Tak Tak Tak Tak. Suara orang berlari dengan sepatu pantofel nya.
"Tuan... Tuan..." Teriak Septian dengan nafas yang terengah-engah.
Tuan Gentala yang sedang menikmati hibiscus tea nya geram karena asistennya itu merusak momen bersantainya.
"Apa kau tidak lihat aku sedang apa Septi?" Geram Tuan Gentala.
"Ekhem.. tolong ucapkan yang lengkap Tuan. SEP TI AN." Protes Septian sambil mengeja namanya.
"Kalau kau tidak mau aku panggil Septi, makanya jangan bersikap seperti anak gadis yang di kejar-kejar om-om!!! Datang-datang berteriak, bikin kaget saja!!!" Omel Tuan Gentala.
"Maaf Tuan, karena saya membawa berita yang sangat penting dari Vanice, Tuan." Ucap Septian.
"Venice? Memangnya ada apa disana?" Tanya Tuan Gentala sambil mengernyitkan keningnya.
"Bukan ada apa Tuan, tapi lebih tepatnya ada siapa." Jawab Septian seolah meminta Tuan Gentala memecahkan sebuah teka-teki.
Tuan Gentala makin memperdalam kernyitan di keningnya berusaha memecahkan teka-teki yang Septian berikan.
Tak lama mata Tuan Gentala membulat sempurna.
"Apa maksud mu, Richard yang ada di Vanice sekarang?"
"Exactly." Balas Septian sambil menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Tuan Gentala.
PLAK. Refleks Tuan Gentala memukul tangan Septian yang menjentik di depan wajahnya.
"Gak sopan kau yah!!!" Omel Tuan Gentala.
"Kenapa bisa anak nakal itu ada disana? Bukannya seminggu yang lalu dia masih di Uruguay? Kenapa sekarang dia sudah di Vanice? Apa kau sudah membatasi kartu debitnya?"
"Satu-satu Tuan, saya bingung harus menjawab yang mana dulu."
"Ngelunjak kau yah!!! Cepat jawab!!"
"Yang pertama kenapa Tuan Muda Richard ada disana, yang pasti menggunakan alat transportasi. Entah itu darat, laut, atau udara karena tidak mungkin Tuan Muda ngesot kesana."
"Septi...." geram Tuan Gentala.
"Yang kedua, saya sudah membatasi kartu debitnya Tuan, tapi Tuan kan tau siapa Tuan Muda Richard. Habis uang, bisa ngamen."
"Iya juga yah." Gumam Tuan Gentala dalam hati.
"Terus berita apa yang ingin kau bawa kali ini? Apa anak nakal itu buat ulah lagi?"
"Kalau buat ulah itu pasti Tuan."
"Iya lalu ulah apalagi yang Rich buat kali ini?" Tanya Tuan Gentala sambil menggeram.
"Ini Tuan, silahkan anda lihat sendiri." Septian memberikan ipadnya pada Tuan Gentala dan menunjukkan foto-foto Richard sedang bersandar mesra dengan seorang laki-laki bule.
Mata Tuan Gentala membulat sempurna.
"Astaga Rich!!!! Setan apa yang sedang merasuki mu??"
Mendengar itu, Septi si asisten minim akhlak itu menggelembungkan pipinya menahan tawa sambil bernyanyi dalam hati.
🎶🎶 setan apa yang merasuki mu 🎶🎶
"Cepat kirim pasukan menarik paksa bocah nakal itu pulang!!! Kalau Rich tidak mau pulang, buang saja dia ke Rusia, biar jadi korban perang disana!!!" Ucap Tuan Gentala.
Tapi yang di ajak bicara masih asyik bernyanyi dalam hati.
Dan ekspresi wajah Septian yang menahan tawa tertangkap netra Tuan Gentala.
BUGH.. Tuan Gentala menendang tulang kering Septian.
"Aaaauw..." ringis Septian.
"Apa yang kau tertawakan, hah?" Bentak Tuan Gentala.
"Apa kau menertawakan cucu ku yang menyimpang?" Lanjut Tuan Gentala.
