Chapter 1 Putri Kayla
Aku sendiri adalah pangeran yang menguasai dunia perfileman,
warna warninya layar kaca tak sedikit memerankan pekerjaan yang mampu mengangkat dua alis mengerutkan jidat mengosongkan mata merasakan nadi berdenyut bahkan menggairahkan hawa panas disekujur tubuh membakar energi. Skills selalu membutuhkan dukungan dan daya yang besar untuk bisa menoreh sejarah terlebih di dunia sinema. Meski kenyataannya itu tak pernah berjalan sempurna, dari siklus kimia manusia yang berpikir keras ataupun senyawa lainnya, pasti akan adanya yang disebut dengan perselisihan dan bersiaplah untuk terkejut meski itu tiba-tiba.
Tetap saja, paras teduh tertata layaknya bangsawan dan ini sudah bawaan dari gelar yang tertanam sejak kecil, seolah suatu keharusan yang tersirat menuntut bobot keangkuhan yang membawa suasana dingin membeku kaku, itu presepsi orang. Maksudnya keahlian menata emosi sudah lama diasah dari pura-pura tak tahu meski itu negatif atau lebih banyak mempersiapkan reason dari berbagai peristiwa mungkin ini dan mungkin itu.
Separuh waktu selalu duduk di kursi hangat tanpa harapan, pakaian yang kukenakan ala pebisnis modern, rapi dan berdasi. Mungkin termasuk kebutuhan kesesuaian diriku dengan lembaran kerja skenario atau yang lainnya yang memang perlu diterbitkan. Itu adalah sebagian kecil dari tujuan yang ingin ku persembahkan. Menayangkan huruf-huruf yang tercatat dalam gambar bersuara yang berkisahkan. Makna perjalanan yang bernilai untuk dibagikan pada halayak ramai.
Serta untuk itulah public berpendapat terhadap suatu minat atau persoalan. Meramu keseharian yang membosankan menjadi lebih bervariasi. Dari situlah munculnya permintaan pasar untuk mengikatkan kreativitas industri film. Yang klasifikasinya itu dapat menginspirasi audienc dalam socia-estetika. Dari yang dokumenter, fiksi dan experimental pun akan dibagi lagi menjadi ratusan genre yang menarik. Menghela semakin dekat dengan rasa suka hati.
Memilih suatu jalan yang ditentukan oleh tingginya view masyarakat. Berkaitan dengan sinopsis genre yang dipertimbangkan antara mana sisi detective, chick flicks, sport socia, realism, horor, supernatural, romance, musicals, thriller - suspense, fantasy, motif crime gangster, drama, adventure, comediy, epics maupun western sekarang itu lebih bukan asing lagi dan cukup mudah didapatkan bahkan sampai kelas menengah.
Sengaja aku berdiam dan berdiri mengawasi pergerakan sekitar, dari arah manapun yang bisa dijangkau yang dirasakan oleh semua panca indra yang kumiliki, mata dari melihat, hidung dari menghirup aroma, kulit dari merasakan tekstur, telinga dari mendengar ataupun lidah dari mengecapkan rasa dan dari arah wajar yang mampu kurekam begitulah ranting-ranting yang bergelantungan berhasil tampak tenang tapi hatiku tak boleh tidur oleh hipnotis kasat mata itu. Reputasi akan jalinan sehari-hari yang banyak terkelabuhi amunisi. Lontaran yang banyak disiapkan demi mendapatkan apresiasi para penonton.
Mengikuti batas-batas tradisi, kebiasaan yang telah lama dilakukan oleh masyarakat pada umumnya semenjak jaman nenek moyang. Apapun yang dicoba dan benar dihargai, ini bukan saatnya untuk menyimpang dari jalan melainkan terus berpartisipasi atas pengejaran pengetahuan, atau panduan spiritual. Segala informasi yang perlu dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi akal untuk melakukan tindakan lebih lanjut dari hidup yang masih berlanjut dan takkan terhindarkan dari perbincangan manusia serta keseimbangan keagamaan mencapai kerohanian yang jernih dan bersinar.
Ketidakpastian dalam hidup yang harus ditenangkan dan dihubungkan pada kekuasaan pencipta, itu hanyalah kepercayaan untukku sendiri. Karena pada dasarnya tak boleh semudah orang berbicara omong kosong dalam hal mengikuti dan itu artinya setiap individu berhak berusaha mencari jalannya dan membimbing diri sendiri, atau mengarahkan untuk mendapatkan petunjuk. Karena tak banyak orang yang mampu benar-benar mewujudkan apa yang diucapkannya. So, tetap tidak bisa bertindak seenaknya sendiri apapun dinamika yang dirasakannya didalamnya.
Mengalir dan berfokus pada jebakan konsep yang seyogyanya selalu dipersiapkan dalam kesamaran dan ketanggapan, ketelitian dan keadilan... sebuah tantangan mampu menggerakan posisi otot wajah yang netral tapi secara komunikasi non verbal yang terasa dalam, meski perasaan aslinya mampu disembunyikan mengikuti melampaui apa saja yang disajikan oleh waktu menjemput.
Dengan menyebut Tuhan agama yang ku anut sang Maha Suci "Subhanallah..." nafas lega terurai meski terkadang orang-orang berpaling dari arah kiriku. Begitulah manusia, tak jarang pula rasio menyerah bekerja optimal, "Aku sendiri masih terkurung disini dan mungkin segera aku bereskan beberapa proyek untuk tiga pekan terahir". Bergeming mengingat diri tanpa keraguan "Yaah terimalah permohonan maafku".
Normal jika rasa takut itu masih dimiliki di dunia ini akan segala hal yang diidamkan bahkan yang sekedar dibutuhkan. Ahh... Masih terlalu muluk rasanya, kekhawatiran memang akan terus mengintai kesadaran sampai lelap mengistirahatkan lalu membuka lebar matanya kembali sekedar untuk melihat yang benar nampak disaksikan oleh sepasang mata mengcopy gambar yang akan terkenang atau terlupakan.
"Sampai mereka tahu perkara detail adalah seni yang berpola estetis yang seharusnya menarik" kembali teralihkan pada tumpukan karya yang ditangguhkan bentakan lantang yang tak mungkin didiamkan. "Walau itu akhirnya seperti fatamorgana yang mengecoh". Memegangi acak rambut kepala yang mulai terasa kering "Atau hanya seperti tampilan wayang dibalik layar dengan sorot cahaya" menoleh ke arah cermin di sebelah kanannya dengan bayang yang tertata rapi, "Haehhh... Ini konyol" mengayunkan kedua tangan yang mengepal menghempas kedepan atau mendarat di pinggang.
