"Aku menolak!!"
Gadis itu berdiri dari duduknya setelah melayangkan sebuah penolakan pada rencana perjodohan yang di berikan oleh kedua orang tuanya. Luna menyambar tasnya dan pergi begitu saja.
"Luna, tunggu." Seru Tuan William namun di hiraukan oleh putrinya.
"Paman, biar aku saja yang mengejarnya."
"Delon, tolong bawah Luna kembali, Nak.'
"Pasti, Paman."
Delon segera mengejar Luna yang berlari keluar restoran. Delon tidak bisa membiarkan Luna pergi. Sejak awal ia sudah mencintai Luna dan Delon ingin menjadikan gadis itu sebagai miliknya.
Jika Luna tidak ingin menikah dalam waktu dekat, bagi Delon itu tidaklah masalah. Mereka bisa bertunangan terlebih dulu dan soal pernikahan mereka bisa membahasnya nanti, setidaknya sampai Luna lulus kuliah.
Luna sendiri adalah tipe gadis yang menyukai kebebasan dan benci di kekang. Luna merupakan putri tunggal dalam keluarga William. Tahun ini usianya baru 20 tahun. Itulah alasan utama kenapa dia menolak perjodohan itu.
Luna masih ingin kuliah dan menikmati masa mudanya. Lagipula ia tidak pernah menyukai Delon, pemuda seperti Delon bukanlah tipenya. Dan Luna hanya akan menikah dengan pria yang dia cintai.
Bisa di bilang jika Luna memiliki hidup yang lumayan rumit. Ibunya meninggal ketika Luna berusia sepuluh tahun. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan adik kembar ibunya. Sejak awal Luna menentang keras pernikahan mereka dan dia menolak memiliki ibu tiri meskipun orang itu adalah bibinya sendiri.
"Luna, tunggu...!!" Seru Delon namun tak di indahkan oleh Luna. Luna menghentikan taksi yang melintas di depannya. Dan taksi itu langsung melesat jauh membelah jalanan kota yang padat kendaraan.
-
"Tuan, Zhao. Tolong ampuni saya."
Pria bermarga Zhao itu hanya menatap datar pria yang sedang berlutut di depannya itu. Wajah dan tubuhnya babak belur dan penuh luka. Entah sudah berapa banyak pukulan dan siksaan yang telah terima.
"Aku paling benci penghianatan. Dan hukuman paling tepat untuk seorang penghianat adalah kematian!!"
"Sa-saya mohon, Tuan. Beri saya satu kesempatan lagi. Saya berjanji tidak akan menghianati Anda lagi." Pria itu terus menggosokkan kedua tangannya di depan pria.
"Terlambat,"
Tubuh itu ambruk seketika setelah satu timah panas menembus kepalanya. Ken tak segan-segan menghabisi siapa pun yang berani membuat masalah dengannya. Dan harga mahal untuk sebuah penghianatan adalah kematian.
Ken sendiri adalah pria berdarah China yang menetap di Korea. Mungkin orang tidak akan percaya jika Ken adalah pria berdarah dingin yang tidak pernah menggunakan hati nuraninya.
Ken memiliki wajah yang bisa di bilang unik. Dia terlihat tampan namun juga cantik di waktu yang berbeda. Dia adalah CEO dan pewaris tunggal Zhou Empire.
Ken tak akan segan-segan menyingkirkan siapapun yang berani menghalangi jalannya. Dan harga mahal yang harus di bayar seorang penghianat adalah kematian.
"Urus mayat ini." Ucap Ken dan pergi begitu saja.
"Baik, Tuan."
-
Luna tiba di club' malam yang terletak di pusat kota. Gadis itu segera turun dan masuk ke dalam setelah menunjukkan identitas dirinya pada pria bertubuh besar yang berjaga di depan pintu.
"Nona Muda, kau datang lagi. Kali ini apa lagi yang membuatmu datang ke mari?" Tanya si bartender menyambut kedatangan Luna.
"Bukan urusanmu!! Berikan aku yang seperti biasa."
