" Ayah,maaf jika aku mengecewakanmu,tapi ini semua aku lakukan demi kebaikan ku,aku sudah besar sekarang,sudah saatnya aku menentukan hidupku sendiri,ijinkan aku pergi untuk melanjutkan hidup ku,aku tidak mungkin tergantung pada mu selamanya,aku ingin berdiri dengan kaki ku sendiri."
Seorang pemuda menundukan kepala di hadapan sang ayah,ayah yang sudah membesarkannya sejak kecil dengan sepenuh hati walaupun tanpa ikatan darah.
Sang ayah tertegun dengan kalimat yang keluar dari mulut salah satu anak angkatnya itu
" Kenapa tiba tiba kau bicara seperti itu? apa gelar menager yang kau sandang belum cukup?" tanya sang ayah dengan tegas,Narend cepat menggelengkan kepala.
" Bukan seperti itu ayah,jujur aku tidak nyaman dengan jabatan itu,aku tidak bisa bekerja di perusahan lebih lama lagi,masih banyak teman teman yang mungkin bisa menggantikan posisi ku."
Sang ayah yang memiliki nama panggung Al itu pun kembali diam,seolah memikirkan sesuatu,jujur iapun merasa bingung,soal perusahan memang bukan keahliannya,namun perusahaan itu harta satu satunya yang ia miliki,hasil dari bagi waris setelah sepeninggalan ayahandanya beberapa tahun lalu,dan sudah ia percayakan pada Narendra salah satu anak angkatnya,ia sendiri memiliki dua orang anak kandung yang masih remaja, belum saatnya untuk menanggung beban pekerjaan,ia juga tidak mau egois dengan memaksa Narend untuk selamanya mengabdi di perusahaan,jujur ia pun merasa kasihan pada pemuda itu,sejak dulu Narend selalu menuruti perintahnya tanpa mengeluh,bahkan Narend rela bekerja di perusahaannya sambil menyelesaikan kuliah.
Setelah lama berfikir,mau tidak mau pria yang tak muda lagi namun masih terlihat tampan itu mengalah dan menerima keputusan Narend.
" Baiklah,ayah tidak bisa memaksa,kau memang sudah dewasa,sudah waktunya untuk menemukan jati diri mu yang sesungguhnya,tugas ayah untuk membesarkan dan mendidik mu sudah selesai." ucap Al,membuat Narend bisa bernafas lega,pemuda itu mulai berjalan dengan kedua lututnya menghampiri sang ayah,lalu mencium tangannya.
"Terimakasih yah,terimakasih." ucapnya seraya berlutut di depan sang ayah.
" Sama sama,Nak! terimakasih juga karena kau sudah banyak membantu ayah." balas Al sambil menepuk pundak pemuda itu lalu membawanya untuk duduk di sebelahnya.
" Apa rencana mu ke depannya?"
" Aku sudah memutuskan untuk menjadi seorang bodyguard,kebetulan ada seseorang yang sedang membutuhkan jasa itu." jawab Narend dengan antusias,sepertinya jiwa seorang pria kuat yang selama ini ia pendam mulai meronta ronta,dengan penuh semangat ia berusaha mendapatkan pekerjaan itu dan akhirnya dengan kemapuan dan perjuangan belasan tahun belajar bela diri kini membuahkan hasil,ia di pilih menjadi seorang pengawal pribadi oleh salah satu orang terkaya se tanah air yang bisa dengan mudah mendapatkan apa saja yang ia inginkan,namun satu yang tidak bisa ia perbuat,yaitu menjaga anak gadis sematawayangnya,anak yang di tinggal ibunya sejak kecil dan hanya di besarkan oleh pelayan,karena kesibukannya mencari uang,hingga ia tak pernah sempat untuk memperhatikan tumbuh kembang sang putri,serta kurangnya kasih sayang,dan kini hal itu menyebabkan sang anak bersikap brutal dan arogan.
