orang tua kerja malah asik live kek gini

Aduh bajunya itu-itu mulu, sini nomor rekeningnya biar aku transfer buat beli baju

Njir bukannya bantu orang tua buat benerin rumah malah gaya-gayaan live streaming

Gatau diri njir hahaha

Gaya banget

Ila hanya bisa berpura-pura tidak tahu dan tidak membaca, ia menulikan pendengarannya dan membutakan matanya ketika mendapat hate komen.

Orang-orang mana tahu perjuangan Ila seperti apa? Yang mereka tahu Ila hanya asik bercanda dan mengobrol di live nya tersebut.

Ia memang tidak pernah menunjukkan kerja kerasnya didepan orang lain. Buat apa? toh yang suka akan tetap suka dan yang benci akan tetap benci.

Ia tidak pernah membela dirinya ketika dicaci orang. Yang ada dipikiran Ila adalah membela diri percuma menangnya ada yang peduli kepadanya.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, Ila menyudahi semua kegiatannya untuk mengistirahatkan tubuh, otak dan juga batinnya yang telah ia kerahkan pada hari ini.

Semakin larut malam semakin jauh pula Ila menyelami dunia mimpinya. Mimpi indah yang selalu didambakan oleh orang-orang. Mimpi yang dijadikan penyemangat hidup agar bisa digapainya.

***

Dug Dug Dug

Suara bedug dipukul untuk memberi tanda akan dimulainya adzan subuh.

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar

Suara adzan subuh yang berkumandang ini membangunkan orang-orang untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim dan memulai hari mereka.

Bahkan sebelum adzan subuh, dapur ini sudah disibukkan dengan kegiatan memasak untuk keperluan dagang.

Ila kini sedang berhadapan dengan pisau dan talenan untuk membantu Ibunya memotong berbagai macam sayuran dan juga berbagai bahan yang akan dimasak sebagai lauk-pauk.

Sedangkan Ibunya sedang berhadapan dengan berbagai adonan dan juga bumbu-bumbu dapur. Ayahnya sedang sibuk berjuang untuk menghidupkan api pada tungku. Adiknya sendiri kini sedang membersihkan tempat untuk berjualan.

Adnan Axel Buana atau lebih dikenal dengan nama Axel. Usianya hanya selisih 5 tahun dari Ila. Tahun ini Axel akan berusia 13 tahun dan ia bersekolah di SMP RAWON SEDAP.

Keluarga ini memang selalu gotong royong dalam melakukan beberapa pekerjaan.

Matahari mulai muncul untuk menggantikan bulan. Embun pagi mulai menghilang seiring naiknya matahari.

Semua makanan sudah rapi tertata dimeja dan siap untuk dijajakan. Satu persatu orang mulai berdatangan.

Tugas Ila dan Axel selesai, kini saatnya mereka bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Sekolah

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Siswa yang sudah datang bisa dihitung dengan jari.

Bukannya langsung menuju ke kelas, Ila justru malah melangkahkan kakinya menuju ke kantin sekolah.

Seperti biasa, ia akan membantu Tante Leha untuk menyiapkan barang jualannya.

"Eh neng geulis sudah datang, tolong bantu bersihkan meja-meja ya".

Ila bergegas membersihkan meja, sedangkan Tante Leha menurunkan bahan-bahan yang baru saja datang. Satu persatu barang telah diturunkan dan dipindahkan di tempat penyimpanan bahan makanan Tante Leha.

"Tante masih banyak barang yang harus diturunkan nggak? Ila sudah selesai bersihin mejanya".

"Masih ada beberapa neng geulis. Oh neng geulis sudah selesai yah? Ya sudah yuk bantu Tante turunin barang-barangnya biar cepat selesai pekerjaan kita".

Ila hanya mengangguk sebagai jawaban. Ila dan Tante Leha mulai menurunkan barang lagi dengan cara estafet agar lebih meminimalisir waktu yang ada.

Setelah semua selesai, Ila pamit kepada Tante Leha untuk pergi ke kelas.

"Tante, Ila ke kelas dulu yah".

"Oh iya neng geulis, makasih yah sudah bantu Tante. Nanti istirahat kesini aja jajannya, gratis buat neng geulis mah".

Ucap Tante Leha sembari memberikan uang saku kepada Ila sebagai bayaran karena telah membantu dirinya pagi ini.

