Langit dipenuhi bintang menambah indahnya suasana malam di kota ini. Disebuah rumah di pinggiran hiruk pikuk ibukota, berkumpul beberapa orang yang berbeda generasi saling melempar tawa di ruang tamu.
Berbeda dengan suasana ceria di lantai bawah. Di dalam kamar bercat putih dengan perpaduan biru. Perempuan terbalut gamis brukat peach dengan pasmina warna senada, masih mematung di depan cermin yang menunjukkan seluruh pantulan bayangan dirinya usai di make-up. Sungguh rasanya masih seperti mimpi. Ya, mimpi yang tak pernah di bayangan oleh seseorang Kanya Cinta Kirana. Hari ini seorang lelaki yang menjadi pilihan kedua orang tuanya, benar-benar datang untuk melamarnya.
Rencana perjodohan kedua anak manusia ini memang sudah di bicarakan kedua orang tuanya sejak duduk di bangku SMP. Kanya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarganya, tentu harus besar hati menerima keinginan orang tuanya. Mumpung sedang jomblo juga. Cari jodoh itu susah guys! Apalagi yang tampan, Sholeh, CEO, kaya raya dan bucin. Jodoh sempurna seperti itu cuma bisa di dapat dengan gampang di novel karangan Kanya saja.
Kedua orang tuanya bersahabat baik, oleh sebab itu keduanya sepakat untuk menjodoh Kanya dan Abian yang kebetulan berbeda gender.
Lagi-lagi, tubuhnya begidik ngeri mengingat siapa lelaki kurang beruntung yang sedang melamarnya di bawah.
Memang lelaki itu bukan Ji Chang Wook yang bisa membuat hatinya luluh lantah. Atau Jeong Jaehyun suami halu Kanya sejak dulu.
Tapi lelaki itu adalah Abian Askara Putra. Pemuda 25 tahun yang saat ini sedang mencuri perhatian warga +62. Terutama kaum milenial yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Wajah lelaki berparas tampan itu sedang malang melintang di televisi atau media online belakangan ini. Bukan karena sensasi atau anak muda yang mendadak menjadi crazy rich seperti para YouTubers itu. Apalagi membuat hal aneh diluar nalar yang kemudian menjadikannya viral.
Tapi lelaki itu di kenal karena prestasinya yang membanggakan di usia muda. Setiap mengingat hal itu Kanya lagi-lagi merasa lesu. Seorang Bian sangat bertolak belakang dengan dirinya.
Kanya dan Abian ibarat langit dan debu. Langit dan bumi maksudnya. Terlalu banyaknya perbedaan yang mencolok di antara keduanya.
Rasanya Kanya merasa tak pantas bersanding dengan Bian. Kenapa lelaki itu tidak menolak saja perjodohan ini! Bisa saja ia mengunakan otak jeniusnya untuk menggagalkan rencana ini.
Ya, lelaki itu memang pandai dan berotak encer. Kanya satu sekolah dengan Bian ketika di bangku SMP hingga SMA. Bian selalu berprestasi dan memenangkan olimpiade sains disetiap jenjang sekolah. Sedangkan Kanya, selalu berada di urutan satu terakhir setiap penerimaan nilai raport.
Jika Bian hanya bersekolah SMA selama dua tahun karena program akselarasi. Maka orang tua Kanya harus memohon-mohon pada wali kelas agar Kanya tak tinggal kelas. Begitulah Kanya seseorang yang akan kejang-kejang mendengar ucapan matematika saja.
Lelaki itu genius dan Kanya bo-doh! Itu hujatan yang diterima Kanya sejak dulu dari semua orang erkecuali keluarganya. Kanya sadar akan hal itu. Kemampuan akademiknya sangat payah.
Bahkan di usianya yang sudah 24 tahun Kanya belum mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah. Belum ada perusahaan yang mau menerimanya. Padahal ia sudah berjuang mati-matian untuk bisa meraih gelar sarjana meskipun lulus di tahun ke enam. Itupun ia mengambil jurusan yang hampir jarang peminatnya. Jurusan seni terapan!