Al sedikit terkejut atas ucapan Narend,bagaimana bisa,menjadi pengawal bukan hal yang mudah serta memiliki tanggung jawab yang besar,namun ia tak bisa protes ataupun melarang,selagi itu baik,ia akan tetap mendukung apapun keputusannya.
" Baiklah,jika itu yang memang kamu mau,kerjakan dengan benar,jangan pernah melupakan apa yang sudah ayah ajarkan pada mu."
" Terimakasih ayah,aku akan selalu mengingat semua nasehat ayah,jangan pernah berhenti mendo'akan ku" lirihnya,tak lama air mata
yang berusaha ia tahan akhirnya menetes begitu saja,mengalir di pipinya.
"Selama masih bernafas, Ayah akan selalu mendo'akan semua anak anak ayah tanpa terkecuali,semoga kamu selalu mendapat kebahagiaan di setiap langkah kakimu." ucap tulus sang ayah,membuat isak tangisnya semakin kencang,pemuda itu memeluk sang ayah dnmengan sangat erat.
Tiba tiba saja, wanita paruh baya yang masih nampak muda,serta kedua anak kembarnya menghampiri kedua pria itu dengan tatapan heran,melihat waut wajah dari keduanya yang nampak tak biasa.
" Ada apa ini, kalian tidak mau berbagi cerita pada ibu?"tanya nya yang langsung duduk di samping sang suami.
Sementara si kembar duduk bersebrangan.
" Narend berhenti kerja di perusahaan." jelas Al.
" Kenapa?" tanya sang istri.
" Dia ingin menjadi seorang bodyguard." sahut Al lagi,membuat wanita bernama Alvi dan kedua anaknya menganga tak percaya.
" Mana ada bodyguard cengeng seperti ini." ledeknya saat melihat wajah Narend yang merah karena telah menangis.
Mereka semua tertawa bersama,si kembar bahkan sampai memagang perutnya yang terasa keram.
" Bang Narend memang lebih cocok jadi bodygurd,wajah dan postur tubuhnya mendukung,abang pasti akan terlihat lebih keren saat mengenakan setelah jas hitam,seperti yang pernah Shafa lihat di tv."ujar salah satu dari anak mereka yang langsung di angguki yang lainnya.
" Tapi kalau mau ketawa,ketawa aja bang,jangan di tahan,wajahnya jadi jelek,kayak lagi nahan berak." Tambah Marwah kembaran Shafa,dan semua kembali tergelak,sementara Narend hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala.
Setelah cukup ia pun pamit,kembali ke kota untuk memulai hidupnya yang baru..
Sampai segini dulu perkenalannya,mungkin jika yang sudah baca karya ku yang lain pasti sudah tidak asing lagi dan mungkin sudah bosen dengan mereka.
Ramaikan yuk!! biar bisa thor lanjut lagi ceritanya.
Kali ini ceritanya beda dari cerita sebelumnya.😁😁
Pagi menjelang,seorang pria telah sibuk menyiapkan diri, di hari pertamanya bekerja jangan sampai ia telat,bagaimana pun tuan nya itu bukan orang sembarang,tidak akan ada kata toleransi,ini adalah kesempatan untuk memulai hidup barunya.
Setelah di rasa cukup dengan setelan serba hitam serta rambut yang di sisir rapi,ia berangkat dari apartemenya menuju kediaman tuan Bayu anggoro.
Hanya memakan waktu 20 menit,ia sampai di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi,para penjaga langsung menghampirinya,menanyakan maksud kedatangannya.
" Bisa saya bertemu dengan Tuan Bayu?" tanya Narend,semua para penjaga saling lirik,salah satu dari mereka memberi isyarat agar satu temannya melapor terlebih dulu.
Lama menunggu,akhirnya penjaga itu datang kembali,lalu mempersilahkannya masuk.
Narend mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah mewah 3 lantai di temani salah satu penjaga.
" Silahkan,tuan Bayu sudah menunggu." ujarnya setelah sampai di depan pintu salah satu ruangan.
Narend bersiap, pengumpulkan keberanianya terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu.
