Arumi Nadya Karima seorang wanita yang berasal dari keluarga yang sangat berada. Ia dijodohkan dengan salah seorang karyawan di perusahaan orang tuanya, seorang pria tampan dan baik bernama Gibran Erlangga.
Arumi dan Gibran satu kampus dulunya. Arumi telah jatuh cinta pada Gibran sejak masa kuliah, tapi sebagai seorang wanita ia tak berani menyatakan cintanya.
Tanpa di duga, setelah lulus dan wisuda Gibran melamar kerja diperusahaan milik orang tua Arumi.
Sejak saat itu mereka mulai dekat. Orang tua Arumi melihat jika anaknya menyukai Gibran.
Arumi yang anak semata wayang, dan sangat di sayang kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya ingin melihat putri mereka bahagia.
Papa Arumi menemui Gibran dan melamarnya. Saat keluarga Gibran datang melamar, Arumi sangat senang. Rasanya tak percaya jika pria yang ia cintai datang melamarnya.
Pernikahan Arumi dan Gibran diadakan di salah satu hotel milik orang tuanya dengan sangat meriah.
Selama menjadi suaminya Arumi, Gibran tampak sangat baik dan perhatian.
Arumi merasa menjadi wanita yang sangat beruntung. Apapun yang Arumi mau pasti Gibran turuti.
Saat ia banyak kerjaan dan harus lembur, jika Arumi memintanya segera pulang, Gibran pasti akan meninggalkan semuanya.
Arumi selalu manja dan minta perhatian Gibran. Suaminya itu tak pernah mengeluh atas sikap Arumi.
Arumi merasa hidupnya makin makin sempurna sejak menikah. Memiliki wajah cantik, kaya dan suami yang penyayang serta perhatian.
.....................
Arumi Nadya Karima tak pernah menduga jika pernikahannya yang selama dua tahun ini sangat harmonis hanyalah kepalsuan belaka.
Arumi pikir, dialah wanita yang paling beruntung karena mendapatkan suami yang tampan dan sangat perhatian.
Ternyata di balik semua itu suaminya Gibran Erlangga menyimpan kebohongan.
Arumi baru mengetahui kebohongan Gibran saat tak sengaja membuka ponsel suaminya itu.
Sore itu Gibran sedang berada di kamar mandi, saat ponselnya berdering. Arumi mengetuk pintu kamar mandi, tapi tak ada sahutan.
Selama ini Arumi tak pernah membuka ponsel suaminya itu, karena ponsel yang terus berdering Arumi melihat dan kaget membaca chat yang tertera. Ada spam Chat dari seorang wanita.
Dengan sedikit takut dan ragu Arumi membuka ponsel suaminya. Dulu Gibran pernah mengatakan jika kata sandi ponselnya adalah tanggal lahir Arumi.
Ia membuka Chat yang isinya,
"Mas Gibran kamu dimana, udah sampai rumah Sayang."
"Mas Gibran katanya mau mampir pulang kerja."
"Mas."
"Mas."
"Mas."
Hingga puluhan spam chat dari seorang wanita yang Arumi lihat dari foto profilnya terlihat seusia dirinya.
Arumi memberanikan diri membuka chat dari Gibran suaminya. Banyak Chat dari Gibran yang membuat hatinya sakit dan terluka saat membaca isinya.
"Joana Sayang, mas malam ini tak bisa mampir ya. Jangan lupa makan dan istirahat."
Chat lain yang lebih membuat hatinya sakit adalah, "Joana Sayang, mas sangat mencintaimu. Walaupun mas tak bisa terus bersamamu, tapi percayalah cinta mas hanya buatmu. Tak ada wanita lain yang mas cintai selain kamu, termasuk istri mas. Mas tak pernah mencintainya. Jika mas masih bersama Arumi hingga saat ini, hanyalah untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang suami."
Arumi memegang dadanya yang terasa sakit membaca Chat suaminya. Pintu kamar mandi yang terbuka membuat Arumi kaget. Ia cepat-cepat menghapus Chat dari wanita simpanan suaminya itu agar tak diketahui Gibran jika ia telah membacanya.
Gibran berjalan mendekati Arumi dengan hanya memakai handuk yang melilit pinggang hingga pahanya.
