NovelToon NovelToon

Kecanduan Ibu Tiri

Pertemuan pertama

Nio, begitu nama sapaan lelaki yang memiliki nama lengkap Antonio Robert itu, lelaki yang memiliki tinggi sekitar 178 cm, dengan alisnya yang tebal beserta kulit yang berwarna sawo matang itu, terlihat tengah berjalan menyusuri koridor gedung kampusnya bersama dua orang teman lelakinya.

Saat itu, ada begitu banyak pasang mata yang terus memandanginya, terutama kaum hawa, karena tak bisa di pungkiri, aura Nio seolah begitu kuat hingga mampu menarik perhatian banyak wanita yang ada di kampusnya. Namun sikap Nio yang terkesan cuek, membuatnya jadi tidak terlalu menggubris setiap wanita yang ingin mencoba mendekatinya.

Tak lama suara deringan sebuah ponsel pun tiba-tiba saja terdengar, suara deringan itu berasal dari saku celana Nio. Nio pun segera merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya yang terus berdering, dahinya seketika sedikit mengkerut saat tulisan "Papa" terpampang nyata di layar ponselnya itu.

"Ya pa, ada apa? tumben menelpon ku." Ucapnya begitu menjawab panggilan masuk itu.

"Apa kau masih di kampus?"

"Iya, kenapa?" jawabnya singkat.

"Papa ingin mengajakmu untuk makan siang bersama." Jawab sang papa.

Mendengar hal itu, sontak saja membuat Nio mendengus sembari tersenyum sinis, langkahnya pun seketika terhenti dan memilih memberi kode pada dua temannya untuk berjalan duluan.

"Apa aku tidak salah dengar?" Tanya nya yang masih seolah tak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar.

"Tentu tidak, memangnya apa yang salah saat papa mengajakmu makan siang bersama?"

"Tentu saja aneh, karena selama lebih kurang 13 tahun sudah lamanya, papa tidak pernah punya waktu untuk makan bersama denganku." Ungkap Nio.

"Kau tau papa begitu sibuk mengurus pabrik dan itu pun untuk masa depanmu juga. Sudah lah jangan membahas itu, ini bukanlah waktu yang tepat."

"Maaf aku tidak bisa! karena aku masih sibuk dengan skripsiku siang ini."

"Emm begitu, lalu bagaimana dengan nanti malam?" Tanya papanya lagi.

Lagi-lagi hal itu pun berhasil mengundang tanda tanya dan rasa heran pada diri Nio.

"Makan malam bersama? Nanti malam?"

"Iya"

"Ada apa sebenarnya? Bukankah hal ini sangat aneh dan mencurigakan?" Tanya Nio yang mulai penasaran.

"Baik lah Nio, begini, papa ingin mengenalkan seseorang padamu." Jelas sang papa secara singkat.

"Seseorang? Siapa?" Dahi Nio pun kembali mengernyit.

"Nanti juga kau akan tau, maka dari itu papa harap kau bisa luangkan waktumu nanti malam."

Nio pun terdiam sejenak sembari mulai berfikir singkat siapa gerangan seseorang yang dimaksud oleh ayahnya itu, di tambah lagi rasa penasaran yang cukup mengganggunya.

"Emm baik lah."

"Bagus, nanti papa akan mengabarimu lagi dimana kita akan makan malam"

"Ok" Jawab Nio singkat.

Akhirnya sambungan telpon itu pun berakhir, Nio kembali berjalan dengan membawa rasa penasarannya. Namun sikap Nio yang cuek membuatnya tak ingin terlalu larut dalam rasa penasarannya itu, di tambah lagi hubungannya dengan sang ayah yang tak terlalu baik membuatnya tak ingin terlalu peduli.

Tik tok tik tok tik tok

Jarum jam berputar seakan begitu cepat, kini waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 sore. Nio yang mulai penat memandangi laptopnya di sebuah cafe pun akhirnya menutup rapat laptop itu dan menyudahi sejenak tugas skripsinya untuk hari itu. Setelah melirik jam tangannya, ia pun akhirnya beranjak dari Cafe yang sejak siang tadi ia tongkrongi dan memilih langsung pulang.

Setelah menempuh waktu lebih kurang setengah jam, kini mobil yang di tunggangi oleh Nio pun telah terparkir sempurna di garasi mobil rumahnya. Dengan langkah santai ia terus melangkah memasuki rumahnya, lalu menapaki anak tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

*Ceklek*

Suara pintu kamar yang dibuka, kini akhirnya Nio telah masuk ke kamar yang bernuansa hitam putih, sebuah kamar dengan aroma maskulin khas lelaki, dengan beberapa lukisan dan poster artis wanita luar negeri yang begitu ia kagumi pun terpajang nyata di salah satu sisi dinding kamarnya.

