NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Gadis Ingusan

Perjodohan

Diperusahaan, Ziko tidak bisa berkonsentrasi sama sekali pada pekerjaannya. Permintaan kedua orang tuanya benar-benar membuat Ziko prustasi, sesekali Ziko mengusap kasar wajahnya.

Khanza yang bersemangat mengunjungi kekasihnya, langsung Menuju keruangan kerja Ziko, gadis itu seketika mengerut kan keningnya bingung. melihat ekspresi Ziko yang jauh berbeda dari biasanya.

"Sayang, ada apa?"

Ziko seketika tersadar dari lamunannya, dia berusaha tersenyum agar Khanza tidak curiga, Ziko masih belum menemukan alasan yang tepat untuk menjelaskan pada sang kekasih, jika dia sudah dijodohkan dengan perempuan lain.

Ziko sadar dari awal hubungan nya dengan Khanza tidak pernah mendapatkan Restu dari kedua orang tuanya, mereka selalu beralasan jika pekerjaan Khanza sebagai model tidak tepat untuk mendampingi Ziko, dan tidak ingin cucu mereka terlahir dari rahim wanita yang tidak jelas menurut mereka.

Ziko hanya tersenyum menanggapi ucapan Khanza, dia membiarkan saja, gadis yang sudah dipacari selama dua tahun itu duduk dipangkuan nya, dengan sikap manja.

"Sayang, aku sangat merindukanmu, kita sudah ngak ketemu selama beberapa hari. Aku ingin saat berduaan seperti ini, kita melewati dengan bermesraan saja." Bisik Khanza mulai mengelus lembut pipi Ziko lalu mengecup bibir nya.

"Tentu Sayang, aku juga merindukanmu." Mereka bercinta dan saling berciuman hangat diruangan kerja ini, tanpa peduli situasi dan kondisi.

Ceklek.....

Pintu ruangan kerja Ziko tiba-tiba dibuka dari luar, sehingga mengagetkan pasangan yang tengah dimabuk cinta tersebut.

"Papa....mama."

Ziko segera menurunkan Khanza dari atas pangkuannya, gadis itu langsung memperbaiki pakaian nya yang berantakan oleh Ziko.

"Apa-apaan ini Ziko, apa kamu tidak mempunyai malu dan sopan santun lagi."

"Maaf ma."

Mama Ziko menatap kesal pada Khanza yang tersenyum kikuk kearah mereka.

"Sayang, sebaiknya kamu pergi dulu ya." Bisik Ziko karena dia sudah melihat aura buruk dari pancaran mata mama dan papanya.

"Ziko, sampai kapanpun mama tidak akan pernah setuju kamu dengan perempuan seperti ini, dia hanya akan memanfaatkan uangmu saja Ziko, dan dia juga sudah terbiasa dengan pergaulannya yang bebas, tidak seperti Ayuna, baik dan juga memiki sopan santun."

" Ma, apa tidak ada gadis lain yang akan kalian jodoh kan dengan ku, kenapa harus gadis ingusan bau kencur yang sekolah saja dia belum tamat." tolak Ziko yang tidak habis pikir dengan keinginan kedua orang tuanya.

"Tidak Ziko, bagi kami Ayuna adalah gadis yang tepat untuk menjadi istri mu, dan kamu tidak bisa menolak perjodohan ini lagi."

"Tapi dia masih gadis kecil, ma. bahkan aku yakin untuk mengurus dirinya sendiri Anisa belum mampu, apalagi jika dia harus mengurus diriku nantinya."

"Ziko, tolong kabulkan permintaan kami orang tuamu, kasihan Ayuna. sekarang papanya sedang kritis, dan ini permintaan terakhir nya, yang ingin melihat Ayuna menikah sebelum dia pergi dengan tenang."

"Kenapa harus dengan menikah, bukankah mama dan papa bisa menjadikan Ayuna anak angkat lalu menjadi adik perempuanku."

"Tidak ada pilihan disini untukmu, Ziko." Ucap papa ikut bicara.

