NovelToon NovelToon

Demigod

Bab 1

Dunia fana sedang di ambang kehancuran. Manusia saling menyakiti, membunuh dan menipu satu sama lain. Akal sehat dan moral kini sudah menghilang dari jati diri manusia.

Ya, semua itu karena pengaruh dari para iblis jahat yang berusaha untuk menghancurkan umat manusia sekaligus menguasai dunia.

Sepuluh ribu tahun yang lalu, Dewa petir berhasil menangkap tujuh iblis jahat. Salah satu di antara mereka adalah raja dari semua iblis. Mereka di tangkap karena berusaha menghancurkan dan menguasai dunia Nirvana. Ketujuh iblis tersebut pun di serahkan ke raja dewa dan di kurung di penjara Nirvana.

Namun, seribu tahun yang lalu. Mereka berhasil keluar dari penjara Nirvana akibat dari kebodohan seorang dewa muda. Dewa muda yang masih berusia lima ratus tahun itu, tak sengaja berjalan-jalan di sekitar penjara Nirvana. Karena kebodohannya, dia pun telah di pengaruhi oleh iblis Lumia dan membebaskan mereka dari penjara.

Ketujuh iblis tersebut pun menyebar ke bumi dan bersembunyi di sana. Raja dewa pun gelisah, lalu mengutus beberapa dewa pilihan untuk turun ke bumi demi membasmi iblis-iblis tersebut. Namun, seribu tahun berjalan. Tidak ada hasil yang di dapatkan. Bahkan para dewa utusan pun menghilang tanpa jejak.

Seribu tahun di dunia Nirvana sama dengan sepuluh ribu tahun di bumi. Selama itulah mereka para iblis bersembunyi di bumi.

Dengan sifat iblis yang jahat dan licik. Mereka pun mempengaruhi manusia demi tujuan mereka dan membuat dunia fana sedang tidak stabil sekarang.

......................

Nirvana

"Yang mulia raja" sapa seorang dewa dengan jenggot panjang dan putihnya kepada raja dewa yang duduk di singgasana.

"Ya, dewa Satra. Apa kamu punya berita untuk di sampaikan?" ucap sang raja dewa tersebut dengan jubah bermotif naga yang melekat di tubuhnya.

Semua dewa di aula tersebut pun dengan seksama menunggu berita dari dewa Satra, dewa pengamat seluruh alam sekaligus pembawa berita tersebut.

"Ya yang mulia. Seperti yang kita ketahui, raja iblis telah bersembunyi di dunia fana. Mereka menghasut para manusia dengan kemampuan mereka, tapi yang mulia. Saya rasa, mereka sudah di luar kendali. Mereka bahkan dengan terang-terangan menyerang manusia, membunuh, bahkan menjadikan mereka sebagai makanan. Saya takut, jika ini tidak segera di atasi. Dunia fana akan segera hancur dan di kuasai oleh para iblis dan membuat keseimbangan alam tidak stabil" tuturnya.

"Apa? Bahkan sampai seperti itu?" bisik para dewa lainya yang tercengang mendengar penuturan dewa Satra.

"Ya, ini jauh lebih mengerikan daripada saat mereka mencoba menguasai Nirvana" lanjut mereka.

"Tidak ku sangka, para iblis itu semakin merajalela dan tak tahu malu"

"Jika di biarkan, maka mereka akan benar-benar menguasai dunia fana"

"Tapi bukankah, dewa Dyumna sudah di tugaskan ke bumi?" lanjut para dewa tersebut berbisik.

"Ehem"

Terlihat salah satu dari dewa tersebut maju menghadap raja dewa.

"Yang mulia, ini tidak bisa di biarkan begitu saja. Ini sudah menjadi masalah yang sangat serius. Kita harus segera mencari cara untuk segera mengatasi para iblis tersebut" ucap dewa dengan perawakan tampan, tinggi tegap tersebut.

"Kau benar dewa Yora. Tapi, bukankah kita harus menunggu laporan dari dewa Dyumna. Dia masih bertugas di bumi dan belum memberikan kabar" jawab sang raja.