Setelah cukup tenang,akhinya pintu pun mulai di ketuk.
Tidak menunggu lama terdengar suara sahutan,Narend langsung masuk lalu sedikit membungkukan tubuhnya saat berhadapan dengan Tuan Bayu.
" Silahkan duduk."titah pria paruh baya itu ramah,namun tetap terkesan tegas.
" Sebenarnya aku tidak pernah mempekerjakan seorang pria untuk mengawal putri ku,tapi kali ini aku berikan kesempatan untuk mu,tolong jaga dia jangan pernah sedikit pun dia terluka, bahkan hanya tertusuk duri kecil sekali pun." ucap tuan Bayu,dengan penuh penekanan.
Narend hanya menganggukan kepala,mengaja seorang gadis sepertinya tidak terlalu sulit,mungkin tugasnya hanya mengantar kuliah lalu jalan jalan di mall,fikirnya.
" Putri ku senang sekali main ke bar,minum minuman,dan bersenang senang bersama teman temannya,kau tidak perlu kaget atau melarangnya,biarkan dia bahagia dengan caranya sendiri,tugas mu hanya mengawasi jangan sampai ada pria yang berani macam macam padanya."
Lama mendengar arahan,terdengar suara ketukan pintu,dan tidak lama muncul seorang pelayan.
" Maaf tuan,serapannya sudah siap." ucapnya dengan ramah.
Tuan Bayu mengangguk,lalu menyuruh pelayan itu kembali,ia mengajak Narend keluar hendak mengenalkannya pada sang putri.
" Fero,belum bangun Bi?" tanya tuan Bayu pada seorang pelayan.
" Aku di sini!!" sahut Fero yang masih berdiri di atas tumpukan anak tangga, gadis cantik itu mulai melangkahkan kaki menuruni anak tangga satu tersatu,dan duduk di meja makan berhadapan dengan sang ayah.
Seorang pelayan menghampirinya,lalu menyiapkan sarapan kesukaannya,salad dan sandwich serta jus orange terhidang di meja makan khusus untuk tuan putri.
" Bagaimana kuliah mu?" tanya Bayu do sela sela sarapannya.
" Biasa saja,tidak ada yang menarik." sahut Feronica cuek,hanya momen momen tertentu seperti itu mereka bisa sedikit berbincang,dan bercerita antara anak dan ayah,walaupun pembicaraan mereka selalu menggantung karena di kejar waktu,seperti saat ini,ketika Feronica meminta izin untuk menghadiri sebuah acara, dengan mudahnya Bayu menyutujui tanpa mendengar penjelasan sang putri terlebih dulu.
" Ayah! pulang dari kampus aku akan pergi ke suatu tempat bersama teman teman ku....."
" Pergi saja!ayah bekerja untuk memberi kebahagian untuk mu,lakukan apapun yang bisa membuat mu bahagia." ujar Bayu sambil menyerahkan kartu andalannya,tanpa mendengar ucapan Fero hingga tuntas.
Bayu mulai beranjak,setelah menghabiskan sarapannya.
" Ayah harus segera pergi,dia akan mengantarkan mu kemanapun kau pergi,kalian bisa berkenalan sendiri kan." ujarnya lagi sebelum pergi sambil menunjuk seseorang yang sudah berdiri di belakang Fero.
Fero memutar tubuhnya,melirik ke arah telunjuk sang ayah,nampak seorang pemuda tampan berjas hitam dengan postur tubuh tinggi tegap tengah tersenyum hangat ke arahnya sambil sedikit membungkukan badan,Fero nampak tidak suka,ia membuang muka dengan kesal,lalu kembali ke posisi semula,meraih kartu milik sang ayah,tangannya terkepal meremas kartu tersebut.
" Bukan ini yang aku mau." gumamnya kesal,dengan mata yang mulai berkabut.
Makanan di dahapannya hanya ia buat sebagai pelampiasan kekesalannya,memotong dan menusuk roti sandwich hingga hancur.Setelah di rasa puas,gadis itu mulai beranjak meninggalkan meja makan,lalu pergi di ikuti pengawal barunya.