"Bu-bukan Tuan, saya hanya teringat dengan film komedi yang saya tonton semalam." Jawab Septian berbohong.
Tuan Gentala memicingkan matanya.
"Awas kau yah, berani menertawakan cucu ku!!! Ku gunduli hutan belantara mu itu!!!" Ancam Tuan Gentala.
"Iya Tuan."
"Apa kau dengar apa yang ku katakan tadi?"
Dengan jujurnya Septian menggelengkan kepalanya.
"Sudah ku duga!!" Ucap Tuan Gentala sambil menghela nafasnya.
"Segera kau kirim pasukan ke Vanice dan bawa pulang paksa anak nakal itu!!! Biar saya ruqyah dulu anak itu!!! Kalau dia melawan, lempar saja ke Rusia biar jadi korban perang dia disana!!!"
"Tuan kan tau kalau Tuan Muda seperti belut, susah di tangkap."
"Makanya saya bilang tadi kerahkan pasukan, berarti bukan hanya dua atau lima orang, kalau perlu satu kompi!!"
"Baik Tuan, segera laksanakan!!"
"Saya ingin dalam minggu ini anak nakal itu sudah ada di Indonesia, awas kalau tidak. Kau yang ku kirim ke Rusia!!!" Ancam Tuan Gentala.
"Ba-baik Tuan. Kalau begitu, saya permisi dulu."
Septian pun keluar dari halaman belakang istana Gentala.
Bersambung...
💋💋💋 Selamat menunaikan ibadah puasa bagi para readers yang menjalankannya. Dan berhubung sedang memasuki bulan Ramadhan, semua novel othor yang sedang on going akan up di malam hari. 🙏🙏🙏 💋💋💋
Vanice.
"Rich, apa kau yakin kalau kakek mu akan menyerah menyuruh orang memata-matai mu dengan kau berpura-pura menjadi gay?"
"Yakin, tapi hanya enam puluh persen." Jawab Richard sambil menyengir.
"Kalau keyakinan mu hanya enam puluh persen, kenapa kau melakukan itu bodoh!!"
"Selain membuat kakek ku menyerah, aku juga ingin membuat dia sport jantung. Dia kan sudah tua, jarang berolahraga, kinerja jantungnya memompa darah pun lambat, jadi ada baiknya aku membantunya dengan cara seperti itu."
Lelaki bule yang menjadi teman Richard di foto itu menggelengkan kepalanya.
"Ada yah cucu model begini." Gumam lelaki bule itu dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Sudah lah, tidak usah kita pikirkan Kakek ku, lebih baik kita party-party saja." Ucap Richard.
Richard pun berdiri dari tempat duduknya dan menarik tangan teman bule nya itu dan mereka pun pergi ke night club.
Richard tidak akan menyangka kalau malam ini adalah malam terakhirnya menjadi seorang musafir.
Satu jam kemudian.
Richard yang sudah di pengaruhi minuman beralkohol pun turun ke lantai dansa.
"Hei Rich, lebih baik kau disini saja, tidak usah turun ke lantai dansa." Teman bule Rich memberi peringatan pada Rich, karena dia tau kalau Rich sudah mabuk, pasti selalu membuat kerusuhan.
"Haish.. diam kau!!! Pergi ke club kalau tidak turun ke lantai dansa mana asyik Jo!!! Kalau kau tidak mau turun, ya sudah, biar aku turun sendiri!!" Balas Richard.
"Terserah kau lah!!" Balas Jo pasrah.
Baru saja kaki Richard menginjak lantai dansa, tiba-tiba saja dari belakang ada orang yang menyekap hidung Richard dengan sapu tangan yang sudah di tetesi obat bius dosis tinggi. Richard pun tumbang seketika.
Melihat Richard tumbang, sepuluh orang yang berada tak jauh dari tempat itu langsung datang menghampiri Richard dan membopong Richard keluar dari dalam night club.
Melihat temannya di bawa orang-orang yang tak di kenal, Jo pun berlari mengejar orang-orang itu.
