Suara lantunan Ayat suci Al - Qur' an begitu sangat merdu saat seorang pria bersanding di samping wanita yang sama sekali tak di cintainya.
Pria di samping nya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu dengan wajah yang sangat serius.
" Saya terima nikah dan kawinnya Alena Arandini dengan mas kawin sebesar satu juta rupiah di bayar tunai."
SAH
Alhamdulilah
Alena pun mencium punggung tangan Alvino yang kini telah menjadi suaminya.
Ayah Alena tersenyum saat melihat Putri nya menikah dengan pria yang tepat.
" Sekarang kalian berdua sah menjadi sepasang suami istri sah secara hukum dan agama. " Ucap Pak Hadi.
Alena hanya diam dan membuang muka, tak menghiraukan keadaan sekitar, dan pernikahan nya hanya di hadiri oleh anak buah Ayah nya.
" Alvino, terima kasih kamu sudah memenuhi permintaan saya. Dan saya sangat berterima kasih kamu sudah secara langsung melindungi Alena. "
" Saya yang berterima kasih karena bagi saya hanya sebagai Ajudan Ayah bisa menikahi anak gadis Ayah dan sudah memilih saya." Ucap Alvino.
" Karena Ayah tahu kamu lah yang terbaik bagi Alena."
*****
Acara pernikahan yang sangat sederhana dan tanpa ada pesta yang meriah. Alena pun masuk kedalam kamar nya tanpa peduli dengan Alvino yang kini jadi suaminya.
Saat setelah Pak Hadi masuk kedalam kamar nya Alvino hanya diam di depan pintu kamar Alena dan saat akan mengetuk pintu Alvino tak berani. Dan dirinya saat akan pergi dari depan pintu kamar Alvino Kakak Alena menghampiri Alvino.
" Mau kemana? " Tanya Niko.
" Bang Niko, anu Bang anu saya mau merokok di depan." Jawab Alvino.
" Bilang saja kamu tidak dapat Pintu kan." Ucap Niko sambil menaik turun kan alisnya.
" Nggak kata siapa, saya masuk nih kalau nggak percaya. " Ucap Alvino dan Alvino pun berjalan membuka pintu kamar Alena dan sebuah keberuntungan bagi Alvino saat membuka pintu kamar Alena tak di kunci.
Alvino pun masuk kedalam kamar Alena, pertama kali dirinya masuk kamar anak dari seorang Jendral yang terkenal manja dengan nuansa warna pink dan penuh dengan sebuah boneka mengingat kan pada seseorang jauh disana.
Ceklek
Alvino kaget saat melihat Alena hanya mengenakan handuk yang melilit di tubuh nya dengan rambut yang basah.
" Kamu...!! " Ucap Alena kaget saat melihat Alvino dan langsung menutup dadanya dengan kedua tangan nya.
" Ssssttt.. di luar ada Abang kamu, saya terpaksa masuk. " Ucap Alvino.
" Bohong bilang saja mau... " Ucap Alena terputus.
" Mau apa, saya pikir mau menikmati tubuh kamu yang nggak ada bagus - bagusnya. " Ucap Alvino yang menahan sesak di bagian bawahnya.
" Oh ya, masa tubuh mulus saya nggak bagus dan apa nggak salah bagian bawah Abang yang menonjol."
Alvino langsung melihat ke bawah dan ternyata sudah menegang dan langsung di tutupi dengan kedua tangan nya.
Hahahahha
Alena tertawa saat melihat Alvino yang dia tahu hanya pria tegas dan tak pernah senyum.
" Awas ya sekali saya tembak kamu klepek - klepek. " Ucap Alvino yang langsung keluar dari kamar Alena.
******
Door
Door
Door
Alena terbangun saat mendengar suara tembakan dan suasan rumahnya menjadi gelap.
Ceklek
Braaakk
Terdengar suara pintu terbuka dan tertutup kembali, dan Alene membuka laci nakas nya mengambil pistol.
Akkhhh
Mmmpppp
Alena yang terkungkung oleh tangan kekar, dan terlihat mata yang tajam menatap dekat wajahnya.