Kelas

Saat memasuki kelas, Ila dikagetkan oleh tingkah Rico. Meskipun sudah saling mengenal lama, namun tetap saja Ila masih sering kaget dengan tingkah bocah tengil ini.

Lihat saja betapa centilnya dia ketika bertemu dengan lawan jenis, ditambah lagi dengan suasana pagi yang mendukung otaknya untuk sedikit geser.

"Eh ayang Ila sudah sampai, sini neng duduk disamping AA kita ngobrol dulu yuk sebelum masuk kelasnya".

"Astaga!! Lo belum sarapan yah Co?"

"Hehe iya, tau aja si Eneng, aduh mau apa? Mau nyuapin AA yah? Iya sini AA sudah siap mang-".

Belum juga menyelesaikan omongannya, mulut Rico sudah disumpal dengan remasan kertas oleh Cinta.

Cinta sudah muak dengan tingkah laku Rico jika sedang kosong perutnya.

"Banyak omong Lo, Pagi-pagi udah berisik banget tuh mulut kek makmak lagi nawar baju lebaran".

"Sewot amat sih Lo sama gw, kalo yang lain aja nggak Lo marahin, tapi tiap gw buka mulut langsung Lo semprot. Salah gw sebenernya apasih sama Lo?".

"Salah Lo itu, muka Lo ngeselin apalagi kalau lagi laper mulut Lo rasanya pengen gw amplas".

"Dih sadis bener Lo kalau sama gw. Ih takut ada psikolog".

"Psikopat anjir!! Psikolog emang Lo gila atau depresi?".

"Iya itu maksud gw tadi"

Tanpa mereka sadari bahwa kini ruang kelas telah dipenuhi dengan siswa-siswi karena bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

Bahkan Pak Marmo sebagai guru Fisika itu sudah duduk di kursinya dan menonton pertengkaran mereka sejak 3 menit yang lalu.

Pak Marmo berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia memberikan tepuk tangan kepada 2 muridnya tersebut.

"Wae bagus sekali pertunjukkan nya hari ini yah anak-anak"

Mendengar ada suara berat yang tidak asing ditelinga mereka, mereka spontan menoleh dengan mata terbuka dengan sempurna saking kagetnya.

Sejak kapan Pak Marmo masuk?

Apakah Pak Marmo mendengarkan semua yang mereka omongkan?

Gawat, mau ditaruh dimana muka saiya.

"Eh Bapak hehehe"

Rico dan Cinta berlari menuju ke kursi mereka masing-masing. Suasana kelas kini diisi dengan gelak tawa yang membahana, sedangkan yang dijadikan sebagai bahan tertawaan hanya menunduk malu. Tumben sekali mereka memiliki urat malu.

Suasana tiba-tiba hening saat Pak Marmo mengeluarkan jurus andalannya yaitu memelototkan mata. Mata hitam dan besar itu sangat menakutkan, bukan apa-apa takutnya nanti bisa copot dan tidak ada yang berani mencomotnya.

Semua kembali fokus pada buku masing-masing.

Seperti tidak ada kapoknya, Rico kini malah asik bercerita mengenai anime terbaru yang ia tonton kepada Aertha teman sebangkunya.

Aertha memiliki sifat yang sebelas dua belas lah sama Rico, karena itu mereka cocok dan bahkan mereka tidak berganti teman sebangku sejak mereka masih kelas 10.

Bukannya bercerita dengan nada pelan, namun mereka malah menggunakan nada seakan-akan mereka sedang berada di kantin.

Pak Marmo sudah sangat geram melihat Rico dan Aertha. Dengan wajah merah padam, Pak Marmo menghampiri meja mereka berdua.

Brakkk

Suara gebrakan meja itu membuat Rico dan Aertha menoleh karena kaget, wajah mereka sudah merah menahan amarah. Namun, setelah melihat bahwa yang menggebrak meja tadi adalah Pak Marmo, maka merekapun tidak jadi marah, malah mereka hanya menampilkan wajah tidak sok polos.

"Ada apa yah Pak?"

"Ada apa ada apa!! Kalau mau ngerumpi sana ditempat arisan bareng Ibu-ibu sosialita".

"Tapi Pak, kami kan beban keluarga, masak iya mau kumpul bareng mereka kan levelnya sudah berbeda Pak. Mereka pamer barang branded lah saya? pamer kemiskinan saya?"

