NovelToon NovelToon

BO LI, Wanita Mandiri, Tuan

Bo Li

"Menikah ?", tanya Bo Li kaget.

Bo Li melihat kearah kakeknya yang sedang duduk didepannya. Bo Li tidak mempercayai apa yang kakek katakan padanya. "Menikah ? Bo Li tidak percaya apa yang barusan ia dengar ? Apa ini hanya candaan ?", tanya Bo Li dalam hatinya.

"Iya menikah, tapi kamu bertunangan dulu dengannya, jadi kalian berdua bisa saling mengenal satu sama lainnya", ucap kakek.

"Bertunangan ??", tanya Bo Li.

"Iya bertunangan, kakek sudah menyiapkan acara pertunangan kamu tiga hari lagi", kata kakek.

"Sebentar kakek, siapa yang akan bertunangan dengan siapa ?", tanya Bo Li.

"Kamu !", jawab kakek datar.

"Apa ini hanya candaan kakek ? Ini tidak mungkin kakek ?", tanya Bo Li kecewa.

"Apanya yang tidak mungkin ? Pertunanganmu sudah kakek rencanakan dari dulu hanya saja baru sekarang kakek berani utarakan padamu !"

"Kakek ? Aku tidak bisa menerima pertunangan ini ?", kata Bo Li.

"Bagaimanapun kamu tidak bisa menolaknya, kakek sudah merundingkan ini semua dengan pihak laki-laki dan mereka setuju !"

"Kakek, aku tidak mau !", jawab Bo Li.

"Tapi, Bo Li ?", kata kakek.

Bo Li berlari kedalam kamarnya dan berbaring diatas tempat tidur sambil menangis. "Ini sangat tidak adil", batin Bo Li kesal.

***

Pintu kamar tidur Bo Li terdengar diketuk dari luar dan suara kakek memanggilnya.

"Bo Li !", panggil kakek. "Buka pintunya, kakek mau bicara sebentar, Bo Li !"

Bo Li tidak menjawab panggilan kakek, hanya menangis sambil menutupi wajahnya dengan bantal.

"Bo Li !", panggil kakek.

Terdengar suara langkah kaki menjauh dari kamar tidur Bo Li dan meninggalkannya yang menangis, Bo Li tidak mendengar suara panggilan dari kakeknya lagi.

***

Jam 07.00

Bo Li melihat kearah jam dimeja kamarnya lalu duduk diatas ranjangnya sambil termenung memandangi jam tersebut. "Menikah ?", batinnya.

Apa yang sedang direncanakan kakek padanya sehingga memutuskan pertunangannya tiga hari lagi, dan Bo Li sendiri tidak mengenal siapa yang akan bertunangan dengannya.

"Ini konyol !", ucap Bo Li kesal. "Aku tidak mengenalnya bahkan melihat siapa calon tunanganku itu juga tidak pernah ?", sambung Bo Li seraya mencengkeram selimutnya dengan sedih.

"Nona Bo Li !", seseorang memanggil Bo Li dari luar kamar.

"Iya, siapa ?", sahut Bo Li.

"Saya Ana, Nona Bo Li !" kata Ana.

"Masuklah, Ana !", kata Bo Li dari dalam kamar.

"Selamat pagi, nona Bo Li !", sapa Ana seraya membuka pintu kamar.

"Selamat pagi, Ana, ada apa ?", kata Bo Li.

"Saya hendak memberitahukan bahwa hari ini ada rapat pimpinan pemegang saham, dan mereka sudah menunggu nona di kantor pagi ini !", sahut Ana.

"Tolong, panggilkan Anisha kemari secepatnya !", kata Bo Li sambil bergegas mandi.

"Baik, Nona Bo Li !", jawab Ana lalu pergi keluar dari kamar.

Beberapa jam kemudian, Bo Li telah bersiap-siap untuk berangkat menghadiri rapat dikantor, ia berdiri cukup lama didepan cermin.

"Apa semua sudah siap ?", tanya Bo Li pada Anisha sekretaris pribadinya.

"Sudah, Nona Bo Li, saya sudah menyiapkan semuanya, anda bisa memeriksanya sekarang !", jawab Anisha.

