Visual pemain.
Mungkin banyak yang bertanya tanya kenapa Kayla jadi bercadar, aku sesuaikan visual dengan alur cerita nya.
Happy reading and enjoying guys:)
Jangan lupa tinggalkan jejak yaw, like komen vote wkwk.
~Kayla Natasha Wijaya
~Rayhan Wijaya Kesuma
~Adrian Wijaya
~ Roland Wijaya Kesuma
~ Lisa (Anggap author nya secantik ini🤭)
padahal author gak masuk cerita🤣
~ Viona
~Clara Octavia
~Alex Pratama
~ Candra
Di sebuah club malam ternama kota Jakarta, terdengar suara dentuman musik yang memekakkan telinga. Dengan cahaya temaram di dalam ruangan, dan orang orang yang hampir kehilangan akal didalam nya.
Semua larut dalam kenikmatan dan kesenangan masing masing.
Orang orang berjoget kesana kemari, melupakan keluh kesah dan beban hidup dengan minum dan berjoget ria. Wanita-wanita nya mengenakan pakaian minim yang memperlihatkan lekuk tubuh dan belahan dada. Bergerak liar memikat perhatian para pria yang siap meladeni mereka.
Malam yang semakin larut juga membuat mereka semakin larut dalam kubangan kenikmatan, bermaksiat menuruti ajakan syaiton. Larut nya malam tak membuat sedikitpun semangat mereka berkurang, justru orang orang itu semakin menikmati dentuman musik yang kian mengeras.
Ditengah dentuman keras suara musik itu, dengan orang orang yang sibuk bernyanyi dan menari. Seorang pria duduk di salah satu meja bar VIP, di temani beberapa botol Vodka dan Bradly.
Sudah beberapa gelas minuman dia habiskan dengan sekali tegukan. Pria itu mulai merasakan hangat nya minuman itu saat melewati kerongkongan, kepala nya mulai merasakan pusing.
Sejak tadi sudah beberapa gadis menghampiri nya, namun tak satupun menarik perhatian Rayhan. Ya, pemuda itu ialah Rayhan. Pemuda tampan dengan sejuta pesona yang mampu memabukkan kaum hawa, pria tampan dan kharismatik yang akan membuat wanita manapun rela untuk menjadi kawan tidurnya walau hanya semalam. Namun sayang, jangankan untuk menikmati tubuh indah dan wajah tampan Rayhan. Untuk duduk disisi pria itu saja bahkan mustahil untuk mereka lakukan.
"Hey, bro!." seseorang menepuk pundak nya, lalu duduk di sebelah nya. Rayhan hanya menoleh acuh, lalu kembali meneguk segelas brandly nya hingga tandas.
"Lo minum sebanyak ini lagi? come on bro, lo mau mati muda tiap malem minum banyak?."
"Diem bangs4t! Gue nggak ada urusan sama lo ya!."
"Come on Rayhan, mau berapa botol lagi yang lo minum hah?!" Candra menarik gelas dari tangan Rayhan.
"Balikin!" Bentak nya, hendak merebut gelas di tangan Candra. Tapi pusing di kepala nya membuat Rayhan terlalu lemah hanya untuk meraih gelas itu.
"Balikin! Gue mau minum Can. Pergi lo dari sini, gue nggak butuh lo. Gue nggak mau di tinggal lagi!" Rayhan mulai meracau, bicara di luar kendali nya.
"Lo harus pulang Ray, nggak sadar apa ini udah hampir pagi. Besok lo harus ngampus Rayhan!" Candra menarik tangan nya agar pria itu berdiri.
Rayhan memberontak, berusaha sekuat tenaga lepas dari tangan Candra. Pria yang sudah hampir 4 tahun ini menghabiskan setiap malam nya di club malam itu selalu pulang pagi, dengan aroma alkohol menyengat di tubuh nya.
"Ayo pulang Rayhan! Nyokap lo nungguin." Candra berusaha membujuk sahabat nya baik-baik. Namun bukan sikap penurut Rayhan yang ia terima, melainkan sebuah pukulan keras di wajah nya. Membuat Candra hampir tersungkur jika tidak sempar berpegangan pada kursi di samping nya.
Candra hilang kesabaran, emosi menguasai dirinya. Dia begitu frustasi, sudah hampir 4 tahun ini setiap malam dia akan menyusul Rayhan ketempat ini dan memaksa nya pulang. Entah sudah kali keberapa dia mendapat bogeman seperti ini, tapi hari ini kesabaran nya benar benar sudah habis.