Kesabaran Pak Marmo benar-benar diuji oleh duo curut ini, sekarang bukan hanya merah padam, namun wajah Pak Marmo kini sudah berwarna agak keunguan.

"RICO!!!!!!! AERTHA!!!!!!"

"KELUAR DARI KELAS SAYA!! LARI LAPANGAN 25 KALI SEKARANG!!!"

Bukannya menciut namun Rico malah semakin menjadi. Entah digadaikan dimana otak anak ini pikir teman satu kelasnya.

"Pak Marmo gimana sih? Kalau saya lari lapangan sekarang ya panas atuh, terbakar nanti kulit Rico, ntar kalau Rico jadi item nanti Tante Leha nggak mau lagi sama Rico".

Habis sudah kewarasan Pak Marmo setiap menghadapi bocah ini. Entah sebenarnya dia ini polos atau bodoh.

Dengan menarik nafas panjang, Pak Marmo menghampiri mereka dan mengusirnya keluar kelas.

"DALAM HITUNGAN KETIGA, LARI LAPANGAN 25 KALI"

"SATU... DUA... TI-!!!!!!"

Sebelum hitungan ketiga, keduanya sudah ngibrit lari kelapangan dengan terik matahari yang siap membakar kulit mereka.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti like dan komen :)

Bullying

Gedebuk Gedebuk Gedebuk

Dibawah teriknya matahari kini Rico dan Aertha berada, dengan keringat yang bercucuran dan nafas uang menggebu.

Hasil dari upah yang mereka perbuat beberapa menit yang lalu. Putaran demi putaran telah mereka lalui.

Huh Huh Huh

Suara nafas itu sudah tak beraturan. Tubuh yang membungkuk, tangan memegangi kedua lutut. Puluhan kali peluh diusap namun tak kunjung berhenti bercucur.

"Huh l-lumayan k-kita j-jadinya n-nggak p-perlu i-ikut p-pelajarannya Pak Marmo lagi huh huh"

"T-tapi n-nggak g-gini j-juga c-caranya b-bego, i-ini mah k-kayak mau b-bunuh d-diri di s-siang b-bolong ah"

"T-tapi a-asikkan l-lari l-larian b-bareng gw?"

"ASIK KAGAK CAPEK IYA BEG*!!!"

Ucapan mereka terputus-putus karena nafas yang sudah habis terkuras karena olahraga disiang ini. Tapi ada yang aneh, kenapa pas lagi ngegas nafasnya lancar, tidak seperti tadi yang seperti orang mau meninggal nafasnya.

Meskipun dalam keadaan mengenaskan seperti ini, jangan salah mereka berdua masih tetap bisa bertengkar.

Pertengkaran ini dimulai oleh Aertha yang mendorong Rico sehingga Rico hampir terjatuh, dan sesaat kemudian mereka berdua saling dorong bahu. Siapapun yang melihat ini pasti mengira mereka bertengkar serius. Padahal kenyataannya setelah adegan terakhir yaitu menonyor jida, mereka justru tertawa dengan renyah.

Hingga bel tanda istirahat berbunyi yang membubarkan mereka dari tempat terpanasnya dunia ini.

Bak anak kecil, mereka berdua lari dengan cepat kearah kantin. Hanya dengan mendengar suara bel saja mereka bisa sesenang itu, tidak ada lagi yang membahagiakan di dunia kecuali bel tanda istirahat dan juga pulang.

"Tante!! Tante Leha!! Es teh anget 2!!"

"Ih gw gedik juga Lo ye lama-lama"

Ucap Aertha dengan menonyor kepala Rico.

"Ih ayang salah aku apa sih? kan aku haus dari tadi kamu ajak lari-larian berdua di lapangan"

"Iyuh jyjyk gw lama-lama Ric!! Ya ampunnnnnn. Tante Leha tolong buang anak ini, saya jyjyk saya benci!!!!!"

Mereka ini jika sudah bertemu, kewarasannya harus dipertanyakan. Tidak tahu tempat dan juga tidak tahu malu, dimana pun mereka berada selalu saja bertingkah kocak.

Disisi lain, kali ini Ila menghabiskan waktu istirahatnya dengan buku-buku yang sebelumnya ia pinjam dari perpustakaan sekolah.

Ila sedang menunggu Cinta datang ke kelas dengan membawa makanan, ia tadi meminta tolong untuk dibelikan Snack saja sebagai makan siangnya. Untuk air minum, Ila selalu membawanya dari rumah.