"Sayang, ada apa? Kenapa wajahmu keliatan pucat." Gibran berjongkok dihadapan Arumi dan menggenggam tangannya.
Jika saja aku tak membaca Chat kamu untuk wanita lain, pastilah saat ini aku akan langsung memelukmu.
Arumi memaksakan senyumannya. Gibran berdiri dan duduk disamping Arumi memeluk tubuh wanita itu.
"Ada apa? Kamu keliatan beda. Lagi pengin?" goda Gibran sambil tersenyum.
"Mas, apakah kamu mencintaiku?" tanya Arumi dengan suara pelan.
"Kenapa tiba-tiba kamu tanyakan itu?"
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan juga, Mas."
"Apakah masih kurang bukti yang aku berikan selama ini?"
"Aku ingin Mas mengatakan langsung. Selama ini Mas tak pernah menyatakan cinta padaku."
"Kamu ini seperti anak kecil aja. Harus mengatakan cinta segala."
"Kamu benar, Mas. Seperti anak kecil aja jika harus mengatakan cinta. Aku pamit dulu, mau bantu bibi menyiapkan makan malam."
Arumi berdiri dan berjalan cepat meninggalkan Gibran sendiri. Ia tak ingin menangis dan terlihat lemah di depan Gibran.
Rasanya lebih menyakitkan dibohongi oleh orang yang sudah kamu berikan hatimu untuknya, dibandingkan ditinggalkan oleh orang yang paling kamu cintai selama-lamanya.
Mas Gibran, dulu dirimu pernah membuatku terbang bahkan hingga naik ke bintang-bintang, namun kini diriku kau hempaskan jauh ke dalam jurang yang curam. Saat ini ragaku memang terlihat masih tetap seperti dulu, tapi tidak dengan hatiku.
Ketika kamu pernah memberikan perhatian terhadap seseorang secara berlebihan, maka kamu akan mendapat sakit yang lebih sakit dari apa yang seharusnya kamu dapatkan.
Suatu saat semua akan berbalik. Yang menyakiti akan disakiti. Yang mengkhianati akan dikhianati. Yang melukai akan dilukai. Yang meninggalkan akan ditinggalkan.
(sumber : google)
Bersambung
Selamat siang semuanya. Udah pada mau bobok siang ya. Kali ini mama datang membawa karya terbaru. Mama meminta dukungan dari semuanya. Jangan lupa tekan love dan favoritkan.
Arumi membantu bibi menyiapkan makan malam, sambil menyeka air matanya Arumi menyajikan makanan ke meja.
Gibran yang telah selesai berpakaian melihat Arumi yang menangis. Ia mendekati istrinya itu dan memeluk pinggangnya dari belakang.
Gibran mengecup pipi Arumi dan menyeka air mata Arumi dengan jari tangannya.
"Kenapa menangis? Apa aku ada salah?" bisik Gibran.
"Aku kangen papa dan mama," gumam Arumi, tapi suaranya masih bisa ditangkap oleh Gibran.
"Lusa kita ke Jogja, aku selesaikan dulu pekerjaan besok. Kita liburan dua hari, ya?"
"Biar aku aja yang pergi sendirian, Mas."
"Nanti papa dan mama akan salah paham. Pasti mereka mengira kita lagi ada masalah."
"Aku akan jelaskan semuanya."
Gibran membalikkan tubuh Arumi menghadap ke dirinya. Ia menghapus sisa air mata di pipi istrinya itu.
Gibran tersenyum dan mengecup bibir istrinya. Tapi pria itu heran karena Arumi tak membalasnya.
Biasanya jika Gibran mengecup bibir Arumi, istrinya itu akan membalas mengecup bibir Gibran berulang kali.
Merasa aneh, Gibran kembali mengecup bibir Arumi, kali ini dilakukan dua kali, tapi Arumi tetap hanya diam tak membalas. Arumi bahkan menundukkan wajahnya.
"Arumi ...." panggil Gibran. Ia memegang dagu Arumi dan mengangkatnya agar wanita itu menatap ke wajah Gibran.
"Apa aku melakukan kesalahan?"
"Mas yang bisa menjawab, apa Mas merasa melakukan suatu kesalahan?"
"Sayang, kamu tadi mengatakan tidak boleh menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, tapi kamu sendiri melakukan itu."