Tentu saja sangat Berbeda sekali dengan Abian. Ia mendapat predikat lulusan sarjana terbaik di universitas terbaik negeri ini. Lelaki itu pun mendapat beasiswa penuh menempuh pendidikan S2 di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Calon suaminya satu alumni dengan Tony stark sang pencipta ironman, hanya itu sebatas pengetauan Kanya. Terlalu receh memang, tapi jika ditanya tentang nobel atau yang lainnya tentu saja kapsitas kepalanya tak akan sampai kearah sana.
Di usianya yang masih 25 tahun Bian sudah mendirikan perusahaannya sendiri di bidang startup. Lelaki itu seorang CEO dan Founder aplikasi pendidikan berbasis belajar online SobatPintar. Meskipun bukan yang pertama dan tergolong baru, aplikasi bimbingan belajar milik Bian cukup bersaing dan diterima dengan baik di kalangan pelajar. Buktinya baru berjalan hampir setahun aplikasi SobatPintar sudah di unduh lebih dari lima juta kali oleh para pengguna.
Dan Kanya, apa yang bisa ia lakukan? perempuan itu baru bisa menciptakan tokoh fiksi CEO yang dingin, kaya raya, dan bucin. Ia menulis tema mainstream untuk menarik minat pembaca. Kanya penulis novel online di salah satu platform online. Hal itu ia lakukan untuk mengisi kekosongan waktunya selama tidak berkerja. Ia juga bisa menuangkan perasaaanya saat menulis. Entah itu bisa disebut perkerjaan atau bukan. Yang jelas menulis cerita fiksi kehaluannya menjadi salah satu sumber penghasilannya selain usaha toko pakaian muslim yang ia rintis dengan sahabatnya.
“Kay, kamu udah siap?” suara dari balik pintu yang membangunkan lamunan Kanya.
Perempuan cantik itu mendekat kearah ibunya yang nampak cantik dengan balutan baju warna seragam dengan dirinya. “Udah Ma,” jawabnya dengan memaksa sedikit senyum.
“Cantik anak Mama. Bian pasti langsung terkesima,” puji Mama Rida. Kanya mempelebar sedikit senyumnya, ia yakin mamanya berusaha untuk menenangkannya saja.
Kanya segera saja merangkul tangan ibunya untuk bersama-sama menuju ke lantai bawah. Jantungnya mendadak berzumba ketika menuruni tangga, tangannya mendadak dingin, matanya mendadak merah, nafasnya juga hampir cekat. Tenang! Kanya bukan akan berubah menjadi vampire. Ia hanya menyesuaikan dengan mimpinya yang menjadi nyata.
Meskipun pandangan Kanya tidak menengok kekanan dan ke kiri, tapi ia sangat yakin semua mata kini menatap Kanya dengan senyum yang mengembang. Kanya sudah duduk di hadapan kedua keluarga besar. Ia kini mendongak, berusaha mencuri pandang dari ujung matanya Lelaki yang akan menjadi suaminya.
Terbit senyum manis yang mengembang di bibir laki-laki itu ketika netra mereka tanpa sengaja saling bertemu. Tatapannya syahdu mengartikan kekaguman paras elok perempuan beruntung yang akan menjadi istrinya. Tapi sayang semua itu cuma halu dan harapan Kanya doang! Lelaki tampan dengan pakaian batik itu sama sekali tak melihat ke arah Kanya. Pandanganya kesana kemari seolah enggan untuk melihat perempuan yang sudah berdandan habis-habisan yang duduk manis didepannya.
Dugaan Kanya kali ini sepertinya tidak akan meleset. Pernikahannya nanti mungkin akan beralur sama dengan novel karangannya. Ia tak pernah diinginkan seorang Abian! Hal ini bukan presepsi kanya tanpa alasan. Semua orang juga tahu beberapa waktu lalu Abian ramai di pemberitaan media online jika sedang dekat-dekatnya dengan Gareta.