Berani saja aku turun tangan sendiri sekali lagi akan ku pertimbangkan berbagai resikonya. Padahal dari deretan kesibukanku aku percaya pada mereka apa-apa yang sudah kupasrahi, asalkan mereka tahu kesesuaian. Bisa jadi suatu hal yang belum sempat kusampaikan mendadak merubah mandat dan mereka mau mendukung meski akan memakan waktu dalam prosesnya dan asal masih dalam target. Karena niat baik yang disegerakan itu terasa sebagai amal yang beruntut dan menguntungkan, wallahu a'lam.
Membuatku lengah dalam berfikir "Kau mendengarkanku oh tuhanku... Ya Allah". Sedangkan peringatan adalah kenangan yang ada dalam satu kejadian itupun sudah biasa. Sama saja halnya bersandiwara sebelum di permainkan oleh kenikmatan bisa saja itu sirna seketika beginilah bayangan orang yang mengaggur sepertiku sibuk yang dibuat-buat begitu juga sebaliknya.
Berpose mengangkat dagu membuka lengan pundak postur tegap sedang telinga menyentuh ponsel yang ada dalam genggaman tertutupi oleh telapak tangan dan cukup mengiyakan. Tak cukup lama pembahasan singkat pun terasa sudah menerima jawaban simpulan tentang apa yang ditunggu. Meluangkan waktu sejenak menikmati proses meski membosankan terkadang itupun terjadi.
Menerima kabar laporan yang tak kunjung tuntas apa boleh buat jika memang terpaksa misi ke lima B akan dijalankan dengan budget yang agak boros. Jika sudah diputuskan semakin besarnya resiko itu akan menambah wawasan baru yang bisa mengurangi nilai kerugian. Berhenti mengobral petunjuk namun lebih banyak mencari dan mengumpulkannya.
Arahan yang bersumber dari suasana sekitar menerjemahkan bahwa semua mampu mengirimkan pesan. Pemberitahuan yang berubah menjadi kata-kata tersembunyi sekedar mengingatkan saja dan yang lain sebagainya. Ingatan manusia memang terbatas, tak merinci dalam satu waktu sekaligus.
Sekalipun sudah dianggap Doktor masih saja ada yang luput dari akal yang bersuasana tandus di kala umur menua yang kian menyusut. Akan ada ukuran yang tak sama tak lain hanyalah kesenangan palsu. Tidak sah pula jika itu tak wujud dari kisaran hitungan waktu terdekat "Paradise lebih cenderung pada kebiasaanku selama ini". Percaya ataupun tidak ini akan menguatkan dan menonjol pada ahirnya suatu hal yang banyak tak disangka, aku harap semuanya tidak memburuk".
Sama saja tak ada bedanya jika mereka mengulur waktu dan hanya bermain saja, mungkin akan terancam yaitu nama besarku yang serasa tak bisa segera tersucikan jika dia si lemah tak mau menuntut memperoleh haknya yang telah dirampas dari orang yang kuat dan tak sedikitpun memiliki rasa takut bagaikan macan yang mampu menggigit. Haruskah aku menyesal atau pula mempersiapkan kemenangan dengan manipulasi alur cerita bukannya untuk korupsi atau penipuan.
"Suruh sesorang kesini"
kembali menghubungi sebuah nomer mitra yang ada di kontak, ia yang berperan dalam evaluasi perusahaan menyodorkan satu nama penting yang ikut andil menyiapkan laporan anggaran tahunan institusi. Sudah ke tiga tahunnya ini terulang, dalam moment yang mungkin tak sama. Adalah saat berharga yang terjadi di masa lalu dan termasuk rutinan yang akan datang tentu cukup rahasia.
Sebelum dia datang kesini aku pun tahu akan menyetujuinya tapi misi tak akan melepasnya begitu saja. Kebijakan tidaklah hal yang sampai merusak jiwa sama sekali tidak, semua ketentuan ada batasan dan akan ada imbasnya aku perlu ingat itu. Mengobral yang tak perlu saja... alihkan perhatian para penikmat candu kabar hoax lalu segera adakan perbaikan di bagan developer.
Orang pandaipun bisa menjadi bungkam jika ia fakir bibirnya tersungging nyengir dan menggeleng-geleng. Berkedip-kedip mata seolah mengeluh rembesan embun mata tertahan gesekan tangan lamban berlapang dada mengumpamakan wajah tunduk yang tersipu malu kecemasan yang terkadang bisa melemahkan walau itu sebentar saja dan kembali meneguhkan hati di jalan Allah bergantung padanya bersandar pada kekuasaan alam semesta yang tak terduga dengan ihtiyar yang mantap bersama orang-orang yang baik disekelilingnya.
Lain jika para ahli sedekah menyalurkan donasinya demi kelancaran dakwah ajaran tuhan pada team yang dikehendaki akan lebih mempermudah keruwetan prosedur dari beberapa wabah yang ada juga untuk menolak wabah mendekat. Itu termasuk bagian dari kebijakan yang masih baru saja akan dimulai dalam penyelanggaraan institusi yang lebih mengikat dan resmi pembersihan dana di tahun ini, semoga saja kata aamiin menambah keyakinan.
Datang, pasti ada di masa yang tepat dan lebih baik dari apa yang aku inginkan, hasil tak pernah mau menghianati jerih dari hal yang tak bermaksud menjerumuskan jika itu ada pasti sejak awal sudah ditimpa kesusah payahan.
Agar berada pada posisinya semula berfikir lebih rilex menjaga kebugaran diri kedua tangan yang direnggangkan dan memasukan ponsel dalam saku celana. Menatap dalam angan panjangnya dengan sorot yang lurus tanpa tercemar hingga tak sadar sesorang telah masuk dalam ruangan berfokus pada keheningan ruang menyempit.
Lebih mengharap kedamaian, kala itu tak sengaja ada yang terjatuh dan membentuk bunyi pelan yang masih bisa ditangkap oleh daun telinga, sebuah clay circle bross - creamy blossom and silk flower itu milik Istriku namun dia terdiam di tempatnya sopan.
