NovelToon NovelToon

Bukan Janda Biasa (Hanya Status)

Menegangkan

"Fira cepetan!" teriak Mita

"Tunggu sebentar ka! Aku nyari hp dulu." timpal Fira yang terus sibuk mencari hp nya kesana kemari.

Sehari setelah acara perpisahan, Rio dan keluarga berencana untuk berlibur ke salah satu wisata di kota M. Mereka berangkat setelah magrib habis, dan berencana untuk menginap di salah satu hotel dekat tempat wisatanya.

"Kalian lama sekali, habis darimana dulu?" tanya Rio ketika Mita dan Fira sudah masuk dalam mobil.

"Yang bikin lama tuh si Fira," Mita mencebik.

Rio, dan mama mengernyitkan dahinya. Sedangkan tersangka, hanya cengengesan.

"Biasa Mas, pelupa dia. Dari tadi terus kesana kemari nyariin hp, eh, taunya ada di meja dekat tv," jelas Mita kesal.

"Ada-ada saja kamu ini." Rio menggelengkan kepalanya, merasa gemas akan tingkah adik iparnya itu.

Malam ini jalan terasa sepi, dan suasana malam ini terasa mencekam. Fira menghelakan nafasnya membuang fikiran negatifnya ketika fikiran itu muncul dengan tiba-tiba.

Syafira berusaha memejamkan matanya untuk tidur, tapi fikirannya masih terus kemana-mana. Dia berusaha membuang rasa khawatir yang ia rasakan. Entah apa itu Firapun tidak tahu.

"Sepertinya ada yang ngikutin kita?" kata Rio sesekali melihat ke arah spion.

Ucapan Rio mengagetkan Fira dan membuatnya terbangun untuk ikut melihat ke belakang.

"Siapa mereka? Kenapa mereka terus mengikuti kita?" tanya Fira, ia bingung ketika melihat mobil yang di belakang terus mengikuti mereka.

"Kaka juga gak tahu, dari tadi mobil itu terus ngikutin kita!" balas Rio dengan gelisah penuh khawatir.

"Bisa lebih cepat gak Ka! Mobilnya tambah dekat, aku takut ini perampokan." Fira menjadi khawatir jika fikiran negatifnya benar-benar terjadi.

"Ada apa?" tanya Mita dan Mama berbarengan. Mereka merasa tidurnya terganggu akibat suara bising Rio dan Fira.

"Enggak apa-apa!" jawab kompak Rio, dan Fira.

Fira berusaha tenang, meski dirinya khawatir. Tangannya berkeringat dingin sesekali menggigit sedikit kukunya. Dalam hati terus berdoa agar mereka semua selamat. Dia menoleh kebelakang dan matanya terbelalak melihat mobil tadi berusaha menyelip mereka.

"Ka awaassss!" pekik Fira.

Ckiiiittttt

Suara decitan mobil terdengar saat Rey mengerem mobilnya mendadak.

"Siapa mereka Rio? Kenapa mereka mengikuti kita!?" tanya Sofi dengan panik.

"Iya, Mas. Sepertinya mereka orang-orang jahat. Apa kamu punya musuh?" ucap Mita penuh ketakutan.

"Tidak!" jawab Rio menegaskan.

Suara gedoran keras membuat orang yang ada di dalam tegang.

"Keluar kalian!" bentak sang penjahat sambil menggedor kaca mobil.

"Gimana ini?" Fira panik, ia semakin gugup dan berkeringat.

"Mau tidak mau kita harus hadapi!" ujar Rio.

"Baiklah, aku ikut keluar Ka," balas Fira.

"Hei, kalian, cepat keluar atau kami pecahkan kacanya!" bentak sang penjahat yang masih terus menggedor kaca mobil.

"Fira kamu mau ngapain?" tanya Mita dengan panik.

"Mau menghajar merekalah. Masa mau main masak-masakan." Fira masih saja menyelipkan candaan di dalam keadaan genting seperti ini.