"Huh lelah" Celetuknya saat menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Baru beberapa saat menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, tanpa ia sadari, matanya pun perlahan mulai melayu hingga akhirnya ia tertidur begitu saja.

Hingga entah sudah berapa lama ia tertidur dengan begitu pulasnya, kini suara deringan ponselnya pun kembali membuatnya tersentak.

"Ya." Jawabnya dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Kau tidur?" Tanya papanya.

"Iya, baru bangun." Jawabnya masih dalam keadaan mata kembali terpejam.

"Astaga, sudah jam brapa ini, papa sudah otw menuju restoran."

"Menuju restoran? Lalu untuk apa mengatakannya padaku?" Tanya Nio yang sepertinya belum sepenuhnya sadar.

"Astaga Nio, bukankah kita sudah sepakat untuk makan malam bersama malam ini?"

Mata Nio pun seketika membulat, akhirnya ia ingat jika malam ini ia sudah setuju untuk makan malam bersama ayahnya.

"Ayo cepatlah bersiap dan segera datang ke restoran yang sudah papa kirimkan alamatnya melalui pesan."

"Iya, iya aku mandi dulu."

Nio pun segera menyudahi panggilan itu, ia mulai bangkit sembari meregangkan ototnya yang terasa sedikit kaku dan kemudian langsung beranjak mandi.

Tak butuh waktu lama, hanya dalam beberapa menit saja kini Nio pun keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan segar dengan hanya menggunakan selembar handuk yang melingkar di pinggangnya.

Tak terlalu peduli dengan acara makan malam itu, ia pun memilih berpakaian biasa saja, memakai kaos polos dengan di lapisi sebuah kemeja yang kancingnya sengaja di biarkan terbuka.

Setelah selesai, ia pun segera melajukan mobilnya menuju sebuah restoran yang cukup mewah di kota itu, dan untungnya lokasinya tak terlalu jauh dari rumah mereka.

Setibanya di restoran, tangan ayahnya pun langsung terlihat sedang melambai-lambai ke arahnya, Nio yang melihat itu pun langsung kembali melangkah untuk menghampiri ayahnya.

"Duduk lah." Ucap ayahnya dengan wajahnya yang terlihat begitu berbinar malam itu.

Nio pun duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan ayahnya, matanya pun tak bisa diam dan terus menyisir setiap sudut restoran.

"Bukankah ada seseorang yang mau diperkenalkan padaku? Lalu dimana orang itu? Siapa dia?" Tanya Nio tanpa basa basi.

"Hehehe iya, tunggu lah sebentar, orangnya sedang ke toilet sebentar." Jawab ayahnya dengan sebuah senyuman yang semakin melebar.

Berbagai jenis menu makanan pun mulai dihidangkan bahkan saat Nio belum memesan apapun. Karena meski pun ia dan ayahnya begitu jarang berkomunikasi intens, namun seorang ayah tetap lah akan menjadi ayah yang tau dan hapal dengan menu kesukaan anaknya.

"Ini, papa sudah memesankan menu kesukaanmu," Ayahnya pun tersenyum sembari mendekatkan sepiring kepiting saus padang yang memang menjadi favorit Nio.

Kala itu Nio tak menjawab dengan kata-kata, ia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman tipis.

... Bersambung.... ...

Mengejutkan

Tak lama muncul lah seorang wanita, wanita bergaun merah dengan lengan terbuka dan memiliki panjang sepaha, wanita yang memiliki bentuk tubuh bak gitar spanyol itu pun langsung duduk begitu saja di sisi Rudy Widjaya yang tak lain ialah ayah dari Nio.

Melihat wanita yang begitu cantik dan seksi ada di hadapannya, membuat jiwa kelelakian Nio mulai bergejolak. Ia pun begitu dibuat terpana dan tercengang, hingga kedua bola matanya yang berwarna coklat terang itu pun seolah tak mampu berkedip saat memandangi wanita yang kini ada di hadapannya.

"Kamu sudah kembali?" Tanya Pak Rudi dengan lembut.

Wanita itu pun tersenyum lalu mengangguk.

"Lihat lah, anak ku sudah datang, berkenalan lah dengannya," Ucap pak Rudi lagi.

"Oh hai, kamu pasti Antonio kan?" Tanya nya dengan wajah yang begitu ramah.

Namun saat itu Nio nampaknya masih begitu terpana hingga membuatnya masih terpaku dan tidak merespon ucapan wanita itu.

"Nio." Panggil ayahnya.

Seketika Nio pun tersentak.

"Eh iya," Jawabnya gelagapan.

"Apa kamu memiliki banyak pikiran hingga terus melamun?" Tanya wanita itu lagi sembari tersenyum.