"Mohon ampun yang mulia. Tapi ... Utusan kita yang datang ke bumi, selalu menghilang dan tanpa memberikan kabar. Takutnya dewa Dyumna juga sudah menghilang seperti para utusan tersebut"

"Apa maksudmu dewa Yora? Kau menyumpahi dewa Dyumna?" kata salah satu dari barisan para dewa.

"Maafkan hamba yang mulia. Tapi ini adalah benar adanya. Kita selalu menunggu kabar dari para utusan. Namun tidak ada yang pernah kembali. Jika terus seperti ini, kita sama saja sedang menunggu kehancuran dunia fana" lanjut dewa Yora.

"Hemmm ... Kau benar. Lalu, apakah kau punya rencana untuk mengatasi masalah ini?" kata sang raja.

"Ya yang mulia, saya terpikirkan sebuah cara untuk hal ini"

"Katakan dewa Yora"

"Kita akan mengirim dewa perang Lodra ke bumi untuk membunuh mereka semua" tutur dewa Yora.

"Apa? Apa kau sudah gila? Dewa sombong itu, bagaimana bisa dia di tugaskan ke bumi" protes salah satu dari mereka.

"Benar, dengan mengirim dia ke bumi sama saja dengan mencari masalah. Dia sama sekali tidak cocok dengan tugas itu"

Bak bagaikan angin lalu, dewa Yora tak menggubris perkataan mereka. Dia hanya berfokus terhadap keputusan raja dewa.

Begitupun dengan yang mulia raja dewa dan dewa Satra. Mereka merenung dan memikirkan perkataan dewa Yora yang di rasa cukup benar.

"Yang mulia, seperti yang kita ketahui. Dewa Lodra adalah dewa terkuat di Nirvana. Dengan kemampuannya saya yakin dia bisa mengalahkan para raja iblis tersebut" lanjut dewa Yora.

"Hemmm ... Masuk akal. Setelah dia kembali dari barat kita bisa membicarakannya. Tapi, apa kau yakin? Bagaimana jika dia juga menghilang seperti utusan yang lainya? Jika dia menghilang, kita akan kehilangan tameng terbesar kita" ucap raja dengan gagahnya.

"Tenang saja yang mulia. Saya punya sebuah cara"

......................

Gabatara, Nirvana bagian barat.

"Tuan besar" kata seekor burung kenari kecil berwarna kuning keemasan yang sedang terbang menghampiri seseorang.

Terlihat seorang dewa sedang berdiri di pinggir danau. Tubuh tinggi tegap nan gagah dengan rambut panjang hitamnya. Ia terlihat sangat tampan namun terlihat wajah yang tak pernah menunjukkan emosi sedikitpun.

Dengan berbalut jubah perang dan pedang kematian di tangannya. Menunjukkan siapa identitasnya yang sebenarnya. Ya, dewa perang Lodra. Seorang dewa perang yang terkenal angkuh, ganas, dan kejam.

Burung kenari kecil itupun menghinggap di pundak dewa Lodra.

"Ada apa?" ucapnya.

"Yang mulia raja baru saja mengadakan pertemuan di aula, tuan besar" kata kenari kecil itu yang sering di sebut dewa Lodra dengan nama kunang.

"Aku tidak peduli. Kunang, jika kau kemari hanya memberitahu ku kabar tidak penting maka pergilah. Sebelum aku menjadikanmu sup iga kenari pedas"

"Haish, tuan besar kau sangat kejam. Iga ku mana bisa kau jadikan sup. Tapi, ini bukan berita yang tidak penting. Pertemuan di aula hari ini sebagian besar telah membicarakan mu"

"Ada apa denganku? Kenapa mereka mau membuang waktu untuk membicarakan aku di ruang aula?"

"Hahahaha, akhirnya kau penasaran juga kan?"

Buaghhh

Dewa Lodra menghempaskan kunang ke tanah.