"Hmm ?", gumam Bo Li seraya membuka map yang ada ditangannya.

"Semua dokumen sudah disiapkan dan anda bisa berangkat sekarang".

"Baiklah ?", Bo Li memandangi dirinya dicermin dan termenung.

"Nona Bo Li !", kata Anisha.

"Iya ?", Bo Li terkejut ketika Anisha memanggilnya.

"Kita bisa berangkat sekarang, Nona Bo Li, hampir satu jam Tuan Eshaq menunggu anda diluar rumah !", kata Anisha.

"Baiklah, mari kita berangkat sekarang, aku tidak ingin ia menunggu lagi !", ucap Bo Li seraya berputar-putar didepan cermin.

"Siap, Nona Bo Li !", jawab Anisha.

Tak lama kemudian Bo Li berjalan keluar dari kamar dengan langkah cepat, "Apakah Eshaq sudah menghubungi kantor jika akan ada rapat hari ini ?"

"Sudah, Nona Bo Li ! Seketaris anda sudah mengatur semuanya", jawab Anisha

Bo Li berhenti didepan sebuah cermin yang ada diruangan tamu rumahnya dan berdiri cukup lama sambil menatap lurus kearah cermin, ia melihat pantulan dirinya disana. "Bertunangan ?", batinnya seraya menghela nafas panjang.

***

"Mari kita berangkat, Eshaq !", kata Bo Li.

"Baik, Nona Bo Li !", sahut Eshaq.

"Apa pemegang saham sudah berkumpul dikantor ? Apa kamu sudah menanyakan pada sekretaris kantor ?", tanya Bo Li.

"Sekretaris kantor, Nona Bo Li, yang menelpon saya pagi-pagi tadi untuk memberitahukan jika para pemegang saham ingin menemui nona hari ini !", jawab Eshaq.

"Hmm, sepertinya ada yang ingin mereka diskusikan denganku hari ini ?", kata Bo Li penasaran.

"Saya tidak paham betul, Nona Bo Li, hanya saja mereka menginginkan sebuah penjelasan dari Nona Bo Li", kata Eshaq.

"Penjelasan ??", tanya Bo Li heran.

"Benar, Nona Bo Li !", sahut Eshaq.

"Cepatlah ! Mereka pasti sedang menungguku !", kata Bo Li.

Bo Li segera masuk kedalam mobil yang telah lama terpakir didepan teras rumahnya dan tak lama kemudian mobil membawa mereka semua meninggalkan rumah menuju kantor.

***

Bo Li melangkahkan kedua kakinya dengan sangat cepat, seseorang didalam kantor menyambutnya seraya menghampiri Bo Li.

"Selamat datang, Nona Bo Li !", sapa seorang pria.

"Iya, selamat pagi !", sahut Bo Li.

"Selamat pagi, anda sudah ditunggu diruang pertemuan oleh para pemegang saham, Nona Bo Li !", kata pria tersebut.

"Iya, aku akan segera menemui mereka !", kata Bo Li sambil menerima sebuah map hitam.

"Tapi kenapa topik yang ingin mereka bicarakan bukan mengenai saham, Nona Bo Li ?", tanya pria yang tengah berdiri didepan Bo Li.

"Benarkah ?", tanya Bo Li bingung.

"Iya, sedari tadi mereka menanyakan pada saya tentang berita acara pernikahan anda, Nona Bo Li !", jawab pria itu.

"Apa ?", kata Bo Li kaget. "Pernikahan ?"

Pria berkemeja warna putih tersebut hanya menganggukkan kepalanya seraya menundukkan wajahnya, dan ia tidak berani melihat kearah Bo Li.

"Ya, Tuhan !", kata Bo Li sambil memegangi kepalanya. "Ini pasti ulah kakek yang telah menyebarluaskan berita ini !"

Bo Li berjalan mondar-mandir sambil mencari alasan untuk menghindari pertemuan dengan mereka.

"Katakan pada mereka untuk menungguku dua jam lagi disana !", kata Bo Li gusar.

"Maaf, Nona Bo Li, dua jam ?", tanya pria berkemeja warna putih tersebut.

