NovelToon NovelToon

Pengantin Milik Raja

Bab 1 Raja dan Bulan

Jam beker mulai berdering keras pertanda waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi waktu setempat. Bisingnya suara dentingan jam beker berbentuk minion telah membangunkan seorang tuan muda tampan, putra dari konglomerat terkaya yang ada disalah satu kota terbesar di negara ini. Tuan muda itu bukan sembarang tuan muda. Ia adalah musisi ternama yang digilai banyak wanita diseluruh jagad dunia, baik dunia maya ataupun dunia nyata.

Kepopulerannya begitu mengglobal hingga tak ada satu wanitapun yang tidak mengenal siapa tuan muda tajir melintir ini. Di usianya yang masih menginjak kepala 2, pamornya tak pernah meredup dan semakin banyaklah fans fanatiknya. Dimanapun tuan muda ini berada, pasti fans setianya bakal ngintilin dia kemana-mana sehingga mau tidak mau, tuan muda ini membutuhkan banyak bodyguard untuk menjaganya dari ganasnya para fans garis keras yang semuanya terdiri dari kaum hawa. Dimulai dari wanita remaja, hingga emak-emak sekalipun, semuanya, tergila-gila akan pesona sang tuan muda tampan yang paripurna.

Abiyas Raja Athrazka, yang biasa dipanggil Raja, adalah nama dari tuan muda yang berprofesi sebagai musisi papan atas. Sudah banyak karya yang ia hasilkan dan semua karyanya disukai banyak orang. Bahkan selalu masuk di berbagai ajang nominasi baik lokal maupun internasional. Panggilan namanya saja Raja, memiliki paras tampan nan menawan, tentu saja ia menjadi idola semua kaum hawa dan banyak sekali wanita yang mengantri dibelakangnya.

Terlepas dari kehidupannya sebagai musisi papan atas, Raja juga punya kehidupan pribadi. Keluarganya yang berasal dari keluarga terpandang menginginkan sang artis memiliki masa depan cerah selain menjadi musisi guna menjaga stabilitas nama baik keluarganya. Karena itulah, ayahnya, mister Athrazka menjodohkan Raja dengan wanita pilihan keluarganya yang juga sama-sama berasal dari keluarga terpandang lainnya.

"Tuan muda, anda sudah bangun?" tanya Ben. Asisten kepercayaan Raja. Ia sudah standby berdiri disamping tuannya dengan membawa tablet berisi segudang aktivitas yang akan dilakukan Raja hari ini. Ben ini, selain sebagai asisten pribadi, ia juga yang mengurus segala keperluan dan kebutuhan Raja mulai dari dia bangun tidur hingga kembali tidur lagi.

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Raja sambil duduk di atas kasur kebesarannya yang berlapiskan emas.

Sang artis memeriksa ponselnya yang berisi jutaan pesan dan chat dari para penggemarnya dan ajaibnya, selalu saja bertambah kian harinya. Namun, dari sekian banyak pesan yang masuk, tak satupun ia membalas chat para fansnya. Pria tampan itu hanya melihat berapa juta pesan masuk sembari tersenyum senang.

"Hari ini, hanya ada pemotretan. Selebihnya anda bisa meluangkan waktu di studio untuk membuat karya baru yang anda inginkan. Malam harinya, anda ada janji temu makan malam dengan Nona Kiran. Putri dari keluarga Cendana. Dia calon istri anda kelak."

"Keluargaku menjodohkanku lagi?" Raja menyunginggkan senyumnya. Sepertinya ia tidak kaget dengan kabar berita tentang perjodohan yang kerap kali dilakukan keluarganya.

"Benar Tuan, kali ini nona Kiran agak bar bar. Dia playgirl dan juga suka mempermainkan banyak pria, sama seperti anda ...."

"Jaga ucapanmu, Ben!" sentak Raja mendengar komentar asistennya. "Atau kupecat kau sekarang juga. Aku tak suka mempermainkan wanita, kau tahu sendiri, hingga hari ini ... karena tuntutan pekerjaan, aku masih betah menjomblo."