"Pergilah"

"Aaakkkkkkhhh, sepertinya tulangku benar-benar patah"

"Baguslah, lain kali akan aku biarkan lehermu yang patah"

Dengan kesal, kunang pun mengepakkan sayapnya dan terbang lalu menghinggap di atas pagar kayu di pinggir danau.

"Kau masih sama saja tuan besar, sangat kaku dan tak berperasaan. Pertemuan di aula tadi membahas soal iblis yang sedang berkeliaran di dunia fana. Mereka berencana mengutusmu untuk mengatasi mereka"

"Aku? Kenapa harus aku? Seperti tidak ada dewa yang lain saja. Lagipula, aku sangat sibuk. Aku tidak akan mau pergi ke dunia fana. Manusia bisa di kuasai iblis itu karena mereka lemah. Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan ku"

"Ya, tapi jika yang mulia menyuruhmu. Apa kau akan menolak?"

"Hah ... Semua utusan selalu menghilang dan tak kembali. Aku yakin yang mulia tidak akan mengutusku. Dia tidak akan bisa kehilangan benteng terbaiknya"

"Ya, tapi sepertinya yang mulia punya rencana lain"

Bab 2

"Hey apa kau sudah dengar? Pertemuan kemarin dewa Yora menyarankan untuk mengirim dewa Lodra ke bumi"

"Ya, meskipun aku tidak mengikuti pertemuan itu. Tapi aku sudah tau kabarnya. Dewa Yora adalah seorang yang bijak, dia juga pintar. Tapi aku tidak menyangka akan keberaniannya ini. Entah apa yang dipikirkannya, jika nirvana tidak ada dewa Lodra bukankah itu adalah situasi yang sangat sulit"

"Ya, tapi yang mulia raja menyetujui ucapan dewa Yora. Aku yakin, dia pasti punya cara sendiri sehingga dia mengajukan pendapat seperti itu"

"Heem, kau benar"

"Hari ini dewa Lodra kembali dari barat. Dan yang mulia ingin mengadakan diskusi dengan para petinggi. Masih tidak tau apakah dewa Lodra menyetujuinya atau tidak. Tapi aku rasa yang mulia raja pasti akan membujuknya''

"Entahlah ... Kurasa yang mulia harus memiliki kandidat lain''

Sedangkan di tempat lain terlihat seorang gadis kecil berjalan dengan riang memasuki sebuah pondok kecil di tengah kebun bunga.

Terlihat di sana berdiri seorang dewa tampan di depan tungku perapian.

"Dewa Yora, aku datang" kata gadis kecil tersebut.

"Hem, kau sudah dapat apa yang aku minta?" ucapnya sambil mengaduk sebuah ramuan di dalam panci tembaga.

"Ya, bunga Krisan, biji pohon naga merah, dan rumput tukai yang ada di rumah paman dewa Jia. Semuanya sudah lengkap yang seperti kau mau" jelasnya.

"Baguslah" Dewa Yora pun mengambil bungkusan dari gadis itu yang bernama Lira.

"Hanya itu saja?"

"Hem, kau sudah bawakan yang aku minta. Ini sudah lebih dari cukup" kata Dewa Yora dengan santainya.

"Aahh, itu tidak adil. Kau tau betapa susahnya aku mendapatkan bahan-bahan itu. Itu, itu ... Biji pohon merah. Bahkan aku hampir terjatuh dari tebing saat mau mengambilnya. Rumput tukai juga, aku bahkan di curigai paman dewa Jia sebagai pencuri karenanya" protes Lira.

"Terus?"

"Ya, setidaknya beri aku imbalan. Aku juga menginginkan hadiah" ucap gadis lugu itu sambil memanyunkan bibirnya.

"Baiklah, nanti akan aku beri hadiah. Tapi, tolong ambilkan sesuatu yang berada di kendi itu" Dewa Yora pun menunjuk sebuah kendi besar yang tertutup kain merah darah yang berada di sudut ruangan.