"Segera datang.'
Bisa di bilang jika Luna adalah seorang pelanggan setia club' malam tersebut. Setiap ada masalah pasti dia selalu datang ke sana untuk menenangkan pikiran dan pulang ketika menjelang pagi.
Bunyi ponsel yang berdering membuatnya menoleh ke arah suara berasal. Nama yang terpampang di layar ponsel membuat Luna mendesah berat.
Luna terus membiarkan ponselnya terus berdering. Hingga akhirnya dering ponsel itu berhenti, dengan cepat ia meraih ponsel itu dan mematikannya. Luna tidak ingin di ganggu untuk saat ini.
Luna meraih gelasnya lalu meneguk minumannya hingga tandas tak tersisa. Mengkonsumsi minuman beralkohol memang menjadi cara terjitu untuk pengalihan permasalahannya kali ini. Dan bar adalah satu-satunya tempat yang paling tepat untuk ia kunjungi saat ini.
"Berikan satu gelas lagi untukku." Pinta Luna pada bartender yang berdiri di balik bar stool.
"Aku harap ini gelas terakhirmu, Nona Muda. Kau sudah hampir mabuk,"
"Kau terlalu berisik, Paman!!"
Luna menyapukan pandangannya. Sejauh ini tak ada yang menarik di matanya. Semua terlihat sama, pemandangan mengerikan yang hampir ia lihat setiap harinya. Di mana para hidung belang sedang bercinta dengan wanita sewaan mereka di sudut-sudut gelap dan bercahaya remang.
Luna merasa mual, dia ingin muntah melihat apa yang tengah mereka lakukan. Luna menjatuhkan kepalanya yang mulai memberat pada meja bar, pandangannya masih menyapu ke segala penjuru arah dan mutiara hazel nya memindai apa yang ada di sekitarnya satu persatu. Lagi-lagi tidak ada yang menarik.
Sampai akhirnya pandangan Luna berhenti di satu titik. "Omo!! Siapa dia? Aku belum pernah melihat pria berwajah tampan dan cantik seperti itu. Apakah dia pelanggan baru di sini?" Luna mengangkat kepalanya dan menatap bartender dihadapannya.
Bar tender bernama Sammy itu kemudian mengikuti arah tunjuk Luna dan mendesah berat. "Ternyata matamu sangat jelih, Nona Muda. Namanya Ken Zhao, dia adalah pemilik Zhao Empire. Dan dia adalah pelanggan tetap di bar ini." Tutur Sammy menjelaskan.
"Zhao, sepertinya bukan warga pribumi. Apa dia berkebangsaan China?" Tanya Luna penasaran.
"Begitulah yang aku dengar, tapi dia sudah lama menetap di Korea."
"Ahhh, begitu. Dia sangat tampan tapi juga terlihat cantik. Ini akan sangat menarik." Luna meraih gelasnya yang ada di atas meja dan membawanya menuju tempat di mana pria bermarga Zhao itu berada.
Luna menghampiri Ken dengan langkah sedikit sempoyongan. Gadis itu mulai mabuk, tanpa mengatakan apapun, Luna langsung duduk di atas pangkuan Ken. Dan apa yang Luna lakukan tentu membuat Ken terkejut bukan main.
"Apa-apaan kau ini. Turun dari pangkuanku sekarang juga!!" Pinta Ken menuntut.
Luna menggeleng. "Aku tidak mau!!" Gadis itu mengalungkan kedua tangannya pada leher Ken lalu mencium bibir kiss ablenya dengan keras.
Aroma tembakau yang bercampur dengan aroma alkohol membuat Luna semakin pusing. Gadis itu melepaskan tautannya dan menatap dalam manik mata pria dihadapannya.
"Paman, menikahlah denganku. Aku akan membayarmu dengan harga tinggi." Ucap Luna sambil mengunci Biner mata milik Ken.
"Jika aku menolak bagaimana?"
"Maka aku akan memaksamu!! Kau adalah pria tertampan dan tercantik yang pernah aku temui dalam hidupku. Dan aku akan melakukan apapun supaya kau mau menikah denganku!!" Jawab Luna menegaskan.
