🌻🌻🌻🌻🌻
Qiara baru saja tiba di Bandara bersama salah satu teman dekatnya dari Negara asing, mereka berjalan menuju salah satu mobil sedan warna putih yang terparkir indah di area parkiran dekat Bandara.
Hari masih pagi, kedua gadis dengan karakter berbeda itu malah menjadi pusat perhatian beberapa penumpang.
Qiara yang terbiasa mengenakan masker kemanapun dia pergi sedikit mengundang rasa penasaran orang-orang yang memperhatikannya.
Lama tidak pulang ke Negara asal, membuatnya terlihat lebih dewasa dan tentunya semakin cantik dan mempesona. Belum lagi tatapan mata indahnya seolah menghipnotis siapa saja yang menatapnya.
Dengan gerakan santai Qiara membuka masker yang menutupi sebagian wajah cantiknya, rambut panjang yang semula tergerai indah kini diikat menjadi satu.
"Habis dari sini kita mau kemana dulu?" tanya seorang gadis bernama Neta, setelah keduanya sudah masuk ke dalam mobil.
Qiara menoleh ke arah samping di mana Neta tengah asyik memainkan ponsel mahal keluaran terbaru.
"Sahabat aku tadi kirim pesan, kita kesana dulu sebelum pulang ke rumah." Jawabnya pelan tidak lupa tersenyum sangat manis
Terbiasa bersikap ramah dan selalu sopan terhadap lawan bicara membuat Qiara sangat disukai banyak orang, tidak jarang banyak pria yang bukan hanya di lihat dari parasnya yang tampan, tetapi juga memiliki status yang tinggi berlomba-lomba ingin menjadi pasangan Qiara.
Akan tetapi, tidak ada satu pun yang mampu menaklukkan seorang Qiara yang notabene nya sangat pemilih dalam hal apapun itu termasuk pasangan hidup.
...***...
Mobil yang membawa kedua gadis tersebut melesat dengan kecepatan sedang menuju tempat yang dimaksud Qiara.
Dalam perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam, digunakan Qiara dan Neta untuk istirahat sejenak menghilangkan rasa lelah akibat terlalu lama berada dalam pesawat.
Satu jam kemudian, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, yaitu kediaman milik sahabat Qiara.
"Makasih ya, Pak." Ucap Qiara sopan, segera turun dari mobil bersama Neta.
Keduanya melangkah masuk ke dalam rumah besar dan mewah berlantai tiga tersebut.
Beberapa pelayan terlihat begitu antusias menyambut kedatangan dua gadis yang satunya sudah pasti mereka kenal.
"Nyonya muda ada di kamar, Nona Qiara bisa langsung menemui beliau di lantai paling atas." Ucap Bibi pelayan memberitahu di mana keberadaan sahabat Qiara
"Makasih ya, Bi." Balas Qiara sembari tersenyum manis
Gadis cantik itu mengajak Neta ikut bersamanya ke lantai tiga dimana sang sahabat berada, tidak adanya lift yang bisa digunakan agar lebih cepat sampai, membuat Qiara dan Neta kelelahan manapaki anak tangga satu demi satu.
"Rumah sebesar ini kenapa tidak pakai lift sih?" kesal Qiara merasa lelah.
"Yang punya rumah lagi kere kali," kekeh Neta menjawab asal.
...****...
##Lantai Tiga
.
.
.
Tok tok tok
Qiara mengetuk pintu kamar dengan pelan, takut jangan sampai mengganggu ketenangan orang lain.
"Masuk!" sahut seorang wanita dari dalam kamar.
Tanpa menunggu lama lagi, kedua gadis tersebut bergegas masuk setelah dipersilahkan sang pemilik kamar.
Ceklek!
Pintu kamar dibuka Qiara secara perlahan, ketika masuk wajah cantik milik sang sahabat lah yang pertama kali dilihatnya.
"Aaa, sumpah demi apa? Aku kangen banget," teriak Qiara begitu nyaring sembari berlari pelan ke arah wanita yang masih berada di atas tempat tidur.
Drama peluk cium selalu menjadi kebiasaan mereka ketika bertemu, hal yang sama juga dilakukan oleh Neta pada sahabat teman dekat selama di Negara asal tersebut.
"Salam kenal ya, Neta." Seru gadis cantik yang masih begitu setia duduk manis di atas tempat tidur.