" Jangan teriak, saya Alvino. Kita harus segera pergi dari sini. "
Alena menganggukkan kepalanya dan tangan Alvino menarik tangan Alena.
" Tunggu saya harus ambil tas dulu." Alena meraih tas dan memakainya dengan pistol di tangan nya.
Alvino dan Alena pun keluar dari jendela kamar dan melompat kebawah, mereka saling bergandengan tangan.
Door
Door
Alvino menembak kembali, begitu pun juga Alena mereka saling menembak musuh.
Dan terlihat kakaknya sedang berkelahi dengan seorang pria berbaju hitam, saat Alena akan menembaknya Alvino langsung menarik tangan Alena.
" Kita tak punya Waktu kita harus pergi sekarang."
" Bang Niko. "
" Percaya dia bisa melindungi dirinya dan melindungi Ayah."
Buuuuummm
Buuuummmm
" Ayah... Abang...!!! "
Teriak Alena saat melihat rumah nya di bom hingga terbakar dan mendengar beberapa kali bunyi tembakan.
*****
Alvino dan Alena lari ke arah terminal dirinya menaiki sebuah bis, nafas mereka yang masih naik turun dan pikiran Alena yang masih tak percaya apa yang dialaminya.
" Sementara kamu saya sembunyikan di kampung halaman saya, dan jangan sampai kamu pergi jauh." Ucap Alvino.
" Apakah jamin saya aman? " Tanya Alena.
" 80 persen." Jawab Alvino.
" Sebenarnya apa yang terjadi dan kenapa Ayah menikahkan saya sama kamu? " Tanya Alena.
" Seharusnya kamu tahu." Jawab Alvino.
******
Perjalan dengan Bus yang memakan waktu 8 jam perjalanan akhirnya sampai dan tidak hanya itu Alena dan Alvino harus menaiki angkutan umum selama 1 jam. Dan harus menggunakan ojeg motor untuk menuju ke desanya .
" Hey.. Rumah kamu pelosok ya jauh banget, saya kira tadi pas turun naik bisa hanya beberapa menit sampai, sekarang malah masih naik lagi."
" Kamu lihat di atas sana ada perkampungan itu kampung saya." Ucap Alvino.
Saat akan menuju pintu masuk ke tempat tinggal Alvino terlihat beberapa tukang ojeg motor yang mangkal.
" Wuis Alvin, pulang kampung? " Tanya salah satu tukang ojeg.
" Motornya saya sewa sampai rumah nanti ikut sama kamu ya Salim." Ucap Alvino sambil menyerahkan uang pada Salim dan Iwan.
" Siapa dia? " Tanya Iwan.
" Istri. " Jawab Alvino.
Alena yang mendengarnya merasakan geli dan hanya tersenyum terpaksa.
Alvino membonceng Alena, saat di perjalanan Alena di suguhi pemandangan yang masih alami.
" Disini beda sama di kota, apalagi kayak di luar negeri. Jangan harap rumah saya seperti rumah kamu." Ucap Alvino.
Setelah sekitar 15 menit berkendara, Alvino pun sampai di depan rumah nya, rumah dengan kolam lele di depan nya.
" Yuk masuk." Ucap Alvino.
Alena pun mengekor di belakang Alvino, lalu Alvino mengetuk pintu rumah nya.
" Assalamualaikum."
" Walaikumsalam." Sapa seorang wanita dari dalam.
Ceklek
" Ibu. "
" Alvino, ya Allah kamu kenapa nggak kasih kabar." Ucap Wanita paruh baya di depan nya dan Alvino mencium punggung tangan nya di ikuti oleh Alena.
" Siapa ini Alvino? " Tanya Ibu Husna.
" Kita bicara di dalam bu." Jawab Alvino.
Alena memasuki rumah, yang mungkin besarnya seperempat dari rumah nya.
" Duduk Alena." Ucap Alena saat sedang menatap dalam rumah Alvino.
Ibu Husna membawakan air minum berupa teh manis hangat.
" Di minum maaf nggak ada kue nya." Ucap Ibu Husna.
" Terima kasih Bu." Ucap Alena sambil meminum teh manis hangat.