"Tidak akan ada asisten yang betah dan bisa bertahan lama seperti saya Tuan. Saya memang sangat berharap anda pecat. Dengan begitu, saya bisa tidur nyenyak dan tak perlu bangun lebih pagi dari anda." Ben menundukkan kepalanya dengan sangat ramah meskipun nada bicaranya terdengar menjengkelkan, bahkan terlalu berani untuk seorang asisten.

Hal itu karena pria bernama Ben ini masih seumuran dengan Raja. Keduanya tumbuh besar bersama. Ayah Ben adalah asisten kepala rumah tangga di keluarga Athrazka. Dan kini, iapun mengikuti jejak ayahnya menjadi asisten kepercayaan Raja, putra tunggal dari keluarga Steve Athrazka.

"Kau benar-benar menyebalkan, Ben. Karena itulah aku sangat menyukaimu dan akan terus mempekerjakanmu jadi asistenku selamanya. Ayo kita taruhan, siapa tadi nama gadis itu?"

"Nona Kiran, Tuan. Dia putri sulung dari keluarga Cendana."

"Ah, Kiran." Raja manggut-manggut. "Menurutmu ... berapa lama dia bisa bertahan duduk bersamaku?" tantang Raja sambil tersenyum sinis.

"Kalau dari karakter si nona bar bar ini, pasti 15 menit. Dia hanya akan bertahan di samping anda 15 menit saja."

"Huh." Raja tersenyum. "Oke, kita taruhan 10 juta. Aku akan membuatnya pergi dalam waktu 10 menit. Jika aku gagal, aku akan memberimu 2 kali lipat dari taruhan kita. Tapi jika aku berhasil, maka kau harus membayarku 10 juta."

"Itu setengah dari gaji saya, Tuan. Anda tega sekali."

"Kau takut? Kalau kau menang, kau dapat gaji 2 kali lipat. Aku rasa kau sudah lebih kaya dariku sekarang. Sebab, aku tak pernah melihatmu membelanjakan uangmu. Semua fasilitas yang kau butuhkan terpenuhi di rumah ini. Tidak ada alasan bagimu untuk bilang kalau kau tidak punya uang karena kau tak pernah mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhanmu."

"Baiklah, saya setuju," sahut Ben cepat sebelum tuannya mengintimidasinya lebih dalam lagi soal berapa uang yang ia miliki.

"Deal!" Raja mengulurkan tangannya dan Ben menerima uluran tangan majikannya sebagai bukti kesepakatan mereka bersama. Sang Raja mulai bersiap-siap menjalani rutinitasnya sebagai artis papan atas hingga malam kesepakatan antara dirinya dan Ben terlaksana.

***

Sore ini, hujan deras sedang melanda kawasan hotel tempat seorang gadis manis bernama Bulan bekerja. Sebenarnya, Bulan berasal dari keluarga berada. Hanya saja, ia menjadi putri yang terbuang dikeluarganya karena ia lahir dari istri kedua. Ia berhenti kuliah dan memutuskan untuk bekerja paruh waktu agar dirinya bisa pergi meninggalkan kota ini. Bulan ingin keluar dari keluarga yang tak menginginkan keberadaan dirinya.

Bahkan lebih parahnya lagi, putri yang terbuang itu akan dinikahkan dengan seorang pria cacat dan itupun tanpa persetujuan darinya. Karena itulah, Bulan mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar ia bisa hidup mandiri dan berniat kabur dari rumah sebelum pernikahannya dengan pria tua cacat yang lebih pantas menajdi ayahnya itu terlaksana.

"Bulan!" seru temannya dari dalam hotel. "Syukurlah kau belum pulang." seorang wanita yang merupakan rekan kerja Bulan datang menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Ada apa? Kenapa lari-lari begitu?" tanya Bulan, kepalanya ikutan naik turun ketika temannya mengambil napas gara-gara ngos-ngosan.