"Benar ya? Baiklah akan aku ambilkan"

Lira pun segera beranjak sesuai perintah dari dewa Yora. Dengan hati-hati ia membuka tutup kendi tersebut. Tangan mungilnya mencoba merogoh sesuatu yang ada di dalam kendi tersebut. Setelah ia menemukan dan mengamati benda yang ada di di tangannya, Lira pun penasaran.

"Ini seperti buah ceri, tapi kenapa warnanya hitam? Ah bukan sepertinya warnanya merah, hanya saja terlalu gelap" gumam gadis kecil itu hendak memasukkan satu buah ke mulutnya.

"Jangan coba-coba untuk memakannya. Itu bukan untuk di makan oleh gadis kecil seperti mu" kata dewa Yora yang seakan-akan tau dengan kegiatan Lira meskipun tak melihatnya.

Lira pun segera berlari ke arah Dewa Yora.

"Dewa, bukankah ini buah ceri? Ini seperti buah ceri jadi aku ingin memakannya"

Dewa Yora segera mengambil semua buah yang ada di tangan Lira.

"Ya, ini memang ceri. Tapi ... Apa kau tau nama ceri ini?"

Lira menggelengkan kepalanya dengan gemas.

"Tidak tau, memangnya buah ceri ada namanya?"

"Ya, pemilik buah ini menamainya buah jiwa. Dan sebagai gadis kecil seperti mu, kamu di larang untuk memakannya. Tapi, kalau kamu mau mati dan tidak dapat bereinkarnasi ya terserah padamu" ucap dewa Yora dengan gamblangnya sambil memasukkan satu butir buah jiwa ke dalam panci tembaga miliknya.

"Apa? Dewa, bukankah buah itu milik dewa kematian? Bagaimana dewa bisa memilikinya? Bukankah dewa kematian sangat melarang mengambil buah itu termasuk raja dewa sekalipun?"

"Hem, tentu saja. Buah ini tidak mudah di dapat. Dan aku juga harus menukar sesuatu karenanya"

"Apa yang kamu tukarkan dewa?"

"Sepuluh ribu tahun kehidupanku"

...----------------...

Kediaman raja dewa.

"Hormat kepada yang mulia" kata dewa Lodra sambil bersimpuh memberi hormat.

"Bangunlah keponakan ku" kata sang raja.

Dewa Lodra pun segera bangkit.

"Yang mulia, ada apa anda memanggil saya?"

"Hahaha. Tidak ada Lodra. Duduklah, pamanmu ini hanya ingin minum teh bersama mu" ucapnya sambil menunjuk kursi yang ada di depannya.

Tanpa basa-basi dewa Lodra pun segera duduk.

"Bagaimana dengan keadaan di barat? Semuanya lancar?" ucap sang raja.

"Ya, yang mulia. Seperti yang anda lihat, saya berhasil kembali dengan selamat"

"Hemm ... Ya keponakan ku. Hah, ini semua salahku. Aku telah mengirim mu ke bagian barat selama bertahun-tahun hingga kau tak bisa menghabiskan masa muda mu dengan nyaman. Pamanmu ini sungguh menyesal"

"Tidak yang mulia, ini semua adalah tugasku"

"Ya, kalau begitu. Apa kau mau mengemban tugas lagi yang akan aku berikan kepada ku?"

"Itu semua tergantung dengan tugas apa yang anda berikan yang mulia"

"Hem ... Aku rasa kau sudah tau mengenai pembahasan di aula istana tempo hari. Jadi, aku berencana untuk mengirimi ke bumi sebagai utusan pemusnah dari para raja iblis" jelasnya.

"Maaf yang mulia. Tapi, bukankah masih banyak dewa di Nirvana ini yang bisa mengemban tugas itu? Aku tidak tertarik untuk pergi ke dunia fana" jawab Dewa Lodra tanpa ragu.

