"Tidak ada, Tuan" jawab Chania sok yakin.
Michael kembali mengangkat sudut bibirnya. Matanya berhenti tepat di bagian atas lutut Chania.
Menyadari arah mata sang bos, Chania menggerakkan sedikit kaki jenjangnya yang hanya berbalut rok line A, tentu saja 10 cm di atas lutut, karena itu syarat mutlak untuk bisa menghadap sang bos.
Rasanya tidak nyaman di tatap seperti itu, apalagi kakinya mulai merasa pegal luar biasa. Di tambah tatapan sang boss membuat kakinya serasa ingin ambruk saat itu juga.
Tidak ada tanda - tanda untuk gadis itu akan di persilahkan duduk. Sebelumnya sudah 20 menit dia hanya berdiri dan di pandangi oleh CEO bengis bernama Michael Xavier Sebastian itu.
Begitulah cara Michael memilih sekretaris pribadinya. Hanya memandangi intens tanpa sepatah katapun, seolah mencari sisi paling tepat untuk menelanjangi sekretarisnya pertama kali.
"Kau tau tugas utama sekretaris pribadi ku itu apa?" tanya Michael pada gadis yang hanya menunduk tanpa berani melihat matanya itu.
"Membantu Tuan Michael menyelesaikan pekerjaan kantor" jawab Chania dengan polosnya.
Michael mengangkat sudut bibirnya sinis, "kau masih perawan?"
"Hah!" pekik Chania heran.
'Sekretaris dan perawan apa hubungannya?' batin Chania.
"Jawab!" bentak Michael. "Kalau kau masih perawan, keluar! aku tidak butuh perawan!" ucap Michael dengan nada tinggi.
Chania membuka mulutnya lebar, ia butuh banyak uang untuk melunasi hutang. Dari kabar yang beredar, menjadi sekretaris Tuan Michael bisa membuat siapa saja menjadi sosialita mendadak.
"Sa..saya.. sudah tidak perawan, Tuan!" bohong Chania.
Michael tersenyum sinis. Ia merasa puas dengan jawaban Chania yang cukup memuaskan pendengarannya.
"Kata mereka berapa gaji yang akan kau terima?"
"Kata HRD, gaji yang akan saya terima sesuai dengan usia Tuan saat ini'
"Kau tau berapa usia ku?"
"Tiga puluh tahun, Tuan!"
"Berarti?" tanya Michael menyipitkan matanya.
"Berarti gaji saya tiga puluh juta, Tuan" jawab Chania sebisanya.
"Menurutmu wajar, gaji seorang sekretaris tiga puluh juta?"
"Emmm... tidak, Tuan! terlalu.. banyak," jawab Chania kikuk. "Karena umumnya maksimal sepuluh juta!"
"Jadi kau bisa simpulkan, apa gunanya dua puluh juta yang tersisa?"
"Bekerja dua kali lipat?" duga Alea balik.
"Hahaha!" Michael tertawa sinis dan menggelegar.
Ia berdiri dari duduknya, berjalan mendekati Chania yang masih berdiri satu meter di depan meja kerjanya.
Michael menyandarkan bokongnya di meja kerjanya. Menyilangkan tangan di depan dada Kemudian menyipitkan mata dan melirik Chania dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan mesum.
Chania mulai menyadari arti dari tatapan itu. Tatapan yang menurutnya sangat horor dan menggelitik. Tiba - tiba kakinya terasa lemas. Di tambah rasa lelah, membuatnya semakin ingin tenggelam ke dalam inti bumi sekarang juga.
Michael berjalan pelan dan dingin, memutari tubuh Chania yang cukup harum di indra penciumannya. Cukup... menggoda pikirnya. Ia berhenti tepat di belakang Chania.
Jantung Chania serasa ingin melompat dari sarangnya. Tubuh tinggi tegap sang CEO benar - benar mendominasi bulu kuduknya.
"Kau di terima!" bisik Michael tepat di telinga kiri Chania dengan nada yang mendesis.
Sehingga membuat Chania reflek menggerakkan kepalanya karena geli.
"Te..terima kasih, Tuan!" ucap Chania tergagap.