"Iya, aku butuh waktu lama untuk memikirkan jawaban yang harus aku katakan pada mereka semua", sahut Bo Li.

"Apa tidak terlalu lama ? Hal itu dapat membuat mereka tidak senang, nona. Tolong anda pertimbangkan kembali keputusan anda !"

"Tidak ! Tidak ! Tidak ! Aku sudah memikirkannya, katakan pada mereka untuk menunggu ku karena aku masih ada dijalan terjebak macet !", kata Bo Li.

"Terjebak macet ?", tanya pria itu bingung.

"Iya, lalu apa kamu punya ide lainnya ?", tanya Bo Li.

"Nona Bo Li !", sapa seorang pria berdasi.

Bo Li melihat kearah seorang pria bertubuh tambun berjalan menghampirinya dan tersenyum ramah sekali padanya.

"Oh tidak, itu adalah Tuan Jabare salah satu pemegang saham perusahaan !" batin Bo Li panik. "Bagaimana ini ???", Bo Li berusaha menenangkan pikirannya.

"Nona Bo Li ternyata sudah datang, apa baru saja sampai di kantor ?", tanya Tuan Jabare.

"Iya, saya baru datang barusan, maaf terlambat karena tadi dijalan sangat macet", kata Bo Li.

"Bagaimana kalau kita langsung menuju ke ruang pertemuan saja, semua orang sudah menunggu disana", kata Tuan Jabare.

"Baik, Tuan Jabare. Mari kita pergi keruang pertemuan sekarang !", jawab Bo Li.

Tuan Jabare tersenyum padanya dan mereka berjalan menuju kearah ruangan pertemuan bersama-sama.

***

Bo Li melihat kearah sekeliling ruangan pertemuan, terlihat para pemegang saham telah duduk mengitari meja panjang dan menatap kearahnya.

"Hufh !", Bo Li menghela nafasnya.

"Selamat pagi, Nona Bo Li", seorang pria tua menyapanya.

"Selamat pagi, maaf saya datang terlambat dan membuat semua menunggu", jawab Bo Li seraya tersenyum.

"Apakah berita tersebut benar ?", tanya seorang pria tua padanya.

"Maaf, berita apa yang Tuan Saber maksudkan ? Saya tidak mengerti ?", tanya Bo Li sambil duduk.

"Kakek anda memberitahukan pada kami lewat telepon jika anda akan bertunangan tiga hari lagi ", jawab pria tua padanya.

"Ah, iya ?", sahut Bo Li.

Bo Li tertawa kaku ketika mendengarnya. "Apa yang kakek bicarakan pada mereka semua ?", batinnya kesal, sekarang semua orang tertuju padanya dan menantikan jawaban darinya.

"Hal ini termasuk berita bagus sebenarnya dan dapat menaikkan saham perusahaan karena berita pernikahan termasuk berita yang akan dibicarakan oleh banyak orang, Nona Bo Li", kata pria berambut tipis.

"Benar, Tuan Saber !!! Tapi ini juga sangat mendadak dan perlu adanya klarifikasi dari Nona Bo Li selaku pihak yang bersangkutan", jawab pria bertubuh tambun.

"Nona Bo Li sebaiknya menjelaskan kebenaran berita tersebut !", kata pria berambut tipis.

"Benar, Nona Bo Li ! Kita harus menjelaskan kebenaran berita ini !", kata pria berkacamata.

"Karena jika tersebar luas dapat membuat gosip yang simpang siur dan ini tidak baik untuk nama baik perusahan !", kata pria berkumis.

"Nona Bo Li sebagai pimpinan dari perusahaan besar ini seharusnya menjelaskan kebenaran berita ini secepatnya !", kata pria bertubuh kurus.

"Benar, Nona Bo Li !!!", kata mereka serempak.

Bo Li hanya mendengar mereka semua tanpa mampu bersuara sedikitpun dan duduk termangu dikursinya. Apa yang sedang terjadi saat ini dan apa yang harus dia jelaskan pada mereka semua.

Musim Panas

Bo Li duduk di kursi kerjanya, setumpuk map berisi kertas-kertas penting yang harus ia tandatangani tergeletak berserakan diatas meja kerjanya.