" Bu, Ayah kemana? " Tanya Alvino.
" Ayah masih di ladang." Jawab Ibu Husna.
" Bu, maaf sebelumnya mungkin Ibu akan kaget bahkan Ayah. Ini namanya Alena, dia istri Alvino." Ucap Alvino.
" Apa kamu bilang, dia istri kamu? " Tanya Ibu Husna.
" Iya Bu, ini menantu Ibu. " Jawab Alvino.
Ibu Husna hanya tersenyum ke arah Alena dan Alena membalas dengan senyuman.
*****
Setelah berbincang dengan Ibu Husna , Alena di bawa Alvino memasuki kamarnya. Kamar yang sangat rapih dan wangi, mungkin Ibu Husna merawat kamar Alvino setiap hari.
" Maaf ya kamar nya kecil." Ucap Alvino.
" Ehm.. apa kamar Abang nggak ada Ac? " Tanya Alena.
" Kamu ingin pasang Ac, nanti Abang beli Ac ya kalau sudah gajian." Jawab Alvino.
" Kipas angin duduk saja. " Ucap Alena.
Alvino mencari kipas angin duduk miliknya dan saat akan di nyalakan kipas angin nya tak nyala.
" Maaf kipasnya nggak nyala, Abang betulin dulu."
" Ehm.. Bang, di kamar panas walau di sini di atas bukit Alena tanpa AC nggak betah. "
" Maaf ya Alena, tapi kalau malam dingin loh."
" Alena buka sweater boleh kan? "
" Kamu hanya pakai tanktop kan? "
Alena mengangguk kan kepalanya.
" Yasudah buka saja, tapi kalau keluar pakai sweater nya soalnya itu tanktop terlalu rendah sehingga terlihat belahan nya."
Alena pun lalu membuka sweater nya dan hanya mengenkan Tanktop. Sedang kan Alvino memilih pakaian di dalam lemarinya.
" Ini ada kaos dan celana milik saya, nanti kamu pakai ini sementara. "
" Terus pakai dalam sama make up dan pakaian ganti bagaimana? "
" Nanti saya belikan? "
" Memangnya Abang paham? "
" Saya tahu ukuran kedua yang menggantung itu paling segemgaman tangan."
" Isssshhh. "
Saat makan malam bersama Ayah Alvino menatap tajam ke arah Alena. Ibu Husna pun hanya diam dan terus menaruh lauk di atas piring untuk suaminya.
Sedangkan Alvino hanya menatap Alena yang hanya diam.
" Kamu mengerti tidak adab makan bersama." Tegur Ibu Husna.
" Adab Bu? " Ucap Alena.
" Hmmm.. Sudah makan yuk." Ucap Alvino memberikan piring pada Alena
Alena terus menatap ke arah lauk yang ada di meja makan, sedangkan ketiga orang di depan nya makan dengan lahap.
" Bang." Bisik Alena.
" Kenapa? " Tanya Alvino.
" Ada makanan lain nggak? " Bisik Alena.
" Kamu mau makan apa? "
" Ayam atau daging atau kentang goreng, saya nggak doyan tumis sama tempe tahu." Ucap Alena.
" Nanti Abang ke bawah cari makanan."
" Makasih ya."
" Kenapa Nggak di makan? " Tegur Pak Abas.
" Alena ingin makan sama Ayam nanti saya ke bawah ada orang jual ayam goreng.Nanti mulai sekarang Ibu beli Ayam atau daging setiap belanja sayuran, soalnya Alena setiap hari lauk utama harus ada." Ucap Alvino.
****
Alena membantu Ibu Husna membawa piring kotor ke dapur dan lalu memasukan sisa lauk kedalam lemari.
Saat Alena akan berjalan keluar dari arah dapur Ibu Husna menegur Alena.
" Alena. "
" Iya Bu, ada apa? "
" Kamu cuci piring nya."
" Cuci piring? "
" Iya cuci piringnya, Ibu mau bersihkan meja makan yang kotor. " Ucap Ibu Husna sambil keluar dari dapur.