"Bisa nggak? Kamu gantiian aku shift malam? Nenekku sakit, aku harus pulang lebih awal sekarang. Tolonglah Bulan Batu Permata, kali ini saja. Nggak ada yang bisa nolongin aku selain kamu." rekan kerja Bulan yang benrnama Tari itu memohon pada Bulan sampai mengatupkan kedua tangan didepannya.

"Tapi kan kau tahu sendiri, aku tidak bisa kalau shift malam. Rumahku sangat jauh dari sini, Tar. Bagaimana caraku pulang dan apa yang harus aku katakan pada keluargaku jika aku pulang terlambat? Sejauh ini mereka mengira kalau aku masih kuliah."

"Bilang saja kau ada tugas tambahan sehingga kau harus bermalam ditempatku karena tugasnya harus dikumpulkan besok. Aku akan bantu bilang pada ibumu ... tapi, ibumu yang mana, ya? Kau kan punya dua ibu?"

"Ibuku hanya Alta, dialah ibu kandungku. Aku tak mengakui ibu manapun selain dia."

"Huh, malang benar nasibmu, seorang tuan putri yang terbuang kini harus terpaksa bekerja paruh waktu disebuh hotel. Apa jadinya jika keluargamu sampai tahu kalau kau bekerja di sini dan bukannya kuliah ... emmm, lepaskeun emmmm ..." tiba-tiba mulut Tari dibekap oleh Bulan. "Apa yang kau lakukan?" sengal gadis itu memberontak dari bekapan tangan temannya.

Bulan langsung membekap kembali mulut sahabatnya agar tak lagi bicara dan menjauh dari keramaian. Ia menoleh ke segala arah berharap tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Diamlah, bisa gawat kalau sampai ada yang dengar siapa aku sebenarnya. Oke ... aku akan membantumu, tapi jaga rahasiaku. Jangan sampai ada yang tahu. Lagipula, kau yang mengajakku bekerja bersamamu di sini! Kau pintar sekali mengintimidasiku. Kau curang! Mentang-mentang kau tahu kelemahanku!" Bulan cemberut akut pada temannya tapi berkat dia pula ia bisa mengumpulkan uang untuk melancarkan aksinya kabur dari rumah bila saatnya tiba tinggal emnunggu hari saja.

"Nah, gitu dong ... aku akan mengunci mulutku rapat-rapat, karena kau sudah mau membantuku. Terimakasih ya Bulan sayang ... aku cinta padamu. Kembalilah masuk ke dalam dan gantikan aku, oke!" Tari meloncat-loncat kegirangan dan melepas pakaian seragamnya begitu saja di tempat umum.

Untung suasana area hotel lagi sepi karena hujan. Rupanya ia sudah memakai pakaian biasa dibalik pakaian seragamnya seolah ia memang sudah bersiap-siap sebelumnya. Bahkan pakaian yang dikenakan Tari kelewat seksi sekali untuk ukuran seorang cucu yang mau menjenguk neneknya.

Gadis tinggi ramping itu menerobos hujan dan berbalik arah menatap Bulan. "Aku akan menelepon bibi Alta setelah ini, kau tenang saja, oke! Bye!" teriaknya dari kejauhan sambil tertawa riang.

"Dasar gadis tengil! Bilang saja kalau mau kencan, pakai acara ingin menjenguk nenekmu yang sakit segala. Dia kan sudah tidak punya nenek? Dasar pikun!" gumam Bulan dan iapun masuk kembali ke hotel untuk berganti seragam lagi menggantikan temannya gara-gara lebih memilih sibuk berkencan dengan kekasihnya.

BERSAMBUNG

***

Bab 2 Permintaan

Malam kesepakatan antara Raja dan asistennyapun tiba. Sang artis ternama beserta beberapa pengawalnya datang ke hotel untuk melaksanakan apa yang diinginkan keluarganya, yaitu makan malam bersama dengan gadis yang dijodohkan keluarga Raja. Sebenarnya, Raja tidak suka dijodohkan, tapi tidak ada salahnya jika ia menganggap pertemuan yang diatur ini sebagai permainan untuk hiburan semata ditengah-tengah padatnya jadwal kesibukan Raja sebagai artis ternama.