Narend sudah siap di belakang kemudi,melirik sekilas ke arah belakang lewat kaca spion.
" Anda mau kemana,Nona?" tanyanya bingung.
" Jam segini ya ke kampus,memangnya mau kemana lagi?" jawabnya ketus,Narend pun mengangguk lalu mulai menyalakan mobilnya.
Ini hari pertamanya kerja,tuan Bayu tidak terlalu banyak memberi penjelasan tentang kebiasaan sang putri,bahkan ia tidak tau nona mudanya menimba ilmu di fakultas mana.
Dengan terpaksa ia kembali bertanya.
" Dasar bo*doh." umpat Fero kesal sambil menendang belakang kursi yang di duduki Narend,gadis cantik itu langsung melempar kartu pelajarnya,sudah jelas di sana tertera
nama fakultasnya.
" Jangan pernah membuka suara untuk menanyakan hal hal bo*doh seperti itu lagi,dan ingat! jangan ganggu urusan ku." ucap Fero memberi peringatan.Narend pun mengangguk menurutinya,dengan seluruh kesabaranya.
Tidak membutuhkan waktu lama,mobil mewah berwarna putih milik Fero terpangkir indah di parkiran kampus,gadis itu keluar dari dalam mobil dan langsung di sambut oleh kawan kawannya,Fero langsung berhambur memeluk seorang pemuda yang ikut menyambutnya,tanpa segan mereka saling memberi ciuman,Narend terbelalak saat tak sengaja melihatnya,ia lalu keluar dari dalam mobil,sontak membuat para gadis menganga tanpa berkedip.
Tatapan takjub mereka berikan saat melihat wajah tampan Narend.
" Hay! siapa pria tampan ini?" tanya Jen sambil mencolek dagu Narend.
Max yang di ketahui sebagai kekasih Fero pun nampak penasaran,ia memicingkan mata menatap Fero hendak meminta jawaban.
" Kalian lihat dulu penampilannya,dia patung bergerak yang di utus ayah ku." sahut Fero jutek.
" Wahh,,ayah mu ada kemajuan ternyata,tidak lagi memakai jasa wanita,aku juga mau di kawal jika pengawalnya pria setampan dia." tambah Salsa seraya mengaitkan tangannya di lengan Narend tanpa tau malu,dengan segera pria itu menepisnya.
" Maaf,Nona! jaga sikap anda." ucap Narend masih dengan gaya santainya.
" Waaww!! kau menolak sentuhan ku,aku suka itu." balas Salsa tanpa ada yang menyangka gadis itu mengecup pipi Narend secara tiba tiba.Membuat pria itu mematung,tanganya mulai terkepal erat serta rahang yang mengeras.
Ini sudah termasuk pelecehan,ia tidak terima hal itu, bagaimana pun ia sudah berusaha menjaga dirinya untuk tidak bersentuhan dengan seorang wanita,namun dengan gampangnya gadis si*alan itu memberi kecupan di pipinya,
Ia pun memilih pergi hendak menenangkan emosinya, bukan laki laki sejati yang berani menghajar seorang gadis. Fikirnya.
Fero terbahak,saat melihat teman temannya berhasil mengerjai pengawal barunya,wajah marah Narend menjadi sebuah hiburan tersendiri untuknya.
" Dia terlalu kaku,aku ragu apa dia bisa bergoyang atau tidak." seroloh Salsa yang langsung di balas dengan gelak tawa oleh yang lainnya.
Fero nampak melamun di sebuah kantin kampus,tidak lama Salsa dan Jen menghampirinya sambil menepuk bahunya.
" Apa yang kau fikirkan?" tanya Salsa.
" Tidak ada." sahutnya cepat.
" Lalu bagaimana,apa kau sudah siap untuk mengikuti simulasi konferensi PBB nanti siang?" tanya Jen,yang langsung di angguki Fero.