"Ah, ka Rio mah lama." ia sudah jengah dengan orang yang mengganggu perjalanannya, diapun keluar dari mobil.

"Fira jangan!" cegah Mita dan Sofi.

Fira tak mendengarkan ucapan mereka, yang dia fikirkan saat ini hanyalah ingin cepat selesai, Rio juga ikut keluar membantu sang adik.

"Siapa kalian, dan mau apa kalian menghalangi kami?" tanya Fira yang sudah berjaga-jaga.

"Ada nyali juga kau nona," ejek salah satu dari para penjahat.

"Perasaan kami gak punya masalah, kenapa kalian mengganggu kami, hah?" bentak Rio sesaat setelah dia keluar.

"Kebanyakan cingcong kalian, pokoknya sekarang kita harus ngabisin kalian! Terutama kau nona!" tunjuk salah satu dari mereka kepada Fira.

"Kenapa harus gue bang? Perasaan gue gak punya salah sama abang-abang ini!" tanya Fira bingung.

"Alaaahh, pokoknya loe harus mati!" bentaknya dengan berusaha meninju wajah Fira.

Dengan gesit Fira bisa menghindar, kemudian dia menendang perut sang penjahat hingga tersungkur.

Fira, dan Rio memasang kuda-kuda, mereka saling lirik kemudian menyerang si penjahat. Rio melawan dua orang, sedangkan Fira melawan tiga orang dengan sendirian. Sungguh pertarungan yang tidak seimbang. Tapi, Fira, dan Rio tidak menyerah.

Bugh bugh bugh

Pukulan demi pukulan Rio, dan Fira layangkan. Menepis, mengelak, menendang dan meninju mereka lakukan.

Bugh

Fira memutar tubuhnya kemudian menendang wajah ketiganya.

"Kalian ini siapa, hah?" tanya Fira dengan membentak.

"Kau tidak perlu tahu kami nona! Yang bos kami mau, kau matiiii!" bentaknya berapi-api.

"Baik kita lihat saja nanti," ujar Fira dengan dingin. Tatapannya berubah tajam, terlihat aura membunuh dari diri Syafira.

Sang penyerang terus menyerang Fira, dan Rio penuh emosi. Mereka mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melawan Fira, dan Rio.

Sebuah pukulun kencang mendarat di pipi Fira sampai membuatnya tersungkur. Fira meringis saat memegang sudut bibirnya, ia mengusap darahnya dengan ibu jari.

"Syafira..!" Teriak Rio, Mita, dan Mama Sofi secara bersamaan.

"Kau tidak apa-apa Fira?" tanya Rio teriak penuh ke khawatiran.

"Fokus Ka! fokus! jangan pedulikan aku!" jawabnya penuh perintah dan Fira kembali bangkit untuk melawannya kembali.

Pukulan Fira membabi buta, tanpa mereka sadari ada satu dari penjahat membawa senjata api. Orang itu segera mengambil pistolnya dan......

Door....

Suara tembakan menggema di tempat itu.

"Tidaaaaakkkk!" teriak Mita, ia syok melihatnya. Dia berusaha keluar untuk menghampiri Rio, dan Fira.

"Kamu jangan keluar mita! disana bahaya!" Mama berusaha mencegah Mita untuk keluar mobil..

"Tapi, mereka juga dalam bahaya, Ma." Mita sudah menangis melihat adiknya terluka.

"Ka Rio, cepat masuk!" ucap Fira, saat melihat Mita berusaha keluar dari mobil.

Fira memegang tangan kiri yang terkena tembak.

Ya, yang kena tembak adalah Syafira. Dia sempat melihat dengan sudut matanya ada senjata api mengarah pada Rio. Tanpa fikir panjang, dia menjadikan dirinya sebagai tameng. Dengan sekuat tenaga Fira berlari untuk mencegahnya. Namun siapa sangka, peluru lebih cepat melesat mengenai dirinya.

"Cepetan masuk ka!" ucapnya kembali.