Tiba - tiba telapak tangan kanan Michael mendarat di bokong Chania. Chania tersentak kaget ketika bokong itu di remas lembut oleh Michael.
Muka Chania merah madam, ingin rasanya memukul kepala bos barunya itu. Hanya saja kebutuhan uang 30 juta perbulan kembali membuatnya meredam rasa ingin menghajar bosnya di tempat.
"Hahahah!" Michael tertawa sinis melihat ekspresi Chania. Ia tau jika Chania ingin sekali menampar atau bahkan memukulnya.
"Kau mulai bekerja hari ini!" bisik Michael lagi.
"Siap, Tuan!" jawab Chania lega karena tangan bosnya sudah menyingkir dari bokongnya.
Ia harus yakin dan membiarkan tubuhnya di colek - colek demi tiga puluh juta perbulan. Biarlah harga dirinya jatuh untuk sementara waktu. Dari pada jual diri, pikirnya polos.
Hanya satu tahun, kontrak yang baru saja ia tanda tangani di atas meja sang bos. Setelah itu ia tidak akan pernah di pekerjakan lagi, itulah kata mereka yang sudah pernah menjadi sekretaris Michael.
"Keluarlah" perintah Michael santai dengan senyuman sinis dan tatapan mesum pada sekretaris barunya.
"Baik, Tuan!" jawab Chania tersenyum menatap mata sang bos untuk pertama kalinya.
Tiba - tiba saja sepasang mata Michael berkedip saat melihat senyuman yang di lemparkan Chania padanya.
'First!'
Untuk pertama kalinya Michael spontan berkedip saat melihat senyuman seorang sekretaris. Tatapan mesum serta tawa sinisnya mendadak lenyap dari wajah tampan dan tegas Michael.
Chania membalikkan badannya, dan berjalan ke arah pintu keluar. Namun tatapan Michael tak lepas dari pinggul yang bergoyang, dan rok line A yang bergerak - gerak. Membuatnya semakin penasaran akan isi dalam rok Chania.
Pintu tertutup, seketika Michael menggelengkan kepalanya. Seolah menyadarkan dirinya dari suatu lamunan panjang.
Barulah Michael kembali duduk di singgasananya dan mulai kembali fokus pada pekerjaannya.
Namun teralihkan dengan identitas perempuan yang baru saja berhadapan dengannya.
"Chania Renata" gumam Michael lirih.
***
Sementara Chania tengah berjalan menuju toilet wanita dengan dada yang bergemuruh. Ingin rasanya ia menampar bos mesumnya.
"Huh! dasar mesum!" gerutu Chania menghadap cermin besar di wastafel. "Benar kata mereka!"
"Chaniaa.. aku kan sudah berpesan, gaji mu memang besar. Tapi ada yang harus kamu korbankan!" sahut seseorang yang tiba - tiba muncul dari salah satu pintu toilet.
"Bu Retta!" pekik Chania yang tidak menyangka ada seseorang di dalam toilet.
"Kalau kamu butuh uang banyak, teruskan saja. Tapi kalau kamu tidak terlalu membutuhkan uang dan keberatan dengan semua itu... maka... tinggalkan saja."
"Tapi saya butuh uang banyak, Bu!"
"Kalau kamu butuh uang banyak, Tuan Michael adalah tempat terbaik jika dia menerima mu bekerja!"
"Apanya yang terbaik?" tanya Chania penasaran. "Tiga puluh juta perbulan?" Chania menyebikkan bibirnya samar.
"Haha! Chania..Chania.. kau sudah di terima Tuan muda! itu artinya kau bisa mendapatkan yang kau mau! berapa yang kau butuhkan? usahakan saja!" ucap Retta.
"Caranya?"
"Tuan Michael akan memberimu tips berdasarkan pelayanan mu. Jadi... semakin bagus pelayanan mu, maka semakin tebal rekening mu!"
"Serius?" Chania membulatkan matanya.
Sepertinya dia sudah menemukan jalan untuk menyelesaikan masalah hidupnya.
"Hemm!" Retta mengangguk. "Jangan lupa, selalu pakai rok mini, dan jangan pakai baju yang itu - itu saja! kalau perlu, tunjukkan belahan dada mu!" bisik Retta serius. "Karena Tuan Michael sangat mudah bosan! tenang saja, uang tips dari Tuan Michael tidak akan habis kalau hanya untuk beli baju!" lanjut Retta tersenyum pada Chania yang mulai berbinar.