"Apa gadis itu sudah datang?" tanya Raja sembari berjalan memasuki hotel.

Para penggemarnya sudah berteriak histeris menyebut nama Raja di luar hotel yang entah bagaimana caranya mereka selalu saja tahu dimanapun Raja berada. Untunglah penjagaan di dalam hotel diperketat sehingga para wartawan dan paparazi tak bisa ikut masuk ataupun memantau apa saja yang dilakukan sang artis saat berada di dalam hotel. Yang bisa mereka lakukan hanyalah, menunggu Raja keluar lagi dari hotel, baru mereka bisa menyapa sang idola mereka kembali.

"Sepertinya sudah, ia duduk di meja nomer 15, wah ... kok pas ya, Tuan. Aku yakin ia hanya akan bertahan disisimu selama 15 menit saja," ujar Ben penuh percaya diri dan tetap setiap berjalan dibelakang Raja. "Apa rencana anda kali ini?" tanyanya penasaran.

Raja memerhatikan meja 15 yang letaknya ada di barat daya tempatnya ia berjalan sekarang. Memang ada seorang gadis seksi sedang duduk manis membelakangi Raja dengan rambut panjang terurai dan memakai gaun berwarna navy tanpa lengan.

"Bisa kau perlihatkan seperti apa rupanya? Aku tak bisa melihatnya karena ia duduk membelakangiku."

Ben menyerahkan tablet yang dibawanya kemana-mana dan memperlihatkan wajah gadis yang akan menjadi calon istri tuannya. "Ini, Tuan muda, cantik kan? Keluarga besar anda tidak akan pernah salah pilih pasangan.

"Huh, lumayan." Komentar Raja setelah melihat paras calon istrinya.

"Anda suka? Apa kita batalkan taruhan kita?" tanya Ben senang karena berpikir bakal mendapat bonus dari tuan besarnya kalau Raja menyetujui perjodohan ini.

"Siapa bilang aku menyukainya. Maksudku adalah ... lumayan untuk dijadikan taruhan."

"Tuan muda. Nona Kiran ini penggemarnya banyak. Ia seorang model majalah yang punya segudang fans fanatik sama seperti anda. Wajahnya juga sangat cantik. Kenapa anda tidak menerima saja perjodohan ini? Apa yang kurang darinya? Lihatlah Tuan, dari belakang saja dia tampak sempurna, apalagi kalau dilihat dari depan?" Ben sengaja mengkompori Raja agar tertarik pada wanita pilihan keluarga majikannya.

"Aku tidak tertarik, kalau kau suka. Kau saja yang menikahinya!" ujar Raja tanpa ekspresi. Ia menatap tajam wanita yang sedang duduk rileks dikursinya.

"Ehm, Tuan. Saya tahu anda sering memanfaatkan saya dengan pura-pura berpacaran dengan saya sehingga banyak wanita yang dijodohkan dengan anda membatalkan perjodohan sepihak karena mengira anda adalah seorang G, tapi kali ini ... nona Kiran sudah tahu taktik anda. Bila anda menggunakan taktik sama seperti sebelumnya dengan memanfaatkan saya lagi, saya rasa ... itu tidak akan berhasil."

"Bagaimana kalau aku menciummu di depan dia? Akan kuberikan 20 juta tanpa taruhan," tawar Raja dan sang asisten langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Lebih baik saya mati daripada anda harus mencuri ciuman pertama saya, Tuan?" Ben mulai menjauh dari tuannya. Ia jadi berpikir, jangan-jangan tuan mudanya ini memang benar-benar seorang G.

"Ayolah Ben, itu hanya ciuman! Aku juga belum pernah mencium siapapun. Harusnya kau senang mendapat kehormatan ciuman pertama dariku!" bujuk Raja. Ia sengaja menggoda asistennya sendiri. Keduanya juga saling berhadapan sekarang.