Alena hanya diam memandang tumpukan cucian piring yang kotor, dan melihat kedua tanganya yang akan bersentuhan dengan kotoran lemak di atas piring.
Dengan jijik Alena mencuci piring dan satu - satu sampai bergidik.
*****
" Bu Ayah Alena mana? " Tanya Alvino.
" Duduk Alvino." Ucap Pak Abas.
Alvino pun lalu duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.
" Sungguh memalukan." Ucap Pak Abas.
" Maaf Ayah, Ibu maaf kan Alvino kalau Alvino melanggarnya dan besok saya akan katakan."
" Nak, kamu tahu Keluarga Lestari memilih kamu untuk turun ranjang setelah Wulan meninggal dunia. Dan kamu tahu, mereka memutuskan turun ranjang karena anak kamu Niken sangat dekat dengan Lestari dan pesan terakhir Wulan untuk kamu menikahi Lestari." Ucap Ibu Husna.
" Benar, apalagi pernikahan kalian akan di laksanakan 3 bulan lagi, malah kamu pulang bawa istri." Ucap Pak Abas.
" Sudah istri kamu di lihatnya nggak bisa apa - apa lagi, dia anak kota yang manja." Ucap Ibu Husna.
Dari balik tembok Alena mendengar nya, hatinya sangat sakit dan apalagi mengetahui bahwa suaminya adalah seorang Duda dan memiliki seorang anak bahkan memiliki tunangan.
*****
Alvino menuju dapur saat Ibu Husna memberitahu nya, namun Alena tak ada di dapur bahkan mencari ke kamar pun tak ada.
Alvino pun segera mencari Alena keluar dari rumah nya dan mendapati Alena yang duduk di depan kolam ikan lele.
" Masuk dingin, katanya mau makan sama Ayam goreng." Ucap Alvino.
" Kenapa Abang menerima pernikahan ini, sebenarnya Abang sudah punya calon istri apalagi seorang anak." Ucap Alena.
" Kamu dengar semuanya? " Tanya Alvino.
" Sebaiknya kita cerai saja Bang, dan Abang tidak terlibat jauh dalam masalah Alena." Jawab Alena.
" Saya tidak akan menceraikan kamu, karena saya sudah berniat kamu menjadi wanita yang terakhir saya akan mencoba belajar mencintai kamu, tapi walau sekarang saya tak bisa mencintai kamu dan mungkin akan sulit mencintai kamu.
" Kedua orang tua Abang juga tidak menyukai Alena dan mungkin anak Abang juga."
" Niken pasti suka sama kamu percaya deh."
" Usia berapa? " Tanya Alena.
" 6 tahun." Jawab Alvino.
" Sekarang dimana? " Tanya Alena.
" Dia sedang di rumah Lestari." Jawab Alvino.
" Tunangan Abang? "
" Tepat nya mantan tunangan." Ucap Alvino.
" Makan dulu yuk. " Ucap Alvino mengalihkan pembicaraan.
Alena pun menganggukkan kepalanya, dan beranjak bangun memasuki rumah Alvino.
*****
Setelah selesai makan, Alena masuk kedalam kamar nya bahkan dirinya tak membawa ponsel nya.
" Cari apa? " Tanya Alvino.
" Ponsel saya Bang lupa." Jawab Alena.
" Di bawa juga percuma mereka akan melacak melalui no ponsel ."
" Saya harus cari tahu kabar Bang Niko dan juga Ayah, kalau begitu saya pinjam punya Abang."
" Nomer ponsel saya sudah di buang saat di dalam bus." Ucap Alvino.
" Terus selama kita bersembunyi apakah Abang tidak Dinas? "
" Nggak Usah mikirin Abang, sekarang tanpa kamu sadari suami kamu ini sedang bekerja. " Ucap Niko.
" Nanti Abang belikan ponselnya yang baru tapi kalau sudah gajian." Ucap Alvino kembali.
" Dari tadi bilang nya kalau gajian terus memang nya kamu Bang nggak punya tabungan? " Tanya Alena.
" Tabungan saya untuk Niken, tapi tenang saja kebutuhan kamu akan Abang penuhi tapi maaf kalau Abang kasih uang sama kamu sedikit. "Jawab Alena.