"Pulanglah, tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk anak kuliahan sepertimu!!"
"Aku tidak mau!! Aku..." Luna jatuh tak sadarkan diri pelukan Ken.
Ken mendengus berat. Sepertinya wanita muda ini sedang mabuk berat. Pikirnya.
Awalnya Ken berniat mengabaikan Luna dan meninggalkannya. Tapi ia merasa tidak tega. Entah kenapa hati kecilnya malah melarangnya untuk meninggalkan gadis itu. Dan akhirnya Ken memutuskan untuk membawa gadis cantik itu ke hotel.
.
Ken menurunkan Luna dan membaringkannya secara perlahan dan hati-hati. Karena tidak tau di mana tempat tinggal gadis itu, akhirnya Ken memutuskan untuk membawanya ke hotel.
Diamatinya wajah Luna yang sedang tertidur pulas. Mulai dari mata, hidung sampai bibir. Luna begitu cantik dan penuh pesona. Wajahnya terlihat polos seperti anak kecil.
Ken menarik sudut bibirnya dan tersenyum tipis. Ini pertama kalinya Ken bisa bersikap selembut itu pada mahluk yang di sebut wanita.
"Kau sudah membuat kesalahan yang sangat besar, Nona Muda. Aku tidak akan melepaskanmu meskipun kau memohon!!"
Kemudian Ken beranjak dari samping Luna dan pergi begitu saja. Ken berjalan ke arah kamar mandi. Sekujur tubuhnya terasa lengket semua. Ia perlu mandi dan mengganti pakaiannya, tubuhnya benar-benar terasa tidak nyaman.
-
Bersambung.
"Kkkyyyaaaa!!!"
Luna berteriak sekencang-kencangnya ketika membuka matanya dan mendapati keberadaan seorang pria asing tidur di ranjang yang sama dengannya.
Apa gadis itu terkejut? Tentu saja. Luna terkejut bukan main. Dan teriakan histeris Luna berhasil membangunkan pria tersebut yang pastinya adalah Ken.
"Hn, kau sudah bangun." Ucap Ken dengan santainya.
"Si-Siapa kau? Da-dan kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Luna meminta penjelasan.
"Sepertinya kau tidak mengingat apapun yang terjadi semalam." Ken menyibak selimut yang membungkus setengah tubuhnya lalu bangkit dari posisinya. Pria itu menyambar kemeja hitamnya lalu memakainya.
"Luna William, satu-satunya putri dalam keluarga William, memiliki dua kakak laki-laki. Suka membuat masalah, sulit diatur dan suka memberontak." Ujar Ken sambil menatap langsung ke dalam manik hazel milik Luna.
"O-Omo!!! Ba-bagaimana kau bisa tau namaku? Jangan bilang jika kau adalah seorang penguntit?!" Tuding Luna pada Ken.
Ken menepis tangan Luna dan balik menatapnya. "Sebelum kau menuduh orang lain yang tidak-tidak. Ada baiknya jika kau lihat video ini." Ken memberikan ponselnya pada Luna.
Gadis itu tampak ragu untuk menerimanya. Luna menatap Ken lalu mengambil ponsel itu dari tangannya. Kedua mata Luna membelalak sempurna. "APA INI?!" Dan Luna memekik sekencang-kencangnya.
"Aku rasa kau bisa melihatnya. Begitulah kelakuanmu ketika sedang mabuk."
Luna mengembalikan ponsel itu pada Ken. Dia benar-benar kehilangan muka sekarang. Bagaimana tidak, ia telah mempermalukan dirinya sendiri di depan pria asing, bahkan Luna sampai mengajaknya menikah dan berniat membayarnya.
"Paman, sebaiknya lupakan saja karena aku sedang tidak dalam keadaan sadar. Semalam aku mabuk dan tidak tau apa yang telah aku lakukan. Jadi anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun apalagi bertindak kelewatan seperti itu."