Candra menghantam wajah Rayhan beberapa kali. Tapi Rayhan bahkan tidak membalas serangan nya, jangankan membalas untuk menghindar saja Rayhan sudah tidak sanggup.
Pria tampan itu jatuh tersungkur kelantai, lalu tidak sadarkan diri setelah mendapat pukulan keras beberapa kali diwajah nya.
Cih!
Candra berdecih melihat sahabat nya terkapar dilantai dengan wajah yang mulai membiru akibat serangan nya..
"Cuma karena gadis itu, hidup lo sampai sehancur ini Rayhan! Lo bener bener pecundang, dimana akal sehat lo. Hah?!" Candra memapah Rayhan yang sudah tak sadarkan diri, entah karena mabuk atau karena hantaman kerasa nya tadi.
Candra berdecih, lalu memapah tubuh Rayhan. Membawanya keluar dari tempat terkutuk ini. Sungguh, Candra tidak sanggup berlama lama di tempat ini. Dia takut iman nya akan goyah, sejak tadi dia sudah menghela nafas kasar saat gadis gadis dengan pakaian kurang bahan menghampiri nya dengan tatapan menggoda.
"Jangan sentuh gue! Gue benci lo, Kay!." Lirih suara Rayhan terdengar, pria itu sudah sadar kembali sepertinya. Tapi belum sanggup menegakkan kepala. Rayhan tertatih mengikuti langkah Candra yang membawanya ke mobil.
"Oh shit!." Umpat Candra sambil membuka pintu mobil. Memasukkan Rayhan dengan susah payah, lalu membanting keras pintu samping kemudi.
Sedangkan mobil Rayhan, Candra tak begitu peduli. Yang terpenting saat ini adalah memulangkan anak bungsu keluarga pejabat tinggi itu.
Mobil nya melaju dengan kencang, menyusuri jalanan ibu kota yang tampak lengang karena pagi hampir menjelang.
Cukup lama perjalanan nya, sampai akhir nya tiba di depan gerbang sebuah rumah mewah yang hampir dia kunjungi setiap hari.
Candra menekan bel beberapa kali berharap ada orang rumah yang sudah bangun dan membukakan pintu untuk mereka.
Hingga keluar seorang wanita paruh baya masih dengan mengenakan mukena nya. Sepertinya habis solat Tahajjud, begitu pikir candra.
"Rayhan!." Teriak nya, lalu mengambil alih tubuh anak nya dari dekapan Candra.
"Dia mabuk lagi?" Tatapan sayu nya menghunus hati Candra. "Anak ini! Kapan dia akan berubah, selalu merepotkan orang." Memukul bahu anak nya yang sejak tadi bungkam sambil menundukkan kepala.
"Maafin anak tante ya Can. Selalu ngerepotin kamu, terimakasih udah menjaga Rayhan ya. Tante nggak tau apa yang akan terjadi sama dia kalo kamu nggak bawa dia pulang."
"Sama-sama tante, udah tugas Candra sebagai sahabat menjaga Rayhan. Yaudah kalo gitu saya pamit dulu tante, takut di cariin mami juga." Ucap Candra sambil meraih tangan Sonya, untuk mencium punggung tangan nya.
"Yaudah terimakasih ya sekali lagi. Kamu hati-hati dijalan ya!." Jawa Sonya sambil menepuk pundak Candra.
Selepas kepergian Candra. Sonya memapah Rayhan, membawa nya kelantai atas. Dengan susah payah Sonya memapah Rayhan menaiki anak tangga. Tapi suara bentakan suami nya membuat sonya terkejut dan membeku seketika.
"Mabuk lagi?! Benar-benar anak kurang ajar!." Bentak nya dari ujung anak tangga. Sonya masih bersusah payah mengendalikan tubuh kekar Rayhan.
"Kurang ajar sekali kamu, anak tidak berguna!. " Bentak Wijaya Kesuma, tangan nya terangkat untuk mendorong Rayhan. Tapi dengan cepat di tepis oleh istrinya.
"Papa mau apa?! Rayhan bisa jatoh pah!."
"Terus aja kamu belain anak kamu itu, kalian berdua sama saja." Bentak nya kemudian berlalu ke kamar nya.
Sedangkan Sonya hanya menghela nafas berat, frustasi dengan keadaan. Ditatap nya wajah Rayhan yang tampak kusut dan muram, dengan beberapa lebam di wajah.
"Sampai kapan kamu begini Ray?!." Air mata kembali menjatuhi pipi nya, tidak sanggup melihat kepedihan yang di derita anak bungsu nya.
"Seharusnya kamu tata hidup kamu lebih baik, dan tunjukkan pada dia kalau kamu mampu hidup dengan baik dengan atau tanpa gadis itu Rayhan."
