BAB 1
Awal mulanya, di daratan bernama Polperro, Cornwall, seorang pria bernama Keanu merasa sakit hati akibat kematian adiknya yang tragis. Rula adiknya, menjadi korban pemerkosaan sadis oleh pihak tertentu.
Sebagai seorang kakak dan keluarga satu-satunya, ia mencoba mencari keadilan untuk saudaranya tersebut. Namun satu pun tidak ada yang membantunya. Entah dari warga sekitar maupun dari pihak berwajib.
Merasa diabaikan, Keanu menjadi frustasi. Sejak kematian ayah dan ibunya dalam pembunuhan 15 tahun yang lalu, dialah yang menjaga dan mengurus adik perempuannya.
Pada usianya yang 10 tahun, ia dipaksa oleh keadaan agar bekerja banting tulang untuk menghidupi dirinya dan Rula, adiknya.
Siapa sangka? Pada usia mereka yang memasuki remaja, Rula disukai banyak pria. Gadis itu mekar selayaknya bunga mawar merah. Dan salah satu pria yang menjalin hubungan dengan Rula adalah Gun.
Pacar yang akhirnya memperkosa dan membunuh adiknya itu, adalah seorang putra dari wali kota tempat tinggalnya. Namun meski bersalah, kasus itu tidak ada kelanjutannya.
Seolah sengaja ditutup-tutupi dan dibuat seakan adiknya lah yang justru bersalah. Bahkan kini, Gun sendiri pun masih berkeliaran sesuka hatinya.
Keanu yang tidak tahu soal hubungan adiknya dengan pria tersebut merasa sangat bersalah. Ia terus menyesali apa yang sudah terjadi. Dan beberapa bulan setelah kematian Rula, Keanu terus mengurung diri. Bahkan ia sampai kehilangan pekerjaan karenanya.
Meski sudah begitu, tetangganya tidak ada yang peduli soal itu. Mereka melewati rumah Keanu seperti biasa, tetapi tidak satupun yang datang menjenguk. Desas-desus tentang dirinya yang gila pun tersebar begitu cepatnya.
Krengkett.....
Siang itu, setelah beberapa bulan mengurung diri, akhirnya Keanu membuka pintu rumahnya. Ia merasa sangat silau saat sinar matahari menyoroti matanya.
Tatapan yang penuh kegetiran itu menyapukan pandangan ke jalan depan rumah. Sepi. Banyak sampah dedaunan kering yang berserakan di sepanjang jalan tersebut. Sesekali pula, angin menyibak dan menerbangkan beberapa daunnya.
Keanu melangkah keluar. Tubuhnya kurus tak terurus dengan kulit yang berwarna putih pucat. Wajahnya yang semula tampan dan ceria pun menjadi tirus tanpa gairah.
Ia berjalan-jalan keluar dan melewati beberapa tetangga. Melihat Keanu lewat depan mereka, tetangga-tetangganya itu hanya bisa menatap dengan pandangan aneh. Sebenarnya mereka semua tidak berdaya untuk membantu Keanu. Dan kemudian, mereka juga jadi takut berurusan dengan sang wali kota.
Di tempat tinggalnya tersebut adalah lokasi yang berdampingan dengan sebuah pantai. Keanu pergi ke sana untuk menceburkan diri dan berharap akan lenyap dengan cepat. Byur !!
Pada saat ia sedang tenggelam dan meluncur menuju tengah kedalaman laut, sebuah pikiran muncul. Dan pikiran itu saling berdebat di dalam pikirannya.
"Hey? Mengapa kau harus mati sekarang? Matilah saat adikmu kembali tertawa lepas!"
"Benar! Jangan mati! Tidak seharusnya kau menyerah begitu saja!"
"Apa kau ingat? Adikmu sangat terluka. Dia pasti sangat menderita!! Balaskan dendamnya!!"
"Jika adikmu tidak bisa bahagia. Mengapa gadis lain bisa?? Lakukan sesuatu, Keanu!"