"Hei, mau kalian bawa kemana teman ku?"
Tanpa banyak bicara, salah satu dari mereka hanya menunjukkan identitas mereka.
"Ooo..." respon Jo.
"Silahkan, bawa saja kalau begitu." Ucap Jo.
"Kalau Rich sudah sadar, sampaikan salam ku untuknya dan jangan lupa mengabari ku." Ucap Jo lagi.
Orang misterius itu tak menjawab, ia terus berjalan menuju mobil dimana Rich sudah berada di dalam sana. Sedangkan sebagian orang-orang misterius lainnya berada di mobil yang satunya lagi.
Jo melambaikan tangannya ke arah mobil begitu dua mobil itu melaju.
"Semoga kepala mu masih utuh Rich begitu kau bertemu kakek mu." Gumam Jo dalam hati.
💋💋💋
Indonesia.
Rich mengerjapkan matanya perlahan.
"Hemh.. ternyata masih di alam mimpi." Gumam Rich saat samar-samar melihat interior kamar yang mirip dengan kamarnya di rumah sang Kakek. Rich pun kembali memejamkan matanya.
Meski belum seratus persen sadar, tapi otak Rich sudah bekerja untuk berpikir. Rich pun perlahan membuka matanya lagi saat sang otak memberikan sinyal ketidak beresan keberadaannya.
Baru saja samar-samar penglihatannya, tak berapa lama mata Rich terbuka lebar.
"Kok gue bisa disini?" Kaget Rich sambil terduduk kaget.
"Sudah sadar?" Kakek Gentala yang sedari tadi berdiri di pintu balkon dan terus memandangi Rich, akhirnya membuka suaranya.
"Loh.. kok ada si Tua Bangka?" Lirih Rich pelan tapi masih bisa di dengar oleh Tuan Gentala.
"Cucu durhaka!!! Kakek sendiri di bilang Tua Bangka!!" Teriak Tuan Gentala.
"Hoaaaah... ternyata ini masih di alam mimpi." Lirih Rich lagi. Mode On Ngeles.
Rich pun kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu menarik selimut dan menutup tubuhnya sampai ke kepala.
Bersambung...
"Riiiiiich!!!!!" Teriak Tuan Gentala saat melihat sang cucu kembali tidur. Tuan Gentala pun berjalan mendekati ranjang.
"Dasar cucu tak berguna!!! Sudah tua, bukannya memikirkan perusahaan malah asyik bermain-main!!! Ayo bangun!!!!" Teriak Tuan Gentala sambil menarik selimut Rich.
Sreeet. Selimut pun terbuka.
Rich masih kekeh memejamkan matanya, pura-pura tidur.
"Kau mau bangun atau Kakek siram air keras!!!" Ancam Tuan Gentala dengan nada tingginya.
Perlahan Rich pun membuka matanya.
"Kakek? Ini Kakek ku? Kakek yang paling ku sayang seantero kompleks?" Ucap Rich pura-pura kaget. Mode On Drama.
Rich pun mendudukkan dirinya lalu memeluk tubuh sang Kakek.
"Oh.. Kakek, Rich kangen Kakek." Ucap Rich dalam pelukan Tuan Gentala.
"Lama tidak bertemu, bau tanah Kakek masih saja sama. Belum berubah jadi bau tanah kuburan." Kata Rich lagi.
PLAAK. Mendengar itu, Kakek Gentala pun sontak memukul kepala Rich.
"Aaauw." Ringis Rich sambil melepas pelukannya dan mengelus kepalanya yang kesakitan.
"Cucu durhaka kamu yah!!! Kamu mendoakan Kakek mu cepat mati, hah!!!" Omel Tuan Gentala.
"Memangnya Rich ada bilang begitu? Kan gak!!" Jawab Rich.
"Hish!!! Dasar kau cucu tidak berguna!!! Kalau bukan karena kau cucu ku satu-satunya sudah dari dulu kau ku buang ke Sungai Amazone, biar jadi santapan penghuni Sungai Amazone." Geram Tuan Gentala sambil menjewer telinga Rich.