Pagi yang cerah di musim kemarau membuat orang orang juga bersemangat untuk menjalani kehidupan mereka.
Tapi tidak dengan seorang pria yang masih bergumul di bawah selimut, dia masih tertidur lelap dengan pakaian semalam yang berbau alkohol menyengat.
Dia sudah sadar sepenuh nya, tapi masih enggan untuk beranjak dari kehangatan tempat tidur ini. Mata nya kembali terpejam saat lagi lagi rasa pusing menyerang kepalanya.
"Rayhan.. Bangun nak, udah siang. Kamu ada jam pagi kan hari ini?." Suara lembut mama nya membuat Rayhan yang hampir terjerumus kedalam mimpi membuka mata nya kembali.
"Bangun.. Kamu udah S2 lo sekarang, udah nggak bisa malas-malasan lagi." Ucap nya, kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh Rayhan.
"Hmm.. Aku mandi dulu, mah." Rayhan bangkit dari tempat tidur, dan berlalu kedalam kamar mandi.
Sedangkan Sonya, masih duduk di tepian tempat tidur. Memandang punggung anak nya yang baru menghilang di balik pintu kamar mandi.
"Haaahhh.." Sonya melenguh panjang, lalu bangkit menuju lemari untuk menyiapkan pakaian Rayhan.
* * * * * * * * *
Rayhan berjalan santai menuruni anak tangga, dengan pakaian rapi ala mahasiswa seperti biasanya. Tapi sayang, penampilan nya yang sempurna tidak di imbangi dengan wajah yang sempurna pula.
Wajah yang di tekuk tak pernah memperlihatkan senyum di tambah beberapa lebam kebiruan di beberapa sudut nya, sungguh bukan pemandangan yang enak untuk dilihat mata.
"Masih hidup kamu?!" Sambutan selamat pagi yang selalu di dengar Rayhan tiap pagi, sekarang kembali terdengar. Dengan nada ketus tentunya.
Rayhan hanya mengangguk dan berjalan santai menuju kursi di sebelah Roland, tanpa bicara atau pun basa basi dia menyantap makanan nya.
"Cih!. Sia-sia uang hasil kerja keras saya kalau kamu habiskan untuk mabuk setiap hari!." Suara bentakan papa nya kembali terdengar, membuat Rayhan jengah sendiri.
"Uang papa itu adalah hak milik rakyat. Jadi udah seharus nya aku sumbangkan. Nggak baik untuk kesehatan papa kalau terlalu banyak makan uang haram." Timpal Rayhan dengan santai nya, bahkan sambil melahap sandwich kesukaan nya.
"Apa!. Kurang ajar mulut kamu." Wijaya Kesuma menggebrak meja makan, membuat Sonya dan Roland tersentak kaget.
Sebenar nya sudah kebiasaan sehari-hari mereka saat makan selalu di bumbui perdebatan antara Rayhan dan papa nya. Tapi tetap saja, adegan menggebrak meja selalu berhasil membuat mereka senam jantung.
"Tadi ada orang yang pulangin mobil lo, katanya semalem lo tinggal di club." Roland buka suara untuk mengalihkan pembicaraan mereka tadi.
"Hmm." Rayhan berdehem sambil menoleh sekilas pada kakak nya, lalu kembali menyantap sandwich nya.
"Pa.. Dua hari lagi, Roland berangkat ke Turki untuk mengurus meresmikan kantor cabang yang ada disana." Roland masih berupaya mencairkan suasana karena melihat gurat kemarahan diwajah papa nya.
"Baiklah, papa percaya kamu bisa menghandle semua perusahaan kamu." Wijaya Kesuma tersenyum bangga, lalu menepuk bahu anak sulung nya.
Sedangkan Rayhan, dia hanya acuh. Tidak mau ikut campur apapun dengan dunia Roland, karena dia masih sibuk dengan dunia nya sendiri yang harus dia jalani.
"Terimakasih makanan nya." Rayhan bangkit setelah melahap satu sandwich dan meneguk setengah gelas susu.
Lalu menunduk hormat, dan berlalu begitu saja. Sonya yang dari tadi bungkam, hanya menatap sayu melihat kepergian anak bungsu kesayangan nya.
* * * * * * * * * * * * * * * *
Sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki gerbang Universitas swasta ternama di ibukota. Rayhan melanjutkan study S2 nya dikampus ini, kampus impian nya sejak SMA. Namun harus dia tinggalkan karena mengerjar cinta pertamanya, yaitu Praya.