Keanu berusaha kembali ke permukaan karena hampir kehabisan nafas. Sambil gelagapan, Keanu menangis sedih. Ingatan tentang saat terakhirnya bersama Rula melintas begitu jelas di benaknya. Saat itu sebelum pergi ke sekolah, gadis itu memberinya pesan agar tidak lupa menjaga kesehatan dan makan teratur.
Angin yang semilir membuat suara tangisan pilunya menggema begitu saja di sepanjang pantai.
"Rulaaa!!"
Teriak Keanu berulang-ulang.
...----------------...
Dengan pakaian yang basah, Keanu berbaring di atas pasir pantai. Pada saat pikiran sehatnya sedang sekarat, datanglah dua gadis cantik yang bermain di pinggir pantai. Mereka berjemur dan berlarian.
Mata Keanu terus menatap mereka. Telinganya merasa terganggu saat terdengar tawa renyah dari kedua gadis tersebut. Ia benar-benar gila. Sebab, ia merasa tidak suka. Tidak suka jika ada gadis lain yang bercanda dan bersenang-senang di depan matanya.
Ketika dua gadis itu melihat Keanu, seolah mereka merasa jijik dan ingin muntah melihatnya.
"Lihat, dia orang itu kan?"
"Siapa?"
"Kakak Rula. Dia benar-benar tampak seperti gelandangan menyedihkan," ucap salah satu gadis mencelanya.
"Ah benar. Dia bau sekali," jawab yang lain dengan ekspresi mau muntah.
Sejak itu, timbul pikiran dari dunia tergelapnya. Bahwa ia harus mengambil kebahagiaan itu dari mereka. Terlebih saat mereka menghina dirinya yang jelas-jelas mempunyai luka terdalam di dalam hati.
Merasakan bahwa tatapan Keanu semakin menakutkan, dua-duanya berlari pergi meninggalkan lokasi dimana Keanu tengah berbaring.
"Khah. Bagaimana bisa mereka mencium bauku jika mereka beridiri sangat jauh dariku?" Keanu tertawa tak percaya.
Matanya kembali menyiratkan kekesalan yang mendalam. Hatinya terluka. Tiba-tiba saja bayangan adiknya yang seolah minta tolong saat sedang diperkosa muncul di hadapannya. Terngiang juga olehnya suara teriakan yang sama sekali belum pernah ia dengar.
Ah. Teriakan itu membuat tekadnya semakin bulat. Keanu duduk dan menutup kedua telinganya. Seakan-akan suara itu terus mengganggunya. Ia pun berteriak dengan kencangnya.
"Haaaarrhh!!!"
Beberapa waktu kemudian, Keanu pulang kembali ke rumah. Ia meraih sebuah buku kosong di atas mejanya dan mulai menulis-nulis di dalamnya.
Pertama-tama, ia mencatat semua rencananya dan bagaimana persiapan yang akan dia lakukan. Entah mengapa, tanpa sadar Keanu tertawa sendiri. Seolah pikirannya tengah kerasukan roh jahat. Ia tertawa dan menikmati setiap tulisan yang ia buat.
...----------------...
Keesokan harinya, Keanu pergi keluar kembali. Kali ini ia pergi ke pasar lokal yang ada di desa tempatnya tinggal tersebut.
Ia berjalan mengenakan jaket hitam bertudung dan berkeliling di sana. Beberapa orang yang lalu lalang menatap sinis kepadanya. Tak masalah. Keanu tetap berjalan dengan santai.
Saat melintas di kumpulan pedagang makanan, Keanu melihat penjual roti goreng. Ia mendekat karena aroma lezat yang tercium itu membuatnya lapar. Selain itu, dulu Rula lah yang pertama kali memperkenalkan roti itu kepadanya.
Maka, berdirilah ia di belakang antrean para pembeli. Begitu tiba giliran dirinya, Keanu menyentuh roti yang baru saja matang.
"Hey! Sedang apa kau di sana? Jangan sentuh makananku, sialan! Pergi dan jangan kembali !" teriak penjual.
"Benar sekali. Pergi sana. Kau bau dan kotor!!"
"Iya benar. Pergi kau! Dasar menjijikkan!" seru wanita penjual yang lain.