Hari ini Ila menginginkan suasana yang damai, sehingga ia memilih buku sebagai teman untuk mengisi waktu istirahatnya.

Namun, keinginannya tersebut sepertinya belum diwujudkan oleh Tuhan. Sebab, tadi saat ia pergi ke perpustakaan ia mengalami insiden kecil.

Bullying, Ila sering mendapatkannya setiap disekolah. Mulai dari kata cemoohan, dijahili, bahkan ia juga pernah mendapatkan bullying dalam bentuk kekerasan fisik.

Saat di perpustakaan tadi ia mendapatkan cemoohan dari anak-anak nakal disekolah.

"Eh ada anak miskin, sudah lama nggak keliatan, kemana aja Lo?"

"Kayaknya hidup Lo tambah damai karena sudah lama nggak pernah ketemu kita"

"Gimana kalau sekarang kita mulai permainan lagi? Tangan gw sudah gatal karena lama nggak nyentuh Lo"

Posisi Ila kini sudah terpojok, ia tidak bisa pergi dari tempat itu sekarang.

Ia dikepung oleh 3 orang sama yang membully nya dahulu. Yaitu, Risa, Yoshiki dan Resthi sebagai bos dari mereka.

Tangan kanan Risa sudah berada di rambut dan siap untuk menjambak rambut Ila. Sedangkan tangan kanan Yoshiki, berada di pipi Ila untuk mencengkeram erat hingga kuku-kukunya membekas dipipi Ila.

"Jangan harap Lo bisa kabur dari gw, setelah Lo ngelaporin gw dan bikin gw kena score selama 1 minggu dan bikin gw dihukum sama bonyok gw Ila!!"

"Lepasin dia, gw mau ngasih pelajaran buat anak miskin ini".

Setelah mendapat instruksi tersebut, Risa dan Yoshiki melepaskan Ila dari genggaman mereka.

Resthi maju satu langkah, kini jarak antara Ila dan Resthi sudah sangat dekat. Tangan Resthi sudah terangkat ke udara dan siap untuk menampar pipi Ila.

Namun sesaat sebelum ia bisa menyentuh pipi mulus Ila, ada seseorang yang memergokinya sehingga mau tidak mau ia harus membatalkan niatnya tersebut.

"Heh!! Kalian mau ngapain? Jangan main kekerasan, nggak baik".

Petugas perpustakaan sedang berkeliling dan tidak sengaja melihat ada seseorang dipojokkan dan terlihat akan main tangan. Sehingga ia memergoki mereka dan menyuruhnya untuk membubarkan diri dari tempat ini.

Resthi dan antek-anteknya pergi meninggalkan perpustakaan.

Sebelumnya anak-anak tersebut sedang bolos jam sekolah, dan perpustakaan adalah tempat yang paling aman karena jarang dijamah oleh guru BK.

Kelas 10 merupakan masa kelam bagi Ila. Dahulu ia selalu menjadi incaran dari Resthi dan antek-anteknya sebagai bahan bully-an mereka.

Sampai sekarang Ila masih tidak mengerti kenapa dia selalu menjadi bahan bully-an Resthi, perasaan ia tidak pernah pengganggu ataupun mengurusi urusan orang lain.

Apakah karena Resthi tidak bisa menyaingi nya dalam mengejar peringkat?

Atau karena dia tidak suka dengan orang miskin?

Ataukah karena Ila itu anak yang gampang di-bully karena ia tidak pernah membalas apa yang telah orang lain lakukan padanya?

Bully-an tadi masih belum seberapa dibandingkan apa yang dilakukan Resthi di masa lalu. Ia bahkan pernah mencelupkan kepala Ila kedalam bak mandi, baju dan rok nya di robek-robek menggunakan gunting, rambutnya dijambak sampai rasanya hampir lepas semua seluruh rambut Ila dan ditambah lagi tendangan yang didapatkan nya dibagian tulang kering dan perut, hingga membuat Ila pingsan kemudian dilarikan ke rumah sakit dan ia harus di opname selama 3 hari di rumah sakit tersebut.

Orang tua Ila sebelumnya tidak mengetahui jika anaknya selama ini mendapatkan perundungan.

Saat Ila sadar dari pingsannya, ia kemudian di interogasi oleh kedua orang tuanya.

*Siapa yang sudah ngelakuin hal ini kepada anak Bapak?