"Tidak Tuan, terimakasih, cari saja pria lain yang bisa anda cium!" Ben semakin bergidik ngeri, dan tanpa sadar sang asisten semakin menjauh dari tuannya.

"Selamat datang, Tuan-tuan," sapa Bulan yang secara tidak langsung menyelamatkan Ben dari intimidasi majikannya karena sudah mulai kumat gilanya. "Mari ... silahkan! Saya akan mengantar anda ke meja anda," ujar Bulan ramah dan tampak anggun. Ia menundukkan kepalanya dengan hormat saat mempersilakan raja mengikutinya.

Mereka benar-benar orang aneh, masa mau berciuman di tempat umum begini, jeruk makan jeruk lagi? batin Bulan yang mati-matian bersikap biasa dan seramah mungkin walau dalam hatinya ia menatap jijik pria tampan yang ia sangka G ini.

Sejujurnya, Bulan tidak tahu siapa pria yang menurutnya aneh ini, yang jelas pria tampan itu bukanlah pria sembarangan dan tugas Bulan adalah melayaninya dengan baik karena dia adalah tamu VIP di hotel ini.

Sebenarnya, sejak tadi ... Bulan tak sengaja mendengar pembicaraan Raja dan asistennya saat ia hendak menyambut kedatangan tamunya. Gadis cantik itu memang ditugaskan untuk menyambut semua tamu yang datang dan melayani mereka dengan baik. Bulan sudah ingin menyapa mereka sejak tadi, tapi pembicaraan intim antara Raja dan asistennya membuat gadis itu ragu karena ini pertama kalinya ia mendengar ada seorang pria ingin mencium teman prianya di tempat umum pula. Dunia ini benar-benar sudah gila, sangat disayangkan, seorang pria tampan dan orang penting berkelas seperti Raja harus menjadi seorang G. Itulah kesan pertama yang Bulan tangkap saat menjamu tamunya kali ini.

Raja menoleh pada wanita pelayan yang menyapanya. Pelayan wanita yang tak lain adalah Bulan tidak bergeming dari tempatnya. Raja sempat tertegun melihat wajah cantik Bulan meskipun gadis pelayan itu sedikit menunduk didepannya. Ini pertama kalinya sang artis melihat ada pelayan hotel semulus Bulan meskipun semua pelayan wanita di hotel ini dituntut memiliki paras cantik dan berpenampilan menarik untuk menggaet simpati para tamu pengunjung hotel. Namun, wajah cantik Bulan, punya aura tersendiri. Mungkin karena ia memang bukan gadis biasa pada umumnya. Bulan adalah seorang putri yang terbuang dikeluarganya karena tak pernah dianggap ada.

Banyak tamu yang memuji kecantikan Bulan dan tak sedikit pula yang mencoba menawar Bulan untuk mengajaknya berkencan, tapi gadis pelayan itu punya harga diri dan menolak halus semua tawaran para pria hidung belang yang datang ke hotel saat Bulan menjamu mereka. Untunglah hotel ini merupakan hotel bintang lima yang punya kredibilitas tinggi sehingga orang-orang tak bisa memperlakukan karyawan mereka seenak jidatnya. Hotel ini juga menjamin keselamatan para pekerja wanita agar tetap aman dan nyaman saat mereka semua bekerja. Siapapun yang mencoba berani bersikap tak pantas pada karyawan hotel, maka pihak hotel akan menuntut tamu tersebut sesuai peraturan undang-undang yang berlaku.

"Mari Tuan-tuan, ikutlah dengan saya," ujar Bulan lagi dengan sangat sopan dan ramah. Iapun berjalan lebih dulu supaya tamunya ini mengikuti arahannya.