Mudah bernegoisasi adalah suatu kehormatan yang pantas jika mitra mampu membicarakannya secara logis. Lalu aku melonggarkan dasi yang terpasang rapat di kerah kemejaku. "Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku" ucap Siska yang secara otomatis membuatku melirik jam tangan. Lantas aku berbalik dan berjalan menuju furnitur sofa panjang dan beristirahat merentangakan tangan
"Ambil! " kata itu keluar saat ku melihat benda kesayangannya tercecer. Diapun merunduk membungkuk dan berjinjit menekuk lutut mengambilnya dari tangan kanan disebelah gamis panjangnya yang menjuntai barulah mendekati dan duduk sengkil ingin memperlihatkan dirinya dari salah satu sisi tepat disebelahku.
Foto ini berhasil diperoleh secara diam-diam tepat pukul 08.55 .
Segarnya panorama alam dipadu satukan dengan properti yang identik green leaf. Pilihan yang standar untuk sosok orang yang seperti Itu bukan berpatok pada harga tapi banyak hal bisa dijadikan alasan dan itu tak perlu disebutkan apalagi diceritakan. Jika dibayangkan saja, pasti menjadi perumpamaan jarak yang jauh dari aslinya. Mangkanya tidak usah dibayangkan tidak asik atau hanya akan mengusik ketenangan yang tak memungkinkan.
Tapi justru bukan hal yang berbau settingan imajinasi orang-orang tak berseni. Seumpama orang-orang tersebut bisa melihat penataan ini akan cukup mengobati kejenuhannya hanya saja itu hampir tak akan terjadi. Ruangan ini tak di pamerkan di ruang tamu begitu saja melainkan orang-orang yang mempunyai janji pertemuan bisnis.
Serasa sepi "Oh.. tidak" dari luar pintu terdengar lalu lalang orang berjalan itu cukup menemani memenuhi kebutuhan saat perlu. Melengkapi kekurangan saat lengah akan tuntutan tingkah laku kehormatan, syarat menjadi orang semata-mata bukti kiprah sosial.
Ada hasrat samar yang aku sendiri akan lepas tangan akan kendali itu, tempat husus yang disediakan untuk pribadi hanyalah akan menjadi privasi. Kuasaku juga jerih payah yang berbingkai kesejahteraan.
Beberapa aspek keindahan yang mampu mengobati kesendirian termenung tanpa beban terlepas di dunia yang diciptakan sendiri dalam ruang sempit lunak tampaknya berserabut aslinya. Atau bola magnetika yang bertumpu meloncati medan tarikan bola lainya membentur.
Hal yang baru bisa saja terjadi, meski hanya terdiam karena diri samar-samar diselubungi medan yang berenergi yang mempengaruhi pergerakan sekitar secara otomatis. Berhembuslah lalu dedaunan pohon diluar mampu mengimbangi. Pejamkanlah mata lalu muara angin membujuk seakan melapor.
Yang mana bising suara laju kendaraan mampu diredam oleh kokohnya bangunan dingin sejuk jendela di tempel diarah yang membelakangi mentari tapi saat sudah sampai sepenggal sorot-sorotnya mengalirkan gelombang transparan menyehatkan.
Aneh tak pernah terungkap bilamana angan tiada henti melogika antar satuan yang terorganisir sedemikian rupa menjadi estetika yang berpola konsisten antara gelap dan terangnya.
Sekali belum cukup jadi bekal, mengingat deretan denting menanyai memberikan tugas menyisihkan yang hanya bermalas-malasan enggan mengakui adanya hubungan timbal balik yang saling menutupi atau menyinggung. Tirai yang bersentuhan pada kelipatan faktor yang tak membolehkan meremehkan hal yang kecil sekalipun.
Dari sana, pahami mana asal sesungguhnya berangkas dari keberadaan kenyataan keinginan yang memungkinkan menghasilkan gelombang yang selaras tuntas dan akan muncul tugas-tugas yang perlu dipecahkan sebelum semua itu terjadi.
Gambar ini hanya diambil dari sisi sebelah jendela balkon saja. Untungnya area disitu sudah dijamin keamanannya. Bahan kaca yang digunakan dikenal sebagai kaca balistik, kuat tapi transparan secara optik dan tahan terhadap penetrasi ketika dipukul, coba bayangkan untuk apa?
*
*
*
Sampai lonceng jam berbunyi...
Yuukkkss kepoin garap cepat gimana asal muasal kisah si boss
Di next episode
Chapter 2 Busana putih
"Aa...heiih...mengagetkanku tau"
Jujur Ria nampak berkata apa adanya tampang pucat pasi rambut poni semerawut nafas ngos-ngosan, kulihat itu dari suara groginya. Sejak kapan dia merasa canggung saat berhadapan denganku? Sungguh aku lupa... dan Ria hanya akan kembali berpaling entah dia sadar atau tidak.
Mauku adalah hal yang biasa membuat Ria ceroboh. Otak anak yang keras kepala berapa kalipun ia kecelakaan, tengkoraknya diketok-ketok masih rapet seperti tempurung kelapa yang ada sabutnya mendal deh. Kecerobohannya berasal dari sikap pedulinya yang lebih, mana ada orang yang mau mengaturnya. Aku juga ogah mencatat tiap kesalahannya, semoga saja suatu saat nanti dia bisa memperbaiki diri.
"Hahaha...ada ada aja..."
Menjelaskan suasana pertemuan, kalau begitu baiklah... tidak terlalu dingin, dua puluh enam derajat di angkringan bersih artinya sedang tidak banyak polusi di pinggiran kota ada petugas-petugas berseragam oranye pula yang rajin membersihkan dedaunan atau plastik-plastik berserakan pengaturan area sekitar yang patut diberi aplous. Sama berdiri dan saling bertatap muka menelisik kebenaran yang tersaji dari kenampakannya, bahasa gestur gurat maupun busana.
Detail penataan kota sekitar alun-alun yang full dikelilingi pagar ornamen berwarna hitam dengan trotoar yang lumayan lebar, ditempat sini adalah block para pedagang yang menyediakan aneka ragam menu dibawah pohon yang sejuk dengan pemandangan kendaraan yang lenggang dan teratur aku rasa ini tidak akan berbahaya karena sudah menempati pada tempatnya. Ini lebih pada berteduh dibawah tenda sehingga terik ultraviolet tak langsung menyentuh kulit.