Tubuh Keanu bergetar. Ia begitu terluka mendengar teriakan mereka. Belum selesai berpikir, mereka mendorongnya menjauh hingga jatuh terjungkal.
Keanu bertahan pada posisinya yang jatuh selama beberapa detik. Kemudian ia meraih sesuatu di dalam saku jaketnya. Uang! Ya benar. Uang.
Beberapa menit yang lalu, ia memang berniat membeli roti goreng lezat itu. Sama seperti yang lainnya, mereka dapat mengambil sendiri roti yang sudah matang, lalu membayar.
Namun, belum sempat ia melakukan semuanya, manusia-manusia itu sudah mengusirnya dengan kasar.
Akibat jatuh terjungkal seperti tadi, kaki Keanu menjadi terkilir. Ia berjalan terseok karena merasa amat sakit. Ia terpaksa menyingkir dari tempat itu karena ia ditolak mentah-mentah.
Begitu sampai di rimbunan pohon, Keanu duduk beristirahat. Ia menarik ke atas celananya dan memeriksa pergelangan kakinya.
Astaga, kakinya bengkak. Dengan perlahan ia memijit-mijit kakinya yang sakit.
"Ssshhh... aaahh," suara rintihan Keanu.
Tiba-tiba saja ia mendengar suara serupa. Namun bukan dirinya. Lalu siapa??
Keanu memutar pandangannya dan melihat sepasang kekasih sedang bercinta di balik semak-semak. Dengan susah payah ia bangkit dan menyembunyikan diri di balik pohon tempatnya semula bersandar. Kemudian diam tanpa suara. Dari balik pohon tersebut, Keanu menyaksikan kegiatan sepasang kekasih tersebut.
Berulang kali ia menelan ludah saat melihat kedua pasangan itu semakin panas. Sang pria yang semakin cepat menggenjot, dan sang wanita yang terus saja melenguh kenikmatan.
Tanpa sadar, air mata Keanu jatuh dengan sendirinya. Ia kembali membayangkan Rula saat sedang diperkosa. Pasti adiknya lebih menderita saat menerima perlakuan seperti itu dari sang pembunuh.
Dengan tangan gemetaran, Keanu menutup wajahnya. Ia menangis tersedu. Dan begitu pasangan itu akhirnya pergi, Keanu berbalik dan bersandar kembali pada pohon di belakangnya. Tubuhnya lemas.
"Aku tidak boleh mati sekarang."
Perlahan, Keanu berdiri dan menyingkir dari sana. Ia berjalan dengan kaki diseret menuju sebuah toserba.
Begitu memasuki tempat itu, orang menoleh dan menatapnya sinis. Lagi-lagi begitu. Tanpa memperdulikan mereka, Keanu membeli beberapa buah roti selai. Dan ia membayarnya. Bukan mencurinya.
SRET....
Sampai di dalam rumahnya, Keanu duduk merenung. Diraihnya sebuah roti selai dan memakannya dengan pelan. Hingga benar-benar lembut dan lenyap dari dalam mulutnya.
Ah. Keanu merasakan rumah itu sangat sepi. Saat sedang makan pun, ia kembali menangis. Luka dan rasa sakit yang terukir akibat kematian kedua orang tuanya dulu belum benar-benar kering. Dan sekarang ini, ia juga tidak sanggup untuk melupakan bagaimana sakitnya memikirkan kematian Rula.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada keluargaku? Aku benar-benar tidak mengerti."
Keanu berhenti menangis. Ia benar-benar menghabiskan air matanya. Kemudian tiba-tiba saja ia tertawa seperti orang gila.
Bersambung........
BAB 2
Keanu kembali keluar rumah dan pergi ke dermaga. Ia menemui seorang nelayan yang sedang memperbaiki perahunya yang bocor. Sebelum berangkat melaut, pria itu harus menyiapkan segala kemungkinan.
Baru saja Keanu menginjakkan kaki di depan perahu miliknya, pria nelayan itu berkata padanya dengan kasar.
"Hey, kau! Sedang apa di situ? Pergi cepat, jangan ganggu aku!"