"Baiklah!" Chania tersenyum semangat. "Saya akan beli baju yang banyak!"
"Hemm.. selamat bekerja dan bersenang - senang!" ucap Retta menepuk pelan pundak Chania yang menatapnya dari pantulan cermin. Kemudian wanita itu meninggalkan Chania sendirian di toilet.
"Siap, Bu!" jawab Chania antusias.
Sebenarnya gadis polos itu belum paham, kenapa harus ada kata selamat bersenang - senang dari Retta. Tapi demi uang banyak, dia akan masa bodoh dengan semua itu.
"Baiklah! sisa hutang akan segera terlunasi!" ucap Chania sambil meninju udara.
Chania kembali menuju meja kerjanya, yang berada tepat di depan ruang kerja Michael. Chania duduk di kursinya, sambil menatap pintu utama ruangan Michael.
'Uang akan mengalir dari dalam sana!' batin Chania tersenyum devil.
.
.
🪴🪴🪴
Hai, Othor kembali dengan kisah Sang Mafia. Untuk pertama kali Othor mengangkat cerita Mafia. Dan lagi - lagi novel ini hanya fiktif ya kakak! Jadi jangan di sangkut pautkan dengan dunia nyata.
Happy reading 🌹🌹🌹
Gadis muda, yang bahkan belum pernah di sentuh laki - laki manapun selain berjabat tangan itu terpaksa berbohong jika dirinya sudah tidak lagi perawan. Semua ia lakukan demi diterima sebagai sekretaris dan mendapatkan gaji fantastis dari Tuan muda Michael.
Dia bahkan belum tau pelayanan seperti apa yang di maksud Retta supaya mendapat tips luar biasa. Apakah membuatkan kopi? menyiapkan sarapan atau makan siang bos nya? entahlah!
Dia hanya fokus untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Mengingat hutang yang di tinggalkan oleh kedua orang tuanya bahkan masih berlipat - lipat dari gaji yang akan dia dapat nantinya.
'Tapi kenapa beliau juga tanya aku perawan atau tidak?'
Chania mengetukkan jari telunjuknya di dagu. Dengan siku yang bertumpu pada meja kerjanya. Memikirkan pelayanan terbaik apa yang bisa dia lakukan.
'Tapi Bu Retta bilang jangan lupa pakai rok mini! baju bagus!'
Tiba - tiba Chania membuka mulutnya lebar, kemudian reflek menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
'Jangan - jangan.......?'
"Aaaakkkhh!' teriaknya reflek sambil menutup mata. Membayangkan Tuan nya menggerayangi tubuhnya yang belum pernah di jamah siapapun.
"Ada apa, Nona?" tanya seorang OB yang tengah membersihkan lantai tertinggi di gedung itu. OB itu tampak kaget dan khawatir pada gadis baru. Maksudnya lagi - lagi ada sekretaris baru.
"Eh!" kaget Chania segera menyadarkan dirinya dari pikiran kotornya. "Nggak papa kok, maaf mengganggu! pasti kamu kaget!" Chania merasa malu dan kikuk.
"Sedikit sih, Nona" jawab OB yang berumur sekitar lima tahun di atas Chania. "Memangnya kalau boleh tau ada apa, Nona?"
"Eem..." Chania tampak ragu, tali ia ingin sekali menanyakan unek - uneknya. "Kamu tau nggak tugas sekretaris di sini itu apa saja? maklum, saya baru dan tidak ada trainer dari sekretaris sebelum saya."
OB itu tampak bingung harus menjawab apa. Dia sendiri masih ragu untuk bercerita. Selama ini dia hanya menduga tanpa pernah mendapatkan bukti. Karena alasan sekretaris berganti setiap waktu itu menjadi rahasia para petinggi khusus saja.
"Saya juga tidak tau, Nona!" jawabnya, "yang saya tau selama enam tahun ini, paling lama sekretaris Tuan muda hanya bertahan lima bulan."
"Lima bulan?" Chania memicingkan matanya. "Tapi saya tanda tangan kontrak satu tahun!" ucap Chania.