Nama yang ada, sambil menunjuk ke suatu arah di sudut lapangan "Satu dua tiga empat lima enam tujuh petugas, Pak Bagas, Sutris, Suyit, Putra, Salam, Karto, dan Abdul" lancar menunduk. "Ah... Ngawur kamu" Siska mringis. Walau sambil memeluk tas matanya terpengaruh menyelidik ingin memperjelas huruf-huruf yang ada diseragam oranye itu ya mana kelihatan, jaraknya saja tiga belas meteran.
Dari pemilihan yang baik ini, apa salahnya aku menuruti permintaan untuk datang apalagi ada hal yang lebih penting dibandingkan pernak pernik kota yang baru-baru ini ditingkatkan nilai kebersihannya. Menjadi bukan lagi tempat yang kumuh karena ini masih bisa dibilang angkringan yang tertutup. Telisik-telisik tingkat pengunjungnya yang rata-rata dan mudah dijadikan sebagai patokan, kalau untuk dijelaskan secara tak gamblang pun orang mudah mengingatnya.
Segala uraian yang tentu memiliki arti dan kesimpulan, menarik untuk mempelajari akan keberuntungan hidup di dunia. Karena semua di dunia ini memiliki batas ketidak berdayaan yang akan dijumpai manusia. Yang terlatih dalam perkembangan pesat hingga hanya dia yang tahu caranya berfikir secara biologis. Yang secara alami semakin orang punya pengalaman akan memiliki self protection itu terjadi jika berhasil lolos dari tahapan sebelumnya.
Bagian selera yang tak terduga telah ditentukan Ria untuku, feelingku berkata dia hanya mengarang atau memang aku saja yang berlebihan menanggapinya mungkin juga kebetulan saja. Sekali lagi, terlebih bukan kuliner yang menjadi intinya aku akan dibuatnya sebal jika mulai memancing menanyakan ini dan itu. Mau kusubal gorengan apa ya...
Kira kira apa yang dia mau sebenarnya? Terasa seperti hal yang lumrah bertemu denganya seperti ini. Aku harap kali ini dan besoknya tak ceroboh lagi, segala sesuatu yang berbau berlebihan itu agak mencurigakan bukan karena apa-apa hanya waspada. Berjaga-jaga dia yang bersikap tak tahu-menahu aku rasa memang tak ingin membahasnya dulu.
Jika diingat-ingat lagi seharusnya tak selama ini jadinya, menyedihkan. Menjumput benda logam yang sempat tercecer sambil mengelapnya sedikit membalut tisu meletakkan kembali di meja. Barulah aku duduk menyandarkan siku ke meja berdehem sok cool memberi aba-aba tidak segan sambil menepuk dua tangan untuk merontokan debu-debu.
Dihadapanku pula serentak yang tak disengaja Ria merapikan bajunya membiasakan diri menyusul dan duduk menghadap kelop-kelop lalu kembali merunduk sedikit memandangi isian meja menyodorkan tangan sepuluh jarinya mencegah lainnya memesan sesuatu, lagak gugup yang wajar sebab terlanjur meja sudah tak muat untuk ditambah.
Sebelumnya..."Kalau boleh tak repotin ya....". Keburu Ria meninggalkan meja mengingatkan untuk mencuci tangan dengan air di wastafel. Satu persatu kan kesananya, budayakan antri tanpa diberitahu juga pasti ngerti.
Ada hal yang terkadang akan lebih baik dibuka dengan kata yang tersirat mengandung permisi daripada menerima apapun tanpa harga diri itu seolah keserakahan yang tak sedap dipandang dan sepantasnya orang harus tahu apa itu namanya attitude.
Sesuatu, tingkah laku dan tata bahasa yang selalu dicermati dan dikomentari halayak umum disitulah cara public akan memerlakukan dan menerima sebuah ketentuan adat yang menjadi tolak ukur sosial. Yang disebut hidup itu tentu tak sendirian dan ada hubungannya dengan yang lain.
Yang tahunya hanya menunggu jangan sampai pasang harapan yang aneh-aneh pada manusia lainya tak ada yang menjamin, selama tak susah usahakan ada aksi itu akan mempesona tak usah banyak embel-embel kadang itu merugikan pahami suasana lawan bicara itu sudah cukup kalau perlu imbangi sesudahnya saja selama masih ada kesempatan.
Bikin aku sedikit merasa menjadi tamu khusus atau alibi Ria mau numpang kali. Aku tak bisa berlama-lama seharusnya. Ria mau mengikuti ajakanku apa sesukanya sendiri. Nyatanya dia tak menyiapkan gorengan dia sengaja apa menebak lagi, ah... apa dia pikir itu tak sepadan buatku untuk cemil-cemil. Apalagi sedari tadi pengunjung lainnya menyoroti meja ini.
Berontak karena gegabah, senggol sup yang masih panas sampai tumpah masih aman tak sampai pecah hanya mengombak saking penuhnya jadi luber mengotori meja makin molor saja waktunya gerutu Ria kepanasan "Aww... Aw..eeh" aku dan Siska sampai bengong. Lalu Siska cekatan merebut tisu dari salah seorang pelayan berjalan pelan mendekati Ria dan bantu mengelap. "Aduh Siska... Ndak usah biarin nanti lak merembes kalau udah beres aja, kamu duduk wae wis".
"Santai Ria... santai... " malu-malu ungkap si Siska.
Jangan memulai kericuhan hari ini biarkanlah percikan menyalakan suatu yang luar biasa. Menyipratkan sisa air yang membasahi tengan ke kepala Ria sampai cemberut abis, kasian. Ademkan ahirnya, bintik-bintik beningnya sampai berhamburan nempel diwajah ini belum apa-apa sudah kacau gimana sih. Ria malah kabur ke toilet, nah gak tepat waktu anak itu.
Melonjak, sepertinya belum Ria masih cukup sabar kalau cuma digituin. Sedangkan temannya... Sama-sama tahan untuk tidak mengeluh di situasi yang rumit sekalipun. Pertanyaannya kemudian cara biar Ria ga kelamaan nyari toilet umumnya emangnya ada apa disekitar sini memperkirakan Siska akan membuntuti Ria cari tahu.