" Saya nggak butuh uang Abang di dalam dompet saya ada 3 ATM yang banyak isinya." Ucap Alena.
" Atm kamu juga tidak bisa di gunakan."
" Hah.. Apa, di blokir!!! " Ucap Alena kaget.
" Iya di blokir, semua akses internet yang kamu gunakan akan tertangkap jadi sementara jauhi."
" Asem banget sih. " Ucap Alena kesal.
" Sekarang sudah malam kamu tidur, saya tidur di bawah." Ucap Alvino.
Saat tengah malam Alena tak bisa memejamkan matanya dan terlihat Alvino telah tertidur pulas.
Alena menatap Alvino dari atas tempat tidur, dan dirinya tak menyangka akan menikah dengan pria yang tidak dia cintai bahkan dia pun memiliki masa lalu yang sedih.
*******
" Assalamualaikum."
" Walaikumsalam." Balas Ibu Husna dan Pak Abas.
Lestari datang bersama Niken, mereka berdua mencium punggung tangan Ibu Husna dan Pak Abas.
" Niken, ada kejutan buat kamu." ucap Ibu Husna.
" Apa itu Nek? " Tanya Niken.
" Coba lihat di kamar." Jawab Nenek Husna.
Lestari duduk bersama dengan kedua orang tua Alvino dan Niken membuka pintu kamar utama dan saat di buka pintu itu terbuka.
Niken terkejut saat melihat Papahnya yang berdiri di depan nya.
" Papah..!!! " Ucap Niken.
" Sayang..!! " Alvino mengangkat tubuh Niken dan mencium kedua pipi nya.
" Niken kangen sama Papah."
" Sama Papah juga kangen sama Niken."
Lalu Alvino membawa Niken yang dalam gendongan nya dan duduk di kursi tamu bersama dengan Lestari dan kedua orang tuanya.
" Apa kabar Bang? " Sapa Lestari.
" Alhamdulilah baik." Ucap Alvino.
" Kenapa Abang tak kasih kabar kalau Abang akan pulang? " Tanya Lestari.
" Mendadak dan Memang nggak di rencanakan." Jawab Alvino.
Alena datang dari pintu depan dan saat masuk melihat semuanya sedang berkumpul.
" Siang..!! " Sapa Alena.
" Sini duduk." Ajak Alvino.
Alena pun duduk dan melihat Alvino memangku Niken.
" Ini Niken Ya Bang? " Tanya Alena.
" Iya, ini Niken. Sayang kenalin ini Mamah Alena, Mamah sambung Niken." Jawab Alvino.
" Apa Bang, tadi kamu bilang Mamah sambung, istri? "
" Maksudnya apa ini Ayah Ibu? " Tanya Lestari.
" Niken masuk kedalam kamar sayang." Ucap Alvino.
" Baik Papah." Niken pun turun dari pangkuan Alvino dan berjalan ke arah kamarnya di temani Ibu Husna.
Alvino meraih tangan Alena, dan membuat Alena membulatkan matanya.
" Maaf kan saya Lestari, saya menikah dengan Alena. Karena saya mencintai Alena." Ucap Alvino .
" Kita akan menikah Bang, kamu malah menikah sama yang lain. Dan apa kamu tidak pikirkan Niken, dan dia baru beberapa menit kenal sama Niken. " Ucap Lestari.
" Maaf Alena, Ayah juga tidak menyetujui pernikahan ini. Bagaimana pun Alvino harus menikah dengan Lestari, dan keluarga kami tidak pantas sama kamu, terlihat dari gaya kamu seperti nya bukan wanita biasa." Ucap Pak Abas.
" Maksud Bapak, saya high class gitu? " Tanya Alena.
" Kenapa kamu mau menikah sama Alvino, dia bukan orang kaya dan dia tak banyak uang. Dan coba lihat kalung yang kamu pakai, sejumlah gaji Alvino tak di ambil 5 tahun. " Ucap Lestari.