"Maaf, Mas. Aku udah lapar. Kita makan lagi."
Saat makan baik Arumi maupun Gibran tidak ada yang mengeluarkan suara. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Biasanya Arumi paling bawel dan banyak omong.
Gibran memandangi wajah istrinya dalam diam. Masih bertanya, apakah yang terjadi? Kenapa istrinya hari ini sangat pendiam.
Setelah makan malam, Gibran masuk ke ruang kerjanya. Ia pamit dengan Arumi,kembali ia mengecup dahi istrinya itu.
Satu jam Gibran di dalam ruang kerjanya. Arumi yang menghabiskan waktu dengan menonton, merasa bosan. Ia mematikan televisi dan berjalan menuju kamar. Saat akan masuk ke kamar ia mendengar suara Gibran yang sedang menelepon.
Biasanya Arumi tak ambil pusing, kali ini ia ingin tau apa yang diobrolkan suaminya. Arumi mendekat dan merapatkan kupingnya ke pintu.
"Jangan marah Joana. Aku tadi capek banget. Besok sebelum ke kantor, aku mampir ya sayang."
Arumi memegang dadanya yang terasa nyeri mendengar Gibran memanggil sayang pada wanita lain.
"Ingat, Sayang ... hanya kamu yang aku cinta, dulu, sekarang dan selamanya. Tak ada yang bisa menggantikan rasa cintaku pada kamu. Arumi itu hanya wanita manja, mas tak suka wanita manja, boros dan hanya bisa dandan."
".............."
"Bukan gombal, Joana. Kamu tau'kan cuma kamu wanita yang mampu mencuri hatiku."
"............"
"Arumi, aku tak pernah mencintainya. Aku hanya berperan sebagai suami yang baik dan berusaha memenuhi kewajiban saja."
Arumi menarik nafasnya. Mendengar kata-kata Gibran membuat dadanya sesak. Ia melangkah perlahan masuk ke kamar, tak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari ucapan Gibran.
"Aku harus kuat, tak boleh memperlihatkan sisi lemahku dengan mas Gibran. Jika saja ia bisa berbohong selama ini denganku, kenapa aku juga tak bisa pura-pura nggak tau kebohongannya?" gumam Arumi.
Jam sepuluh malam Gibran masuk ke kamar. Ia melihat Arumi yang telah tertidur dengan membelakangi pintu.
Gibran naik ke ranjang dan memeluk pinggang istrinya. Arumi selalu ingin berpelukan jika tidur. Ia akan menyembunyikan wajahnya di dada Gibran.
"Sayang, udah tidur ya. Kamu nggak pengin nih,"bisik Gibran di telinga Arumi sambil mengecupnya.
Arumi yang hanya berpura-pura tidur mendengar semua ucapan Gibran. Jika dulu ia pasti akan langsung masuk ke dalam pelukan Gibran, tidak untuk saat ini.
Arumi telah bertekad tidak akan manja lagi mulai hari ini. Gibran mengatakan tak suka wanita manja. Jadi Arumi ingin buktikan pada Gibran jika ia juga bisa mandiri.
Gibran membalikkan tubuh Arumi menghadap dirinya. Di kecup bibir Arumi agar istrinya itu bangun.
Arumi mencoba bertahan, ia tak mau luluh dengan sikap Gibran. Cukup sudah selama ini ia tertipu sikap manis suaminya itu.
"Arumi, aku tau kamu hanya berpura-pura tidru. Dari sore aku melihat sikapmu berbeda. Apakah aku ada salah? Jika ada tolong katakan. Jangna hanya diam."
Arumi tak pedulikan ucapan Gibran. Ia tetap menutup matanya. Pria itu menjadi kesal dibuatnya.
Gibran bangun dari tidurnya. Ia berdiri disamping Ranjang.
"Dengar Arumi, aku yakin ada yang kamu sembunyikan dariku. Jika kamu tak mau mengatakan semua itu, lebih baik aku tidur di kamar tamu. Bagaimana mungkin aku seranjang dengan wanita yang tak sudi melihat wajahmu."
Gibran berjalan keluar menuju kamar tamu. Sebelum menutup pintu, ia melihat kebelakang berharap Arumi mengejarnya.