Fira masih terus melawan kelima pria itu dengan kondisi tangan terluka. Dia terus mengalihkan perhatian musuh agar tidak mengejar Rio. Setelah melihat Rio masuk, Firapun berlari sekuat tenaga ke arah mobil sesekali melawan mereka.

"Ayo cepat jalan!" perintah Fira tegas setelah ia berada di dalam mobil.

"Fira tangan kamu!" ucap Mama Sofi penuh khawatir.

"Aku baik-baik saja, Ma." Fira meyakinkan Mita dan Sofi agar tidak perlu khawatir.

Rio melajukan mobilnya dengan kencang. Tapi, mobil yang di belakang terus mengejar mereka tanpa henti.

"Kalian pegangan!"

Door... Door..

Tembakan kembali di layangkan kearah mobil Rio, dan Rio masih bisa menghindar.

Rio menambah kecepatannya. Akan tetapi, mereka masih mengejar.

Mobil yang ada di belakang menubruk mobil Rio.

"Ka hati-hati!"

"Mas hati-hati!"

"Rio hati-hati! " ucap Fira, Mita dan Mama Sofi secara bersamaan.

Door..

Suara tembakan di layangkan kembali, namun kali ini mengenai ban mobil. Tembakan itu mengakibatkan mobilnya oleng, dan mobil belakang kembali menubruknya dengan sangat kencang membuat mobil Rio semakin tak terkendali.

"Awaaaasssss!" teriak Fira saat melihat sebuah truk menghampiri mereka.

Akan tetapi.....

Brruuuukkkk....brraaakkkk....

Kehilangan

"Awaaaasssss!!!" teriak Fira saat melihat sebuah truk menghampiri mereka.

Akan tetapi.....

Brruuuukkkk....brraaakkkk....

Suara benturan keras terdengar di telinga Fira. Fira sempat menoleh kebelakang, dia melihat mobil itu dan memperhatikan plat mobilnya dengan seksama.

Saat Rio berusaha menghindari mobil yang ada di depan, Rio membantingkan setirnya ke kanan untuk menghindari. Namun naas, kecelakaanpun tak terelakkan hingga ia menabrak pembatas jalan.

Tak ada yang tahu akan peristiwa yang terjadi. Sebab, jalan yang mereka lewati merupakan jalan sepi saat di malam hari.

Niat hati ingin memotong jalan untuk cepat sampai. Tapi, takdir harus berkata lain.

"Ssssstt aw," Fira meringis kesakitan. Tangan kirinya memegang kening yang berdarah, dan tangan kanannya memegang pundak yang kena tembak.

Fira melihat semua orang, dia berusaha duduk dengan tegak, lalu dia keluar dengan tertatih untuk melihat keadaan.

Betapa kagetnya dia saat melihat keadaan mobil begitu parah, di tambah depan mobil mengeluarkan asap. Tetes demi tetes minyak bensin keluar, firasatnya mengatakan bahwa mobil tersebut akan meledak. Syafira berusaha mengeluarkan satu persatu anggota keluarganya. Dia lebih dulu mengeluarkan Mita kemudian Rio dan terakhir Mama Sofi.

Fira sangat panik, tubuhnya bergetar, ia berusaha mengambil handphone yang ada di mobil, tepatnya dalam tas. Kemudian ia menelpon ambulance untuk meminta pertolongan. Tak lama kemudian mobilnya meledak dengan dahsyat.

Duaarrrrr..

Ledakanpun terjadi sesaat setelah Fira berhasil menjauh dari mobil.

Air mata Fira tak bisa terbendung lagi, ia menangis menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya sekarang.

Fira menangis sesegukan di dekat ketiga orang yang dia sayangi, dia menundukkan kepalanya menahan sakit yang ia rasakan.

"Fi ra" ucap lirih Mita dengan terbata, Fira pun melihat ke arah suara.

"Kaka," ucapnya gemetar.

"Ja ngan menangis, ka kamu harus kuat, ini sudah menjadi takdir kita."