Ken menyeringai. "Kau sudah mengambil banyak keuntungan dariku, Nona Kecil. Dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Ini kontrak nikah kita. Kontrak nikah ini akan berakhir dalam lima tahun. Dan selama itu, aku akan menjamin dan memfasilitasi hidupmu. Kau bisa menikmati semua kekayaan yang aku miliki." Ujar Ken panjang lebar.
Luna mengambil kontrak nikah itu lalu membacanya. Matanya menelusuri setiap kata yang terangkai hingga membentuk sebuah kalimat tersebut dengan jeli.
Entah hanya perasaannya saja atau memang benar adanya jika isi kontrak tersebut berat sebelah.
"Apa ini? Surat ini benar-benar berat sebelah!" Luna meletakkan surat perjanjian itu di meja dan menyilangkan tangannya. "Aku tidak mau menandatanganinya."
Ken memicingkan matanya dan menatap gadis itu penuh tanya. "Kenapa kau tidak ingin menandatanganinya?"
"Isi kontraknya sangat berat sebelah dan tidak ada untungnya sama sekali untukku. Aku tidak mau!!"
Ken mendorong Luna dan mengungkungnya di bawah tubuh kekarnya. Seringai tercetak di bibir Kiss Able milik Ken. Kedua mata Luna membelalak saat merasakan benda lunak dan basah menyapu serta memagut bibirnya, atas dan bawah bergantian.
Luna mencoba untuk memberontak tapi tenaganya tidak cukup kuat, dan dia hanya bisa pasrah dan membiarkan Ken terus mencium dan menginvasi bibirnya.
Diam-diam Ken menarik sudut bibirnya dan menyeringai di tengah ciuman tersebut. Sebelah tangannya menelusup ke bawah punggung Luna lalu menariknya lebih dekat, membunuh sepenuhnya jarak diantara mereka berdua.
"Pria ini benar-benar gila, apa dia berniat membunuhku?!" jerit Luna membatin.
Luna sudah mulai kehabisan napasnya karena ulah Ken, dan pria itu masih belum mau melepaskannya. Ken menahan lengan Luna yang terus memukul brutal dada bidangnya. Sungguh, sebuah kesialan bagi Luna karena bertemu dengan pria ini. Dan semoga saja ini menjadi pertemuan mereka yang terakhir kalinya.
Hosh... Hosh... Hosh...
Luna meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi oksigen di dalam paru-parunya yang mulai menipis. Ken benar-benar gila, bagaimana bisa dia menciumnya sampai seperti itu, hampir saja Luna mati kehabisan napas jika Ken tidak melepaskannya tadi.
"Bibirmu sungguh manis, Nona kecil." Ken menyeringai, jari-jarinya menghapus sisa liur di bibir Kiss ablenya.
"Dasar sinting. Hei, Paman... Apa kau berniat membunuhku? Kau gila, benar-benar gila. Aku hampir saja mati karena ulahmu itu!!" Teriak Luna histeris.
"Kenapa harus marah dan kesal? Bukankah kau sendiri yang datang padaku semalam, bahkan kau mengajakku menikah. Dan apa kau lupa, betapa liarnya kau semalam," ujar Ken dengan seringai yang sama.
Luna mengambil bantal di sampingnya lalu melemparkannya pada Ken. "Dasar m*sum!! Semoga kita tidak pernah bertemu lagi!!" Luna menyambar tasnya dan pergi begitu saja. Sedangkan Ken menatap kepergian gadis itu dengan tatapan penuh arti.
"Gadis yang menarik, Luna William, aku tidak akan pernah melepaskan mu!!"
-
Luna William... Memangnya siapa yang tidak mengenalnya. Satu-satunya putri dalam keluarga William, karena dua saudara tertuanya adalah pria semua.
Putri dari pemilik William Corp. Selain memiliki paras yang sangat cantik. Luna juga memiliki bentuk tubuh yang bagus, ramping dan berkaki jenjang, rambut coklat panjang yang mencapai pinggulnya. Luna merupakan idola di kampusnya, dia begitu terkenal dikalangan para pria.