"Minta aku kesana? " Siskapun pergi sebentar lantas kembali lebih awal. Disaat itu dia mempergokiku membolak balikan lembar kertas folio membaca daftar isinya. Tanpa bilang-bilang Siska langsung duduk saja dan sibuk dengan ponselnya disana pasti ratusan pesan dari teman-temannya.
Macam-macam minuman disini lebih di rekomendasikan di bandingkan makanannya. Beda lo dari kebiasaan yang ada, disini malah tersedia seribu resep yaitu coklat hangat, lemon soda dingin, Jus mangga gadung setengah matang, wedang jahe, sari wortel susu madu, lemon tea panas, es teh, kopi sedu, es coffee, es buah segar, es kepal dancow, es campur alpukat, es cincau, es kelapa muda, es milky fruits, es ocean, lemon squash, es kunyit asam, es dalgona mactha, nutrijel selasih, thai tea boba, coffee latte ice cube, es semangka susu, kopi espresso alpukat gemez, banyak juga persediannya. Ini nampaknya sambung sama bangunan rumah tapi tidak kentara karena tertutup banner itu. Terus jika ada bahan yang habis akan ke belakang melewati jalan tikus itu. Jalan tembus yang melawati jalan yang berlingkungan kecil.
Permasalahan apalagi yang akan diperbuat oleh Ria gadis berumur 19 tahun. "Memang cocok buat keributan kayak mak mak di pasar ribet tawar menawar ala borongan, emang ngapain aja bolak balik nyusahin sendiri aja kamu Ria". Berhubung sudah pernah kesini jadinya agak leluasa sama yang jualan, itulah Ria si anak jalanan. Sekalinya kesini pun juga tak sendiri. Warungnya lumayan untuk tongkrongan anak muda sayang tidak difasilitasi semacam wifi.
"Tidak apa-apa husshh... " jreng jreng Ria mulai unjuk diri. Membocorkan sedikit pas awal bertemu dengan Siska sebelumnya sambil ketawa-ketiwi tidak menyangka Ria sendiri tak menggubris baju atasannya yang berwarna coklat bergambar love anyep berbau bumbu dan sedikit lebih efektif saat Ria mulai duduk tenang menerima tissu basah yang harum dari Siska sedangkan aku cuek aja sih.
Boleh tahu gak atau ku kasih tahu saja kalau Ria obrolannya ngelantur dia mengarang cerita saja dari tadi, tak percaya sebegitu dia paham dengan Siska sejak sebulan yang lalu siapa yang terlewatkan juga ini tidak bisa dilanjutkan lagi kalau gak mau bungkam mengheningkan cipta.
"Eh...ini keasinan dan kurang manis, aku kabari dulu biar kalian enggak kesedak aja." potong Ria pelankan suara mengimbangi cakap siska yang lembut. Bukan berarti lemas cuma terdengar halus tak meninggikan suara sehingga enak didengar.
"Ini entar ke rumah Ibu Tania kan?" sedikit menegaskan tujuan, siapa lagi itulah Siska.
Ria hanya mengalihkan dan mendahului menghempas rasa keroncongannya yang mungkin ciut berdecetit merengek mau suapan karbohidrat dan protein dengan bungkamnya yang berarti mempersilahkan aku dan Siskapun menghargainya menikmati sesuai kehendaknya sampai piring mangkok pada bersih bersyukur menginginkan berkah mulailah Ria melanjutkan.
Malah enakan begini kan berempat sembunyi-sembunyi makan dipinggiran jalan "Kalian kalau bukan aku yang ngajak sembarangan kaya gini gak aman lo... awas! Jangan pura-pura tidak suka, okee... " . Sajian habis dalam kisaran setengah jam padahal sudah mengurangi obrolan tak perlu apa mungkin tak terasa. Itupun belum sempat meluruskan masalah yang memprihatinkan hari ini.
Menunjukan tulisan tentang kabar yang tersebar. Seketika hening saling curi pandang tak tahan dan tanpa alasan yang tercatat dalam note ponsel mengenai perkara yang menjadi topik jumpa saat ini yang sebenarnya pula bermanja tak teragendakan melainkan hanya insting mengiyakan mencari kepastian dari kecurigaan menerima kenyataan.
Butiran nasi bahkan masih menempel di dekat hidung Ria sambil menadahkan kedua tangan menunjukkan bahwa dia sendiri sedang bertanya bukan dia yang mengajak menyebarkan berita. Setelah yang lainnya mengecek barulah sepakat bahwa berita itu asli, memang tadi ada yang sempat bilang palsu ya... parah banget kalau dijadiin candaan, tak patut.
Kecil hati jika aku yang lelaki tak menyarankan yang baik malah bermain-main hingga lalai. Merasa agak bersalah Ria menteraktir semua meski itu sendiri tak ada kaitannya maksudnya membereskan satu hal mencari solusi yang lain ke prosesi yang akan dituju dari alamat lengkap dan sampai mana kabar berjalan, tidakkah termasuk hal yang baik untuk disegerakan adalah menguburkam jenazah. Mumpung sebelumnya, satu sama lain dari kita sudah kenal dekat dengan beliau alangkah baiknya berangkat lebih awal menemui beliau terahir kalinya.
Dari telinga ke telinga, memang sudah jelas tersaksikan duka yang kini membelenggu keluarga besar yayasan Al Bustan ditambah tampilan yang sudah tersebar di beberapa sosial media tersebut atas nama beliau. Menghempas sesak dari perut melepas hangat keguncangan nafas berwujud embun tipis melapisi semburat pantulan mata. Mengingat diri akan banyak hal terfikirkan sosok diri saat sampai di ujung pintu.
Pintu terbuka dan lalu lalang tamu hadir dan bepergian menanyakan kabar berbela sungkawa membawa tas-tas berisikan beras gula minyak goreng membantu jajanan atau karangan bunga mawar florist berwarna putih kuning hijau dan ungu yang terpampang juga tertulis sebutan nama kehormatan beliau.
Saat sang maha Guru dipanggil oleh kuasaNya berbaringkan jenazah berpakaian sebaik-baiknya busana berwarna putih sekujur tubuh yang berselimutkan kain batik. Dari luar ruangan saja telah membuat tertunduk pilu menahan luapan otak yang tak ingin mengakui mendengar cerita firasat kematian, hampir saja...
Beranjak menemui keluarga terdekat yang tersedu-sedu sembari bercerita tentang kegelisahan beliau saat masih sakit beserta saudara sama mengiringi bacaan ayat suci, tak kuasa menyampaikan maaf mengingat keliau beliau dan menamati layaknya seseorang yang telah berbaring tidur panjang. Mondar mandir kebingungan begitulah keadaan dirumah duka.