"Wah, berarti nona beruntung! sebelumnya yang saya tau, mereka - mereka hanya di kontrak selama tiga bulan saja. Kemudian akan di ganti dengan yang baru dan jika beruntung akan bertahan sampai lima bulan." jawab OB yang khusus membersihkan lantai tertinggi itu.
"Oh!" Chania tertegun. "Apa kinerja mereka kurang bagus?" Chania mencoba untuk mendalami lebih jauh tentang semua itu.
"Saya tidak tau, Nona. Saya juga tidak berani ikut campur terlalu jauh." jawabnya. "Tuan muda sangat dingin dan kaku, saya takut di pecat atau mungkin saya bisa di telan hidup - hidup!" lanjutnya sambil mengangkat kedua pundaknya ngeri.
"Eh... iya juga sih!" Chania ikut merinding mengingat wajah garang Michael.
Namun ia tak memungkiri jika di balik wajah garang dan dingin itu tersimpan ketampanan luar biasa.
'Ah! sepertinya aku sudah gila memujinya tampan!'
"Saya permisi, Nona!" pamit OB yang sebenarnya juga takut mengobrol terlalu lama dengan sekretaris pribadi Tuan nya itu.
"Eh, iya! makasih ya?"
"Sama - sama, Nona!" OB itu berlalu dari meja kerja Chania.
Chania menunduk, mencoba untuk mencerna jawaban OB yang sudah bertahun - tahun lebih dulu mengenal bosnya itu. Namun semakin dalam mencerna, otaknya semakin buntu.
Pikirannya hanya tertuju,
'apa mungkin sekretaris di sini di jadikan tumbal pesugihan?'
'Ah! perusahaan ini sudah terkenal bahkan sejak aku belum dilahirkan! mana mungkin menggunakan pesugihan!'
'Atau dugaan ku benar, jika sekretaris di sini selain bekerja juga sebagai pemuas nafsu Tuan muda Michael lalu di buang saat sudah bosan?'
Tiba - tiba saja bulu kudu Chani merinding. Ia mengusap tengkuknya yang di rasa aneh.
'Buktinya dia menolak perawan!'
'Eh! tapi kenapa ya dia menolak perawan? bukankah lebih indah karena mendapatkan yang pertama?'
'Dan anehnya, mereka hanya di kontrak tiga bulan! kenapa aku satu tahun?'
Ucapan demi ucapan Chania dalam hati membuatnya berpikir keras. Kenapa perbedaan jangka waktu mereka cukup panjang. Dari tiga bulan menjadi satu tahun.
"Ah! sudahlah! yang penting selama satu tahun ini aku harus mendapatkan tiga milyar!" seru Chania tersenyum yakin.
"Tapi mana mungkin ...."
Membayangkan tiga puluh juta kali satu tahun saja hanya 360 juta.
"Yang penting berjuang!" seru Chania kemudian.
***
Jam makan siang untuk pertama kali bagi Chania telah tiba. Sebelum ia memutuskan untuk makan siang sendiri ia mendatangi Tuan nya. Mengetuk pintu, dan masuk ke dalam ruangan mewah itu setelah di izinkan.
"Tuan muda butuh bantuan saya untuk memesan makan siang?" tanya Chania sopan pada Michael yang belum meliriknya sama sekali.
Mendengar pertanyaan Chania, Michael mengalihkan pandangannya dari berkas ke arah Chania yang berdiri dua meter dari meja kerjanya.
Michael menghela nafasnya. Meletakkan bolpoin dan kembali meneliti tubuh sekretaris barunya.
Mulai dari kaki mulus dan jenjang, sampai pada bagian bawah pusar yang di tutupi oleh kedua tangan Chania yang menyatu. Semakin naik, menatap gundukan padat dan kenyal di balik kaos ketat dengan leher V yang kemudian di balut blazer.
Tatapan itu semakin naik, hingga menatap leher jenjang Chania, kemudian bibir tipis yang tertutup rapat. Dan ketika tatapan mata mereka bertemu, kembali Michael berkedip. Seolah tak mampu menatap mata lentik gadis cantik di depannya.