"Ka jangan terlalu banyak bicara, semuanya pasti akan baik-baik saja, yang penting Kaka selamat." Fira mengambil kepala sang kaka untuk di tidurkan di pangkuannya.

"Ji jika kami pergi, tolong jaga dia u untuk kami!" suara Mita sudah mulai tersengal-sengal.

"Kaka ngomong apa? Kalian tidak boleh pergi!" kata Fira panik.

Fira memeluk sang Kaka dengan erat, dia tidak peduli dengan darah yang ada di sekujur tubuh mereka, dan Mita membalas pelukan sang adik penuh sayang.

"Ka ka sayang ka mu, kamu te tap adikku, se la mat ti tinggal Fira!" suara Mita melemah, pelukannya mengendur, tangannya terkulai jatuh ketanah.

"Tidaaakk..! bangun Ka, bangun! jangan tinggalkan aku sendiri, Ka!" Fira terus berusaha membangunkan sang kaka dengan menepuk-nepuk pipinya.

"Peluk aku Ka, peluk aku! Kaka tidak boleh pergi!" dia masih berusaha memelukkan tangan sang Kaka pada tubuhnya. Akan tetapi, tangan Mita kembali terkulai ke tanah.

"Tidaaaaakkkk..!" teriaknya histeris, tangis semakin pecah, Fira terus memeluk sang kaka, dia mendongakkan kepalanya keatas berteriak histeris.

"Tuhaaaaaann, mengapa ini terjadi pada keluargaku?" ucapnya penuh prustasi.

Tak lama kemudian ambulance yang ditunggunya datang. Sepanjang perjalanan dia terus menangis, ia merasakan sakit yang luar biasa pada pundaknya, penglihatan Fira mulai buram hingga ia terkulai lemah tak mampu lagi menahan tubuhnya. Fira pingsan saat berada di dalam ambulance.

Beberapa saat telah berlalu peluru yang bersarang di pundak Fira sudah di keluarkan. Kemudian dia di pindahkan keruang perawatan, sedangkan keluarganya masih berada di ruang operasi.

Perlahan Fira membuka matanya setelah berada di ruangan inap, ia mulai menyusuri setiap sudut ruangan itu.

"Ra, loe udah sadar!" Kania berada di ruangan itu karena di beritahu oleh pihak rumah sakit tentang kecelakaan yang terjadi, dengan segera Kania menelpon Fitri dan Doni.

Doni adalah adik angkat Mama Sofi sekaligus tangan kanan Rio.

"Mereka?" tanya Fira, bibirnya bergetar saat mengucapkan kata mereka, Fira mengingat tentang semua yang terjadi.

Kania tak menjawab, dia hanya bisa menangis, dia sendiri bingung harus memulainya darimana.

"Nia, kenapa loe nangis dimana mereka?" Fira kembali bertanya dengan nada meninggi.

Karena tak ada jawaban, Fira bangun dari tempat tidur. Dia berusaha melepas infus yang ada di tangannya, tak peduli dengan sakit yang ia rasa. Saat ini fikirannya hanya tertuju kepada keluarganya.

"Ra, loe mau kemana? Loe masih harus istirahat!" cegah Kania.

"Gue gak peduli! gue ingin melihat mereka!" Fira berjalan dengan tertatih, tapi langkahnya terus di cegah oleh Kania.

"Fira, kamu mau kemana?" tanya seseorang.

Fira mendongak melihat wajahnya.

"Paman!" ucap Fira dengan lirih

"Apa kamu mau melihat mereka?" tanya Doni dan Fira mengangguk.

Perlahan Doni memapah Fira, dan membawanya keruangan operasi. Sudah ada Fitri disana yang sedang menunggu. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan itu.

"Gimana keadaan mereka, Dok?" dengan segera Fira menghampiri, dan bertanya saat melihat Dokter keluar.

"Alhamdulillah, kami bisa menyelamatkan anaknya. Tapi, saat ini kondisinya lemah, dan karena terlahir prematur, kami harus memasukannya kedalam inkubator," jelas sang dokter.