" Tentu saja,ini kesempatan baik untuk ku,akan aku tunjukan pada dunia jika aku ini memang pintar,bukan hanya mengandalkan uang ayah ku." sungut Fero dengan semangat.
Jen dan Salsa pun memberi tepuk tangan dan dukungan.Namun itu semua tak membuat Fero bahagia,karena seseorang yang ia harapkan bisa hadir dalam acara tersebut untuk menyaksikannya di atas panggung malah nampak tak perduli.
Pulang dari kampus,Fero langsung bergegas menuju mobilnya,dimana sudah ada Narend yang setia menunggunya.
" Antarkan aku ke gedung kedutaan!" titah Fero dengan tergesa gesa.
Narend nampak tak mengerti dengan tujuannya,namun ia tidak ingin bertanya lebih lanjut,dan membiarkan rasa penasarannya terpendam.
Narend terbelalak saat tak sengaja melirik Fero di balik kaca spion,gadis itu tengah membuka pakaiannya di kursi belakang,jam yang semakin mepet tak memberinya waktu untuk sekedar bersiap siap,maka dari itu Fero mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih sopan di dalam mobil.
Narend kembali membuang muka ketika tatapan mereka bertemu lewat kaca spion,sementara Fero tersenyum sinis.
" Tidak usah malu malu,aku tau kau sudah melihat nya tanpa berkedip." ujar Fero dengan gaya sensual,ada kepuasan tersendiri jika ada seorang pria yang menatapnya lapar,itu tandanya tubuhnya memang sangat menggoda.
" Maaf Nona." ucap Narend,kembali fokus ke depan,sementara Fero tak menggubrisnya.
Tidak lama,mobil yang di bawa Narend tiba di sebuah halaman gedung megah yang di tunjukan Fero,gadis itu langsung turun dengan tergesa gesa hendak mengikuti event semacam simulasi konferensi PBB yang di ikuti oleh lebih 1500 peserta dari 60 Negara,yang akan di adakan selama 3 hari.
Gadis tersebut di tunjuk sebagai peserta yang mewakili negaranya,tentu itu sebuah kebangaan sekaligus tanggung jawab yang berat untuk nya,saat ini ia hanya membutuhkan sebuah dukungan dari orang orang terdekatnya,namun apa yang ia harapkan tak menjadi kenyataan,bahkan sahabat dan kekasihnya pun enggan untuk ikut menemaninya.
Untung saja acara belum di mulai,gadis itu memilih duduk di sebuah kursi tamu yang sudah di siapkan, tak jauh seperti anak ayam yang kehilangan induknya,menengok ke sana ke mari tak ada satu pun yang di kenalinya,hingga ia memutuskan untuk kembali ke mobil dan menghampiri Narend.
Gadis cantik itu memperhatikan penampilan Narend dari ujung kaki hingga ujung kepala,tidak ada salahnya jika mengajaknya masuk untuk menemaninya sementara.
" Siapa nama mu?" tanya Fero
" Narendra." sahut Narend cepat.
Fero tersenyum sambil menganggukan kepala.
" Ikut aku." titahnya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke tempat dimana acara terselangara.
Narend langsung mengerti ketika melihat sebuah tulisan yang terpampang jelas di atas panggung,suasana semakin ramai,para peserta dari berbagai negara mulai berdatangan.
Fero nampak gugup,ia meremas tangannya di bawah meja,tak menunggu lama Narend langsung mengerti suasana hati majikannya itu,dengan penuh keberanian ia menepuk bahu Fero untuk memberi dukungan.
" Anda pasti bisa Nona." ucap Narend,seketika Fero menatapnya,ia menghembuskan nafas kasar lalu mengangguk,tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Akhirnya acara di mulai,satu persatu peserta di panggil ke atas panggung untuk menyampaikan pidatonya,hingga kini nama Feronica putri anggoro terpanggil,gadis itu tersenyum sambil membungkukan sedikit badannya,berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Pidato pun di mulai,dengan mengambil topik tentang pergaulan bebas,ia menyampaikan pidatonya dengan sangat lancar dalam bahasa inggris,Narend nampak terkesima saat mendengar isi pidatonya,dan memperhatikan paras cantik Fero yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya.