"Bagaimana kabar mu? Lima tahun tidak bertemu kenapa kamu terlihat semakin kurus?" tanya Qiara heran, sambil memperhatikan bentuk tubuh sahabatnya yang kelihatan jauh berbeda.
Sementara wanita yang biasa dipanggil Sandra itu, hanya diam dan tersenyum kecut.
Neta sampai menyenggol lengan Qiara, seolah meminta agar temannya tidak banyak bertanya apalagi sampai salah bicara.
"Jangan dimasukin dalam hati ya, Qiara kalau ngomong kadang lupa disaring dulu." Ucap Neta berusaha mencairkan suasana yang berubah aneh
"Aku ngga apa-apa kok, Taa. Sudah biasa dengan mulutnya," kekeh Sandra yang sejujurnya ada rasa sakit menyelimuti hatinya.
Sandra tahu, sampai kapanpun dia takan bisa membohongi Qiara. Memiliki sahabat seperti saudara kandung tentu Sandra merasa paling beruntung.
Lima tahun ditinggal menimbah ilmu sang sahabat, nyatanya mampu merubah hidup Sandra 180 derajat.
Jauh dari orang yang paling berarti dalam hidupnya, menjadikan Sandra seperti hidup segan matipun tak mau.
🪻
Sedang asyik mengobrol berbagai macam cerita mulai dari awal berpisah sampai mereka kembali dipertemukan, netra indah Neta tidak sengaja melihat sosok kecil tampan dan menggemaskan terlihat diam berdiri di ambang pintu kamar milik Sandra.
Neta langsung menyentuh tangan Qiara agar menoleh ke arahnya, saat Qiara menoleh dengan cepat Neta memberikan isyarat mata ke arah pintu kamar.
DEG!
Detik itu juga air mata Qiara jatuh mengalir tanpa ada yang memintanya, sosok kecil yang dilihatnya sekarang begitu memprihatinkan.
Wajah tampan si kecil yang terlihat muram, tatapan mata indah warna cokelat milik anak itu seakan kosong, tubuh tingginya yang sedikit kurus, serta rambutnya yang berantakan, sangat jelas jika ada yang tidak beres dengan semua ini.
"Baby," lirih Qiara menoleh ke arah Sandra yang hanya diam saja tanpa sepatah kata pun.
Masih dalam keadaan kaki bergetar kuat, Qiara berusaha mendekati si kecil tampan yang masih setia berdiri di depan pintu kamar.
"Hay," sapa Qiara lembut berusaha menahan sesak dalam dadanya.
Tidak tahu mengapa hatinya tiba-tiba saja merasakan sakit luar biasa.
"Siapa namamu, tampan?" lanjutnya bertanya tidak lupa tersenyum sangat manis.
Sementara anak kecil itu menatap intens wajah cantik Qiara lumayan lama, seakan bertanya siapa gadis cantik yang berada dihadapannya saat ini.
Sandra yang melihat itu semua sontak buka suara, apa yang dikatakan Sandra mampu mengejutkan dua gadis cantik yang tidak mengerti maksud dari ucapan Sandra.
"Itu Mommy, sayang." Sahut Sandra dengan santai tanpa ada beban
Mata Qiara sontak membulat sempurna, belum sempat dia menyela kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya barusan, anak tampan yang sempat bingung melihat Qiara tadi, justru malah memanggil Qiara dengan sebutan yang diucapkan Sandra.
"Mommy ... " panggilnya dengan nada pelan dan menggemaskan.
Jantung Qiara berdegup kencang mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan Mommy oleh anak kecil yang baru pertama kali dia temui.
Qiara menggeleng pelan tidak percaya, berulang kali dia meminta penjelasan pada Sandra.
Akan tetapi, wanita itu justru memilih diam tanpa ada niat untuk menjawab.
Sebenarnya ada apa ini? Niat Qiara kembali pulang ke Negara asal selain untuk menemui sang sahabat, dia berencana akan mencari pekerjaan yang baik di kota kelahirannya.
Siapa yang mengira bila akan ada hari ini dalam hidup Qiara, diamnya sang sahabat membuat Qiara kecewa dan marah.
##
Apa yang terjadi padamu selama aku tidak ada? Sikap diam mu seolah menjadi teka teki yang harus aku pecahkan, kamu telah menikah sekarang. Namun wajahmu tidak menggambarkan seolah kehidupan rumah tanggamu bahagia, apa aku yang salah atau ada sesuatu yang tidak pernah kamu katakan padaku? Kamu sungguh berbeda, bukan lagi sosok yang dulu aku kenal.