"Tuan, biarkan aku ikut melaut bersamamu. Gunakan tenagaku sesuka hatimu, tuan. Kau juga tidak perlu membayar upahku. Tapi setelah aku bekerja, ijinkan aku meminta beberapa ikan untuk aku makan hari ini," Keanu mencoba bicara baik-baik pada nelayan itu.
Namun bukan jawaban yang baik yang ia terima. Nelayan itu justru menghampirinya dan memukulnya menggunakan martil.
BLETAK !
"Ougghh..." pekik Keanu.
Mendapat pukulan martil seperti itu, Keanu jatuh tersungkur. Kening bagian pelipisnya pun langsung berdarah. Sang nelayan sedikit gugup lalu melempar martil yang ada di tangannya.
"Khah! Persetan!! Aku tidak butuh bantuan darimu, sialan!! Aah, pantas saja adikmu mendapat hukuman mati seperti itu. Dia pelacur. Kalian semua! Keluarga rendah yang tak tahu malu!!" umpat sang nelayan sambil meludahi Keanu.
Mendengar semua hal yang dikatakan si nelayan, hati Keanu benar-benar sakit. Bagaimana bisa, adiknya mati dibunuh dikatakan sebagai hukuman??
Dengan tubuh yang gemetaran, Keanu bangkit berdiri. Roh jahat dalam lubuk hatinya sekarang benar-benar akan menguasai dirinya. Tidak. Sebenarnya itu akibat rasa sakit yang teramat dalam.
Dengan cepat, diraihnya martil yang tergeletak di tanah. Keanu melangkah ke depan menghampiri si nelayan. Tatapannya benar-benar sudah berubah.
"Apa?! K Kau mau apa??!" teriak pria nelayan itu.
"Cepat telan kembali ucapan yang kau katakan barusan, maka aku akan mengampunimu," Keanu semakin dekat.
"Memangnya apa yang ku ucapkan, ha?! Dasar anak sialan!" nelayan itu masih sempat mengumpat.
"Adikku. Kau bicara mengenai adikku."
"Ah, dia? Dia memang seorang pelacur. Asal kau tahu, aku juga pernah menggunakannya. Kau saja yang tidak tahu kelakuan adikmu di luar sekolah."
Tanpa menunggu kata-kata berikutnya yang keluar dari mulut sang nelayan, Keanu memukul kepala pria itu dengan keras menggunakan martil yang ada di tangannya. Sekali. Dua kali. Kemudian tiga, empat dan seterusnya. Saat tempurung kepala itu dipukul dengan membabi buta, darah segar muncrat keluar dan terpercik ke wajah Keanu.
CRAK !!
CRAK !!
CRAAKKK!!
"Sebenarnya aku tidak akan melukaimu jika mulutmu tidak terus berkata buruk tentang adikku!! Dasar pria tua bangka!!" Keanu berkata dengan sangat marah.
Pria itu menjerit dan berteriak mencoba meminta tolong pada orang-orang sekitar. Namun pukulan terakhir yang diterimanya membuat kepala dan wajahnya remuk.
Hosh.... Hosh...
Nafas Keanu ngos-ngosan. Dengan tubuh gemetaran, ia berusaha mengatur nafas kembali. Mulutnya terbuka dan meringis kecut.
Saat dilihatnya kepala pria tua itu remuk dan berdarah-darah, Keanu merasa syok. Tangannya tiba-tiba saja bergetar hebat.
"Apa yang aku lakukan? Kau membunuh orang tua itu? Tidak. Tidak. Dia yang memulai memukulku dan membuatku berdarah di pelipis. Dia juga dengan sengaja mengatakan bahwa Rula seorang pelacur," Keanu bicara pada dirinya sendiri saat bersimpuh.
Kemudian, sebelum seseorang datang ke tempat itu, Keanu membawa sang nelayan ke atas perahunya. Kemudian ia juga membersihkan darah yang ada di atas pasir dengan cara menutupinya dengan pasir lagi. Hingga beberapa kali.