Luna memiliki dua sahabat baik bernama Sunny dan Tiffany, mereka bertiga sudah seperti kancing dan baju, selalu bersama dalam keadaan apapun, baik suka maupun duka.
"Nona Muda, akhirnya Anda pulang juga. Tuan Besar, Nyonya dan Tuan Muda sangat mencemaskan keadaan Anda. Hampir semalaman mereka tidak tidur dan menunggu Anda pulang, bahkan Tuan Muda Delon juga menolak untuk pulang, dia mencari Anda sampai hampir jam 10 malam tapi tetap tidak menemukan Anda."
Kedatangan Luna langsung disambut oleh seorang pria paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion mewahnya. Luna hanya memutar jengah matanya.
"Jangan melebih-lebihkan, Paman!! Aku tau itu hanya trik dan drama yang mereka mainkan supaya aku mau melanjutkan perjodohan bodoh itu!!"
"Bukan begitu, Nona. Tuan, Nyonya dan Tuan Muda sangat peduli pada Anda. Dan mengertilah, jika keputusan mereka juga demi kebaikan Anda juga."
"Cih!! Menggelikan, aku sudah muak dengan drama picisan dalam keluarga ini." Kemudian Luna beranjak dari hadapan pria itu dan pergi begitu saja.
Luna mengenal keluarganya dengan sangat baik. Semua yang mereka lakukan bukan demi kebaikannya, tapi demi keuntungan mereka sendiri. Dan pernikahan itu tentu saja bukan karena mereka ingin mencarikan jodoh terbaik untuknya, melainkan hanya untuk kepentingan bisnis saja.
Lagipula Luna bukanlah tipe gadis yang bisa diatur dan kekang semau mereka, dia bukan boneka yang bisa dikendalikan setiap saat dan setiap waktu. Luna adalah tipe gadis yang menyukai kebebasan, dia benci aturan karena menurutnya aturan ada untuk dilanggar.
"Luna, tunggu!!"
Gadis itu menghentikan langkahnya dan mendapati seorang wanita awal 40 an menghampiri dirinya. "Dari mana saja kau? Apa kau tau seberapa cemas kami semua, kau minggat di hari pertunangan mu sendiri dan mempermalukan keluarga. Semalam tidak pulang, dan sekarang pulang dalam keadaan berantakan!!!"
Luna menatap wanita di depannya itu dengan sedikit sinis. "Itu tidak ada hubungannya denganmu, jangan kau pikir karena sudah menikah dengan Papa, maka kau bisa seenaknya mengaturku. Karena bagiku kau tetaplah orang asing!!!" Luna menyenggol bahu wanita itu dan pergi dari hadapannya.
Wanita itu hanya bisa mendesah berat. Dia tidak tau sampai kapan Luna akan membenci dirinya, sudah 10 tahun, tapi dia masih belum mau menerimanya apalagi memanggilnya Mama.
-
Bersambung.
"Tuan Muda Kecil,, kenapa Anda belum tidur?"
Pria setengah baya itu menghampiri putra majikannya yang sedang duduk di sofa ruang utama. Dengan di temani wanita berseragam yang berdiri di belakangnya. Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya, Daniel menoleh dan menatap pria tua yang duduk di sampingnya.
Daniel menggeleng "Daniel ingin menunggu, Papa." Balasnya "Oya Kakek Wang, boleh Daniel bertanya sesuatu padamu?" Daniel menatap wajah pria yang juga menatapnya itu dengan serius.
Paman Wang mengangguk tipis. "Tentu, memangnya apa yang ingin Tuan Muda tanyakan pada, Kakek?" Tanya pria paruh baya itu.
"Kakek Wang, apakah orang yang sudah meninggal akan menjadi salah satu bintang di Langit? Aku mendengar dari seorang Kakak cantik, jika seseorang yang telah tiada akan menjadi salah satu bintang di atas sana? Lalu, apakah Mama, Kakek dan Nenek juga menjadi bintang di atas sana?" Daniel berkata sendu, matanya yang bening menatap dalam manik tua seakan menuntut jawaban atas pertanyaannya.