Melihat cara berjalan Bulan dari belakang, tiba-tiba, saja ... ada sebuah ide terlintas dipikiran Raja untuk membuat gadis yang akan dijodohkan dengannya segera meninggalkannya hanya dalam hitungan menit. Bukan karena ia ingin menang taruhan, tapi karena Raja sungguh tidak ingin dijodohkan dengan siapapun. Kalaupun ia harus menikah, ia ingin menikah dengan wanita yang dicintai dan mencintainya dengan tulus, bukan karena dijodohkan. Secantik apapun wanita yang dikenalkan keluarganya, kalau Raja tidak cinta ya tidak bisa dipaksa. Karena itulah ia akan melakukan banyak cara untuk membuat wanita yang dikenalkan padanya kabur dan pergi darinya dengan sendirinya. Dengan begitu ia aman dan tak perlu takut kena omel ayahnya yang terkenal garangnya minta ampun.

"Hei kau," panggil Raja pada Bulan saat ia berjalan dibelakang Bulan.

"Iya, Tuan. Anda memanggil saya?" Bulan berhenti berjalan dan menoleh pada Raja.

"Ehm, bisa kau bantu aku?" mata Raja menatap tajam pelayan cantik yang berdiri dihadapannya.

"Iya, Tuan. Apa yang bisa saya bantu?" tanya Bulan ramah meskipun ia was-was ditatap pria tampan seperti Raja. Bukan karena dia tampan dan berkharisma, entah kenapa, Bulan punya firasat buruk jika melihat tatapan mata Raja.

"Ben, kau pergilah. Aku akan memanggilmu kalau urusanku di sini sudah selesai," pinta Raja pada asistennya tanpa berpaling dari wajah cantik Bulan. Ben pun mengerti dan ia menghimbau agar seluruh pengawal Raja meninggalkan tempat ini seperti yang diinginkan Raja.

Tidak ada yang bisa dikatakan Bulan selain menunggu apa yang diinginkan tamu anehnya ini. Sejujurnya, baru pertama kali ini ia berhadapan dengan pria G. Ia sendiri juga tidak bisa kabur ataupun menolak permintaan tamu yang membutuhkan pertolongannya, apapun itu.

Semoga saja, bukan sesuatu yang buruk, batin Bulan.

"Tetaplah disisiku dan jangan pergi kemanapun," ujar Raja tiba-tiba to the poin dan tanpa basa basi.

"Itu memang tugas saya Tuan, saya akan melayani anda dengan sangat baik," jawab Bulan salah kira maksud ucapan Raja. Ia sebenarnya takut kalau pria yang ia kira G ini berbuat yang tidak-tidak. Tapi Bulan tetap berpikiran positif karena hotel tempatnya bekerja ini menjamin keselamatannya.

"Bagus, aku ingin pelayanan eksklusif darimu."

Mata kedua insan berbeda jenis kelamin ini saling beradu pandang. Satunya memandang penuh licik, satunya memandang dengan tanda tanya besar.

BERSAMBUNG

***

Ini beda dengan novelku sebelumnya ya ... nggak ada hubungannya dengan keluarga Leo ataupun Refald wkwkwkw

Bab 3 Pengakuan Raja

Napas Bulan mulai kembang kempis mendengar permintaan tamu nggak jelasnya ini. Tapi gadis itu beranggapan kalau pria tampan yang berdiri didepannya adalah seorang G. Jadi, tidak mungkin pria ini macam-macam dengannya. Sebenarnya, Bulan tidak tahu apa masalah pria tampan yang berdiri dihadapannya ini dengan wanita yang menunggunya di meja 15, Yang jelas ia tidak ingin cari masalah dengan melibatkan diri dalam sutuasi yang sama sekali tak ingin ia campuri, sebab Bulan hanyalah seorang pelayan hotel biasa. Satu saja sedikit kesalahan, ia bisa kehilangan pekerjaan ini.

"Apa yang bisa saya lakukan Tuan," tanya Bulan hati-hati, ia berniat pergi dan meminta temannya saja yang melayani pria aneh ini.

"Kau hanya tinggal melakukan apapun yang aku katakan nanti." Jawaban Raja benar-benar mencurigakan sehingga membuat Bulan mulai berpikiran yang bukan-bukan.