Gareta finalis ajang kecantikan nasional Puteri Nusantara. Sudah dipastikan perempuan itu cantik, pintar, berwawasan dan menawan. Tentu saja dia bukan tandingan Kanya. Kanya tak mungkin dan tak akan bisa menyaingi seorang Gareta.
Jika memang Abian mencintai Gareta, kenapa ia sekarang datang melamar dan menerima perjodohan yang segara akan di langsungkan pernikahan beberapa hari kedepan. Sebenarnya keluarga Kanya juga rela jika memang keluarga Bian membatalkan perjodohan ini.
Masih tanda tanya besar dalam pikiran Kanya, kenapa Bian tak membelot dan ingin tetap menikahinya selagi masih ada waktu?
Apa mungkin seorang Abian akan mempermainkan ikatan suci pernikahan? Jika memang itu terjadi, setelah akad nikah berlangsung Kanya harus ikut berkontribusi memikirkan poin kontrak pernikahan yang mungkin sudah di persiapkan Bian?
Miris nasib Kanya, belum juga menikah ia harus memikirkan nasib akan menjadi janda, Janda tapi perawan pastinya. Karena tidak menutup kemungkian dirinya bukanlah istri yang dicintai dan diinginkan calon suaminya.
.
.
.
.
.
Bersambung .......
Suara lantunan ayat suci alquran di lantukan dengan begitu merdu mengema di dalam ballroom. Suasana pagi yang begitu sakral dan khidmat. Kanya bisa melihat dari tirai tipis yang menghiasi ruangan yang terhalang tirai dari tempat berlangsungnya akad nikah. Setelah acara lamaran di rumahnya lima hari lalu, acara akad nikad dan resepsi di gelar hari ini. Acara persiapan pernikahan mereka memang sudah di urus oleh kedua orangtua Kanya dan Bian.
Mungkin untuk sebagian orang, hari ini merupakan hari paling bersejarah untuk dikenang sepanjang hidup, seorang calon imam akan mengucapkan ikrar yang terdengar hingga langit dan disaksikan ribuan malaikat. Keduanya akan disatukan dalam ikatan sakral yang dinamakan pernikahan.
Tapi rasanya itu sungguh ganjal dengan perasaan Kanya. Pernikahanya kali ini tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ia tak tahu harus senang atau sedih. Masih banyak benang kusut dikepala Kanya yang harus diluruskan satu persatu dengan Bian.
“SAH!”
“SAH! Alhamdulillah,” suara yang terdengar dari ruangan sebelah.
Kanya terbangun dari lamunannya, sudah dipastikan dirinya sekarang sudah sah menjadi istri Abian. Dua wanita matang mengandeng lengan kanya dengan senyum merekah menuju ballroom untuk menemui seseorang yang menjadi suaminya itu. Dua wanita yang berbahagia itu tak lain adalah bu Farida dan Bu Dita ibu dari Kanya dan Bian.
Jantung kanya kembali berzumba ketika memasuki area ballroom hotel. Lelaki tampan dengan baju basofi warna putih nampak dari jarak beberapa meter didepannya. Seorang yang sekarang menjadi suaminya itu menunggu berdiri menghadap ke arahnya dengan senyum yang tipis setipis harapan Kanya yang akan bahagia dengan pernikahannya.
Jangan senang dulu Kanya! Mungkin Bian tak sabar untuk menunggu foto buku nikah dan segera melempar perjanjian kontraknya ke kamu.
Jarak keduanya kini sudah tidak bisa ditepis. Ketika netra mereka saling bertemu, Kanya bisa melihat Bian memalingkan wajahnya dengan raut wajah yang sulit di tebaknya.
Apa baru menyesal sekarang, setelah resmi menikahiku. Kanya hanya bisa membatin tanpa berani mengungkapkan. Jika biasanya pasangan yang selesai melalui acara ijab qobul akan bertukar cincin kemudian pengantin pria akan mencium kening pengantin wanitanya penuh cinta. Apa Kanya akan merasakan hal demikian mengingat ia bukan perempuan yang dicintai? Bahkan sekedar melihat saja Bian sepertinya enggan.
“Kanya, pakaikan cincinku,” suara berat yang membangunkan Kanya dari presepsinya sendiri.