" Saya juga jujur tidak ingin pernikahan ini terjadi tapi setelah ini terjadi apa kalian tega memisahkan kami, dan saya tanya pada kalian apakah menjodohkan Bang Alvino dan mba Lestari kalian saling cinta,apakah suami saya juga mencintai mba Lestari. " Ucap Alena.
" Kalian memang benar, saya anak orang kaya dan Bang Alvino adalah anak buah Ayah Saya bahkan pangkat nya jauh di bawah dari Ayah saya, tapi suatu hubungan yang terjadi apakah harus berdasarkan pangkat dan strata? " Ucap Alena kembali.
Alvino menatap tak percaya pada Alena gadis manja ini bisa bersikap dewasa.
******
" Bang, kenapa kamu mengkhianati saya? " Tanya Lestari.
" Maaf kan saya Lestari. " Ucap Alvino.
" Saya mencintai kamu, selama ini menanti kamu Bang apakah kamu tidak bisa membuka hati kamu dari dulu? "
" Jujur saya menerima kamu demi Niken dan kedua orang kita tapi jujur saya masih belum bisa membuka hati tapi pada Alena saya mencoba memaksa membuka hati ini walau sulit entah bisa atau tidak. " Ucap Alvino.
" Apakah Bang Alvino benar mencintai nya atau hanya terpaksa soalnya seperti yang di bilang Alena bahwa Abang anak buah Ayahnya. " Ucap Lestari.
" Alena tadi bilang apa, itulah apa yang di katakan nya sama seperti saya."
*******
Niken mengintip di balik pintu kamar Alvino, hal itu di ketahui oleh Alena saat sedang bercermin.
Alena menoleh dan tersenyum ke arah Niken, dan Niken pun membalas senyuman Alena.
" Sini sayang? " Panggil Alena.
Niken berjalan ke arah Alena,lalu berdiri menatap Alena dari atas sampai bawah.
" Benar ini Mamah nya Niken? " Tanya Niken.
" Iya sayang, ini Mamah nya Niken. Kenalkan nama Mamah Alena. " Jawab Alena.
" Kenalkan nama saya Niken." Ucap Alena.
" Niken senang bisa punya Mamah akhir nya."
Niken memeluk tubuh Alena ,Alena pun membalas pelukan Niken.
" Mamah jangan tinggalin Papah ya, jaga Papah. "
" Iya sayang, Mamah nggak akan tinggalin Papah sama Niken." Ucap Alena.
Dari balik pintu Alvino menatap Niken yang memeluk tubuh Alena, senyum pun tersungging di wajahnya.
*****
" Mamah senang deh, akhirnya Papah menikah." Ucap Niken.
" Bukan nya dari dulu Niken sudah tahu kalau Papah mau menikah sama Tante Lestari? " Tanya Alena saat berada di kamar Niken berbaring bersama di atas tempat tidur.
" Iya tapi Papah seperti nya nggak cinta sama Tante Lestari." Jawab Niken.
" Memang kenapa? "
" Papah hanya cinta sama Mamah Niken, Papah pernah bilang walau di ganti seribu wanita di samping nya hatinya tak akan pernah lupa atau hilang karena Cinta pertama tidak akan pernah lupa. Papah sayang banget Mah, sama Mamahnya Niken kata Kakek Nenek."
" Niken bisa tahu Papah bilang begitu? " Tanya Alena.
" Karena Niken dengar sendiri." Jawab Niken.
" Mah, jangan tinggalin Papah ya kalau Papah tidak sayang sama Mamah. Niken hanya ingin seorang pendamping buat Papah, Doa Niken hanya itu. "
******
Alena memasuki kamar Alvino, dan terlihat Alvino tengah bersandar di kepala ranjang Sambil memegang Tab.
" Bang. "
" Hmm. "
" Kita Menikah tanpa cinta, dan mungkin hati Abang juga pasti masih mencintai Almarhumah istri Abang. Alena juga sama tak ada rasa apapun. Tapi Saya memutuskan untuk bertahan sama Abang demi Niken." Ucap Alena.
" Apakah kamu serius? " Tanya Alvino.
" Saya serius Bang, dan kemarin Abang juga bilang akan melanjutkan pernikahan ini." Jawab Alena.