Gawat, orang ini aneh sekali. Apa sebaikanya aku kabur saja, ya? Daripada aku kena masalah? batin Bulan karena firasatnya sangat buruk tentang pria tampan tak dikenalnya ini.

"Maaf Tuan, saya akan carikan pelayan lain yang bersedia membantu Tuan, permisi." Bulan hendak beranjak pergi, tapi tangannya dicekal kuat oleh Raja.

"Kau tidak tahu siapa aku? Beraninya kau menolak permintaanku? Pelayanan macam apa ini, ha? Kau tahu? Jika aku buka suara di depan para wartawan didepan sana, maka reputasi hotel ini bisa hancur dan itu semua gara-gara ulahmu!" Raja sengaja mengancam Bulan. Ia merasa wanita yang tak ia kenal dan sedang berdiri bingung didepannya ini, sangat cocok ia jadikan alasan untuk mengusir wanita pilihan keluarganya.

Tapi penolakan Bulan membuatnya naik pitam, dan menganggap kalau gadis didepannya ini sombong sekali, padahal ia hanya seorang pelayan. Jika wanita lain diluar sana berlomba-lomba ingin dekat dengannya, maka lain halnya dengan Bulan yang malah bergidik ngeri melihatnya. Raja benar-benar tersinggung soal sikap Bulan yang menurutnya menyebalkan ini. Baru kali ini ia ditatap wanita seolah wanita itu ingin sekali kabur saat melihatnya, memangnya dia setan apa? Secara Raja ini kan artis papan atas yang banyak digandrungi para kaum hawa, tapi Bulan malah menganggapnya pria biasa seperti bukan artis saja.

Sial! Siapa sih pria ini? Sudah G, main ancam segala? Apa dia itu artis? Tapi artis kok kayak gitu? Kasihan amat yang ngefans sama dia! Kalau tahu idolanya G dan menjengkelkan, pasti mereka bakalan pingsan! batin Bulan dalam hati. Ia juga tidak tahu apakah harus menuruti kemauan tamunya atau mengindahkan saja ancamannya.

"Raja!" panggil wanita yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan Raja dari kursi mejanya. "Kemarilah!" teriaknya sambil tersenyum senang.

Raja? Jadi nama pria ini adalah Raja? Huh, raja apanya?Raja tengil sih iya, Bulan membatin dalam hati lagi.

Wajar kalau Bulan tidak tahu siapa raja, sebab sejak kecil ia tak pernah nonton televisi. Bahkan jika Lee Min Ho lewat didepannya, ia juga nggak akan ngeh kalau ada artis papan atas lewat, apalagi Raja, seorang musisi terkenal. Bulan malah sama sekali tidak tahu menahu siapakah orang yang ada didepannya ini.

"Sebentar!" seru Raja pura-pura tersenyum tanpa mau melepas cekalan tangannya dari tangan Bulan. "Ayo! Aku rasa ... kau tak punya pilihan lain. Turuti apapun permintaanku atau kupanggil menejermu supaya kau dipecat saat ini juga," ancam Raja. Ia agak sedikit tidak terima dengan tatapan mata Bulan kearahnya yang menganggapnya seperti monster dan bukannya artis papan atas ternama.

Selama ini, tidak ada wanita yang tidak kelepek-kelepek dengan pesonanya. Sang artis berpikiran mungkin wanita pelayan ini tidak pernah melihat televisi karena sibuk bekerja melayani tamu hotel. Oleh karena itu, Raja mencoba mengedipkan satu matanya dan pamer pesona agar hati Bulan luluh. Ia berharap gadis pelayan ini ikutan meleleh seperti kaum hawa lainnya dan mau menuruti apapun yang ia inginkan termasuk membantunya menyingkirkan wanita yang dijodohkan dengannya.

Sayangnya, usaha Raja sama sekali tak berpengaruh bagi Bulan karena ia menganggap Raja adalah G. Mana ada wanita yang suka dengan seorang G sekalipun pria itu tampannya nggak ketulungan. Bagi wanita normal seperti Bulan, pria yang mencekalnya dan mencoba tebar pesona padanya ini tetap saja bikin ilfeel.