"Aku sudah menduga bahwa kau akan menolaknya. Bagimu, para manusia itu tak lebih dari seekor semut. Tapi Lodra, kita membutuhkan kemampuanmu untuk memusnahkan mereka demi keseimbangan alam semesta ini"

"Bagaimana anda bisa sangat yakin bahwa kemampuan saya di butuhkan untuk membunuh mereka? Bahkan dewa Air sudah di berangkatkan ke dunia fana. Dia bahkan cukup berkemampuan daripada hamba"

"Dewa air tidak cukup hebat dari pada dirimu Lodra"

"Maaf yang mulia, tapi sebaiknya anda mencari dewa lain untuk mengemban tugas ini" Dewa Lodra pun segera beranjak dari tempat duduknya.

"Pedang kematian milikmu" ucap raja dewa dengan cepat hingga menghentikan langkah dewa Lodra. "Aku akan memberikanmu lorong Wangya agar kau bisa berkultivasi dan meningkatkan pedang kematian mu menjadi tingkat pedang dewa tertinggi. Tapi kau harus menerima tugas untuk membasmi para iblis itu"

Dewa Lodra pun menoleh ke belakang merasa tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Yang mulia, lorong Wangya adalah lorong tertinggi untuk raja dewa. Anda tidak mungkin memberikannya hanya untuk membujuk hamba"

"Huh, Lodra. Manusia dan dewa saling terhubung satu sama lain. Jika kita menutup mata akan keadaan di dunia fana. Maka kestabilan dari alam ini akan ikut rusak. Jadi, aku rela memberikan lorong Wangya untukmu asal kau mau pergi ke dunia fana" ucapnya dengan tulus.

Dewa Lodra masih terdiam membisu. Lorong Wangya adalah sebuah mukjizat yang di terima seorang raja dewa. Dengan memberikan lorong Wangya, itu sama seja dengan sang raja memberikan setengah dari hidupnya.

"Hah, baiklah. Aku akan menerimanya. Tapi, jika aku tidak bisa kembali seperti para utusan itu. Maka Nirvana akan kehilangan penjaga dan kalian juga tidak akan bisa menerima informasi apapun dariku selama aku ada di dunia fana. Apakah anda tidak memikirkan itu yang mulia?"

"Tentu saja keponakan. Aku sudah memikirkan semuanya. Dan dewa Yora telah menemukan solusi agar kau bisa kembali ke Nirvana meskipun kau sudah mati sekalipun"

Bab 3

"Salam yang mulia" ucap dewa Yora yang baru saja datang ke kediaman raja.

"Ya dewa Yora, duduklah"

Sebelum duduk di kursinya, dewa Yora pun menyapa dewa Lodra.

"Kau nampak tak asing bagiku" kata dewa Lodra lirih.

"Ya dewa Lodra, saat aku kecil aku pernah bertemu denganmu di rumah paman dewa Gyue"

"Ah ... Jadi kamu keponakan si tua itu. Pantas saja" ucapnya dengan sombong.

"Keponakan ku, ini adalah dewa Yora. Dia yang telah menemukan cara untuk membuat mu bisa kembali ke Nirvana saat kau bertugas ke dunia fana"

"Benarkah? Apa kau sejenius itu?"

"Di bandingkan dengan anda, saya jauh tidak ada apa-apanya dewa Lodra" jawab dewa Yora sungkan.

"Sudah-sudah, dewa Yora kamu harus menjelaskan bagaimana rencana mu ini" kata sang raja.

"Baik yang mulia. Pertama, saya akan menjelaskan kenapa para dewa utusan tidak bisa kembali dan melaporkan informasi tentang iblis. Itu semua karena mereka langsung turun ke bumi dengan raga dewa mereka. Jika para utusan terbunuh ataupun terluka di bumi. Kemungkinan besar mereka tidak bisa kembali ke Nirvana"

"Apakah itu artinya mereka semua sudah mati?" gumam raja.

"Entah apa yang terjadi pada mereka yang mulia. Tapi kali ini saya memiliki cara agar dewa bisa kembali ke Nirvana meskipun raga mereka telah mati di bumi. Yaitu dengan cara pemindahan jiwa" jelas sang dewa jenius itu yang membuat sang raja terkejut.