Tatapan matamu seolah kosong, lidahmu seakan sulit berbicara jujur, ada apa dengan mu? Siapa aku dalam hidup mu bila semuanya kamu tutupi dengan begitu rapat.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
🌻🌻🌻🌻🌻
Qiara sangat syok dengan semua yang terjadi barusan, diamnya sang sahabat mampu menguji sisi kesabaran Qiara.
"Jika kamu hanya diam saja bagai orang bisu, bagaimana aku bisa tahu apa yang terjadi padamu." Sentak Qiara mulai tersulut emosi
"Apa yang ada dalam otakmu itu, Sandra? Dengan begitu tega menjauhi anak kandung mu sendiri, ha?" lanjutnya tanpa peduli wajah Sandra kini di penuhi air mata.
Neta yang tidak tahu masalah antara temannya dan Sandra, memilih diam mendengarkan tanpa berniat ikut campur.
"Bicara Sandra! Jangan hanya diam tanpa mengatakan apapun, tangisan mu tidak berarti sekarang. Yang aku ingin adalah sebuah jawaban, aku butuh penjelasan dari mulutmu itu." Sosor Qiara lagi berharap kali ini sahabatnya mau berbicara
Beruntung anak kecil yang sempat memanggil Mommy pada Qiara tadi, sudah dibawa pergi oleh pengasuh, sehingga apa yang terjadi dalam kamar tidak dapat dilihat anak itu.
...***...
Masih dengan posisi yang sama, di mana Sandra masih belum berani bicara apapun.
Dia hanya menangis dan terus menangis tanpa henti, membuat dada Qiara bergemuruh hebat ingin rasanya berteriak.
Qiara terbilang bukan gadis yang mudah sabar terus menerus bila mengatasi orang seperti Sandra, apapun yang terjadi Qiara akan mudah marah dan berkata kasar.
"Baiklah, jika kamu tidak mau bicara juga lebih baik aku pergi." Ancam Qiara tidak main-main
"Ayo, Neta. Kita pulang sekarang!" tambahnya segera bangkit dari tempat duduk.
Baru saja kedua gadis itu ingin keluar dari kamar, Sandra justru memanggil Qiara dan memohon agar sahabatnya dan Neta tidak pergi.
"Jangan membuat ku berada dalam pilihan yang sulit Qia," tangis Sandra kembali pecah seolah menahan rasa sakit di dalam hatinya.
Bukan Qiara namanya jika tidak bisa mengatasi sikap sang sahabat, apalagi ini bukan kali pertama terjadi.
Neta sampai menggelengkan kepalanya tidak percaya, ternyata beginilah sikap Qiara yang sesungguhnya.
"Kamu benar-benar gila, Qia." Gumam Neta sebenarnya masih bisa di dengar oleh Qiara
"Dan kamu baru tahu itu, sayang." Kekeh Qiara mengedipkan satu matanya
.
.
Sandra akhirnya mulai bicara, dia menceritakan bagaimana awal mula terjadi pernikahan sampai sekarang mempunyai satu orang putra kecil sangat tampan.
Semua berawal dari kegilaan kedua orangtua Sandra, yang menjodohkan satu-satunya putri mereka pada keluarga ternama di Negara tersebut.
Sandra yang di paksa menikah hanya demi mendapatkan posisi terbaik di kalangan para pengusaha, sikap serakah yang dimiliki oleh kedua orangtua Sandra mampu menjerumuskannya ke lubang yang gelap tanpa adanya cahaya.
"Aku terpaksa, Qia. Semua yang terjadi berjalan sesuai keinginan orang tuaku, tidak ada yang tahu bagaimana aku menjalani hari-hariku selama disini."
"Aku kesepian, aku bagaikan istri yang tidak di anggap keberadaannya, bahkan anakku sendiri tidak di izinkan mendekati ku, setiap malam aku menangis meratapi nasib yang begitu tega padaku, Qia."
"Aku capek, Qia. Jika boleh memilih aku ingin mati saja daripada harus bertahan hidup dengan orang yang tidak sama sekali menganggap aku ada."
Sandra terus mengeluarkan semua isi hatinya yang di pendam selama ini.
Adapun Qiara sangat terpukul mendengar cerita yang keluar dari mulut sahabatnya tersebut.
Hati sahabat mana yang tidak akan merasakan sakit bila selama ini yang ada dalam pikiran Qiara semua baik-baik saja, nyatanya kenyataan pahitlah yang harus di dengarnya.