Setelah selesai, ia menyiram solar ke atas kapal dan membakar kumpulan jaring ikan yang ada didalam perahu tersebut. Begitu api muncul dan berkobar, ia mendorong perahu hingga terbawa ombak menuju lautan.
Di tempat tak jauh dari lokasi semula, Keanu mencuci martil milik sang nelayan yang akhirnya menghabisi pemiliknya.
Begitu selesai, ia memasukkan martil tersebut ke dalam pakaiannya dan membawanya pulang dengan santai.
Di malam hari, Keanu tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Nafasnya naik turun seperti penderita asma. Rupanya, ia baru saja mendapat mimpi buruk.
Karena rasa kantuknya hilang, ia menyibak selimut dan pergi ke meja belajarnya. Diraihnya buku yang kemarin ia beri tulisan. Kali ini, ia menulis tentang pembunuhan yang terjadi sore tadi.
***
Catatan Harian,
13 Feb 1877
Untuk pertama kalinya, aku membunuh seseorang. Orang pertama itu ialah tuan Greg, si nelayan tua Bangka.
Aih! Dia terus beromong kosong soal Rula hingga aku terpaksa memukulnya menggunakan martil, menyiramkan solar, melemparkan api dalam perahunya, kemudian mengarungkan perahunya hingga ke lautan.
***
Keanu selesai menulis. Disimpannya buku catatan itu dengan rapi. Kemudian ia tidur kembali.
Keesokan harinya, penduduk desa ramai berkumpul di pesisir pantai. Seorang nelayan yang berangkat melaut semalam, pulang pagi-pagi sekali untuk memberi kabar penduduk desa bahwa ia menemukan perahu gosong tersebut. Rupanya, perahu itu terdampar di pinggir sebuah tebing curam.
Kala orang-orang berkerumun melihat perahu gosong itu, Keanu juga datang. Ia mempertaruhkan diri sendiri untuk melihat secara langsung apakah perbuatannya meninggalkan tanda-tanda.
Siapa sangka? Tidak ada bukti apapun yang mengarah kepadanya. Semua isi perahu hancur lebur menjadi abu.
Tanpa disadari orang-orang, Keanu tersenyum. Meski awalnya ia tidak berniat menghabisi orang tua itu, namun keadaanlah yang memaksanya membuat keputusan. Dan pada akhirnya, ia mengakui bahwa ia menikmati sensasinya.
Pada saat ia hendak pergi, datanglah sebuah mobil mewah. Keanu sekilas melihat Gun duduk di dalamnya. Matanya langsung mendelik, ingatan itu membuat darahnya berdesir seketika.
Benar. Saat pintu mobil dibuka, keluarlah sang wali kota bersama putranya, Gun. Tentu saja Keanu merasa tercekik. Melihat orang yang membuat Rula menghembuskan nafas terakhirnya dan kini tepat berdiri di depan matanya, Keanu teramat frustasi.
Tubuh dan tangannya gemetaran tak terkendali. Sambil menyelinap pergi dan bersembunyi, ia memperhatikan kedua orang itu dengan tatapan kebencian.
Penduduk desa begitu ramah pada wali kota dan putranya. Berbeda sekali saat memperlakukan dirinya. Ketika memperkenalkan diri sebagai kandidat sebuah partai pada penduduk desa, Gun memanggil seorang wanita dari dalam mobil tersebut.
Rupanya wanita itu adalah istri Gun. Dengan bahagia, mereka memperkenalkan diri dan bersikap sok ramah pada penduduk yang mau saja dibodohi.
Melihat tawa itu. Senyum itu. Keanu merasa sangat tidak suka. Ia benar-benar tidak bisa menerima bahwa Gun dan istrinya dapat tertawa bahagia seperti saat itu.
"Lihatlah,,,, Sampai kapan kalian bisa tersenyum?" Keanu bergumam.
"Lihat saja, Gun. Jika kau mampu mengambil nyawa Rula, aku pun sama. Akan ku buat dirimu merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang paling berharga di hidupmu," lanjutnya.