"Dewa Yora, apa kau yakin? Pemindahan jiwa?"

"Ya yang mulia. Kita akan pindahkan jiwa seorang dewa ke dalam tubuh manusia tanpa harus melupakan ingatannya sebagai dewa. Kita hanya perlu meminjam tubuh manusia ataupun mencari tubuh manusia yang sudah mati untuk melakukannya"

Dewa Lodra hanya terdiam dan hanya memperhatikan penjelasan dari dewa Yora.

"Tapi ... Itu sama saja dengan reinkarnasi. Kita tidak bisa melakukan itu, itu perlu persetujuan dengan dewa kematian. Lagipula jika melakukannya, bukankah sama saja dengan membunuhku terlebih dahulu?" kata dewa Lodra.

"Hemm ... Benar juga"

"Anda tidak perlu khawatir dewa Lodra, yang mulia. Saya sudah berdiskusi dengan dewa kematian. Dia juga telah memberikan saya buah jiwa untuk melakukan ini"

"Apa?" sang raja pun terkejut. Ia tak menyangka seorang dewa sepertinya mampu membujuk dewa kematian, bahkan mengambil buah jiwa yang sangat di larang oleh dewa kematian. Sang raja pun tau apa konsekuensinya bagi dewa yang memetik buah tersebut.

Dewa Lodra memicingkan matanya menatap dewa Yora. Ia tak percaya jika dewa Yora melakukan itu dengan suka rela. Ia yakin pasti dia memiliki niat tersembunyi.

"Kenapa kau begitu yakin jika aku mampu untuk membunuh para iblis itu?" kata dewa Lodra dengan penuh rasa kecurigaan.

"Tentu saja karena kau dewa terkuat di sini"

"Tidak yang mulia. Pedang kematian" ucap dewa Yora menyela. "Pedang kematian lah yang bisa membunuh mereka. Dan seperti yang kita tau. Pedang kematian hanya memilih dewa Lodra sebagai tuannya"

"Baiklah. Jangan buang-buang waktu. Kalau begitu katakan bagaimana caramu memindahkan jiwa ku tanpa harus membunuhku?"

"Anda hanya perlu meminum ramuan yang saya buat. Dan demi keamanan raga dewa Lodra sendiri. Kita membutuhkan goa pertapa untuk melindungi raganya" jelas dewa Yora.

"Kau benar, di dalam goa pertapa raganya dapat terlindungi dengan aman. Bagaimana menurutmu keponakan ku? Apa kau setuju dengan tugas ini?"

"Baiklah, lakukan saja sesuai dengan rencana kalian. Kapan aku bisa memulai pemindahan jiwa?"

"Tiga hari lagi, setidaknya ramuan ku sudah siap. Kita bisa langsung melakukannya di goa pertapa"

Setelah pembicaraan selesai. Dewa Yora pun kembali ke kediamannya. Sedangkan dewa Lodra tengah pergi ke tempat pelatihan prajuritnya.

"Kau benar-benar setuju tuan besar?" ucap kunang yang kini sudah menempel di bahu dewa Lodra.

"Hemm ... Menolak pun pak tua itu akan terus mendesak ku. Lagi pula aku memang butuh lorong Wangya agar bisa segera meningkatkan kekuatan pedangku" ucapnya sambil melihat pedang di tangannya.

"Hah, kau benar. Kalau pedang mu semakin kuat. Maka akan semakin kuat juga dirimu. Tapi tuan besar. Bukankah kamu membenci manusia? Apa kamu tidak apa-apa?"

"Siapa bilang aku membenci manusia? Aku hanya tidak suka dengan mereka" ucapnya dengan dingin.

"Itu sama saja" kata kenari emas itu kesal.

"Lagipula, aku akan melakukan tugasku dengan cepat. Jadi aku tidak akan berlama-lama hidup dengan manusia" kata dewa Lodra dengan santai namun terdengar kesombongan di dalamnya.