Tanpa terasa pidato yang di sampaikan Fero selesai,gadis itu kembali membari senyuman saat hendak turun dari panggung,suara riuh tepuk tangan menggema di ruangan itu,Faro nampak bernafas lega,Dengan segera Narend memberikan segelas air untuk di minumnya.
" Anda keren,Nona!" ujar Narend dengan jujur.
Fero tertawa puas,gadis itu langsung berlenggang pergi keluar meninggalkan acara,sedangkan Narend setia membuntutinya dari belakang.
" Antar aku ke klub." titahnya,tanpa menunggu lama Narend pun menurutinya,dan lagi lagi Narend di buat melongo,ketika Fero membuka baju lalu menggatinya dengan pakaian yang terlihat seksi,gaun tipis berwarna putih tulang seatas lutut dengan lengan pendek,memperlihatkan kulit putih mulus yang bersinar.
" Maaf Nona! klub mana yang anda maksud?" tanya Narend ragu,bagainama pun juga selama ini ia tidak pernah menginjakan kaki di tempat semacam itu.
" Monarchy bistro." jawab Fero,lagi lagi membuat Narend tak mengerti.
" Maaf ,tepatnya di daerah mana?" tanya Narend lagi.
" Ck,berhenti!" titah Fero kesal,dengan segera Narend pun menepikan mobilnya.
"Keluar kau!"
" maaf,Nana!"
" Keluar!!" suara Fero semakin melengking.
Mau tidak mau Narend keluar,dengan segera Fero menggantikan posisinya,ia berpindah tempat ke belakang kemudi tanpa turun dari mobil.
" Masuk kau!" titahnya lagi.
Tidak mununggu lama Narend kembali masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang bekalang.
" Dasar bodoh,kau fikir aku ini supir mu,duduk di depan!" teriak Fero dan lagi lagi Narend hanya bisa menurutinya.
" Dasar tidak becus,pengawal macam apa kau!" umpatnya,sambil mulai melajukan kembali mobilnya.
Narend hanya diam,saat mendengar umpatan yang terlontar dari mulut seksi Fero,tidak menunggu lama mobil yang di kendarai Fero tiba di depan sebuah klub malam berlantai dua,gadis itu langsung turun dari mobil ,tanpa ragu ia mulai melangkahkan kaki menuju klub tersebut,dan ternyata sudah ada Jen,Salsa dan Max di sana,tengah berjoget sambil mencekik sebuah botol minuman.
" Hai! sayang.bagaimana acaranya?" ucap Max seraya memberi kecupan di bibir Fero dengan mata sayu yang sudah sulit terbuka.
" Membosankan." sahut Fero sambil mengambil alih botol yang di genggam Max dan langsung meneguk isinya.
" Waahhh,,ratu wine seperti sudah haus!!" seru Salsa.
Mereka langsung memberi gelas pada Fero lalu menuang minuman ke dalamnya,dengan sekali teguk wine dalam gelas kecil tandas.
" Nambah lagi!" ucap Fero,wajahnya masih terlihat segar.
" Jangan terlalu banyak minum,ayok! kita joget dulu." ajak Jen sambil menarik tangan Fero menuju ruang tarian,Gadis cantik langsung meliuk liukan tubuh indahnya dengan iringan musik DJ yang erotis di bawah lampu yang gemerlap.
Sementara Narend yang baru pertama kali menginjak tempat seperti itu,nampak sedikit risih,namun ia harus tetap profesional dalam bekerja,pria tampan itu hanya memperhatikan Fero dari jauh,netranya tidak lepas dari satu titik,walaupun banyak wanita yang menggodanya,namun ia tetap bergeming.
Narend tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala,pidato Fero yang sempat membuatnya terkesima seolah hanya bualan semata.
Narendra Al jalari,
melongo liat cewek buka baju..😅
Feronica putri anggoro.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!