Setelah cukup melihat situasi saat itu, Keanu kembali ke rumahnya. Ia membuat catatan mengenai perencanaan kematian istri Gun.
...----------------...
Suatu pagi, Keanu pergi menyelam untuk mendapatkan ikan. Di daerah di mana ia menyelam, banyak sekali bebatuan karang. Namun semakin jauh dan dalam, bebatuan itu juga semakin menjorok ke bawah.
Karena ia dilahirkan sebagai pria yang pandai berenang dan menyelam, Keanu dengan mudah melewati bebatuan karang tersebut.
Sambil memegang tombak yang ia siapkan untuk menombak ikan, Keanu berenang semakin dalam. Tanpa ia duga. Di bawah bebatuan karang yang terjal itu, ada semacam gua tersembunyi.
"Wow, apa ini??" pikirnya takjub sambil melongok ke dalam.
Dalam gua tersebut, ada ruang udara di langit-langit atasnya. Dengan penasaran, Keanu memasuki gua tersebut dan berjalan menyusuri kedalamannya. Terdapat lorong panjang yang hanya bisa dilewati manusia dengan cara merangkak.
Begitu melihat cahaya matahari di ujung gua, Keanu segera memeriksanya. Rupanya gua bawah laut itu terhubung dengan gua kecil yang terdapat di tepi tebing yang membatasi desa mereka.
"Woaaah,,, sungguh menakjubkan."
Begitu selesai melihat-lihat, Keanu seperti mendapat ide cemerlang. Ia tersenyum dengan ide yang baru saja muncul dalam benaknya.
Ide apakah itu?
Nantikan bab selanjutnya....
Bersambung,,,,,,,
BAB 3
Selama tujuh hari tujuh malam, Keanu menyulap ruang gua yang ia temukan menjadi sebuah rumah rahasia yang sederhana. Di dindingnya terpasang tempat gantung senjata yang berderet rapi. Tempat gantung itu berisi beragam tipe pisau, kapak, martil, bor dan sebagainya.
Tempat lampu gantung juga sudah ia perhitungkan. Sehingga ia akan mudah mencari cahaya saat gelap.
Dan pada hari yang sudah diperhitungkan pula, Keanu datang ke sebuah tempat yang sempurna. Ia mengawasi istri Gun yang sedang menginap di rumah mertuanya. Rumah wali kota.
Karena sedang beruntung, Elissa begitu nama istri Gun sering disapa, akan pergi ke pantai bersama anak-anaknya. Keanu yang berdiri bersembunyi di balik dinding itu tersenyum mendengarnya.
Ia pergi dari sana dan menunggu Elissa datang. Tepat pada jam empat sore, rombongan Elissa datang menggunakan mobil sendiri.
Anak-anak berlarian ke pantai sambil menjinjing keranjang mainan. Begitu Elissa turun dari mobilnya, Keanu mengawasi wanita itu dengan seksama.
"Anak-anak, hati-hati jangan saling dorong," teriak Elissa yang merapikan tikar.
"Ya, mama."
Anak-anak tidak memperhatikan ibunya. Mereka asyik bermain pasir dan mencetaknya menjadi istana. Bagi orang seperti Keanu, itu adalah kesempatan emas.
Ia datang berpura-pura mengemis pada Elissa, "Permisi nyonya, bisakah anda memberiku makanan?"
"Apa? Siapa kau?"
"Beri aku sedikit makananmu, nyonya," kata Keanu dibalik tudung yang menutupi kepala dan wajahnya.
Elissa diam sesaat dan memperhatikan. Sayang sekali, ia justru berkata pahit pada Keanu. Padalah, jika ia berbuat baik dan menanggapi dirinya dengan baik, maka nyawanya akan selamat.
"Kau tidak sadar diri, hei pengemis? Aku menghasilkan uang dan makanan ini dengan keringatku sendiri. Jadi mana bisa aku berbagi padamu? Dasar pemalas yang menjijikkan. Minggir sana!"