"Aaakh.. ampun Kek, ampun." Teriak Rich kesakitan.
Tuan Gentala pun melepaskan jewerannya di telinga Rich.
"Sekarang kau mandi. Kakek tunggu kau di ruang makan." Ucap Tuan Gentala.
Berhubung sekarang sudah menunjukkan pukul satu siang dan sudah lewat jam makan siang, jadi Tuan Gentala memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum menyidang cucu semata wayangnya itu.
Tuan Gentala pun keluar dari dalam kamar Rich dan turun ke lantai bawah.
"Haish!!! Sudah tua juga tenaganya masih kuat sekali!!! Sakit sekali geplakan dan jewerannya." Lirih Rich setelah sang Kakek keluar dari dalam kamarnya.
"Tapi ngomong-ngomong, kok bisa gue ada disini? Bukannya gue ada di Vanice?" Gumam Rich.
Rich pun mengajak otaknya berpikir untuk mengulang memori yang ada sebelumnya.
"Sial!!! Harusnya malam itu aku tidak mabuk!! Jadi berakhir disini aku kan!!" Umpat Rich saat ia mengingat kejadian sewaktu di night club.
"Aaargh..." teriak Rich sambil menjambak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak frustasi, kalau sudah ada di Indonesia dan berada dekat dengan sang Kakek, itu sama saja dirinya tidak bisa lagi mengembara kemana-mana.
"Akh ya sudah lah, sekarang lebih baik mengikuti apa maunya si Tua Bangka itu, nanti kalau si Tua Bangka itu sudah lengah, baru aku kabur lagi." Ucap Rich pasrah.
"Siapa juga yang mau terpenjara dalam pekerjaan yang tak ada habis-habisnya." Kata Rich lagi.
Rich pun beranjak dari atas ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Ia pun cepat-cepat membersihkan tubuhnya, sebelum sang Kakek menyuruh orang untuk menyeretnya dari dalam kamar mandi.
💋💋💋
Sepuluh menit kemudian.
Dengan rambut yang masih setengah basah dan hanya dengan menggunakan celana boxer sedangkan kaos oblongnya ia tenteng di tangannya, Rich keluar dari dalam kamarnya lalu turun ke lantai bawah. Sesampainya di lantai bawah, ia langsung berjalan menuju ruang makan.
"Uhuuuk... uhuuk..." Tiba-tiba saja Tuan Gentala tersedak makanan yang ada di dalam mulutnya karena melihat penampilan Rich yang hanya menggunakan boxer pendek dan tanpa menggunakan kaos.
Melihat Kakeknya tersedak, Rich pun berlari mendekati Kakeknya dan mengambil air minum lalu memberikannya pada sang Kakek.
Tuan Gentala pun menerima air yang Rich berikan padanya lalu menenggaknya sampai habis.
"Makanya kalau makan tuh pelan-pelan Kek." Ucap Rich sambil menepuk pelan punggung sang Kakek.
"Haish!!! Minggir kau!!" Tuan Gentala menghempas tangan Rich dari punggungnya.
"Kakek tersedak juga gara-gara kau!!" Omel Tuan Gentala.
"Kok Rich sih? Rich salah apalagi coba?"
"Siapa suruh kau hanya memakai boxer dan tidak memakai baju mu!! Sudah boxernya bunga-bunga lagi!!!" Balas Tuan Gentala.
"Wah.. jangan anggap remeh Kakek!! Walau motifnya bunga-bunga, tapi ini pemberian dari Pak RT di Hawai." Balas Rich dengan bangganya.
PLAAK. Tuan Gentala refkeks memukul kepala Rich.
"Mana ada Pak RT di Hawai!!" Ucap Tuan Gentala.
"Cepat kau makan!! Ada yang harus kita bicarakan berdua." Ucap Tuan Gentala lagi dengan tatapan tajam.
Rich pun menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya.
"Huh, paling juga mau membahas soal pekerjaan." Gumam Rich dalam hati.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!