Ziko tidak habis pikir, dia kembali mengusap kasar wajahnya. permintaan Mama dan papanya itu sangat mendadak, mereka memberitahu Ziko dan langsung memintanya untuk bersedia menerima perjodohan dengan gadis kecil yang masih anak sekolah.

" Ma, mau ditarok dimana muka Ziko. apalagi jika orang-orang tahu jika Ziko menikah dengan gadis ingusan itu."

"Tidak akan ada yang tahu Zicho, pernikahan ini tertutup." bujuk mama.

"Sekarang kita harus segera kerumah sakit, kondisi pak Hendrawan kembali kritis."

Mau tidak mau Ziko terpaksa mengikuti ke-dua orang tua nya, menuju rumah sakit pusat.

"Ayo masuk Ziko." Perintah mama begitu mereka sudah sampai didepan ruangan perawatan Hendrawan.

"Mama duluan saja, Ziko mau angkat panggilan masuk dari teman dulu." Ucap Ziko sambil memperlihatkan ponselnya.

"Anak ini memang susah dibilangin." Papa menatap kesal Ziko.

"Sudahlah pa, yang penting Ziko tidak menolak perjodohan ini." Bujuk mama.

Husein dan istrinya, mendekati Hendrawan yang terbaring lemah, beberapa selang terpasang ditubuhnya.

"Bagaimana dengan kondisimu, Hendra."

"Aku merasa, penyakit ku sudah tidak bisa disembuhkan lagi, aku ingin pernikahan anak kita dipercepat. Apa Ziko menyetujui pernikahan ini."

"Ya Hendrawan, tapi bagaimana dengan Ayuna, putrimu, apa dia juga bersedia?"

"Ayuna setuju, seandainya aku sudah tidak ada lagi didunia ini, tolong kalian jaga dan sayangi Ayuna, putriku satu-satunya."

"Tentu Hendra, meskipun ini tidak sebanding dengan kebaikanmu dulunya, yang sudah menyelamatkan aku dan keluargaku dari kecelakaan dulu, jika tidak mungkin kami tidak ada didunia ini sampai sekarang."

"Aku iklas menolong kalian."

"Kami tahu, justru itu. paling tidak izin kan kami merawat dan menyayangi Ayuna, sebagai tanda terimakasih kami."

"Aku ingin pernikahan mereka segera dilaksanakan secepatnya."

"Baik, besok pagi mereka akan kita nikahkan langsung diruangan ini."

Diluar ruangan, Ziko menguping pembicaraan mereka. Dia tertunduk sedih. harapan untuk hidup bahagia dengan pernikahan mewah bersama Khanza pupus sudah.

"Kenapa nasipku seburuk ini, di zaman modern seperti sekarang, aku justru dihadapkan pada perjodohan. Padahal aku memiliki segalanya, perusahaan, ketampanan dan kekasih yang sangat cantik, tapi kenapa aku tidak bisa menentukan pilihan hidup ku sendiri." Gumamnya kesal.

***

"Ayuna, aku perhatikan. sedari tadi kamu melamun terus?"

"Ra, papaku masih terbaring lemah dirumah sakit, bahkan aku terpaksa masuk sekolah karena mengikuti ujian semester awal ini, jika tidak. Mana mungkin aku sanggup meninggalkan papa dirumah sakit."

"Sabar ya Ayuna, sebagai seorang sahabat aku ikut prihatin dan berdoa yang terbaik buat papa kamu."

"Terimakasih, Ra." Ayuna merasa sedikit tenang dalam pelukan Rara sahabat nya.

"Andai kamu tahu Ra, saat ini aku begitu sedih dan kalut. Besok adalah hari pernikahanku dengan laki-laki yang sama sekali belum aku kenal, bentuknya seperti apa, umur dan pekerjaan nya yang belum aku ketahui sebelumnya.

Mudah-mudahan saja tidak setua pak Rudy wali kelas kita." Gumam Ayuna dalam hatinya.

Tidak begitu lama, ujian semester dimulai, meskipun Ayuna merasa waktu berjalan begitu lama dan lamban. Mengingat dia sangat kawathir dengan kondisi papa.