Kanya ngelagapan, “Maaf,” buru-buru ia meraih cincin perak di dalam kota kaca di nampan yang dibawa adik Bian Kinan.
Kanya meraih tangan Bian untuk menyematkan di jari manis suaminya.
Dingin! Basah! Besar!
Itu Kanya rasakan setelah memegang tangan Lelaki yang menjadi suaminya. Ia hanya tak menyangka Bian bisa juga gugup dengan acara ijab qobul ini.
Kanya mencium punggung tangan pria yang sekarang menjadi suaminya itu. Terselip bahagia bercampur perasaan tak menentu.
“Sekarang cium kening istrinya ya Mas, jaraknya tolong lebih dekat lagi,” arahan fotografer yang membuat mata Kanya membulat.
Kanya mencoba meredam debaran jantungnya, Apakah Bian akan melakukannya. Kanya memejamkan mata, ia merasakan sesuatu yang menyentuh keningnya yang tertutup kain kerundung. Jika di novel karangannya si tokoh pria akan mencium lama kening pengantinnya. Makan Kanya hanya merasakan tak kurang dari setengah detik kecupan di keningnya, Sungguh jepretan kamera mungkin lebih lama dari kecupan yang dirasakan Kanya. Meskipun hanya tak kasat tapi cukup membuat hati Kanya sedikit teduh.
Kanya juga bisa mendengar suara-suara bahagia yang bersorak di dalam ballroom.
.
.
.
.
.
.
Bersambung .......
Malam harinya acara berlanjut ke acara resepsi yang berlangsung di tempat yang sama dengan akad nikah. Acara resepsi pernikahan Kanya dan Bian tergolong mewah dengan tema biru. Sudah lebih dari satu jam Kanya dan Abian berdiri untuk menerima tamu undangan yang memberi ucapan selamat. Tangan Kanya juga sesekali mengait tangan Bian ketika ada tamu undangan yang meminta untuk berfoto bersama. Tak lupa senyum terekah termanis di tunjukkan Kanya untuk menunjukkan dialah perempuan paling bahagia malam ini. Hal yang sungguh berbanding terbalik dengan yang ditunjukkan Bian. Lelaki itu hanya tersenyum seutas, ia seolah berontak kalau dirinya tak ikut bahagia seperti yang di tunjukkan Kanya.
Miris! Itulah yang kini di rasakan Kanya.
“Terima kasih Pak Mentri,” ucap santun Kanya pada salah satu tamu undangan penting.
“Selamat ya Mas Bian dan Mbak Kanya. Semoga jadi keluarga yang sakinah, mahwahdah, waromah,” ucap pria paruh bayah yang menjadi salah satu jajaran menteri kabinet pemerintah itu.
“Terima kasih sekali lagi sudah menyempatakan hadir Pak, Bu,” ucap Bian mengantarkan pamit Pak Mentri.
Kanya kembali berdiri resah, kakinya terasa begitu nyeri dengan heels yang dikenakan. Rasanya Kanya ingin sekali melepaskan heelsnya, lagipula tak akan ada yang tahu ia akan berdiri dengan kaki telan-jang. Rok gaunnya yang mengembang menyapu lantai itu bisa menutupinya. Selain itu tinggi badannya dengan Abian juga tak terlalu jauh hanya selisih 10cm dari tinggi badannya 162cm. Pasti tidak akan ada orang yang menyadari jika ia akan melepaskan highheelsnya sekarang juga.
"Kenapa?" tanya Bian yang membuat Kanya berdiri tegap seketika.
"Nggak apa-apa?" elak Kanya tiba-tiba ingin mengurungkan niatnya yang bisa merusak sisi keanggunan di mata Bian.
"Kamu pasti capek ya," tanyanya lagi.
Kanya mengangguk lega meskipun hanya pertanyaan sederhana. Bian memang tak banyak bicara, tapi ia tak sedingin balok es seperti tokoh CEO cerita fiksi karangannya. Ia masih punya sisi perikesuamian.