Sungguh hal itu sangat aneh di rasakan oleh Michael. Bahkan mata Michael terkenal dengan tatapan elangnya. Yang akan mengunci musuh tanpa berkedip sekalipun.
Bahkan hanya dengan tatapan itu, semua orang akan melipir dengan sendirinya. Tanpa menunggu perintah atau berdebat. Lalu kenapa dia selalu berkedip setiap menatap sepasang bola mata berwarna coklat itu.
"Kemarilah!" perintah Tuan muda Michael.
Laki - laki tampan dengan pesona yang seolah tidak pernah habis, dan kecerdasannya yang sangat di kagumi banyak orang yang mengenal namanya.
Termasuk Chania. Kasak kusuk yang pernah di dengar Chania sebelum ia melamar kerja di Zero Company, membuatnya sangat penasaran seperti apa wajah CEO nya.
Dengan nada bicara yang terdengar penuh penekanan, Chania berjalan mendekati bosnya tanpa melawan.
Chania berdiri tepat di samping kursi singgasana bosnya. Menunggu perintah selanjutnya. Namun mata sang bos kembali meliriknya dengan tatapan mengintimidasi. Ia menunduk, menghindari jika sewaktu - waktu mendadak ia mengagumi wajah tampan bos nya itu.
"Duduk di sini!" Michael mengetuk meja kerjanya dengan ujung jarinya.
"Hah!" Chania mendelik, apakah itu sopan?
"Cepat!" ucap Michael pelan namun sangat mengintimidasi lawan bicaranya.
"Ba... baik, Tuan!" ucap Chania.
'Demi tiga milyar!"
Seru Chania dalam hati.
Ia berjalan pelan masuk ke dalam sela - sela antara meja dan lutut Michael. Hal itu membuat bagian atas lututnya bergesekan dengan lutut Michael yang tertutup celana panjang.
Chania menghentakkan kakinya sedikit ke lantai, dan dengan mudah bokongnya berhasil mendarat di meja kerja bosnya. Tepat berhadapan dengan Michael. Lutut Chania mendominasi di depan dada Michael.
Chania yang masih ragu hanya bisa menunduk, karena sungguh ya g ia lakukan sepertinya tidak sopan.
Tangan Michael yang semula berada di gagang kursi, bergerak dan menyentuh lutut kiri Chania dengan jari - jarinya. Hingga menggerakkan ujung lima jarinya di kedua lutut Chania bergantian.
Sontak nafas Chania terasa berat. Ini kali pertama ada yang melakukan hal itu pada dirinya.
Geli disertai tubuh yang mendadak meremang membuat ekspresi wajahnya seperti menahan sesuatu.
Sepasang mata Michael memicing, melihat ekspresi Chania yang ....
.
.
🪴🪴🪴
Yang apa hayoo??? 😉
Tunggu di next Chapter ☺️🥰
Happy reading 🌹🌹🌹
Sepasang mata Michael memicing, melihat ekspresi Chania yang .... menggoda.
Michael semakin senang melihat ekspresi liar seperti itu. Tangan Michael merayap masuk ke dalam line A yang di kenakan Chania.
Sontak Chania membulatkan matanya menatap tangan kekar yang kini tengah mengusap paha mulusnya.
Tangan Chania saling bertautan dan meremas di atas pangkuannya. Jantungnya berdetak hebat.
Apa yang akan di lakukan bos mesumnya? meminta jatah sekarang? atau bagaimana? semua terasa terlalu cepat. Ini baru hari pertamanya bekerja. Bagaimana sang bos sudah melakukan hal seperti itu.
Tiba - tiba tangan Michael berhenti di tengah - tengah pada Chania. Chania menatap wajah bosnya. Ternyata sang bos sudah memperhatikan ekspresinya sejak tadi.
Chania segera membuang muka. Rasa malu melanda dirinya sekarang. Ingin rasanya ia menutup wajahnya dengan buku tebal yang ada di dalam rak buku.
Chania memberanikan diri melirik mata Michael yang ternyata belum lepas dari wajahnya.
'Sungguh tampan sekali!'
Batin Chania, namun ucapan di dalam batin itu bertabrakan dengan bibir dan pikirannya.
"Ternyata kau sangat mudah di rangsang," desis Michael tersenyum smirk. "Aku suka!" lanjutnya dengan suara berat.