"Tapi, mohon maaf. Kami tidak bisa menyelamatkan ibunya. Dia kehabisan darah, dan dia sudah meninggal sebelum sampai kemari," lanjutnya dengan wajah penyesalan.

"Apa!" ucap mereka secara bersamaan.

Fira membekap mulutnya dengan tangan, dia tersungkur kebelakang menyenderkan tubuhnya dengan lemas.

"Tidak, tidak mungkin! itu tidak mungkin, pasti dokter bohong 'kan?" Fira menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Ra!"ucap Kania dan Fitri, mereka memeluk tubuh lemah Fira.

"Coba sekali lagi kau periksa dengan benar, Dok!" bentak Doni yang juga belum percaya.

"Sekali lagi maafkan kami, kami hanya berusaha yang terbaik. Tapi, Tuhan berkehendak lain, dan kedua pasien yang lain sedang kritis." ucap sang dokter, ia beberapa kali memohon maaf karena tidak bisa menyelamatkan ibunya.

Fira berontak dari pelukan kedua sahabatnya, dia menerobos masuk melewati sang dokter.

"Ka Mita," lirih di sela suara tangis yang terdengar begitu menyayat hati.

"Bangun ka, bangun! Ku bilang bangun! Kau harus kuat demi anakmu!" bentak Fira sambil menggoyangkan tubuh Kakanya yang sudah terbujur kaku.

Saat ini Mita sedang hamil, usia kehamilannya baru memasuki umur 8 bulan. Tadinya, sebelum lahiran, Mita, dan Rio berencana untuk baby moon sekalian berlibur.

"Syafira," panggil Doni kemudian memeluk Fira berusaha untuk menenangkan.

"Paman, ka Mita masih hidupkan? Pasti dia hanya sedang becanda, dia sedang mengerjai ku 'kan, Paman?" racau Fira.

"Tidak Fir, Mita sudah tiada. Kamu harus kuat! Ikhlaskan!" ucap Doni, ia memejamkan matanya terus memeluk sang ponakan untuk menguatkan dia.

Kania dan Fitri menangis sesegukan, mereka tak kuasa melihat keadaan Fira seperti itu.

"Permisi, maaf siapa disini yang bernama Fira?" Ucap suster dengan tiba-tiba.

"Saya," kata Fira sambil menguraikan pelukannya.

"Mari ikut saya!" ucap suster.

Fira menoleh ke arah Doni dan Doni mengangguk mengiyakan.

Fira, Doni dan kedua sahabat Fira mengikuti kemana suster itu melangkah. Dan ternyata sang suster membawa mereka ke ruangan yang di singgahi oleh Mama Sofi dan Rio.

"Silahkan! Mereka ingin bicara padamu nona." ujar suster mempersilahkan Fira masuk.

Bersambung......

Memulai Kembali

"Silahkan! Mereka ingin bicara padamu nona." Ujar suster mempersilahkan Fira masuk.

Perlahan tapi pasti Fira melangkahkan kakinya untuk masuk, mata Fira berkaca-kaca melihat pemandangan di depannya. Banyak perban dan alat bantu bernafas pada tubuh Rio, sama halnya dengan mama Sofi.

"Fira," ucap Rio pelan saat melihat Fira masuk.

Fira duduk diantara kedua orang tersebut, matanya terpejam mengatur nafasnya sejenak.

"Fi ra, tolong ja jaga anakku u untuk kita, sayangi dia layaknya a anakmu sendiri, pergilah ka kalian ke kota J setelah anakku cukup umur!" ucap Rio dengan nafas tersengal-sengal.

"Tidak! Kalian pasti sembuh." Bibir Fira bergetar saat berucap, suaranya tercekat menahan tangis.

"Berjanjilah!" desak Rio dengan nafas semakin lemah.

"Baiklah, aku berjanji kepada kalian. Aku akan menjaganya sepenuh jiwaku. Aku akan menganggap anak kalian seperti anak kandungku." Dengan tangis sesegukan Fira berjanji di hadapan mereka.