" Ya Allah, lindungi lah papa. Sembuhkan penyakitnya." Doa Ayuna sambil menjawab soal-soal ujian.

Setelah selesai ujian, Ayuna langsung Menuju rumah sakit. berpacu dengan waktu. terlebih dahulu dia menebus obat dan segera menuju ruangan tempat papanya dirawat. meskipun semula Rangga teman satu kelas yang sudah lama menyukai Ayuna, bersedia mengantarkan nya kerumah sakit, namun Ayuna langsung menolak secara halus, dia tidak ingin memberikan Rangga harapan palsu. begitu tahu jika dia akan segera menikah.

"Syukurlah, akhirnya aku sampai diruangan papa dirawat."

Ayuna langsung masuk, berjalan mendekati papanya yang terbaring lemah.

"Ayuna." Ucap nya pelan, namun masih terdengar jelas oleh Ayuna.

"Iya papa, Ayuna udah selesai ujian semester awal, ini Ayuna sudah bawain obat untuk papa."

"Ayuna, gara-gara penyakit papa. Kamu harus menerima perjodohan ini dan menikah diusia muda. Maafkan papa, nak. Papa hanya ingin ada yang melindungi mu, sehingga papa bisa pergi dengan tenang menyusul ibumu"

"Iya pa, Ayuna ngerti dan sudah menerima dengan ikhlas keputusan papa ini."

"Terimakasih ya, nak."

Menikah

Ruangan tempat Hendra dirawat, seketika berubah menjadi tempat pernikahan dadakan. Hendrawan terlihat begitu senang, Dia bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit.

Meskipun ini pernikahan dadakan, Bu Sinta mama Ziko sudah mempersiapkan segala sesuatunya. termasuk kebaya berwarna putih yang akan dikenakan calon menantu nya Ayuna, dan seorang perias pengantin.

"Pakailah kebaya ini, nak."

"Baik, terimakasih ya Tante."

"Ayuna, tidak usah panggil Tante lagi ya. Panggil mama saja. Sama seperti Ziko. Toh sebentar lagi kalian berdua sudah resmi menikah."

"Iya mama."

Perias langsung membantu memakai kan kebaya, lalu merias wajah Ayuna secantik mungkin. Setelah selesai Ayuna menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap Ziko.

Selang oksigen masih melekat di hidung Hendrawan yang terlihat senang menatap putri nya, sebelah tangannya terpasang selang infus.

"Apa sudah bisa, dimulai pernikahan nya sekarang?"

"Bisa pak penghulu, silahkan." Ucap papa Ziko.

"Saya terima nikah dan kawin nya, Ayuna Putri Hendrawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas dibayar tunai.”

terdengar suara Ziko yang jelas dan lantang.

“Sah.”

“Sah"

"Sah.” Ucap para saksi yang hadir, dilanjutkan dengan doa untuk kedua pasangan pengantin agar mereka menjalani biduk Rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah.

“ Ayuna, Salim tangan suami mu.” Ucap Bu Sinta sambil tersenyum lembut dan terpancar kebahagiaan dari wajahnya.

Tangan Ayuna yang dingin, terangkat perlahan menyalami tangan Ziko, pria yang dalam hitungan menit sudah sah menjadi suaminya. ditatap nya Ziko sambil mencuri-curi pandang. yang terlihat rapi dan tampan.

Pernikahan berlangsung khidmat. Yang dihadiri penghulu dan saksi serta wali bagi Ayuna dimana Hendrawan tidak mampu lagi untuk menikahkan putrinya.

Ziko barusan, menyebutkan ijab Qabul dengan suara lantang dan jelas, yang membuat Ayuna sempat mengangkat wajah nya ketika mendengar saksi mengucapkan kata sah. seakan tidak percaya dengan pendengaran nya barusan.

Jantung Ayuna berdetak kencang, sekarang dia sudah berubah status menjadi istri orang. Ayuna memperhatikan jemari tangannya. Yang baru saja terpasang cincin Kawin berupa cincin berlian indah sudah melekat dijemarinya.