Pada saatnya orang makin berjubal dan bahkan ada yang diluar sebagian menyiapkan air dan suguhan ringan bagi orang-orang yang berangkat dari jauh. Ria mengikuti segerombolan ibu-ibu yang bersenandung nyanyian sholawat nabi untuk menenangkan arwah.
Waktu dimandikanpun usai hingga dibawa ke masjid di yayasan untuk disholati. Berniat empat roka'at diiringi takbir fatihah dan sholawat tanpa rukuk maupun sujud kemudian salam. Keranda bertutupkan kain hijau ahirnya berjalan bertaburan bunga bersama rombongan keluarga yang tahan dan jamaah laki-laki dari tetangga.
Pertama, perubahan fisik kelelahan dan melemah lunglai tak bersuhukan kehidupan kemudian pucat membiru abu-abu siklus yang menghadirkan deretan orang bertakziah yang perlu diarahkan sama sabar dengan yang sedang ditinggalkan. Tolonglah isi... bergilir dan sentuh kehangatan rasa dengan doa...its so easy. Dia ria, tak lagi sanggup menerjemah bungkusan itu, Sssttt...sunyi serak seketika menutup hembusan yang sempat tersengal tersedak. Mengapa orang kampung malah sibuk bercerita sendiri ramai dengan urusan pribadi masing-masing lalu bagaimana dengan yang ditinggalkan...
Kali ini suasana seketika merasuk mengingat malu sehingga khusyu' mendengar baik-baik pesan terahir yang sempat diutarakan tentang firasat yang terasa seolah hendak ingin bepergian dengan duduk berdampingan bersama orang banyak yang berjubal dalam ruangan. Berangsur angsur mengiringi keranda menuju makam, hususnya aku yang laki-laki, jaketku pun ku sampirkan di pagar rumah mempercepat langkah.
Chapter 3 Pernak Pernik Perjalanan Pangeran
Prosesi pemakaman telah berjalan dengan hikmah juga ada banyak hal yang bisa dipetik. Kembali ke dalam mobil, sesaat Ria memalingkan wajah ke jendela menanti Siska yang baru saja berpamitan dengan kerabat Bu Tania untuk sedikit menghibur meneguhkan kesabarannya. Kunci menahan diri dari musibah yang sedang menimpa dengan pelukan hangat "Titip jagain ibu Tania ya... biar tidak merasa sendiri".
Sama mencoba untuk tenang sembari kuambilkan sehelai tissue serasa kurangpun kuserahkan beserta kotaknya. Seringkali wanita bertopeng derai air mata, tahukan wajah sedih garis-garisnya tertarik turun kebawah semu seperti kelelahan. Biarkan saja supaya Ria bisa menjadi lebih kuat saat pulih kembali.
Dengan mengingat jalan yang sebelumnya untuk kembali itu adalah PR penting bagi orang yang berkendara. Dengan tetap menggenakan sabuk pengaman dan melengkapi surat-surat semacam Surat Izin Mengemudi ataupun Surat Tanda Nomor Kendaraan. Walau tanpa menyalakan musik aku lebih berfokus mencari jalur yang tidak merah maksudnya macet. Aku pun tak hafal rute ke rumah Ria dan Siska belum pernah malah, kebanyakan kita bertemu di luar bisa dikampus atau tempat umum tapi kalau Ria memang pernah kerumahku. Berhubung satu jurusan sama adikku mungkin semacam kerja team.
Yang ada Ria semakin disini malah menangis sampai sembab wajahnya dihadapkan pada kaca pintu mobil, srot... srot... baru kali ini aku menemui sosok aslinya Ria yang seperti ini, lagi dan lagi ditinggal orang yang dekat. Aku sendiri pernah mengalami yang serupa tapi tak sama, tak ingin ketinggalan bukan maksud menonjolkan sebagai kesombongan sekilas jadi diri yang egois mementingkan diri sendiri.
Telah lama itu terjadi namun soal yang menimpaku tak perlu diungkit lalu bagaimana dengan Ria dia yang anak tunggal. Sosok suami Ibu Tania tentu sempat dekat juga sebagai bapaknya secara psikologis itu akan mengulas memori kabung dan kesan rasanya memang tidak enak.
Berlangsung tujuh hari kegiatan yang padat juga menjadi halangan untuk menemani keakraban dengan kesedihan yang ada di yayasan Al Bustan sehingga selimut doa hanya akan terkirimkan dari jauh, yang sempat jadi kebimbangan meski sama sadar Bu Tania sendiri tegar dan lapang.
"Sedang sesuatu yang ukurannya sebanding maka pilihlah mana yang terbaik untukmu dan sekitar" ini kataku. Bisik rayu akibat diri sendiri sering tak mau mengalah, sungguh bukan iri bukan ngirit pula atau pelit. Obsesi orang serakah...tidak... tidak... mataku melek, aku tak lebih miskin. Secara individual pun aku mampu memenuhi kebutuhan dasarku.
Mengungkit sejarah kebesaran beliau terkagum tentang keakraban keajaiban relasi. Merogoh kace kecil memegang bedak dan beauty bland berwarna black yang sepintas nampak dari bayangan spion belakang, membuatku tak sadar menoleh memitak kepala Ria yang agak condong ke depan.
Kejanggalan yang dipaksakan walau itu kebiasaan wanita pada dasarnya namun kali ini serasa berbeda berubah aneh dan dirasakan oleh laki-laki sepertiku. Barusan aku habis melamun jadi tidak sengaja pula main tangan akan ada sesal jika jiwa penyayang hilang dariku.
"Wesss...wouffft...selesai ya udah gitu lo...ganti yang lainnya. Ya kalau terus terusan itu tuman..." rembesan tangis sudah mengering terkena dinginnya AC mungkin Ria malu juga terang-terangan. Kecuali jika hanya mencari muka...
"Sembarangan..." kepalaku menggeleng.
"Ajaran kamu lo ya tuh barusan" tangkap Ria dengan obrolan yang cuek tapi ngaruh semakin tidak asli.