Bo Li menghirup secangkir aroma kopi ditangannya. Tatapannya sayu, sesekali ia melihat kesebuah kalender duduk diatas meja.

"Tinggal dua hari lagi....?, Aku bertunangan dengan pria yang tidak aku kenal ?", kata Bo Li.

Bo Li menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya, ia memejamkan kedua matanya sambil membuang nafasnya pelan.

"Apakah yang harus aku lakukan sekarang ?, kemarin aku telah menjelaskan semua kebenaran berita itu dan aku mengiyakannya", kata Bo Li.

Bo Li berusaha menenangkan pikirannya lalu memutar kursi kerjanya menghadap kearah luar jendela, ruangan kerja Bo Li terletak dilantai paling atas gedung kantor ini.

Terlihat pemandangan gedung-gedung diluar jendela kaca, Bo Li menyukai ruangan kerjanya karena ia bisa langsung melihat hamparan langit yang sangat luas.

"Hmm, apa yang sedang Kakek Li rencanakan, setelah mengangkat ku sebagai CEO menggantikannya, kakek langsung memberitahukan pertunangan ku ini ?", kata Bo Li dalam hati.

"TOK ! TOK ! TOK !", terdengar suara pintu diketok dari luar.

"Masuk !", sahut Bo Li.

"Maaf, Nona Bo Li ada telepon tadi jika bos dari perusahaan firma akan datang kemari !", seorang wanita muda masuk kedalam ruangan.

"Jam berapa ia akan datang ?", tanya Bo Li.

"Setengah jam lagi, sekretarisnya tadi menelpon jika bos Ivander Liam sudah dalam perjalanan kemari", jawab wanita berparas ayu pada Bo Li.

"Apa yang ingin ia bicarakan dengan perusahaan kita, ia tahu perusahaan ini tidak bergerak di bidang firma dan perusahaan bos Ivander Liam memang perusahaan besar yang menaungi berbagai firma tapi kita bukan firma", kata Bo Li heran.

"Saya tidak mengerti, Nona Bo Li, sekretarisnya hanya berpesan jika bos Ivander Liam akan datang kemari tapi maksud kedatangannya tidak disampaikan dalam pesan tadi".

"Baiklah, aku akan menemuinya di ruangan kerja saja jadi jika bos Ivander Liam sudah sampai langsung bawa kemari, mengerti sekretaris Laila ?", kata Bo Li.

"Baik, nona, saya mengerti !", jawab sekretaris itu.

Wanita yang bernama Laila pergi dan meninggalkan Bo Li yang masih duduk menghadap jendela ruangan kerjanya.

***

Nama aku Bo Li, usiaku masih muda saat ini yaitu sekitar dua puluh lima tahun dan baru menyelesaikan program sarjana ekonomi disebuah universitas terkenal diluar negeri.

Kakekku yang bernama Li Sanders mengangkat ku menjadi seorang CEO untuk menggantikannya memimpin perusahaan besar yang Kakek Li rintis mulai dari bawah hingga memiliki beberapa perusahaan yang tersebar di seluruh dunia, karena memang hanya aku satu-satunya cucu kakek, karena ibuku adalah puteri tunggal Kakek Li, tapi yang aku sendiri tidak mengerti kenapa kakek mengangkatnya secepat itu padahal aku baru lulus kuliah setahun yang lalu.

***

Beberapa menit kemudian sekretaris Laila masuk kedalam ruangan kerjanya memberitahukan bahwa Bos Ivander Liam sudah sampai dan sedang menunggu diruang tamu yang berada diluar ruangan kerjanya.

Kantor Bo Li adalah bangunan gedung yang megah, berlantai lima yang ada ditengah-tengah pusat kota B-one dan ruangan kerjanya berada dilantai paling atas gedung kantor. Sekretaris Laila sedang berdiri didepan meja kerja, menunggu Bo Li menyelesaikan tugasnya.

"Bos Ivander Liam sudah menunggu, Nona Bo Li !", kata Laila.

"Baiklah, aku akan segera menemuinya ! Oh iya, Laila tolong buatkan secangkir kopi dan bawakan kue untuk kami di ruangan tamu !", kata Bo Li.