Rio tersenyum, sekarang dia merasa tenang. Matanya perlahan terpejam menyambut uluran tangan, dan senyuman sang istri.

Tit....tiiiiiiiiitttttt...

Deg!

Fira panik, semua yang ada disana panik. Doni segera memanggil dokter. Tapi ucapan dokter kembali membuat Fira terduduk lemas dengan derai air mata semakin deras.

"Mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya, pak Rio sudah meninggal dunia," ucap dokter

Mama yang berada di samping Rio terpejam, ia menangis dalam diam, dadanya terasa sakit, mama merasakan sesak nafas. Nafasnya juga tersengal-sengal, Fira menoleh dan dia kembali panik. Dokter yang ada di sana segera melakukan cara agar bisa menyelamatkan nyawanya.

Namun....

Tiiiiiiiiitttttt.....

Monitor kembali bersuara menandakan seseorang telah tiada.

Deg!

Runtuh sudah pertahanan Syafira, dia syok, Fira meningis sesegukan dengan jeritan histeris. Mulutnya terasa kelu, seakan terkunci tak mampu untuk berkata lagi.

****

Pemakaman

Hujan rintik mulai turun membasahi tubuh dan tanah seakan ikut hanyut dalam kesedihan yang Fira rasakan. Seiring derasnya hujan, tangis Fira semakin pecah, dia sesegukan memeluk makam sang Kaka, tak peduli dengan hujan yang terus membasahi tubuh mungilnya.

"Tuhan, apa salahku sehingga kau ambil mereka dariku? mengapa bukan aku saja yang kau ambil, Tuhan?" jerit hati Syafira.

Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup seseorang, tetapi tuhan selalu mempunyai rencana lain untukmu. Ikhlaskan, mungkin itu yang terbaik untuk hidupmu.

****

Aurelia Syafira, begitulah nama gadis cantik bertubuh mungil dengan bentuk tubuh ideal nan cantik bak putri. Dia baru saja merayakan hari perpisahan di sekolahnya, niat mereka akan berlibur untuk merayakan hari bahagia itu. Namun takdir berkata lain, dia harus kehilangan orang-orang yang ia sayang secara bersamaan.

Paramita nama Kakanya, Rio Nicholas Saputra nama dari suami sang Kaka, dan Sofi Al-Hussein nama mertua dari sang Kaka.

Sedangkan Kania dan Fitri adalah sahabatnya saat mereka SMP.

****

Waktu terus berjalan, tak terasa satu bulan telah berlalu. Semenjak kepergian keluarga, Syafira menjadi lebih banyak diam. Dia masih merasakan kesedihan yang mendalam, Fira masih belum ikhlas menerima takdir yang Tuhan berikan.

"Ra, sampai kapan kamu akan seperti ini? Ini bukan kamu, Syafira yang gue kenal tidak selemah ini," ucap Kania.

Fira tidak menjawab, ia hanya fokus memikirkan sesuatu.

"Benar Ra, kamu harus bangkit! Ingat! masih ada bayi mungil yang membutuhkanmu," timpal Fitri.

"Loe gak akan bunuh diri 'kan, Ra?" celetuk Kania.

Plak

Geplakan tangan mendarat di pundak Kania.

"Awww, sakit Fitriii! kenapa loe mukul gue?" pekik Kania meringis sambil memegang pundaknya.

"Loe yang kenapa? Tuh pikiran dangkal banget sih! Tidak mungkinlah Syafira nekat bunuh diri, ngaco loe!" omel Fitri.

"Fitriani Lestari! Coba loe perhatikan, dari kemarin Fira kayak orang tak tentu arah. Wajahnya kusut kayak baju lecek belom di setrika, dan gue takut dia nekat bunuh diri. Terus, kalau hantunya penasaran lalu gentayangan gimana? 'Kan gue ngeri! dan..."

Geplakan kembali mendarat sebelum Kania menyelesaikan ucapannya. Kali ini geplakan di pundaknya lebih kencang dari sebelumnya.