Orang pada umumnya pasti akan merasa bersedih ketika ditinggalkan oleh orang yang berkesan, berpengaruh dalam hidupnya asal tetes air mata itu tak disertai teriakan yang menyakiti diri atau bahkan sampai merobek baju sebab jika hal itu sampai didengar mayit tentu akan turut kecewa. Apa aku yang salah sangka ya...
Kebanyakan orang menganjurkan untuk melalukan tradisi ini sekedar bela sungkawa bahkan bisa jadi ingin mendapatkan bingkisan, semoga saja tamu-tamu yang hadir tidak memberatkan dan bisa menghibur meringankan beban masalah yang sedang menimpa.
Mereka yang sehat dan berakal masih mampu melihat dan pula mau memberi salam mendoakan kerabatnya yang hidup bertapak diatas bumi lalu kenapa tidak sebaliknya juga untuk mengirimi sebongkah lantunan manis yang mampu menenangkan mereka yang bersembunyi di alam kubur. Sepetak liang lahat berukuran satu setengah sampai dua setengah meteran itu mungkin menyeramkan. Siapa yang akan mengira, jika memang jarak derajat itu lebih dekat daripada leher secar simbolis. Sedangkan secara tehnik anatomi tubuh, pusat pengaturan nafas maupun detak jantung ada disekitar dalam tengkuk.
Sendiri Siska lebih memperbanyak diam sambil mencermati identitas yayasan Al Bustan dari sepeninggalnya beliau memungkinkan untuk menenangkan kita yang tak aktif tentang komentar keluarga besar Al Bustan. Seumpama di sedikit waktu teratasi melihat kendali media yang mengurangi pembahasan yang tidak pantas untuk ditampilkan. Oke tujuan memikirkan saudara yang sensitif adalah mengajak sama siap-siap.
Kembar non pasiv namun condong lebih normal Siska yang kembali menyambung pembicaraan dengan menawarkan obat antisipasi perjalanan ke lainnya baik aku ataupun Ria, juga minuman untuk dirinya sendiri karena yang lainnya memang tak mau, roll on Aroma lavender insyaallah tidak nyasar tidak pusing dan bisa mengantar ke tempat masing-masing. Apalagi kalau di mobil madep handphone dalam pikiran kacau balau. Sehingga alangkah baiknya kepala di hadapkan kedepan saja bisa juga sekali tengok kanan kiri.
Untungnya ada pak supir waktu itu, lelaki yang tak perasa terlebih tak ada sangkut pautnya sama sekali jika sekedar pernah mendengar atau tahu. Tidak ada tanda-tanda gangguan, fisik yang sudah terbiasa bekerja karena tuntutan sekira bisa mengendarai dengan perjalanan yang mulus tak terasa tanpa mengocok perut dan juga membantu mengoreksi arah tadi ketika akan berangkat, sepanjang perjalanan aman lalu menurunkan Ria.
Bagaimana dengan besok, aku menawarkan mereka di ahir pekan saja. Basa-basi agar meraka tidak berasa diusir toh sudah nyampek depan rumah di jalan kartika Rt 02 hanya saja mereka sama sekali tak menggubris ucapanku, kecuali Siska sepertinya memang cakap instingnya untuk mendapatkan poin yang aku maksud.
Sudahlah jika ujung kaki sudah menginjak tanah meski hanya dengan pintu yang terbuka sedikit keputusan memang sudah bulat dan tidak akan berubah, itu kalau aku. Toh lirikanku tak meleset sepatu merah maroon milik Ria yang belum juga menggantinya, dia memang sering mengajak orang untuk bersabar.
Ria sama Siska cocok duo ceriwis. Buktinya sampe betah dan gak mau dipisah mengagetkan saja tu bocah main pergi saja. Terlanjur kenal malah asik tanya jawab aku kira bakalan ngantuk, nyatanya malah aku disuruh hop.. hop... hop... "Gimana Boss sudah bisa tenang" bumbu Pak Supir memahami. Biasalah orang tua juga pernah muda pinter menangkap aura tantangan.
"Anything else...no one...its okey...your welcome". Gertak ku mengingatkan kembali. Sayangnya Siska lebih memilih menginap di rumah Ria untuk sementara. Gawat mereka bisa saja sewenang-wenang mempermalukanku dalam bincang rahasia. Kira-kira adakah bagian hidupku yang tak boleh dibongkar, sejauh mana mereka mengerti tentang aku.
Lupakan jika itu perih untuk dikenang, tidak hal mudah tapi bisa, jika dengan tekad tidak mengingat lalu mengganti keserupaan dengan hal-hal baru yang lebih menarik seolah meriset ulang kedalam diri. Jangan katakan lagi maka itu akan terkunci dalam berkas data yang tersimpan saja. Tak usah gugup seharusnya masalahnya ini urusan hormon yang lebih otomatis meskipun lamban. "Pak... pak lihatin mataku ada kotoran kayaknya" kedip-kedip ini seriusan, pak Supir malah mundur-mundur dan bilang "bersih-bersih, ndak ada apa-apa" dengan ketawa canggung ala bapak-bapak.
Itu juga menyebalkan padahal ada beneran, yang sabar saja tetep mengusahakan menyelamatkan perihnya ini dengan membuka kaca lipat yang ada didepan. "Astaghfirulloh " ungkapku malah diikuti Pak Supir dengan tawa "HA HA HA". Gak waras suweerrr... "Eh bentar man berhenti" (mobilpun direm dan tepat dibawah tiang lampu, sebentar saja).
Menengok ke belakang Ria melambaikan tangan dan merangkul pundak Siska gaya yang aneh, ngomong apaan dasar wanita suka bisik-bisik ga jelas pake gandengan tangan segala sekalipun itu sebentar. Seringkali memperdebatkan hal-hal yang sepele, apakah malam mereka akan seperti itu nanti "Ambyar" lagi geleng-geleng kepala.
Saat Ria sudah membalikkan badanya aku harap Siska menoleh sambil senyum malu-malu. Satu dua tiga sampai tak lagi terlihat eh ternyata tidak, membuatku kembali berfokus pada arah depan mengabaikan. Flat... "Tik... tik... tik... tik... tik... tik... tik...tik.... "
Dititik aku berada untuk menunggu, terjerembab keguncangan menghantui agar tidak menumpuk kesalahan di usia muda yang kian ditumbuhi berbagai persoalan untuk pendewasan semua selalu bisa diatasi sedang keraguan hanyalah bahasa keterbatasan. Setiap sakit akan terobati setiap pahit akan netral dengan kesadaran.