"Iya, nona, apa ada lagi yang lainnya ?", tanya sekretaris kantor.

"Tidak, itu saja cukup, terimakasih", kata Bo Li.

"Baik, nona, saya permisi dahulu", kata Sekretaris Laila lalu pergi.

Bo Li melangkah menuju kearah ruangan tamu, ia melihat seorang pria duduk di sofa, pria itu menoleh kearah Bo Li saat ia masuk kedalam ruang tamu kantor.

"Selamat datang, Tuan Ivander Liam, apa kabar anda ?", sapa Bo Li seraya berjalan menghampirinya.

"Apa kabar ?", jawab Ivander Liam.

"Kabar saya sangat baik, Tuan Ivander Liam", sahut Bo Li.

"Hmm, syukurlah !", kata Ivander Liam.

Mereka berdiri bersalaman dan sama-sama melempar senyum, Bo Li kemudian mempersilahkan pria bernama Ivander Liam untuk kembali duduk.

"Apakah anda sudah datang dari tadi, Tuan Ivander Liam ?", tanya Bo Li.

"Iya, baru sekitar sepuluh menit yang lalu, terimakasih sudah menanyakannya", sahut pria itu sembari merapikan jasnya.

"Maaf, kedatangan anda kemari, apa ada yang ingin anda bicarakan dengan saya ?", tanya Bo Li.

"Iyah ?", sahut Ivander Liam.

"Kalau boleh tahu, apa yang ingin anda diskusikan dengan saya ?", kata Bo Li.

"Saya ingin mengakuisisi perusahaan anda, nona", kata pria itu santai.

"Maaf, apa yang sedang anda bicarakan?", kata Bo Li heran.

"Karena kakek anda sudah mengatur pernikahan kita berdua maka ia mengijinkan saya untuk memegang perusahaan ini", kata Ivander Liam.

"APA ?", kata Bo Li kaget.

"Saya tidak akan mengambil alih saham perusahaan yang secara keseluruhan, karena tujuan utama saya bukan untuk itu", kata Ivander Liam seraya melirik kearah Bo Li.

"Maafkan saya, Tuan Ivander Liam, saya benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan ini ?", kata Bo Li bingung.

"Acara pertunangan kita tinggal dua hari lagi, nona, dan itu artinya tinggal 2880 menit lagi anda akan menjadi tunangan saya", kata Ivander Liam.

"Tolong jelaskan pelan-pelan pada saya, apa arti ini semuanya ?, terus terang saya tidak mengerti ?", kata Bo Li.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, nona, karena semuanya sudah sangat jelas bahwa kita akan bertunangan dua hari lagi", kata Ivander Liam.

Bo Li menyandarkan tubuhnya kesofa dan memandangi akuarium yang ada didepannya, sambil menghela nafas panjang, sedangkan Ivander Liam sudah pergi sebelas menit yang lalu dari kantor Bo Li, kini tinggal ia sendirian duduk di ruangan tamu.

***

Dua hari kemudian...

Acara pertunangan sebentar lagi akan digelar disalah satu hotel mewah di kota B-one, banyak kolega perusahaan yang akan hadir di acara pertunangan Bo Li dan Ivander Liam, tidak hanya dari kalangan pengusaha dan rekan kerja tetapi mereka juga mengundang pejabat Kota B-one.

Sekitar pukul sembilan pagi, acara pertunangan Bo Li akan dimulai dan terlihat didalam gedung hotel, tepatnya di aula, para tamu undangan telah ramai berdatangan, tampak tamu-tamu penting seperti menteri, wakil presiden dan presiden serta pejabat-pejabat Kota B-one telah hadir dan rekan pengusaha serta rekan kerja datang untuk menyaksikan acara pertunangan Bo Li.

Bo Li berdiri sembari membawa buket bunga mawar warna putih didepan cermin di ruangan kamar ganti hotel, ia tengah mengenakan gaun panjang lebar berpotongan turtleneck dress berwarna biru muda serta kain sutera panjang menutupi kepalanya, gaun itu membuat penampilan Bo Li bertambah anggun hari ini, ia memandangi dirinya didalam cermin.