Baru saja selesai berucap, Keanu memukul leher wanita itu hingga jatuh pingsan. Kemudian, tanpa ada yang melihatnya, ia membawa Elissa ke sisi lain pantai. Sebelum menceburkan diri, Keanu membungkus kepala Elissa dengan plastik agar bisa sedikit bernafas. Kemudian ia mengikat tubuhnya dengan Elissa.
Dari sana ia menggendong wanita itu dan mulai berjalan menuju tengah laut. Begitu ombak menerjang, ia pun menyelam dengan tetap mempertahankan wanita itu di pelukannya.
"Aaahhh...."
Mereka sampai di gua. Cukup sulit juga menyelam sambil membawa serta manusia yang pingsan. Dengan cepat Keanu menyeret tubuh Elissa ke dalam dan membaringkannya di atas plastik berukuran besar.
Kemudian ia melepas plastik yang ada di kepala Elissa. Dan membiarkannya dalam keadaan pingsan seperti itu.
Pada saat Keanu sedang mengasah pisau, tiba-tiba saja Elissa terbangun dan mencekiknya dari belakang.
"Siapa kau? Apa yang akan kau lakukan padaku?!!" pekik Elissa histeris.
"Salahkan suamimu yang dulu merenggut kesucian dan nyawa adikku," jawab Keanu tercekat berusaha menyingkirkan tangan Elissa. "Kau di sini untuk membayarnya," lanjutnya memutar tangan Elissa dan berhasil menyingkirkannya.
Keanu mendorong Elissa agar menjauh darinya.
"Tidak. Itu tidak benar. Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon, tuan," Elissa memeluk kaki Keanu.
"Teruslah memohon padaku. Tapi sayang sekali, nona. Permohonanmu sudah terlambat."
"Bagaimana bisa pengemis sepertimu berbuat macam-macam padaku? Apa kau tahu siapa aku? Aku istri anggota DPR, Gun Switzergard."
"Aku tidak peduli itu. Yang ku tahu, aku akan melakukan hal yang sama seperti yang suamimu lakukan pada adikku," jawab Keanu tersenyum.
Merasa bahwa pria itu gila, Elissa berdiri dan meraih sesuatu di dekatnya. Sebuah kapak dan langsung mengacungkannya pada Keanu.
"Jangan berani macam-macam padaku! Atau aku akan membunuhmu, pengemis sialan!" teriak Elissa.
"Letakkan itu, atau kau akan mati saat ini juga."
"Tidak! Lepaskan aku dulu."
"Aku bilang letakkan itu!"
"Ambil sendiri kalau kau bisa! Hiyaa!!!"
SRINGG. ..
Elissa menyerang Keanu dengan kapak. Ia menyabetkan kapak tersebut ke segala arah. Tanpa ia duga, kapak tersebut berhasil menyerempet leher Keanu.
"Ouughh.." Keanu memegangi lehernya yang mengeluarkan darah. "Lepaskan atau aku benar-benar akan membunuhmu sekarang!"
"Tidak! Sekarang atau nanti, kau tetap akan membunuhku, kan? Jadi aku akan membunuhmu lebih dulu!" jerit Elissa.
Keanu yang semula bersabar, kini tidak lagi. Ia menendang perut wanita itu dengan keras hingga terpental jatuh tersungkur ke belakang dan membentur dinding gua.
"Aa' aaahh...." suara Elisa merasakan sakit pada perutnya.
Keanu meraih kapak yang jatuh ke lantai gua. Mengelap darah yang ada di sana. Kemudian mengusap-usapnya seperti seorang bayi.
Seperti penjahat berpengalaman, ia meraih dan menempeleng keras kepala Elissa dengan bagian tumpul kapak tersebut. Kemudian ia juga menjambak rambut Elissa dengan kencang sampai kepala wanita itu mendongak ke atas karenanya.
"Kalau kau tenang, aku akan memikirkan kembali hukuman untukmu," kata Keanu.
"Tidak tuan, jangan bunuh aku. Aku mohon. Lakukan apapun asal jangan mengambil nyawaku. Kasihan anak-anakku tuan, mereka sedang menungguku di pantai," Elissa memohon di kaki Keanu.
"Lalu, apa yang ingin kau berikan padaku sebagai pengganti nyawamu?"