Selama ini keluarga suami dari Sandra, memperlakukan Sandra bagaikan orang asing. Menjadi bagian dari keluarga tersebut rupanya tidak merubah apapun, kedua mertuanya menganggap Sandra hanyalah wanita yang menginginkan kekuasaan dan kedudukan yang layak.
Itu sebabnya selama menikah Sandra tidak di perlakukan dengan baik, entah itu dari suaminya maupun kedua mertuanya.
...***...
Sedang asik-asiknya bicara, tiba-tiba Qiara kembali mendengar suara anak kecil memanggilnya dengan sebutan Mommy.
Sandra memang sengaja mengatakan jika Qiara adalah Mommy dari anaknya sendiri, apapun tujuannya yang pasti semua demi kebaikan anaknya.
"Mommy ..."
Suara kecil dan lembut itu kembali di dengar Qiara, tidak tega melihat wajah murung anak dari sahabatnya dengan cepat Qiara menghampiri anak itu.
"Ada apa, sayang? Kok tidak tidur siang?" tanya Qiara seraya duduk berjongkok di depan anak itu.
"Mau Mommy!" jawabnya lantang dengan mata berkaca-kaca.
Ingin rasanya Qiara berteriak sekuat-kuatnya, apa masih ada orang dengan tidak berperasaan memisahkan seorang anak dari ibunya sendiri.
Kehidupan macam apa ini, kenapa masih ada orang yang tidak memiliki hati nurani. Jerit Qiara dalam hati
Sebelum membawa anak itu dalam gendongannya, Qiara masih sempat menoleh ke arah Sandra yang hanya bisa menangis dalam diam.
Dalam hati Qiara bersumpah, apapun yang terjadi dia akan mencari keadilan untuk sahabat dan anak itu.
.
.
Beberapa pasang mata melihat Qiara berjalan pelan menuju kamar yang sudah di beri tahu Bibi pelayan, mereka berbisik pelan entah apa yang di bicarakan.
"Ini kamar Tuan muda kecil," ucap Bibi pelayan mempersilahkan gadis cantik itu masuk dengan anak kecil dalam gendongannya.
Qiara hanya mengangguk paham, dia meminta agar wanita itu segera pergi meninggalkan mereka.
"Mommy bantu Erzhan mandi ya, bau Mommy ngga kuat." Kekeh Qiara pura-pura menutup hidungnya
Beberapa menit yang lalu Qiara mengetahui siapa nama anak kecil nan tampan milik sahabatnya itu, nama yang menurutnya sangat bagus.
"Iyakah?" sahut sang Tuan muda kecil sedikit bingung.
Tatapan matanya seolah memancarkan binar kebahagiaan yang baru saja di dapat, tentunya itu berasal dari seorang gadis yang baru saja anak itu temui.
"Iya sayang, jadi harus mandi biar baunya hilang. Ok, handsome?" kekeh Qiara begitu gemas pada putra satu-satunya milik Sandra tersebut.
"Ok, Mommy." Teriak Erzhan kegirangan
Dengan langkah kaki pelan keduanya memasuki area kamar mandi yang serba lengkap.
Qiara begitu telaten mengurus anak dari sahabatnya itu sampai wangi dan rapih, semua dilakukannya dengan sepenuh hati tanpa adanya paksaan.
Seperti ada ikatan bathin antara dirinya dengan anak itu.
Usai memandikan Erzhan, memotong rapih rambutnya, membersihkan jari kuku bagian kaki sampai tangan, serta membersihkan lainnya.
Qiara bersiap keluar dari dalam kamar milik putra Sandra tersebut, setelah dilihat Erzhan sudah terlelap dengan tenang di atas tempat tidur.
"Mommy keluar dulu ya sayang," bisik pelan Qiara tidak lupa memberikan ciuman penuh kasih sayang di kedua bagian pipi anak tampan itu.
Di rasa aman barulah Qiara melangkah pelan menuju arah pintu kamar, dia harus segera kembali lagi ke kamar milik sahabatnya.
Ceklek!
"Kemana pelayan itu?" gumamnya pelan bertanya pada diri sendiri.
Sebelumnya di depan kamar masih ada dua orang pelayan yang setia menunggu gadis cantik itu selesai mengurus sang Tuan muda.