Tatapan Bo Li menerawang jauh kedalam cermin, ia bercermin tapi tidak melihat dirinya ada disana karena pikirannya saat ini terbang melayang tanpa arah, tak terasa air matanya berlinang dari sudut matanya yang indah.

"Tuhan, seandainya aku mampu melarikan diri dari ini semua, dan berhasil meninggalkan acara pertunangan ini, aku berjanji pada diriku sendiri jika aku menemukan seorang pertama kali di kehidupan kedua ku, seandainya ia seorang pria, aku akan menjadikannya suamiku hari itu juga dan jika perempuan, aku akan membagi hartaku dengannya !", kata Bo Li seraya mengusap air matanya.

Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar dari kejauhan di pagi yang cerah. Bo Li terperanjat saat mendengar suara petir dan tersadar dari lamunannya, ia berjalan menuju kearah luar jendela ruangan kamar hotel dan ia melihat suasana pagi ini sangatlah cerah dengan sinar matahari yang terang.

"Perasaanku menjadi tidak enak, apakah mungkin karena pertunangan yang terpaksa ini ?", kata Bo Li.

Seseorang mengetok pintu kamar dan memberitahukan padanya untuk segera bersiap-siap menuju ke aula hotel karena acara akan dimulai. Bo Li berjalan keluar kamar bersama seorang wanita dan seorang pria.

Tampak seorang pria menyambut kedatangan Bo Li ditengah ruangan aula hotel, pria tersebut mengenakan setelan jas hitam serta bawahan celana panjang warna hitam rapi dan lengkap, pria itu adalah Ivander Liam, calon tunangan Bo Li. Mereka berdua berjalan beriringan serta bergandengan tangan menuju tempat pertunangan yang telah disiapkan. Ada sebuah meja dan sepasang kursi diletakkan ditengah-tengah aula hotel yang disediakan untuk mereka berdua, seorang petugas acara membimbing keduanya duduk ke tempat yang telah disiapkan.

Hari Istimewa

Acara pertunangan berlangsung meriah, tamu-tamu undangan sangat antusias saat menyambut momen tukar cincin antara Bo Li dan Ivander Liam, terlihat kegembiraan menyelimuti suasana pagi yang indah itu.

Bo Li menyematkan cincin ke jari manis Ivander, kini keduanya telah resmi bertunangan. Tamu undangan semakin semangat memberikan dukungan mereka kepada kedua pasangan dengan bertepuk tangan. Kini saatnya acara untuk berdansa, Ivander menggandeng tangan Bo Li menuju ketengah ruangan aula dan terdengar suara alunan musik mengiringi mereka berdua dan disusul oleh seluruh tamu undangan yang turut serta berdansa bersama kedua pasangan.

Mereka berdua hanya saling berpandangan satu sama lainnya tanpa ada sepatah kata yang terucap diantara keduanya, tak ada senyum ataupun tegur sapa, mereka hanya berdansa bersama sesuai format acara. Tatapan Ivander terlihat sangat tajam menusuk saat memandang kearah Bo Li yang hanya melihatnya tanpa ekspresi.

"Tidak bisakah kamu sedikit tersenyum padaku, sekesal apapun padaku, tolong beri rasa senang dihari pertunangan mu ini, nona !", kata Ivander.

"Apa ?", kata Bo Li.

"Aku tahu kamu terpaksa menerima perjodohan ini agar kakek mu bahagia, bukan begitu, Nona Bo Li ?", kata Ivander seraya memutar tubuh Bo Li berdansa.

"Seburuk itukah penampilanku sehingga anda terganggu saat melihatku, untuk apa aku harus tersenyum ?", kata Bo Li. mulai kesal.

"Yah, setidaknya kamu menunjukkan rasa suka dihari pertunangan mu yang penuh kebahagiaan ini, Bo Li !", kata Ivander Liam.

"Apakah aku setuju menerima pertunangan ini, Tuan Ivander Liam ?", kata Bo Li.

"Kenapa kamu menerimanya jika kamu tidak menyukainya, apa tujuanmu ?", kata Ivander Liam.

"Bukannya aku tidak perlu bertanya lagi padamu mengenai pertunangan ini ?", tanya Bo Li acuh.