Begitu juga dengan Ziko, dia menatap cicin kawin yang melekat dijemari Ayuna, cicin yang semula untuk Khanza. Dan masih terukir indah nama mereka berdua. Z/K. dan sekarang sudah berubah menjadi cincin pernikahan nya dengan Ayuna.

Semula, Ziko berniat membeli cicin berlian yang baru, namun karena waktu yang begitu mendesak. dan persiapan yang kurang. Akirnya mau tidak mau. Ziko memberikan cicin yang sengaja dia persiapkan untuk pertunanganya dan Khanza nantinya.

Ayuna melirik sang papa, namun tangisnya kembali pecah saat melihat mata papa yang terpejam perlahan, senyum mengembang sudut bibir Hendra Yang sudah terbujur kaku.

“Papa...hu...hu...papa banguuun pa.” Ayuna memeluk tubuh Hendra sambil menangis terisak-isak.

Semua yang diruangan itu ikut sedih, tim dokter masuk mereka langsung segera memeriksa kondisi kesehatan Hendrawan yang terus menurun dtratis. sambil menggelengkan kepalanya pelan.

“Maaf, kami telah berusaha sebaik mungkin. Tapi Tuhan berkata lain. dia lebih menyayangi papa Anda.” Ucap dokter.

“Tidak... papa...hu..hu... jangan tinggalkan Ayuna sendirian pa.” Tangis kehilangan Ayuna begitu terdengar pilu dan sedih.

Ke-dua orang tua Ziko ikut menitikan air matanya, melihat sahabat mereka yang sudah lama sakit, Ziko tanpa sadar mengusap-usap punggung Ayuna lembut, sambil berusaha membujuk agar kuat dan tabah.

Proses pemakaman berjalan dengan lancar, Hendrawan dimakamkan bersebelahan dengan istri tercinta nya.

“Sudahlah Ayuna, kamu tidak perlu begitu larut dalam kesedihan. Karena akan membuat papamu juga sedih melihat mu disana.” Bujuk Sinta sambil merangkul tubuh Ayuna membantu nya untuk berdiri untuk pulang kerumah.

Baru beberapa langkah, mereka meninggalkan pemakaman. Ayuna tiba-tiba hilang keseimbangan. tubuhnya oleng dan semuanya terlihat berputar-putar dan mengecil, hingga semua tersa gelap.

Dengan gerakan cepat, Ziko menahan tubuh Ayuna agar tidak jatuh ketanah, Lalu Ziko mengendong Ayuna yang sudah pingsan tidak sadarkan diri lagi menuju mobilnya, Sinta mengikuti dengan langkah tergesa-gesa dari belakang dia sangat mengkhawatirkan kondisi menantu pilihan nya itu.

"Ayuna bangun nak." Sinta menggoyangkan pelan bahu Ayuna, sambil mengolesi minyak kayu putih.

Ayuna, perlahan membuka matanya, kepalanya masih terasa pusing, dia kembali menangis dalam pelukan hangat mama Sinta, yang dengan lembut membujuk dan menghiburnya.

“Ayuna, minum dulu.” Ziko membawakan sebotol minuman mineral lalu membantu meminumkan dengan hati-hati.

“Terimakasih mas.”

Ayuna yang mersa sedikit lega, setelah meminum air putih pemberian Ziko. Namun dia kembali menangis, saat teringat papanya.

“Ayuna, sekarang kamu sekarang sudah resmi menjadi istri Ziko, menantu sah kami. Jadi kamu tidak boleh menolak dan tinggal bersama kami, tidur dan berbagi kamar dengan Ziko, suamimu.” Membujuk Ayuna agar mau pindah dan tinggal bersama mereka, karena jika masih dirumah orang tuanya, Ayuna akan terus sedih.

“Baiklah ma.” Ayuna akirnya pasrah dan menurut, saat para pelayan rumah membantu memindahkan semua pakaian dan barang-barang pribadi miliknya kemobil Ziko untuk dibawa kerumahnya.