Chania menunduk, dan mengerucutkan bibirnya. Merasa malu mendengar kalimat bosnya yang menurutnya terlalu frontal. Tentang sebuah kata di rangsang? kata - kata itu sungguh gila, pikir Chania.
"Dengan siapa kau pertama kali bercinta?" tanya Michael lirih dengan suara yang mendesis.
"Emm..." lidah Chania tercekat mendadak.
'Dengan siapa? aku saja tidak pernah pacaran! rasanya aku sudah salah masuk tadi'
Batin Chania berkecamuk.
"Jawab!" gertak Michael sambil mencubit paha Chania yang masih do sentuhnya di balik rok.
"Auh! tentu saja dengan laki - laki yang saya cintai!" jawab Chania reflek.
"Haah!" Michael tersenyum sinis. "Sekarang kau masih punya pacar?" tanya Michael memiringkan wajahnya. Dengan jari jemari tangan kanan yang masih usil di balik rok Chania.
"Emm.. tidak, Tuan!" jawab Chania menggeleng pelan, melirik wajah tampan yang menyungging senyuman miring.
"Baguslah!" jawab Michael dengan mengangkat kedua alisnya.
"Kalau saya masih punya pacar, apa Tuan akan memecat saya?" tanya Chania ragu dan mencoba memberanikan diri.
"Hahahaha!" Michael tertawa lantang, sembari mengeluarkan tangannya dari balik rok Chania. "Bukan kau yang aku pecat, tapi pacar mu yang aku buang keluar negeri sampai aku puas bermain dengan mu!" ucap Michael santai sambil tersenyum sinis.
'Sok berkuasa sekali pria ini! tapi dia memang sangat berkuasa!'
Chania menelan ludahnya sedikit susah. Pacaran saja tidak pernah, bagaimana bisa bercinta dengan laki - laki yang dia cintai.
Jika ditanya siapa cinta pertamanya? mungkin jawaban Chania adalah wajah tampan yang ada di depannya.
'Sungguh wajah ini sangat menyihir diriku'
Batin Chania berdegup kencang menatap wajah tampan sang Tuan muda.
Chania bahkan tidak sadar jika kedua tangan Michael sudah kembali berada di dalam rok nya. Dua tangan! dua tangan sekaligus menggeser paha Chania ke kiri dan ke kanan.
"Kau sangat menurut, aku suka!" ucap Michael.
Barulah Chania sadar dari lamunan. Ia melihat pahanya yang sudah terbuka. Dan rok yang sudah di angkat ke atas oleh tangan kiri sang bos.
Mata Chania kembali membulat saat melihat sang bos memiringkan wajahnya, berusaha melihat isi dalam roknya. Yang tak lain adalah selang.kangan Chania.
Chania semakin mendelik saat tangan bosnya merangsak masuk dan mengusap segitiga berwarna pink di dalam sana.
"Kenapa tebal?" tanya Michael.
"Em..." Chania gugup.
"Hm?" Michael melihat ekspresi Chania yang ragu.
"Saya... saya... saya sedang datang bulan, Tuan" Chania menunduk malu.
"Hemmh!" Michael menghela nafasnya kasar, menjatuhkan rok yang di singkapnya tadi dengan perasaan kesal. Ia bahkan mendorong kursi ya ke belakang.
Chania merasa bersalah melihat ekspresi kecewa sang bos. Tapi dia juga merasa beruntung, setidaknya mahkotanya aman untuk saat ini.
"Sejak kapan?" tanya Michael setengah kesal menatap Chania yang masih duduk di meja kerjanya. Terlihat gadis itu salah tingkah.
"Tadi pagi, Tuan!" jawab Chania.
"Tadi pagi!" tanya Michael mendelik dengan nada tinggi.
"I..iya, Tuan!" jawab Chania.
"Kapan selesainya?" nada bicara Michael kembali menurun.
"Satu minggu lagi, Tuan!"
"****!" umpat Michael kesal tiada tara. "Harus menunggu seminggu lagi aku baru bisa memakai milikmu itu, Chan?" tanya Michael sinis.
"Emm.. iya, Tuan!" jawab Chania.
"F*ck!" umpak Michael kesal.