"Lakukan apapun yang kau mau, tuan. Ah, kau bisa bercinta denganku sepuasmu. Aku akan melayani dengan penuh. Tapi aku mohon,, ampuni aku," rengek Elissa.
DEG
Keanu tidak terpikirkan soal itu. Tapi begitu mendengar ucapan itu dari mulut wanita itu, sesuatu dalam dirinya seperti dibangunkan.
"Kalau begitu coba lakukan sekarang."
"B Baiklah, tuan."
Dengan gemetaran, Elissa mendekati Keanu yang sedang berdiri sambil memegang kapak di tangannya. Ia merangkak mendekat dan meraih celana Keanu.
Elissa mulai menangis saat ia harus mengoral tongkat milik pria yang hendak membunuhnya. Apalagi saat Keanu menjadi terangsang dan menarik lepas pakaiannya dengan kasar.
Begitu selesai melakukan dengan mulut, ia juga melayani Keanu selayaknya melayani Gun. Ia begitu kesakitan karena melakukannya dengan terpaksa. Sepanjang kegiatan itu, Elissa menangis.
Lama kelamaan, dalam rasa sakitnya, Elissa juga merasakan kenikmatan. Rupanya pengemis itu lebih jantan dari yang ia bayangkan. Selain ukuran yang lebih, durasi dalam bercinta yang ia lakukan bersamanya lebih lama dari suaminya.
Elissa semakin terkejut tatkala tudung penutup kepala pengemis itu tersibak saat dirinya meraih kepalanya. Rupanya seseorang dibalik itu lumayan tampan. Hidungnya indah bak paruh burung Pipit.
Selesai melakukannya, Keanu menyingkir begitu saja. Ia kembali mengenakan penutup kepalanya dan meraih tali tambang yang ia letakkan di pojok ruangan. Tanpa banyak kata, ia mengikat kedua tangan Elissa ke belakang. Kemudian kakinya.
"Tuan, siapa namamu? Pernahkah kita bertemu sebelumnya? Jika nanti kau membebaskanku, kau boleh memintaku datang kapanpun kau mau," Elissa merasa harus menawarkan sesuatu.
Keanu diam. Kemudian ia membungkus tubuh Elissa yang telanjang bulat dengan plastik besar. Ia membiarkan wanita itu hanya mendapat sedikit oksigen yang tersisa di dalam plastik. Untuk ementara waktu, ia berbaring dan beristirahat sebelum melakukan hal melelahkan lainnya.
Malam kian datang. Terlihat dari cahaya air yang mulai meredup. Ruangan dalam gua pun menjadi gelap. Keanu terbangun dari tidurnya dan menyalakan lilin dalam lampu dinding.
Ia memeriksa keadaan Elissa. Rupanya wanita itu sedang tidur. Dilihatnya bagian perut wanita itu yang mulus terpantul cahaya lilin. Ia mengulurkan tangannya. Kemudian diremasnya dua bongkahan gunung yang menantang dirinya dengan perlahan.
Saat itu, Keanu benar-benar ketagihan. Ia tidak menyangka bercinta dengan orang yang berputus asa terasa begitu menyenangkan. Tanpa membangunkan wanita itu, ia kembali melakukannya dengan penuh hasrat.
Tubuh Elissa berguncang kuat menerima hantaman keras maju mundur yang dilakukan Keanu. Pack Pack Pack !
Suara-suara seperti itu menggema di dalam gua. Tanpa ada yang tahu. Tanpa ada yang menduga.
Di tempat lain, Gun sedang mencari-cari keberadaan istrinya. Sebab, anak-anaknya ditemukan olehnya berada di pantai bermain sendirian.
Gun juga melaporkan perihal kehilangan istrinya pada polisi. Namun, belum juga ada kabar Elissa masih hidup atau tidaknya. Di saat seperti itu, rasa gundah dan gelisah menghanyutkan dirinya. Oh, apa yang terjadi pada wanita yang ia cinta?
Seperti yang Keanu inginkan.
Akhirnya Gun merasa takut untuk kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup.
Bersambung.........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!