"Ma, sebaiknya aku dan Ayuna tinggal berdua diapartemenku. Biar kami bisa mandiri."

"Bagus sekali nak, mama mendukung idemu."

Padahal Ziko sengaja membawa Ayuna tinggal terpisah, karena dia bisa bebas untuk bertemu dan berkencan dengan kekasihnya Khanza.

Ayuna menatap takjub apartemen Ziko yang besar dan juga mewah, sambil menarik kopernya sendiri, Ziko terlihat enggan untuk membantu istri kecil nya itu.

Ayuna masuk, mengikuti langkah Ziko. mengedarkan pandangannya keseliking ruangan yang terlihat bersih dan rapi, namun sangat sepi.

"Mas, apartemen ini sepi ya."

" Tentu, karena aku sering menempatinya sendiri, dua kali sehari pelayan dirumah mama datang kesini untuk bersih-bersih, tapi sekarang sudah ada kamu yang akan menggantikan pekerjaan mereka, mengerti." Ucap Ziko santai.

"Iya, aku mengerti mas." Ayuna pasrah.

"Hey, jangan cuma iya dan iya saja. Ingat tugasmu, jika menjadi istri itu harus bisa masak, nyuci dan bersih-bersih ruangan ini."

"Bagaimana aku bisa mengerjakan semuanya, aku juga musti sekolah, mas."

"Itu urusan mu, pandai-pandai lah membagi waktu, lagian masih kecil udah ngebet banget pengen kawin. Makanya mikir dulu sebelum mengambil keputusan."

Kata-kata Ziko barusan membuat Ayuna menagis, namun sebisa mungkin dia menyembunyikan kesedihannya. Dia tidak boleh lemah dihadapan Ziko. Paling tidak Ziko sudah membuat papa nya bahagia disaat terakhir nya.

"Awas saja jika kamu berani mengadu sama mama papa, termasuk mengusik kehidupan pribadi ku, dengar itu."

"Baiklah mas."

"Sekarang kamarmu dilantai satu, aku dilantai dua."

Tanpa banyak bicara lagi, Ayuna masuk kekamar nya. Dia menagis. Namun kemudian dia kembali mencoba tersenyum dan kuat.

"Sekarang aku bukan Ayuna gadis manja yang dulu lagi, aku harus kuat. Agar papa dan mama bisa tersenyum senang melihat ku disana, aku harus sabar dan kuat menghadapi ujian hidup ku ini."

Pindah keapartemen

Ayuna merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk, merilekskan pikiran dan bathin nya yang yang sedih dan lelah dengan semua beban hidup yang terus menghampiri nya.

Tanpa sadar Ayuna tertidur cukup lama, dia terbangun begitu merasakan perutnya yang tiba-tiba keroncongan minta segera untuk diisi. perlahan dia bangkit melirik jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Astagfirullah, ternyata sudah malam. bagaimana ini bahkan aku belum menyiapkan makan malam untuk mas Ziko. dia pasti marah padaku nantinya."

Saat hendak keluar kamar, Ayuna membatalkan niatnya. mengingat badan nya yang terasa lengket. dia mengeluarkan pakaian, menyusun rapi dilemari yang sudah disediakan.

"Sebaiknya aku mandi dulu, aku ngak mau mas Ziko akan menghinaku sesuka hatinya." Ayuna membersihkan tubuhnya. setelah mengganti pakaian. Ayuna keluar dari kamarnya, berjalan menuju dapur.

Ayuna kebingungan, melihat isi dalam kulkas yang ada beberapa minuman kaleng, tidak ada bahan-bahan untuk dimasak, sementara perutnya sangat lapar.

"Apa yang harus aku lakukan, apa sebaiknya aku menemui mas Ziko dan memberitahu nya. tapi aku takut dia bakal marah. mendingan aku balik ke kamar saja."

Ayuna kembali kekamar, mengeluarkan buku. dia ingin mengerjakan PR, sambil rebahan di kasur. Ayuna sangat menyukai suasana kamarnya ini, dia merasa nyaman dan tenang, bahkan kamarnya menghadap langsung ketaman yang ada di balkon apartemen.