Michael bersandar di sandaran kursinya dengan dengusan kesal. Ia menatap lekat Chania yang mengerucutkan bibirnya dengan salah tingkah.
"Saya di pecat, Tuan?" tanya Chania ragu dan berharap tidak di pecat gara - gara datang bulan.
Michael tidak menjawab, dia kembali menghela nafas dengan tatapan yang sama pada Chania. Chania semakin bingung dengan ekspresi Michael.
Chania hendak turun dari meja, karena pertanyaannya tidak di jawab. Ia pikir, pertanyaan yang tidak di jawab itu artinya IYA!
"Siapa yang menyuruhmu turun?" tanya Michael sinis.
"Hah!"
"Naik!" titah Michael.
Sampai akhirnya mata Michael teralihkan oleh gundukan di dada Chania yang baru saja bergerak, karena Chania kembali menghentakkan kaki ke lantai untuk duduk. Sehingga buah kenyal itu bergerak naik turun secara perlahan.
'Sepertinya benda itu bisa di jadikan pelampiasan!'
Ucap Michael dalam hati.
"Berapa ukuran br* mu?" tanya Michael sedikit berubah ekspresi, dari gusar jadi ada harapan.
"38, Tuan!"
"Besar juga!" Michael tersenyum sinis.
Ia kembali memajukan sedikit kursinya, kembali berdekatan dengan Chania. Tangannya merogoh laci, untuk mematikan semua CCTV di kantornya.
Kemudian mengambil remote pintu dan menguncinya secara otomatis. Senyuman sinis tersungging.
Sedangkan Chania mulai merinding. Melihat pergerakan bosnya dan pintu yang di kunci, ia yakin bos barunya akan melakukan sesuatu padanya.
"Tugasmu adalah menurut pada Tuan mu, Chania!" ucap Michael sedikit berbisik dan penuh penekanan.
"Saya tau, Tuan!" jawab Chania yang melihat kilatan hasrat di sepasang mata elang Tuannya.
Michael tersenyum puas dengan jawaban Chania. Ia mulai beraksi. Ia turunkan blazer yang menggantung di pundak Chania hingga terlepas. Menyisakan kaos ketat berwarna putih.
Pelan - pelan dengan di iringi mata lapar setengah mesum, tangan Michael mulai meraih gundukan di dada Chania.
"Mmmh!" Chania menutup mulutnya, merasa malu dengan suara yang keluar dari dalam sana tanpa bisa dia kontrol.
Michael tersenyum senang mendengar suara itu. Tapi dia juga heran, padahal ia hanya menyentuh dan meremasnya sekali. Kenapa Chania langsung bereaksi?
"Kau akan merasakan sensasi yang berbeda bersama ku, Chania. Aku pasti jauh lebih bisa memberimu kepuasan dari pada pacar - pacar mu dulu!" ujar Michael percaya diri.
'Pacar yang mana, Tuaan? saya saja jomblo seumur hidup!'
Gerutu Chania dalam hati.
Tangan Michael mulai meremas gundukan kembar itu. Meskipun masih tertutup br* dan kaos, tapai tangan Michael sudah merasakan kekenyalan dada Chania yang memang menggoda.
"Ssshhh!" Chania mendesis. Sontak ia tutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Biarkan saja! aku menyukainya!" lirih Michael.
"Sangat memalukan, Tuan" ucap Chania merasa malu.
"Hah! kamu ini seperti perawan saja!" gerutu Michael. "Itulah kenapa aku tidak suka bermain dengan perawan. Selain harus mengajari dulu, mereka juga pasti belum bisa menggoyang junior ku dengan baik!" lanjut Michael tanpa malu mengucapkan itu pada Chania. "Dan lagi, aku tidak mau merusak mahkota seorang gadis!" lanjutnya.
Sedangkan mata Chania mendelik mendengar ucapan Michael. Karena dia sendiri adalah perawan. Bagaimana kalau Michael tau dia ternyata perawan?
'Aaaakkhh! bagaimana kalau dia tau aku perawan?''
'Apakah target tiga milyar ku akan melayang?'
"Noooo!'
Teriak Chania dalam hati.
.
.
🪴🪴🪴
Happy reading kakak 🙏🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!