"Yah, aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini", kata Ivander lalu mengeratkan pelukannya.

"Bisakah kita tidak terlalu dekat ?", kata Bo Li dingin.

"Ini hanya dansa nona, tidak perlu secemas itu padaku, aku tidak berniat apapun padamu !", kata pria berambut pirang.

"Syukurlah jika anda paham !", kata Bo Li.

"Mm, kenapa kamu sedingin itu padaku, bukankah kamu adalah tunangan ku ?", kata Ivander Liam.

"Jangan menanyakannya padaku, kenapa aku bersikap sedingin itu padamu ?", kata Bo Li.

Acara dansa hampir berakhir saat Bo Li menghentikan tarian dansanya meninggalkan lantai dansa, lagu terakhir masih terdengar mengalun mengiringi langkah kaki Bo Li yang pergi menjauh dari aula, tampak tamu undangan yang larut berdansa, mereka tidak menyadari jika Bo Li telah pergi kembali keruang kamar ganti.

Hanya tinggal Ivander Liam dan Kakek Li yang masih menyambut tamu undangan di acara pertunangan Bo Li.

***

Kakek Li datang keruangan kamar ganti Bo Li dan menghampiri cucu kesayangannya yang tengah duduk didepan cermin dengan air mata berlinang membasahi wajahnya. Kakek Li menghela nafasnya saat Bo Li menangis terisak-isak tanpa memperdulikan kehadiran kakek di ruang kamar ganti hotel.

"Bo Li, berhentilah menangis !", kata kakek lalu duduk didepan Bo Li.

"Hiks ?", isak Bo Li.

"Kakek tahu ini tidaklah mudah untukmu, tapi kita harus melakukannya Bo Li karena ini adalah cara terbaik untuk kita semua", kata kakek.

"Hiks !", Bo Li masih terisak menangis.

"Hari ini adalah hari ulang tahun mu, kakek sengaja mengadakan acara pesta pertunangan mu tepat dihari ulang tahunmu, seharusnya kakek tidak melakukannya padamu, maafkan kakek, Bo Li !", kata kakek menyesal.

Bo Li menyeka air matanya yang berlinang membasahi wajahnya dan mengangkat wajahnya lurus menghadap kakek.

"Tidak apa-apa, kakek, jika ini cara yang harus kita lakukan untuk kebaikan kita semua, aku akan menerimanya !", kata Bo Li.

"Eh, benarkah ?", kata kakek terkejut.

"Setelah semuanya baik-baik saja dan keadaan kembali normal, aku akan menyelesaikan pertunangan ini dan berbicara lagi padanya secara baik-baik, kakek !", kata Bo Li.

"Aku mengira kamu tidak memahaminya dibalik maksud pertunangan ini, dan hanya menerimanya saja, cucuku ?", kata kakek seraya memejamkan kedua matanya perih.

"Apakah kita perlu menjelaskan semua kebenarannya pada dia, aku rasa tidak perlu kakek, karena setelah pertunangan ini aku akan berpisah secara baik-baik dengannya !", kata Bo Li.

"Bagaimana kamu akan melakukannya, pertunangan ini aku sudah mengaturnya sejak kalian masih kecil dan kakek dari Ivander Liam sudah menyepakatinya", kata kakek.

"Aku tahu itu kakek, tapi selama kami tidak saling mencintai, itu akan memudahkan kami berdua untuk berpisah", kata Bo Li.

"Bagaimana jika semuanya tidak tepat dari perhitungan mu, bagaimana kamu akan mengakhirinya ?", kata kakek cemas.

"Tenanglah kakek, kita pasti bisa melewati ini semua dan bersabar !", kata Bo Li.

"Oh, iya kakek hampir melupakannya, aku ingin memberimu sebuah hadiah di hari pertunangan mu !", kata kakek.

Bo Li melihat kakek mengeluarkan sebuah kado dari dalam saku jasnya lalu memberikannya pada Bo Li.

"Ambillah ! Kakek memang ingin memberikan ini tepat dihari pertunangan mu karena itu pesan dari ibumu untuk memberikannya jika kamu telah bertunangan dihari ulang tahun mu !", kata kakek seraya menyodorkan sebuah kado yang terbungkus rapi pada Bo Li.