Baru saja ingin melangkah keluar dari kamar milik si kecil, tanpa sengaja netra indah Qiara justru bertemu dengan mata elang milik seorang pria tampan.
"Sedang apa kamu di dalam kamar putra ku?"
...🍃🍃🍃🍃🍃...
🌻🌻🌻🌻🌻
Qiara hampir saja terjatuh ke lantai, andai kedua tangan kekar milik pria tampan itu tidak cepat menangkap tubuh langsingnya.
"Apa kamu jalan tidak pakai mata?"
Suara bariton milik seorang pria dingin dan angkuh tersebut menggema ke seluruh lantai dua.
Beberapa pelayan yang tidak sengaja melihat sang Tuan muda dengan seorang gadis cantik sudah mereka kenal sampai menutup mulut agar tidak berteriak.
"Ya ampun itu Tuan muda baru saja tiba."
"Bisa bahaya kalau sampai nona Qiara kena marah."
"Kita berdoa saja semoga Tuan muda tidak sampai memarahi nona Qiara."
Beberapa pelayan tersebut sampai berbisik-bisik membicarakan Qiara yang tidak sengaja bertemu sang majikan.
Sementara di depan pintu kamar milik putra Sandra, tampak Qiara hanya menatap bingung ke arah pria yang baru saja memarahinya.
Rupanya Qiara terpesona sesaat, wajah tampan yang penuh karisma, rahang yang tegas, hidung yang mancung bak perosotan, bibir tipis kemerahan, warna mata seperti milik Erzhan, alis yang tebal serta bulu mata yang panjang.
Benar-benar sempurna menurut Qiara, tidak tahu dari mana datangnya keberanian Qiara sampai nekat menyentuh wajah tampan milik pria tersebut.
"Singkirkan tanganmu segera!" titah sang Tuan muda terkesan dingin.
Namun, sepertinya Qiara mendadak tuli. Pesona yang dimiliki sang Tuan muda mampu membawa Qiara terbang jauh ke atas langit ke tujuh.
"Apa kamu tuli?" geram pria tampan tersebut masih bersikap tenang.
Lama kelamaan akhirnya pria itu tidak tahan lagi dengan tingkah aneh Qiara, dengan cepat ia menyingkirkan jemari lentik tanpa luka milik gadis itu dari wajahnya.
Lagi-lagi Qiara melakukan hal yang sama, jika tadi hanya satu tangannya yang menyentuh wajah sang Tuan muda, kali ini justru kedua tangannya melekat sempurna di wajah tampan pria itu.
Pukk!
"Kenapa pelit sekali, aku hanya menyentuhnya bukan ingin memilikinya." Kesal Qiara tidak terima kesenangannya di ganggu
Gadis cantik itu tidak tahu jika sosok pria tampan yang kini berdiri tegak di hadapannya adalah pemilik rumah yang di tempati oleh sahabatnya.
"Tapi, kalau dimiliki juga kayaknya bagus tuh. Sayang kan, wajah setampan ini di sia-siakan." Sorak Qiara heboh sambil bertepuk tangan gembira
Qiara tidak tahu dengan siapa dia berhadapan sekarang, pria tampan yang membuatnya terpesona sesaat adalah suami dari wanita yang kini tengah menangis pilu di dalam kamar.
...***...
Masih dengan posisi yang sama dimana tangan Qiara begitu asyik melekat indah di wajah tampan pria itu, membuat Qiara lama kelamaan akhirnya tersadar juga dengan apa yang baru saja dia perbuat.
Astaga Qiara, kenapa kamu membawa kebiasaan burukmu sampai sini, sih. Teriak frustasi Qiara dalam hati
Tangannya yang semula bertengger indah di wajah tampan milik suami dari sahabatnya itu, segera diturunkan dan di sembunyikan.
Melihat tingkah lucu Qiara yang begitu menggemaskan ketika ketahuan berbuat salah, refleks sang Tuan muda tertawa geli.
"Astaga dari mana gadis menggemaskan ini datang," gumam pria tampan itu seraya menatap intens wajah cantik milik Qiara.
Tidak ingin menerka-nerka sang pemilik rumah pada akhirnya memilih pergi meninggalkan Qiara yang kebingungan.
"Lah kok malah pergi sih?" kesal Qiara masih belum puas menatap wajah tampan milik suami dari sahabatnya itu.
Sementara dari arah tangga, Neta buru-buru menghampiri Qiara yang masih berdiri kaku di depan kamar milik Tuan muda kecil, Erzhan.