Sudah berapa lama dia membully kamu?

Kenapa nggak pernah cerita ke Bapak Ibu La?

Cerita La, cerita biar Bapak Ibu tahu gimana keadaan kamu! Kalau kamu nggak cerita kita nggak akan tahu! Kamu anak kita, sudah seharusnya kita tahu dan paham dengan kamu*!

Melihat keadaan anaknya seperti itu, tentu membuat hati Bambang dan Wati sedih. Mereka menangis, betapa hancurnya mereka mengetahui ternyata selama ini anaknya mendapatkan bully-an.

Bambang adalah Ayah Ila, ia memang jarang di rumah. Bambang bekerja di luar kota, sehingga mengharuskan ia meninggalkan anak dan istrinya di rumah.

"Maafin Ila Pak, Buk, Ila nggak bermaksud bikin Bapak sama Ibu sedih kayak gini. Ila nggak cerita karena Ila nggak mau menambah beban pikiran Bapak sama Ibu. Ila juga nggak tahu kenapa mereka membully Ila, Ila nggak bikin ribut sama siapapun Buk. Ila sekolah ya cuma sekolah, nggak aneh-aneh. Tapi kenapa mereka selalu siksa Ila, Ila nggak ganggu dia Pak, Buk"

Satu ruangan dipenuhi dengan suara tangisan satu keluarga ini. Hancur sudah hati Bambang dan Wati setelah mendengar penjelasan dari Ila putrinya.

***

Keesokan harinya, Bambang mendatangi sekolah Ila. Ia melaporkan perbuatan Resthi dan antek-anteknya itu ke kepala sekolah.

Setelah mendapatkan laporan tersebut, sekolah melakukan investigasi dan mengintrogasi beberapa siswa. Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh Bambang ayah Ila, bahwa Ila mendapatkan perundungan selama disekolah ini.

Namun, Resthi dan antek-anteknya tersebut tidak bisa dikeluarkan dari sekolah. Mereka hanya mendapatkan score selama 1 minggu dan harus menanggung biaya rumah sakit Ila.

Tentu saja itu berkat yang tutup mulut yang diberikan oleh Ayah Resthi. Dan ia berjanji akan menghukum Resthi akan tindakan nya tersebut dengan syarat tidak di keluarkan dari sekolah.

Dikeluarkan dari sekolah adalah suatu hal yang sangat memalukan bagi keluarga Resthi. Resthi saja selalu dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus, dan tidak boleh sampai turun. Jika hal itu terjadi, maka Resthi akan mendapatkan sanksi tidak boleh bermain selama 1 bulan dan juga uang jajannya dipotong.

Bukannya kapok setelah mendapatkan sanksi tersebut, justru Resthi malah semakin membenci dan tetap merundung Ila.

Terakhir kali waktu Resthi sedang membully Ila, ada satu gerombolan siswa-siswi yang memergoki aksinya tersebut. Orang tersebut adalah Cinta, Rico, Lina dan Aertha.

Kejadian tersebut berada di belakang ruang kelas yang sudah lama tidak dihuni.

Pertama yang melihat kejadian itu adalah Rico saat mereka akan menuju ke ruang musik, sebelumnya ia belum sadar jika orang yang sedang dibully Resthi adalah teman satu kelasnya.

"Eh, ada yang dibully tuh, kasian banget njir tapi yaudah lah bukan urusan kita"

Mendengar ucapan dari Rico, Cinta spontan menoleh untuk melihat siapa yang menjadi korban dari Resthi saat ini. Ia merasa tidak asing dengan wajah orang tersebut. Namun setelah itu kesadarannya kembali, ia benar-benar mengenali orang yang sedang dibully tersebut.

"Anjir itu Ila woiiiiiiii!!! Dia temen satu kelas kita!! Kurang ajar si Resthi berani-beraninya dia nge-bully temen satu kelas kita"

"Heh? Dia? Ila? Bentar-bentar ngelag otak gw-"

Rico sedang mencari otaknya yang tertinggal, namun 10 detik kemudian otaknya telah kembali ketempat nya.

"Oh iya njirrrr, eh ayo buruan tolongin malah bengong aja disini!!"

"Eh anjir kita tuh dari tadi juga nungguin otak Lo yang nggak balik-balik"

Mereka bergegas berlari menuju tempat Ila berada, Resthi yang dipergoki sangat kaget, bisa dilihat dari tatapan matanya yang bergetar karena ketahuan.