Bila Gibran kesal dan marah dengan Arumi, ia akan tidur di kamar tamu. Biasanya Arumi akan datang membujuk.
Tidak melihat Arumi yang menyusul, Gibran masuk kamar dengan hati yang makin bertanya-tanya.
Bersambung
Semua orang di dunia ini punya impian tentang kehidupan asmaranya. Kamu mungkin sudah berencana ini dan itu, berusaha membangun kehidupan dengan seseorang yang sudah sepenuhnya kamu percaya.
Tapi satu yang harus kamu tahu, saat seseorang meninggalkanmu, itu artinya ia hanya menjadikanmu pilihan. Padahal, kamu layak mendapat cinta yang sepadan, yang menganggapmu adalah satu-satunya tujuan.
..............
Pagi harinya Arumi telah duduk di meja makan menunggu Gibran untuk sarapan. Arumi telah berpakaian rapi dan berdandan cantik.
Arumi telah memutuskan untuk kembali bekerja di perusahaan milik orang tuanya itu. Sejak menikah dengan Gibran, Arumi memilih resign.
Gibran yang telah siap dengan pakaian kerjanya, heran melihat Arumi yang telah berdandan sangat cantik.
Diakui Gibran jika wanita yang dinikahinya dua tahun lalu ini adalah wanita yang sangat cantik. Tapi entah mengapa hatinya tak bisa jatuh cinta pada Arumi.
"Duduklah, Mas. Sarapan dulu. Nanti kita telat ke kantor."
"Kita ...? Maksud kamu?" tanya Gibran dengan wajah heran.
"Mulai hari ini aku akan kembali ke kantor," ucap Arumi sambil tersenyum.
"Apa Papa sudah tau kamu kembali ke kantor?"
"Aku hanya ingin ke kantor kapan aku mau, dan membantu sedikit. Hanya satu minggu ini sebelum ke Jogja. Saat ini papa dan mama sedang ada di luar negeri."
Orang tua Arumi pindah ke Jogja sejak perusahaan dipimpin dan dipercayakan pada Gibran. Saat ini mereka menghabiskan waktu hanya untuk bepergian berdua kemana saja.
Papa Arumi sangat percaya dan menyayangi Gibran. Sejak menikah dengan Gibran, Arumi tampak bahagia membuat kedua orang tuanya juga ikut senang.
"Oh, apakah itu tidak akan membuat pekerjaan kantor menjadi berantakan?"
"Apa maksud, Mas?"
"Jika kamu hanya masuk ke kantor sesuka hatimu, itu akan membuat karyawan sulit, karena akan membuat mereka ragu."
"Aku tak sebodoh yang kamu pikirkan, Mas. Aku juga tak akan mengganggu. Aku hanya membantu pekerjaan kamu agar kamu tidak perlu lembur setiap harinya!" ucap Arumi sambil tersenyum.
"Satu lagi! Apa kamu lupa jika aku anak pemilik perusahaan, jadi aku bisa masuk kantor itu sesuka hatiku tanpa izin."
"Ini bukan Arumi yang aku kenal selama ini," gumam Gibran, tapi suaranya masih dapat didengar dan ditangkap telinga Arumi.
...........
Semua karyawan memberikan hormat saat Arumi memasuki perusahaan. Arumi memberikan senyuman pada setiap orang yang ditemuinya.
Walaupun berasal dari keluarga yang berada, Arumi tidak sombong. Ia ramah pada setiap orang.
Arumi masuk ke ruang kerja Gibran dan memperhatikan se isi ruangan. Telah hampir tiga bulan ia tak menginjakkan kaki ke kantor ini.
Arumi mendekati jendela, pemandangan jalanan ibu kota tampak dari atas gedung ini. Arumi berdiri sambil termenung.
Apa salahku? Apakah salah jika aku terlalu mencintaimu. Sesungguhnya hubungan cinta yang baik itu didasari karena keyakinan, mendukung dan percaya satu sama lain, hingga menerima semua kelebihan dan kekurangan. Coba posisikan dirimu dengan diriku, agar kamu tahu diabaikan oleh orang yang sangat kita pedulikan itu nggak enak rasanya.
Gibran mendekati Arumi yang berdiri memandangi jalanan ibu kota. Ia memeluk pinggang Arumi.