Kemudian dengan bungkam dan sorot kosong melayang hal sepele yang sedikit membuang waktu tanpa disadari, lima belas menitan itu mungkin dan apakah sebelahku ini memperhatikanku sedari tadi akupun tidak tahu, ekor mataku melirik sedikit dan berasa kagok sekalipun baik-baik saja, asal tetap tenang bergayalah senyaman diri menyendiri.
"Oke man lanjut!" Barusan yang dilakukan, anggaplah hanya ambil angin segar malam yang berangin sekalian membuang sampah tissue. "Seperti semula bahan baku yang digunakan untuk membuat produk ini adalah bubur kertas" perasan risi dan asing telah diatasi. Bermula dari kulit kayu ahirnya dicetak dan dikeringkan menggunakan mesin yang besar. Berbentuk silinder berwarna putih itu sempat terbayang sekilas dibenakku.
Lebih banyak mengobrol saja biar suasana cair kembali, lumayan untuk nambah wawasan daripada banyak baca buku kebanyakan sih lupa. Sedangkan tehnik ala wawancara itu bisa melibatkan penglihatan juga pendengaran ahirnya kesan penyampaian itu mengikat lebih di hati. Tetang siapa, apa, dimana, kenapa dan bagaimana?
Baik dengan keadaan sedih, senang, tegang, cemas, takut itu menjadi lebih terekam. Membantu mengembangkan imaginasi untuk mengagumi betapa indahnya dunia ini dan betapa palsunya kisah yang berada. Semakin malam semakin dingin, gesek-gesek tangan ke lutut. Kerlap kerlip kota menerangi keadaan yang gelap dengan aneka bentuk. Semakin lama pinggir jalanan mulai padat digunakan sebagai ajang berbisnis dengan bidang yang beraneka ragam dengan tampilannya yang sekedar mengenalkan atau bahkan mempromosikan dan itu tentu mengandung daya pikat tersendiri. Pada jarak tertentu bangunan tertata rapi dan indah sekali.
Tak ada opsi lain, itu sudah kesepakatan bersama. Daripada jauh dan tidak ketemu ujungnya lebih baik besok saja memastikannya. Terbayang pula, bila sampai rumah nanti mataku mungkin terasa sepet. Mending muter-muter dulu sampai capek supaya lelap dan mengumpulkan koleksi kreasi kota, "Belok kanan pak aku mau nyari something unique".
Ada tapi asal itu menyenangkan sekaligus memikat konsentrasi dari kejadian. Baik buruknya terasa membekas, karena apapun itu tak ada yang menjamin yang ada hanya ancaman atau iming-iming belaka. Ide juga begitu muncul sesaat namun jika tak segera terlaksana akan hilang begitu saja.
Yang terpenting untuk kegiatan hari ini sudah beres tinggal santai pada perkara yang ringan-ringan saja sepertinya malam ini tidak akan terjaga. Bahkan sampai larut malam, perjalanannya lumayan banyak belokan kalau dihitung tiga jam yaa... sedikit bikin kaki kesemutan.
Berbicara mengakui keberadaan seseorang untuk menghargai, walau sebenarnya dan terkadang itu tak perlu. Selama yakin tidak akan terjadi apa-apa penyakit itu biasa muncul karena gelisah yang berlebihan. Bebaskan diri dari belenggu yang sebenarnya tak ada dan merdeka. Sejahtera mendapatkan pengakuan terlepas dari tuntutan, hampir tidak mungkin sih.
Selama punya hati dan akal sehat kadangkala kebungkamanpun tak baik bahkan menjadi masalah. Tinggal mau yang mana? sesuaikan keadaan! sadari, keluarkan suara disini dan hidup. Semangat terus belajar dan bergerak maju daripada menggosip. Rumor kosong tentang kepribadian orang lain yang sama sekali tidak ada manfaatnya.
Beda kali ya... Obrolan pembahasan apabila dengan sosok bapak berkepala empat yang terkadang menemaniku melalang buana. Seorang supir yang ku panggil maman, terkadang membuatku sungkan dan memilih sibuk dengan ponsel saja. Sekalipun meng klik kotak besar nerwarna kuning bergambar dan menggesernya bermain.
Dengan kehebohan sendiri satu dua kali itu sedikit memancingku untuk menanyakan sesuatu mengurangi rasa kantuk diiringi dash dush soundtrak permainan, aku rasa ini tidak mengganggu, kekacauan disini agak susah menaklukannya ada kesalahan pengaturan yang mengalihkan konsentrasiku jangan-jangan tembakan meleset "Ayoo... Yeah, tidak yakin ini tidak akan bertahan lama". Cukup, sepertinya tidak menarik untuk saat ini, segera ku tutup ponselku namun beberapa saat kemudian ada getar dan dering suara panggilan. Aku mengintipnya sebentar itu adalah ayahku dan segera ku mengangkatnya hanya ingin tahu kabar dan menutupnya. Aku lumayan menyukai saran-saran dari maman driverku selama cara menyampaikannya tidak seperti menggurui tapi lebih terkesan sebagai penawaran dan cukup sabar untuk menungguku sampai mengerti.
Lokasiku terahir berada di Flower Advisor yang tak sengaja ku lihat dan membuatku terhenti padahal aku tidak terlalu ingat letak persis posisinya di daerah mana. Semula memang sudah melaju beberapa toko sesudahnya baru berucap kepikiran untuk putar balik dan parkir mumpung belum tutup di seputar jam segitu. Tepat sekali, tanpa pikir panjang apa yang aku cari disana langsung kudapatkan. Semenjak sekarang, hatiku menjadi lebih sulit diterka. Selesainya melakukan transaksi aku mendatangi tempat supir dengan mengetuk untuk bertukar tempat. Kusampaikan keinginanku untuk mengemudi di seperempat jalan terahir. Sehingga ketika sampai dirumah aku bisa masuk rumah lewat pintu samping, mulai daerah sekitar sini sepertinya tidak rumit karena tinggal lurus pertigaan belok dan belok lagi. "Trimakasih Man... " sudah pasti dia mengalah.
"Sudah ketemu ya benda uniknya? Saya duduk di belakang saja ya mas..." keluar mobil dengan sedikit sanggahan.
"Haa... Janganlah man, dimana lagi ... Ayo" mengajariku tak sewenang-wenang.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!