"Apa ini, kakek ?", tanya Bo Li.

"Bukalah jika sudah sampai di rumah, Bo Li !", kata kakek.

"Terimakasih, kakek atas kadonya", kata Bo Li seraya mengusap air matanya.

"Hari ini karena kamu telah menjadi tunangan Ivander Liam maka kamu harus pindah kerumahnya setelah acara pertunangan ini !", kata kakek.

"Apa, apa aku harus tinggal serumah dengannya, kakek ?", kata Bo Li terkejut.

"Pihak pria telah memintanya pada kakek, dan aku telah menyanggupinya, Bo Li, mana mungkin aku bisa mengingkari perkataan ku padanya ?", kata kakek.

"Hm ?", gumam Bo Li lirih.

"Bersabarlah, sampai waktunya tiba kita bisa pergi dari tempat ini !", kata kakek.

"Kakek !", kata Bo Li seraya menangis.

"Tinggallah di rumah Ivander Liam seperti kamu tinggal di rumah mu Bo Li, anggap saja itu rumahmu sendiri dan tunggulah sampai waktunya !", kata kakek.

"Kakek, aku tidak ingin pergi jauh darimu dan meninggalkanmu sendirian !", ucap Bo Li.

"Dirumah Ivander Liam sangat aman, cucuku, tempat yang sangat tepat untukmu tinggal disana dan keselamatanmu akan terjamin disana, Bo Li!", kata kakek berusaha menghiburnya.

Bo Li hanya menangis tersedu-sedu tanpa mampu membantah perintah Kakek Li padanya. Kakek Li hanya bisa memejamkan kedua matanya sembari menghela nafas panjang.

"Bo Li sudah dewasa sekarang dan tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik dan mandiri, Bao-yu, puterimu akan siap untuk menggantikanmu, anakku", kata Kakek Li seraya menitikkan airmatanya.

***

Acara pertunangan telah berakhir satu jam yang lalu dan kini Bo Li pulang bersama tunangannya, Ivander Liam kerumahnya. Bo Li menempati kamar tamu yang luas dan mewah dilantai atas rumah milik Ivander Liam, meski rumah tersebut sangat megah tapi terlihat sangat sederhana dari luar rumah ketika Bo Li melihatnya untuk pertama kalinya.

Bo Li berdiam dikamar tidurnya setelah lama menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan saat datang di rumah Ivander Liam yaitu menangis, agak lama ia menangisi nasibnya yang harus bertunangan dengan seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal bahkan ia tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi ini adalah takdir hidupnya yang harus ia terima, suka atau tidak suka ia harus menerimanya. Bo Li membuka kado pemberian dari kakeknya lalu perlahan-lahan ia merobek kertas yang membungkusnya, ia terpana ketika melihat isi kado tersebut "Sebuah Buku Harian?" , kata Bo Li dalam hatinya kemudian mengambilnya tapi saat ia menyentuh buku harian tersebut tiba-tiba cahaya terang muncul dari arah buku.

"SISTEM TELAH DIAKTIFKAN !!! SELAMAT DATANG DI DUNIA ONLINE DAN NIKMATI LAYANAN VIRTUAL !!!", terdengar suara seseorang berbicara dari dalam buku harian.

"Apa ?", kata Bo Li ternganga kaget.

"BO LI 115 !!! SISTEM TELAH AKTIF !!!"

Bo Li hanya berdiri termangu melihat semua kejadian dihadapannya tanpa berkata sepatah katapun, ia memandangi kearah buku harian yang telah berubah menjadi sebuah layar monitor yang menyala dan berbicara, ia melihat kedalam layar monitor yang penuh dengan angka-angka dan huruf-huruf yang bergerak silih berganti memenuhi layar monitor. "Bagaimana buku itu bisa berubah bentuknya dan berbicara tanpa hentinya, apa yang harus aku lakukan dan ia menyebut namaku Bo Li 115, bagaimana dia tahu namaku dan apakah ini komputer masa depan ?", batin Bo Li terkejut dan berjalan mendekat kearah layar monitor yang menyala dihadapannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!