Waktu pun berlalu, dan hari di mana pemindahan jiwa dewa Lodra pun di mulai. Terlihat semua petinggi Nirvana telah berkumpul di luar goa pertapa.

Terlihat beberapa tetua dewa dan dewa Yora pun masuk ke dalamnya. Di sana terlihat dewa Lodra sudah siap dengan jubah hitam polosnya.

"Anda sudah siap dewa Lodra?" kata dewa Yora sambil menuangkan ramuan ke dalam mangkuk kecil.

"Hem, cepat lakukan dan aku akan segera menyelesaikan tugas ini"

"Tapi ini akan sedikit menyakitkan" lanjut dewa Yora.

"Kau meremehkan ku? Aku sudah ada di Medan perang bertahun-tahun. Hal apa yang bisa membuatku kesakitan?" kata dewa Lodra dengan sombongnya.

"Hem ... Ya aku tau itu" Dewa Yora pun menyodorkan mangkuk ke dewa Lodra.

"Apakah ada suatu permintaan setelah aku datang ke dunia fana? Aku rasa pengorbanan mu kepada dewa kematian bukan hanya demi mengirim ku ke dunia fana"

"Ya, kau benar. Aku memang memiliki niatku sendiri"

"Oh? Kalau begitu, apa niatmu sebenarnya?"

"Hemm ... Sederhana, aku hanya mendengar doa seorang manusia. Dia berharap dapat hidup di bumi dengan tenang. Hanya itu" jelas dewa Yora dengan tenang.

"Cih, hanya karena manusia" gumam dewa Lodra lalu menenggak ramuannya.

"Kau harus bersiap dewa Lodra"

"Ugh"

Tiba-tiba tubuh dewa Lodra menegang. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

"Dewa Yora, apa ini tidak apa-apa?" kata salah satu dewa yang mengikuti dewa Yora.

"AAKKKHHH" teriak dewa Lodra menggema di seluruh goa pertapa.

"Ini hanya sementara. Pemindahan jiwa sudah jelas sangat menyakitkan. Rasanya seperti terbakar ribuan kobaran api. Dan tubuh akan terasa tercabik-cabik. Yang paling menyakitkan adalah, rasanya jiwa mu di tarik dengan paksa kesana kemari" gumam dewa Yora lirih.

"AAAKKKHHH"

Semua yang mendengar teriakkan dewa Lodra pun menjadi merinding. Rasa seperti kesakitan yang amat sangat. Seperti ingin mati.

"Ugghhh"

"Hah, ini ... Apakah dia ingin membunuhku? Rasanya seperti ingin mati. Ugghhh" batin dewa Lodra dan beberapa saat kemudian dia tergelak tak berdaya.

Ugghhh, sangat gelap. Dimana aku? Ah, apa ini yang dinamakan alam hampa oleh dewa kematian? jadi ini benar-benar nyata? Sungguh menakjubkan. Hem? Apa itu?

"Tuan besar. Ini aku"

Kunang? Kau kah itu? Hey, kau mau pergi kemana? Ah, cahaya apa ini?

"Woah, lihat dia. Badannya sangat bagus. Aku belum pernah melihat pria setampan ini"

"Kau benar, aku bahkan ingin menghabiskan seribu malam dengannya"

"Sssttt, dimana aku?" gumam dewa Lodra yang sudah berhasil berpindah jiwa ke tubuh manusia.

Saat ia membuka mata, ia sudah di kelilingi oleh beberapa wanita dengan pakaian serba terbuka. Mereka juga memandanginya bagaikan segerombolan serigala yang menemukan mangsa.

"Hay pria tampan. Apa kau ingin tidur denganku? Jika kau sangat hebat seperti ketampanan mu itu, aku akan kasih diskon 50 persen. Bagaimana?" kata seorang.

"Pergi dari hadapan ku" kata dewa Lodra dengan tatapan tajam.

"Oh ayolah, hanya semalam saja. Apa kau ingin bersama kami semua?"

"AKU BILANG MENYINGKIR!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!