"Qia sadar! Ngapain kamu malah berdiam diri di sini coba." Seru Neta lumayan kuat begitu khawatir sampai menepuk keras bahu Qiara
Beruntung gadis cantik itu cepat sadar, Neta segera membawa Qiara pergi meninggalkan kediaman milik Sandra tanpa berpamitan terlebih dahulu.
"Gue ngga nyangka kedatangan kita ke sini justru membuat lo malah jadi pusat perhatian mereka," ucap Neta mulai mengoceh selama perjalanan menuju pintu keluar rumah.
Rasa takut yang Neta miliki jauh lebih besar di bandingkan memilih berlama-lama di rumah besar yang tidak ada tanda-tanda kehidupan tersebut.
Selama perjalanan pulang ke rumah, senyum manis tidak pernah lepas dari bibir mungil Qiara. Apapun yang terjadi di rumah Sandra, yang jelas Neta akan membuat temannya itu buka suara setelah sampai di rumah nanti.
.
.
Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit mobil sudah sampai di depan rumah berlantai dua milik Qiara.
Cepat-cepat Neta menarik keluar lengan Qiara turun dari mobil, semua barang-barang ikut di bawa masuk sang sopir ke dalam rumah.
Keduanya menuju ruang tengah lalu duduk di sana, ada banyak yang ingin mereka bicarakan kembali.
Neta sampai memijat pelan pangkal hidungnya yang mancung berulang kali saking stres melihat tingkah laku Qiara, mulai dari masuk rumah beberapa menit yang lalu senyum gadis itu belum juga hilang sejak masih berada dalam mobil.
"Jangan bilang kalau gadis gila ini sudah bertemu dengan suami dari Sandra," tebak Neta seraya terus memperhatikan gerak gerik Qiara.
Jika benar dugaannya, maka bisa di pastikan akan ada perang dunia ke sepuluh antara Sandra dan Qiara nantinya.
Hanya cukup dengan membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Neta meremang, penyakit mata keranjang Qiara sejak tinggal di Negara asing memang tidak bisa di obati.
Qiara akan menggila bila melihat yang tampan-tampan dan memiliki postur tubuh yang indah, tidak heran jika pertemuannya dengan pemilik rumah tempat di mana sang sahabat berada membuat seorang Qiara terpesona setengah mati.
Kebiasaan aneh yang pada akhirnya terbawa juga sampai di Negara sendiri, beruntung Qiara terlahir dengan wajah cantik dan juga sempurna. Kalau tidak, mungkin Qiara akan menjadi bahan bullyan orang-orang.
...***...
Usai makan malam, Neta mengajak Qiara mengobrol di ruang TV. Rasa penasaran dan ingin tahunya begitu besar, malam ini Neta harus mendapatkan jawaban yang memuaskan.
"Qia," panggil Neta pelan.
"Iya, ada apa?" sahut Qiara dengan mata tetap fokus menonton siaran TV kesukaannya.
"Kamu tadi bertemu dengan suami dari Sandra atau tidak?" tanya Neta langsung sengaja memancing.
Qiara diam sejenak sebelum menjawab, bayangan dimana dia bertemu dengan seorang pria tampan yang matanya begitu mirip dengan Erzhan kembali terekam.
Yang membuat Qiara malu bukan karena ketahuan habis dari kamar Erzhan, melainkan saat dimana tangannya begitu berani menyentuh wajah itu.
Betapa bodohnya Qiara sampai berbuat nekat, mau di taru kemana mukanya kalau sampai bertemu kembali dengan pria tampan tersebut.
"Aku benar-benar akan gila, Neta." Teriak histeris Qiara tidak peduli dengan tatapan bingung beberapa pelayan yang melihatnya
"Tangan ini sudah lancang, huhu." Tambahnya
"Memangnya apa yang kamu lakukan?" tanya Neta begitu penasaran apa yang sebenarnya di lakukan gadis cantik itu.
"Aku, aku, huaaaa. Aku dengan berani menyentuh wajahnya tanpa rasa malu sedikit pun." Jawab jujur Qiara setengah berteriak
Rasanya jantung Neta ingin melompat dari tempatnya, mendengar cerita konyol dari Qiara.
Baru pertama kali bertemu dengan sosok yang jelas milik wanita lain, sudah membuat Qiara seperti orang bodoh.
"Benar-benar tidak habis pikir, kamu menjadi tidak waras setiap kali melihat pria tampan."
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!