"Gue bilang sakit Fit ri." ucapannya melemah setelah menengok dan mengetahui siapa yang menggeplaknya kali ini.

"Hehe Syafira, gue kira si Fitri." Kania cengengesan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya menyerupai huruf v.

"Hehe Syafira, gue kira si Fitri," cibir Fira mengulang kembali ucapan Kania.

"Loe sembarang kalau ngomong, ya. Loe pikir gue sebodoh itu apa? dan apa tadi loe bilang? Wajah gue lecek belum di setrika! Wajah loe noh seperti keset yang bertuliskan welcome. Tapi, di injak, kotor," sergah Fira dengan nada kesal.

Hahaha tawa Firti pecah menertawakan Kania sedangkan Kania manyun, dengan kesal ia menendang-nendang meja sofa.

"Jangan ketawa loe, Fit!" ucap Kania tambah kesal.

"Hahaha abisnya apa yang di katakan Fira benar, udah di sambut dengan welcome malah di injak, 'kan sakit!" Fitri masih terpingkal dengan puas, Fira hanya tersenyum menyaksikan tingkah sahabatnya.

Tapi tiba-tiba becandaan mereka terhenti ketika seseorang menelpon Fira.

Fira segera mengangkat panggilan dari Doni, bibirnya tersenyum menandakan ada kabar bahagia yang sedang menunggu.

"Kalian mau ikut gak?" tanya Fira sesudah mematikan panggilannya.

"Kemana?" jawab bareng Fitri dan Kania.

"Ke rumah sakit, kata paman Doni hari ini anakku udah boleh pulang."

"Kita ikut," ucap mereka dengan kompak.

Sesampainya di rumah sakit, Fira dan sahabat segera menghampiri ruangan bayi. Di sana sudah ada Doni yang sedang berbincang dengan dokter.

Mata Fira tertuju pada bayi mungil yang tampan, wajah bayi itu begitu mirip dengan sang ayah, hanya bibir dan matanya saja yang mirip sama sang ibu.

Fira tak bisa membendung air matanya, ia menangis mengingat akan apa yang telah terjadi.

"Kasian, anak sekecil ini harus kehilangan orang tuanya," kata Fira sambil menggendong bayi laki-laki.

Fira segera menghapus air matanya dengan kasar. "Mulai hari ini, mulai detik ini, kamu menjadi anakku, aku akan menjaga dan merawat kamu sepenuh jiwa dan ragaku." Fira berucap dengan tegas penuh keyakinan. Dia berjanji akan menjaga titipan dari kedua kakaknya, dan yang pasti titipan dari Tuhan.

"Apa yang terjadi padamu merupakan sebuah takdir yang Tuhan persiapkan untukmu, jalanilah takdir ini dengan ikhlas. Paman yakin, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untukmu. Percayalah, tidak ada peristiwa yang kebetulan," kata Doni dengan bijak.

"Paman benar, ini takdirku, ini kisahku, hidupku yang sebenarnya baru akan di mulai," jawab Fira membenarkan perkataan Doni, dia terus menimang bayi itu.

"Hari yang baru, di awal yang baru. Di hari ini aku akan memulai kembali kisahku dengan anakku Felix," lanjut Fira dengan tegas.

"Jadi namanya?" tanya Kania dan Fitri secara bersamaan.

"Felix Nicholas Saputra," jawab Fira.

"Nama yang bagus," kata mereka berbarengan.

"Artinya apa?" tanya Kania.

Fira tersenyum, ia terus memandang wajah bayi yang ada di gendongannya.

"Felix artinya bahagia, beruntung. Harapannya semoga dia selalu bahagia dan beruntung dimanapun berada dan semoga hatinya selalu putih bersih sesuci baru lahir. Kalau nicholas Saputra adalah nama belakang dari ayahnya," jelas Fira dengan tenang sesekali mengecup wajah sang bayi.

Dan merekapun pulang setelah sang dokter mengizinkan bayi itu untuk di bawa pulang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!