Rayhan berkuliah di program study management, memperdalam ilmu nya sekaligus membuka usaha nya sendiri yang bergerak dibidang otomotif.
Rayhan bahkan sudah memiliki beberapa bengkel besar dan juga car wash mewah di kota ini.
Tapi dia masih merahasiakan dari keluarganya, ya tentu saja. Papa yang selalu memandang nya sebelah mata itu, tentu tidak akan percaya jika anak bungsu yang menurut nya tidak bisa apa-apa ternyata sudah memiliki usaha sebesar ini.
Mobil mewah itu terparkir dengan mulus di halaman parkiran. Rayhan keluar dengan tampang khas nya yang tanpa ekspresi.
Beberapa sapaan dari senior maupun junior tak pernah dia hiraukan.
Hanya sedikit anggukan dan lirikan saja dia berikan sebagai respon.
"Masih sehat lo?!." Suara Candra terdengar dari kejauhan, membuat Rayhan menoleh dan menghentikan langkah.
"Lo kira gue penyakitan." Timpal Rayhan sambil menatap tajam.
"Tanggung jawab lo, muka gue ancur gini karena ulah lo kan?." Tanya nya sambil mendorong bahu Candra dengan jari telunjuk.
"Emang lo abis diapain Han?." Tanya Agung sahabat baru Rayhan dan Candra di kampus ini.
Agung ini adalah sosok pendiam dan cool, dan juga sedikit lebih religius dibanding ketiga teman nya.
"Lo liat muka gue!." Rayhan memajukan wajah nya beberapa senti di hadapan Agung. Pria itu mengernyit heran, baru menyadari wajah Rayhan yang dipenuhi lebam kebiruan.
"Ini, karena Candra?." Tanya nya kemudian setelah Rayhan memundurkan wajah.
"Sejak kapan lo berani mukul bos kita Can?." Doni ikut menimpali, pria itu dari tadi hanya menyimak perdebatan ketiga sahabatnya.
Sama halnya dengan Agung. Doni juga adalah sahabat baru Rayhan dan Candra.
Doni ini adalah mahasiswa yang melanjutkan S2 nya dengan beasiswa penuh dari pemerintah, namun karena keterbatasan ekonomi membuat nya harus meluangkan waktu juga untuk bekerja mencari pundi pundi rupiah.
Dan pertemuan nya dengan Rayhan dulu saat Rayhan sedang mabuk-mabukan dan dihadang oleh beberapa preman yang ingin merampas hartanya. Disitu lah Doni membantu Rayhan, dan jadi berteman baik. Dan beberapa bulan setelahnya, Rayhan menawarkan Doni untuk menjadi manager di salah satu cabang car wash nya yang kebetulan dekat dengan tempat tinggal Doni.
"Doni, gue nggak akan mukul bos lo itu kalo dia nggak ngerepotin gue tiap malem!." Ucap Candra dengan nada bicara yang sudah naik satu oktaf.
Eh?! Tiap malem.
Agung dan Doni melongo mendengar ucapan Candra, tampak nya kedua pemuda itu salah paham dengan ucapan Candra tadi.
"Dia kira gue ini pengasuh nya apa. Tiap malem harus jemput dia dari club malam dan harus anterin pulang kerumah."
"Lo mabuk lagi Han?." Ucapan Agung membuat Rayhan menatap tajam kearah nya.
Sungguh dia benci dengan panggilan Agung untuknya.
"Stop panggil gue Han! Nama gue Rayhan."
"Yaelah, nama lo Rayhan gue panggil Han, apa yang salah sih?." Tanya Agung tak habis pikir, selalu saja hal ini yang menjadi perdebatan nya dengan Rayhan. Hanya perkara panggilan nama.
"Kalian mau debat disitu aja atau ikut mata kuliah Mr. Teddy hah?!." Teriak Candra dari kejauhan, membuat atensi Rayhan dan Agung teralih pada dua pria yang meninggalkan mereka.
Rayhan berlari mengejar Candra dan Doni yang sudah menghilang di persimpangan koridor. Sedangkan Agung hanya berjalan santai sambil berdecak kesal.
Ya, Agung kesal pada Rayhan karena mengetahui pria itu lagi-lagi menghabiskan waktunya di club malam. Agung sudah lelah dan bosan memberi ceramah dan siraman rohani nya, tapi Rayhan hanya menganggap ucapan nya seperti angin lalu.
Sungguh, Agung tidak ingin sahabat nya itu jatuh terlalu dalam kedalam lubang kesesatan dan maksiat yang di benci Allah.
Tapi apalah daya, segala upaya yang Agung lakukan tidak pernah berhasil menarik Rayhan keluar dari lubang itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!