***

"Aduh lapar banget, apa gadis itu sudah selesai masak ya?" Ziko mengelus perutnya, dan langsung keluar kamar menuruni anak tangga satu persatu.

Ziko langsung menuju dapur, namun dia tidak melihat ada makanan yang tersedia, begitu juga kulkas yang sudah kosong.

"Aduh, bagaimana aku bisa melupakan hal ini. aku dalam beberapa bulan ini tinggal dirumah besar mama. dan jarang sekali pulang ke apartemen ini, sebaiknya malam ini aku pesan makanan saja."

Ziko mengambil ponselnya, dia langsung memesan untuk dua porsi. dia yakin jika saat ini Ayuna pasti kelaparan sama seperti dirinya.

Tidak begitu lama pesanan makan Ziko sampai, setelah membayar. Ziko mengambil satu untuknya. namun saat akan memulai makan, dia merasa kasihan juga pada Ayuna, bagaimana pun juga gadis itu sudah menjadi tanggung jawabnya sekarang.

Meskipun menurunkan sedikit ego-nya, Ziko memberanikan diri mendatangi kamar Ayuna.

"Tok....tok...."

Ayuna segera membuka pintu, begitu mendengar pintu diketuk dari luar.

"Ceklek..... pintu terbuka, nampak Ziko dengan tampang cuek dan acuhnya berdiri diambang pintu.

"Cepat makan, aku sudah pesan makanan untuk mu, jangan geer dulu, aku seperti ini agar kamu nantinya nggak ngadu sama mama dan papaku."

"Iya, terimakasih ya mas."

Ayuna segera keluar menuju meja makan, mereka makan dengan diam. larut dengan pikiran masing-masing.

Ziko sesekali melirik kearah Ayuna, dari cara Ayuna berpakaian, mimik wajah nya yang masih sangat polos.

"Ya Tuhan, tidak pernah terbayangkan. jika aku sekarang sudah memiliki istri sepolos dan masih ABG seperti ini, bahkan buah dadanya masih belum berkembang sempurna, begitu juga dengan bagian tubuhnya yang lain. tidak ada satupun yang membuat gairahku bangkit. tidak seperti Khanza yang seksi dan montok." gumam Ziko membayangkan kemolekan tubuh kekasihnya yang merupakan seorang model profesional.

"Mmmmhh." Ziko mendehem untuk memulai berbicara.

"Ayuna, kamu tahu sendirikan jika pernikahan kita ini tanpa dilandasi cinta."

"Iya mas, aku tahu."

Ayuna juga tidak mencintai Ziko, karena pada dasarnya, dia hanya ingin fokus belajar dan bisa hidup sukses tidak tergantung pada orang lain lagi. bahkan Ziko bukanlah laki-laki idaman Ayuna, karena dia mendambakan seorang laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik untuk dirinya, dan itu bukanlah Ziko.

"Kalau begitu, aku akan memberikanmu nafkah lahir, sebagai bukti tanggung jawabku sebagai suamimu, namun tidak untuk nafkah bathin. aku harap kamu bisa mengerti Ayuna."

Ayuna menarik nafas lega, sesungguhnya hal inilah yang diharapkan nya. dengan begini dia masih menjaga kesucian nya untuk laki-laki yang benar-benar mencintai nya kelak.

"Ayuna, apa kamu sudah memiliki kekasih?"

"Untuk apa mas menanyakan hal itu."

"Aku cuma ingin memastikan nya saja, karena aku sangat paham pola pikir ABG sepertimu. aku harap kamu bisa menjaga nama baikku."

"Aku belum memiki seorang kekasih dari dulu, tapi papa malam memintaku untuk langsung menikah. meskipun aku tidak menyalahkan tindakan papaku, karena aku berfikir mungkin ini cara papa agar dia bisa tenang meninggalkan aku."

"Berapa umur mu sekarang?"

"Delapan belas tahun, dan aku sekolah masih kelas tiga semester awal, mas."