"Sabar tinggal beberapa jam lagi," sambungnya berbisik pelan di telinga Kanya.
Lagi-lagi Kanya hanya mengangguk dengan seutas senyum, mungkin jika pasangan lain yang saling mencintai akan berkata. "Nanti aku gendong sampai ke kamar Sayang."
Sudahlah! Kanya tak ingin menghalu untuk memikirkan hal yang hanya membuatnya kecewa sendiri. Mendapat sedikit perhatian dari suaminya saja ia sudah bersyukur, setidaknya nasibnya tak terlalu menyedihkan seperti tokoh perempuan di novel karangannya.
Matanya langsung berbinar melihat tamu undangan selanjutnya yang naik ke pelaminan.
Sahabat-sahabatnya muncul dengan baju warna seragam. Sahabat yang ia sebut dengan geng foursquad itu langsung berhambur satu persatu memeluk Kanya. Mulai dari Raisa yang memeluknya dengan sangat erat. Tentu saja ia senang akhirnya sahabat perempuan terakhir yang sekaligus rekan kerjanya itu menemukan tulang rusuknya. Tampan, muda, CEO pula.
“Akhirnya soldout,” kini giliran Lili memeluk Kanya. Perempuan yang berprofesi sebagai calon pengacara dan influencer itu juga begitu gembira melihat tidak ada lagi member perempuan foursquad yang jomlo.
“Kay. Lihat deh penampilan sobat ambyar kita,” Raisa meraih tangan Lelaki berkuncir kuda yang memakai baju batik senada dengan corak rok yang dikenakan Raisa dan Lili.
Kanya menutup mulut dengan kedua tangannya kaget. Lelaki itu merentangkan tangan ingin memberi pelukan pada Kanya seperti yang dilakukan Raisa dan Lili.
“Eits …” Kanya langsung meringsuk ke lengan Bian.
Lelaki bernama Galang itu kembali menutup tangannya mundur, “lupa gue Kay, bukan mahram.” kekehnya.
“Kebiasan deh!” sembur Kanya. Kanya sudah tak heran dengan member Lelaki satu-satunya foursquad yang berprofesi sebagai fotografer itu memang suka menjahili dirinya. Tapi yang Kanya heran adalah penampilan sahabatnya yang tidak seperti biasanya. Rambutnya di kuncir rapi dengan memakai baju batik dan celana kain. Biasanya selalu memakai kaos di lapisi kemeja tanpa di kancing lengkap celana robek-robeknya.
“Canda Kay. Lihat nih gue sekarang! Cuma demi datang ke acara lo Kay, gue rela di dandani kayak pemilihan RT sama duo racun, mana udah kayak mau pergi pengajian pakai baju kembaran pula,” seru lelaki itu yang mengundang gelak tawa tiga wanita di atas pelaminan.
“Bersyukur masih ada yang mau kembaran sama lo,” ledek Lili.
“Selamat berkembang biak ya Kay, tinggal gue aja nih yang jones,” ucap Galang megulurkan tangan, kemudian menerbangkan tangannya. Begitulah cara kedua orang ini bersalaman selama bersahabat.
“Makasih Lang, sering begini siapa tahu nggak cuma jadi RT Beneran tapi jadi lurah,” goda Kanya tanpa sadar sudah mengabaikan seseorang disampingnya.
"Malas gue kalau warganya reseh kayak kalian semua," balas Galang.
Matanya melirik sekilas kearah Bian yang sempat ia lupakan beberapa menit karena teman-temannya.
Sungguh! Kanya sama sekali tak melihat Bian menampakan wajah cemburu meskipun melihat kedekatannya dengan Galang yang berlawan jenis. Lelaki itu tersenyum ramah seperti caranya menegur tamu undangan yang lain. Hanya ekpresinya saja memandang Galang dengan cara orang genius. Mungkin ia berpikir rambut gondrong orang didepannya bisa di jadikan ekperimen untuk perkembangbiakan ketombe. Kanya mengelengkan kepalanya, tak mungkin Bian berpikir hal tak penting seperti itu.
.
.
.
.
.
Bersambung ......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!