"Siapa yang mengatakan itu pada, Tuan Muda Kecil."
"Kakak cantik yang sering menemani Daniel di taman, dan kakak cantik itu berkata jika orang yang telah tiada akan menjadi bintang di langit. Karena Mamanya juga sudah tiada, kakak cantik itu mengatakan jika dia sudah tidak memiliki mama lagi."
"Ibu kandungnya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dia hidup hanya dengan ayah, kedua kakak dan ibu tirinya." Tutur Daniel dengan begitu polos.
Kakek Wang tersenyum tipis, Ia mengusap pucuk kepala bocah berusia 6 tahun itu penuh sayang. "Ya cerita itu juga yang dulu pernah Kakek Wang dengar, saat Kakek masih kecil, ibu Kakek sering bercerita jika orang yang sudah tiada akan menjadi bintang di langit." Tutur Kakek Wang.
"Kakek, lalu apakah papa dan mama saling mencintai? Kenapa Daniel tidak melihat foto pernikahan mereka terpajang di kamar Papa? Kakek Wang, apakah mama Daniel cantik? Apakah Kakek Wang tau mama Daniel orang seperti apa?"
DEG ,, !
Kakek Wang tersentak. Ia tidak tau harus menjawab apa. Daniel memberinya pertanyaan yang membuatnya tidak berkutik sama sekali.
"Daniel, berhenti bertanya yang tidak-tidak pada Paman Wang. Ini sudah malam, sebaiknya kau segera tidur." Pinta seseorang dari arah pintu.
Paman Wang dan Daniel menoleh pada sumber suara, terlihat Ken berjalan memasuki ruangan."PAPA..." Daniel berlari dan berhambur kedalam pelukan Ayahnya. Ken mengangkat tubuh mungil Daniel dan membawanya kedalam gendongannya.
"Anak baik. Dengarkan Papa, Daniel kembali ke kamar Daniel sendiri, kemudian tidur."
Daniel menggeleng. "Malam ini Daniel ingin tidur bersama Papa saja." Ucapnya. Ken menghela nafas, dan mengangguk.
"Baiklah,"
-
Dentuman musik yang mengalun keras dan cahaya remang-remang menyambut kedatangan seorang dara jelita bersurai coklat terang yang baru saja menginjakkan kakinya di sana.
"Luna,"
Teriakan seseorang memanggil namanya mengalihkan perhatian gadis bermarga William itu. Ia melambaikan tangannya pada dua gadis dan satu pria yang duduk di salah satu ruangan yang ada di bar. Luna mengembangkan senyumnya, Ia berjalan menghampiri ketiganya.
"Kau terlambat lebih dari 30 menit nona William." Ucap salah satu dari kedua gadis tersebut, Sunny.
"Jika itu masalahnya, maka salahkan saja para Bodyguard sialan itu yang mencoba menghalangiku untuk pergi." Tanpa permisi Luna mengambil minuman yang ada di hadapan Seulgi dan meneguknya hingga tidak tersisa.
"YAKK ITU MINUMANKU!!" Protes Tiffany melihat minumannya di teguk habis oleh Luna.
"Pelit sekali kau ini, aku akan menggantinya dengan yang baru." Jawab Luna menimpali. Lalu pandangan Luna bergulir pada satu-satunya pria yang ada di ruangan itu."Joy, tumben malam ini kau jadi anak yang baik. Kemana perginya para kucing liar peliharaan mu itu?" Luna menatap Jonas penasaran.
"Jangan ungkit soal kucing liar, Jonas baru saja mendapatkan musibah besar dalam hidupnya. Kedua kucing liarnya di rebut paksa oleh saingannya, dia lebih beruang dan mampu memberikan kemewahan pada mereka berdua." Tutur Sunny menyahuti.
Luna menatap sahabatnya itu dan menghela napas berat. "Aku turut berduka untukmu, kau tidak perlu sedih. Pasti ada hikmah di balik semua ini. Dari pada murung dan sedih, bagaimana kalau kita berpesta? Kita nikmati malam ini, setuju tidak?!"