"Apa yang kamu pikirkan? Sejak kemarin kamu tampak berbeda."
"Mungkin aku akan mempertimbangkan saran papa untuk membuka satu restoran masakan Jepang. Agar aku tak kesepian." Arumi bicara tanpa melihat ke arah Gibran.
"Kenapa kamu baru memikirkan itu saat ini? Apakah kamu merasa kesepian?"
"Mungkin Mas benar. Aku kesepian. Aku bosan harus sendiri di rumah."
"Jika itu emang baik buatmu, terserah."
"Mas ...." ucap Arumi dan membalikkan tubuhnya menghadap Gibran.
"Aku akan pergi ke Jogja dan Bandung. Ingin bertemu teman-teman sekolah menegah dulu. Mungkin aku pergi cukup lama. Sepuluh hari, kamu nggak apa aku tinggal'kan?"
"Kamu nggak ingin aku temani. Biar aku selesaikan semua pekerjaanku seminggu ini. Setelah itu aku ambil cuti, dan kita bisa pergi bersama."
"Nggak perlu, Mas. Aku bisa sendiri. Nanti Mas juga akan bosan. Aku setiap hari akan berkumpul dengan teman."
"Jika butuh sesuatu dan ingin aku menyusul, hubungi aku segera."
"Baiklah, Mas."
"Mas mau siapkan kerjaan dulu. Katanya. au bantu, Mas. Kebetulan mau rapat, kamu bis tolong ketikan ini."
Gibran memberikan satu berkas ke tangan Arumi. Wanita itu menerimanya dengan tersenyum.
Gibran keluar dari ruang kerjanya saat sekretarisnya mengatakan jika rapat akan segera di mulai.
Arumi membuka laptop dan melihat ada satu file dengan nama sayangku. Ia membuka film itu. Alangkah terkejutnya wanita itu melihat foto-foto mesra Gibran dengan wanita lain.
Di dalam file itu terdapat foto-foto Gibran dari masih duduk di Sekolah Menengah Atas.
"Apakah ini wanita yang sangat mas Gibran cintai Itu. Apakah mereka telah berpacaran sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Atas," gumam Arumi pada dirinya sendiri.
Arumi membuka satu persatu foto suaminya dan wanita itu. Ia tidak cantik, tapi memiliki wajah yang ayu dan manis khas wanita Indonesia.
Arumi melihat ada satu foto yang diyakini baru seminggu yang lalu diambil. Itu terlihat dari pakaian yang dikenakan Gibran.
Minggu lalu, suaminya mengatakan ada proyek di luar kota yang mengharuskan ia menginap.
Apakah Mas Gibran melakukan hubungan badan dengan wanita itu. Jika hanya bermain api dengan masih mencintai wanita lain, mungkin masih bisa aku maafkan. Tapi jika ternyata kamu telah melangkah terlalu jauh dengan menidurinya, aku tak akan pernah memaafkan kamu,Mas.
Arumi mengirim foto-foto itu ke dalam ponselnya. Ia harus mencari bukti, apa yang telah suaminya lakukan dengan wanita itu.
Setelah mengirim semua foto itu, Arumi mulai mengetik berkas yang Gibran berikan tadi.
Arumi menahan sesak di dada. Hatiku hancur melihat bukti perselingkuhan suaminya. Cinta yang ia berikan selama ini diabaikan.
Mungkin ada benarnya juga, aku selama ini mencintai orang yang salah. Kalau hal ini terus dilanjutkan, mungkin hanya akan membuang-buang waktu aku saja, karena untuk apa memperjuangkan seseorang jika orang tersebut tidak bisa menghargai hal itu.
Daripada bertahan dengan sakit hati lebih baik cobalah perlahan-lahan untuk melepaskan.Akan ada saatnya, kamu mencintai orang yang salah dan baru sadar ketika hati sudah terlanjur terluka.
Mungkin mencintai seseorang itu tidak pernah salah. Hanya saja terkadang kita memberikan cinta itu kepada orang yang salah.
Bersambung.
Selamat Siang Semuanya. Bagaimana di bab ini. Masih menyesakkan ya? Mama harap sediakan tisu sebelum membaca novel ini.
Lope-lope sekebon buat kalian semua. ❤❤❤😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!