Namun sepertinya, Raja tidak tahu apa yang dipikirkan Bulan tentangnya, ia tetap membawa gadis pelayan itu mendekat ke arah wanita cantik yang sedang menunggunya. Baik Raja ataupun Bulan sebenarnya tidak saling kenal dan baru saja bertemu, tapi sang artis sudah sok akrab dengan Bulan layaknya teman lama. Ia bahkan menggandeng tangan pelayan itu saat berjalan mendekat ke arah Kiran, wanita pilihan keluarganya.

Kedatangan Raja bersama dengan seorang pelayan hotel membuat Kiran mengernyitkan alisnya. Apalagi sang artis idola itu menggandeng erat tangan wanita pelayan tersebut. Benar-benar pemandangan langka dan apabila dipublikasikan, maka akan menjadi berita yang menghebohkan jagad raya dunia. Sayangnya, wanita yang dijodohkan dengan Raja sangat tahu, kalau artis top itu sedang mengibulinya.

Kiran yang punya segudang pengalaman, tak mudah terkecoh dengan akting yang diperlihatkan Raja padanya. Sebelum menerima perjodohan ini, wanita yang berprofesi sebagai model sudah mencari informasi seperti apa seluk beluk sang artis. Ia tahu Raja sudah puluhan kali menggagalkan perjodohan yang diatur keluarganya sebelum keluarga Raja memilihnya untuk menjadi kandidat calon istri Raja berikutnya.

Sebab itulah Kiran berusaha bersikap biasa saja meskipun dalam hati, harga dirinya tercoreng karena disaingkan dengan seorang pelayan rendahan yang tidak ia kenal meskipun Kiran akui, wajah pelayan itu lumayan cantik juga. Ingin rasanya ia marah, tapi kalau ia sampai terlihat emosi, artinya Kiran kalah dalam permainan yang dimainkan Raja.

"Apa dia bonekamu?" tanya Kiran to the poin begitu Raja sudah duduk dihadapannya.

Sedangkan Bulan hanya berdiri dalam diam dengan hati was-was. Melihat betapa seramnya tatapan wajah wanita anggun yang duduk santai dihadapan tamunya, Bulan jadi yakin kalau firasat buruknya ini benar-benar akan terjadi, walau ia tidak tahu apa itu.

"Siapa yang bilang kalau dia bonekaku? Dia pacarku dan dia sedang hamil anakku!" ujar Raja seenak jidatnya sehingga membuat mata Bulan melotot hampir keluar mendengar tamunya bicara tanpa pemberitahuan sebelumnya. Tak cukup mengakuinya sebagai pacar secara tiba-tiba, pria yang menurut Bulan G ini malah bilang kalau ia telah hamil anaknya. Gila nggak sih?

"Apa yang kau katakan, Tuan?" tanya Bulan tak terima, diakui pacar saja ia sudah shock berat, lah ini malah dibilang hamil. Kenal sang artis saja nggak, mana bisa dia hamil tiba-tiba? Memangnya dia amoeba?

Ini orang bener-bener gila, ya? jerit Bulan dalam hati. Bulan serasa sesak napas. Baru kali ini ia dihadapkan dengan seorang tamu tergila yang pernah ia kenal.

"Kau diam saja Darling, kita tak perlu menutupi apapun di depan wanita ini." Raja mulai berakting sok mesra pada Bulan sambil tersenyum manis semanis madu. Dan aktingnya itu bukannya bikin Bulan meleleh tetapi malah bikin darahnya mendidih.

Ingin sekali ia berteriak menjerit dan bahkan menggampar wajah pria tampan asing yang duduk santai didepannya. Namun Bulan menahan kuat keinginan itu. Ia tahu jika sampai ia bertindak gegabah maka dirinya akan menanggung resiko kehilangan pekerjaan di detik ini juga.

BERSAMBUNG

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!