"SETUJU!!!"
-
Suara denting pada ponselnya mengalihkan perhatian Ken yang sedang menyelimuti Daniel. Pria itu beranjak dari posisinya, lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja.
Setelah membaca pesan tersebut, Ken meninggalkan kamarnya begitu saja. Bahkan ia tidak menghiraukan Daniel yang sedang tertidur pulas.
"Paman Wang, aku ada urusan sebentar. Aku titip, Daniel. Dia baru saja tidur. Jika sewaktu-waktu bangun dan mencariku, katakan saja jika aku ada urusan!!"
"Baik, Tuan Muda."
-
Dentuman musik terdengar memenuhi seluruh ruangan ini. Kelap-kelip lampu yang menyilaukan mata tidak sedikitpun menyurutkan niat manusia untuk tidak menghabiskan waktunya disini.
Bau alkohol tercium dengan sangat jelas di setiap penjuru tempat. Kepulan asap rokok pun pengganti oksigen di tempat ini.
Menemani lautan manusia yang menari dengan bebas, sembari memegang botol alkohol mereka. Tidak peduli jika sesekali mereka terdorong atau bahkan berdesak-desakan dengan yang lainnya. Para manusia bodoh yang mencoba melarikan diri dari masalah mereka di tempat seperti ini.
Tapi, itu bukan urusannya...
Karena jika boleh jujur, Luna pun sama seperti mereka. Hanya seorang gadis yang mencoba melarikan diri dari segala hal memuakkan di dalam hidupnya, dan di malam hari ia menjadi pemimpin para manusia bodoh ini untuk menari.
Yup, betul sekali. Selain pelanggan tetap adalah seorang DJ suka rela di club ini. Dia tidak meminta bayaran sepeser pun, karena Luna sangat menikmati kegiatannya satu ini.
Sesekali gadis itu membetulkan kembali ikatan rambutnya yang agak miring dan mengambil minumannya kemudian meminumnya dengan santai sembari menatap lautan manusia itu sekilas.
Sedikit informasi, tempat ini adalah tempat hiburan VIP , agar bisa masuk ke sini, harus menjadi anggota dan mempunyai tanda pengenal khusus. Jadi tidak bisa sembarangan orang memasuki tempat ini.
Luna memakai sebuah mini dress berwarna hitam model kemben yang kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Harusnya dia merasa kedinginan karena berpakaian seperti ini di musim dingin, tapi tidak.
Luna malah merasa sangat panas. Mungkin inilah salah satu sebabnya kenapa perempuan yang berada di club mapam lebih suka memakai pakaian yang kurang bahan, tak jarang ada juga perempuan yang tidak menggunakan b@ju sama sekali dan berjalan dengan bebas kesana-kemari.
Tentu saja, tidak akan ada yang mencela atau pun mencaci mereka. Karena semua orang yang ada di tempat ini adalah sama, berdosa.
Luna terus memainkan tangannya dengan lincah di atas peralatan DJ di depannya. Ditemani dengan Headphone di telinganya, ia sungguh merasakan euforia menyenangkan di sekelilingnya. Sesekali dia mengeluarkan semua suara kemudian berteriak kencang.
"APA KALIAN INGIN YANG LEBIH?!"
Dan respon yang dia dapatkan adalah semua orang berteriak semangat, seolah-olah menyetujui apa yang Luna tawarkan. Padahal ia tahu, mereka bahkan mungkin tidak sadar saat ini. Tapi aku tetap melanjutkan kegiatan menyenangkan ini.
"NIKMATI PESTANYA DAN LUPAKAN SEMUA KEPENATAN KITA!!"
Dengan semangat, Luna menaikan volume dan mengubah tempo musik menjadi musik yang cepat. Semua orang terlihat menikmati permainan tangan lentiknya. Mereka menari dengan sangat liar, tertawa dengan lebar, dan melupakan segala kepenatan hidup.
Oh god, Luna sangat mencintai hobinya yang satu ini.
-
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!