" Saya melanjutkan hanya untuk melindungi kamu seperti yang Ayah titipkan kamu pada Saya. "
" Terserah Abang saja, tapi di balik pernikahan ini apakah ada demi Niken juga tujuan Abang? "
" Iya, tapi mungkin sulit untuk belajar mencintai kamu, Niken hanya ingin Saya ada yang menemani selain dirinya."
" Saya paham, Niken cerita banyak. "
" Selama jadi istri Saya, maaf Saya mungkin tidak bisa membelikan kamu barang -barang Mahal atau branded karena gaji Saya hanya cukup makan saja."
******
" Mamah, Niken ingin makan di suapin Mamah." Ucap Niken saat dirinya membawa Piring yang berisi nasi dan lauk.
" Sini Mamah suapin." Ucap Alena.
Niken pun di suapi oleh Alena, Niken sangat menikmati makan siang nya duduk di tepi kolam Lele.
" Niken.. ! !! " Sapa Lestari.
" Tante." Ucap Niken.
" Makan sama apa? "
" Ini. " Tunjuk Niken pada Piring yang berisi lauk berupa sayuran brokoli.
" Alena, kamu harus jaga makan Niken karena dia itu makan hanya pilih - pilih" Ucap Lestari.
" Terima kasih info nya. " Ucap Alena.
" Eh.. Lestari sini masuk." Ucap Ibu Husna.
" Bu Saya bawa makanan untuk Ibu sama Bapak." Ucap Lestari sambil berjalan masuk menghampiri Ibu Husna.
Alena hanya diam dan terus menyuapi Niken.
******
Hingga malam hari Alvino belum juga kembali, sedang kan di ruang keluarga Lestari, Pak Abas dan Ibu Husna beserta Niken asik mengobrol dan tak ada keberanian bagi Alena untuk bergabung karena sejak awal tiba Alena tak di sukai oleh keluarga Alvino.
Saat Alena duduk di teras depan rumah nya, Alvino datang membawa banyak paper bag.
" Abang dari mana? " Tanya Alena.
" Ini buat kamu. " Ucap Alvino.
Alena membuka satu - satu paper bag tersebut dan terlihat beberapa pakaian dan keperluan kebutuhan wanita lain nya.
" Kok nggak ajak Alena keluar? "
" Maaf kamu kan sedang bersembunyi."
" Tapi kan Bang mereka tak tahu wajah Alena."
" Ini ponsel, dan nomer ponsel nya sama seperti punya Abang beda nomer belakang saja." Ucap Alvino menyerah kan ponsel yang sudah aktif.
" Terima kasih Bang. "
" Kamu sudah makan? " Tanya Alvino.
Alena menggeleng kan kepalanya lalu Alvino tersenyum.
" Abang bawa sate, kita makan sama - sama. "
" Terima kasih Bang."
Saat Alvino dan Alena masuk kedalam rumah, Lestari menghampiri Alvino.
" Bang antar Saya pulang ini kan sudah malam." Ucap Lestari.
" Ya sudah, Alena kamu makan duluan saja. Abang antar Lestari dulu."
Alena menganggukkan kepalanya dan Lestari tersenyum penuh kemenangan.
*****
" Niken mau makan? "
" Nggak Mah tadi kan sudah makan malam sama - sama. "
" Loh Mamah nggak di ajak. " Ucap Alena.
" Kami nggak bisa ajak kamu makan, lauk nya saja kamu nggak akan suka. Dan kamu jadi istri Alvino harus sadar diri, suami kamu itu bukan orang kaya dan kamu tahu Alvino itu tak pernah berhenti bekerja siang malam, kalau libur dia suka ngojeg. " Ucap Ibu Husna.
" Ngojeg? " Ucap Alena.
" Benar Alena, makan nya kami ingin kamu pisah kamu lama - lama nggak akan kuat hidup sama dia. " Ucap Pak Abas.
" Kamu tahu, setiap hari kamu ingin makan yang enak Daging Ayam, daging sapi setiap hari harus makan Daging - dagingan terus dan harus beli di rumah makan, sudah mengurangi penghasilan dia." Ucap Pak Abas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!