Rico kemudian mendorong Resthi hingga terjatuh, kemudian Cinta menghampiri Ila dan membawanya untuk menjauh dari tempat ini.

Rico menatap nyalang kearah Resthi.

"Kalau Lo berani macem-macem lagi sama dia atau anak-anak lain dan ketahuan sama gw, abis Lo ditangan gw!!"

"Oh iya, dan duid Bokap Lo itu nggak akan berguna lagi jika Lo udah berurusan sama gw!!"

"Bukan hanya Lo, tapi keluarga Lo juga akan kena imbasnya jika Lo sampe berbuat seperti ini lagi! Inget kata-kata gw!!"

Rico memang terkenal dengan sifat konyol dan tidak tahu malu, namun jika sudah berurusan dengan teman atau sahabat, ia tidak segan-segan untuk menghukum orang yang telah mengganggu ketenangan teman-temannya.

Ini adalah pertama kalinya Rico menampilkan wajah garangnya.

Bukankah marahnya orang yang suka bercanda itu sangat menyeramkan? Dan itulah yang dilihat oleh Resthi.

Setelah mendengar ucapan dari Rico, Resthi tidak lagi berani menjawab. Tiba-tiba nyalinya menciut setelah melihat tatapan Rico.

Resthi mencoba berdiri dengan dibantu oleh Yoshiki dan Risa. Mereka kemudian meninggalkan tempat tersebut sambil membantu Resthi berjalan. Kaki Resthi sepertinya terkilir akibat dorongan yang lumayan kuat dari Rico.

Disisi lain, Cinta sedang bersama dengan Ila di UKS. Cinta mencoba menenangkan Ila, karena sedari tadi tubuh Ila bergetar seperti menahan tangis.

Ila tidak bisa mengeluarkan air matanya, ia malu jika dianggap lemah oleh orang lain. Namun, gerak-gerik tubuhnya tidak bisa berbohong.

Ila tidak bisa menceritakan hal ini kepada Cinta, ia terlalu takut jika ia terbuka dengan seseorang yang baru ia kenal. Ila tidak pernah dekat atau bahkan berkenalan dengan Cinta, oleh sebab itu ia menganggap bahwa Cinta itu adalah orang asing, meskipun mereka sebenarnya adalah teman satu kelas.

Cinta paham akan kondisi Ila, meskipun Ila tidak berbicara secara langsung kepada dirinya.

Ila pasti masih shock dengan apa yang telah terjadi kepadanya beberapa menit yang lalu. Meskipun hal tersebut sudah biasa ia dapatkan, namun tetap saja rasa takut selalu menghantui pikiran dan hatinya.

Namun disisi lain, ia sangat bersyukur atas kehadiran Rico dan teman-temannya. Mereka telah menyelamatkan nya tepat waktu sebelum Resthi berhasil menyentuh permukaan kulitnya.

Hati dan pikiran nya sangat ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan mereka kepada-nya. Namun, apalah daya bibirnya terlalu kaku untuk mengucapkan kata-kata itu.

Cinta hanya melihat gerak-gerik dari Ila, ia hanya bisa mengusap punggung Ila, agar Ila merasa aman dan lebih tenang.

Namun sesaat kemudian, Cinta memecahkan keheningan diantara mereka.

"Sudah tenang La, Lo ada disamping gw dan temen-temen. Temen gw juga temen Lo, jadi jangan jauh-jauh yah dari kita, biar kita bisa saling menjaga"

Cinta tersenyum dengan sangat lembut, matanya memancarkan ketulusan, tidak ada drama kali ini.

Sesaat kemudian Ila menjawab dengan anggukan kepala dan membalas senyuman Cinta tak kalah tulusnya.

"Thanks sudah bantuin aku tadi"

"It's okay La, kita kan temen sekarang"

"Aku nggak tahu harus bilang makasih nya tuh gimana, intinya aku benar-benar terima kasih sebesar-besarnya kepada kalian karena kalian sudah bantuin aku tadi"

"Sudah jangan dipikirin lagi, sudah tenang belum? Kalau sudah yuk kita balik ke kelas"

Ila turun dari tempat duduk dibantu oleh Cinta, mereka berjalan untuk kembali menuju kekelas.

Bersambung...

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like komen fav and vote. Boleh juga kasih saran biar aku jadi lebih baik lagi nulisnya kedepannya:)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!