"Astagfirullah, kamu tahu umurku?"

"Tidak." jawab Ayuna polos sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Umurku sudah hampir dua puluh sembilan tahun, berarti sebelas tahun lebih tua darimu, jadi intinya. kita berdua Bukanlah pasangan yang cocok. bagaimana jika kita membuat kesepakatan. tapi ini hanya kita berdua saja, tanpa mama dan papa tahu akan hal ini."

" Baik, aku setuju."

" Apa kamu mencintai ku, eh maksudnya apa kamu menginginkan pernikahan kita." tanya Ziko memastikan, dia menatap lekat Ayuna.

"Sejujurnya, aku hanya ingin membahagiakan papa, dan untuk masalah cinta. aku belum pernah merasakan yang namanya cinta apalagi pacaran, aku hanya ingin fokus sekolah, kuliah dan menggapai mimpiku sebagai seorang Dokter."

"Jadi pilihan mu menjadi seorang Dokter?"

"Ya, aku ingin menyelamatkan banyak orang, karena kedua orang tuaku meningggal dunia karena penyakit yang aku tidak bisa menolong mereka."

"Bagaimana jika kita membuat sebuah kesempatan."

Ayuna terlihat bersemangat mendengar, karena dia juga tidak mencintai Ziko yang menurutnya angkuh dan arogan, bukan tipe laki-laki idaman nya.

"Aku sudah memilki seorang kekasih namanya Khanza, dan jika dia mengetahui keberadaan mu yang tinggal satu apartemen dengan ku, aku ingin kamu tidak menceritakan tentang pernikahan kita ini, katakan jika kamu sepupuku, dan kamu tidak boleh mencampuri urusanku jika Khanza datang berkunjung keapartemen ini."

"Baik, aku setuju."

Sedang asik ngobrol-ngobrol, tanpa mereka berdua sadari, ternyata Khanza tiba-tiba muncul dibelakang mereka berdua, dia bisa dengan mudah masuk kedalam apartemen Ziko, Karena sudah hafal password pintu masuk apartemen tersebut.

"Khanza."

"Jadi ini alasannya kamu menghilang beberapa hari ini Ziko, kamu sudah menikah dengan bocah yang sama sekali bukan saingan ataupun level yang sebanding dengan diriku." ucap Khanza menatap tajam kearah Ayuna yang tertunduk ketakutan.

"Khanza sayang, dengar penjelasanku. semua yang kamu lihat tidak sesuai kenyataan. aku dan Ayuna terpaksa menikah, kamu tahu sendirikan kedua orang tuaku tidak pernah merestui kita."

"Tapi kamu kan bisa menolak perjodohan ini, Ziko."

"Semua ini terjadi secara tiba-tiba, kedua orang tuaku juga mengancam tidak akan mengakui aku anak lagi jika aku tidak memenuhi keinginan mereka. sayang aku tidak ingin hidup miskin dan tidak punya apa-apa, karena tidak bisa mengabulkan keinginan mu itu."

Khanza seketika melunak, dia percaya kata-kata Ziko. jika semua benar-benar terjadi, dia tidak akan bisa minta ini dan itu lagi pada kekasih tajirnya itu.

"Baiklah sayang, aku percaya padamu. tapi kamu tidak akan jatuh cinta pada bocah ini kan?"

"Tidak, bahkan aku tidak akan menyentuh nya. dia tidur dikamar yang terpisah dengan ku, percaya lah."

Khanza seketika tersenyum, namun senyumnya seketika memudar saat menatap Ayuna.

"Hey bocah, aku peringatkan padamu. untuk jangan coba-coba berani menggoda kekasihku , dengan bentuk tubuhmu yang belum berkembang sempurna itu."

Ayuna berusaha menahan air matanya, belum usai kesedihan ditinggal papa tercinta, sekarang dia juga harus menjalani pernikahan tanpa cinta dengan Ziko. Ayuna tidak ingin terlihat lemah, dia pergi meninggalkan Ziko dan Khanza menuju kamarnya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!