"Oh hehe tentu tidak." Jawab Nio yang kembali mencoba menenangkan dirinya.

"Ini dia seseorang yang papa maksud, dia adalah Rena." Jelas sang ayah.

"Hai Nio, senang akhirnya bisa bertemu denganmu." Rena pun mulai mengulurkan tangannya sembari semakin melebarkan senyumannya.

Lalu tak menunggu waktu lama, Nio pun langsung menyambut tangan Rena dan mereka pun mulai berjabat tangan untuk pertama kalinya.

"Aku Nio." Jawabnya sembari tersenyum tipis dan terlihat sedikit gugup.

"Rena ini adalah kekasih papa, yang sebentar lagi akan menjadi ibu sambungmu Nio." Jelas sang ayah sembari mulai merangkul pundak Rena.

Mendengar pernyataan yang cukup mengejutkan, membuat mata Nio seketika jadi membulat sempurna, seolah tak menyangka jika wanita cantik yang baru saja membuatnya begitu terpana itu akan menjadi ibu tirinya.

"Bukankah begitu sayang?" Tanya Rudy pada calon istrinya itu.

Lagi-lagi Rena hanya mengangguk dan kembali tersenyum.

"Tidak! bagaimana mungkin wanita yang baru membuatku begitu terpesona ini akan menjadi ibu tiriku?? Yang benar saja!!" Gumam Nio dalam hati.

"Ja,, jadi di,, dia, dia akan menjadi ibu, ibu tiriku?" Tanya Nio dengan terbata-bata saking tak menyangkanya.

"Benar! Papa tau kamu pasti sedikit terkejut karena melihat Rena yang masih begitu muda akan menjadi ibumu, tapi yang perlu kau tau, meskipun dia memiliki usia yang jauh lebih muda dari papa, tapi papa sudah cukup lama mengenalnya, dan papa yakin dia bisa menjadi istri sekaligus ibu yang baik untukmu." Jelas Rudi dengan wajahnya yang terlihat begitu berbinar.

Nio pun akhirnya hanya terdiam sembari mulai meneguk air mineral yang telah tersedia di hadapannya.

"Tidak hanya sebagai ibu sambung, kamu juga bisa menganggapku sebagai teman jika kamu butuh teman curhat atau berbagi keluh kesahmu Nio." Tambah Rena lagi dengan senyumannya yang seolah tak pernah pudar dari wajah cantiknya.

Ternyata bukan hanya cantik, Rena ternyata juga terlihat begitu ramah dan baik. Dan bukan hanya itu, ia pun juga terlihat begitu tulus saat mengatakan hal itu pada Nio, membuat Nio yang mendengarnya pun hanya bisa tersenyum lirih dan mengangguk singkat.

"Ya sudah, ayo kita mulai makan saja sebelum makanannya dingin." Tambah Rudi yang kemudian mulai menyantap makanannya begitu saja.

Makan malam kala itu cukup berjalan dengan damai, tak ada perdebatan antara Nio dan ayahnya seperti yang biasa sering terjadi di rumah. Malam itu, wajah Rudi, papa Nio sungguh jauh dari kata datar seperti biasanya, seolah sebuah senyuman pun tak lekang dari bibirnya. Begitu pula dengan Rena, di pertemuan pertamanya dengan Nio, ia sudah bersikap seolah tak canggung dalam memperlakukan Nio sebagai anak sambungnya.

"Ini sangat enak, cobalah." Ucap Rena sembari menaruh beberapa sendok mie goreng pangsit ke piring Rudi.

"Terima kasih sayang." Rudi pun tersenyum lebar dan langsung melahap makanan itu.

"Nio, apa kamu juga mau? Cobalah ini! rasanya sangat enak." Ucap Rena lagi.

Ia pun kembali menyendokkan mie goreng pangsit dan meletakkannya juga ke piring Nio, membuat posisinya sedikit membungkuk saat meletakkan makanannya karena posisi Nio yang berada di hadapannya sedikit jauh.

Hal itu pun membuat belahan dada Rena menjadi terlihat, Nio yang kala itu ada di hadapannya pun bisa melihat dengan jelas, bahkan sangat jelas bagaimana kedua gundukan daging yang nampak begitu kokoh berdiri sedikit menyumbul di balik kerah gaunnya yang berbentuk V.

Nio pun kembali tertegun, hingga membuatnya beberapa kali harus menelan ludahnya sendiri saat melihat pemandangan yang dirasanya begitu indah.

"Astaga kenapa aku ini? Di kampus ada banyak wanita cantik dan tak kalah seksi yang pernah mencoba mendekati dan menggodaku. Tapi kenapa aku tak pernah merasa tertarik pada mereka seperti sekarang ini?" Gumam Nio dalam hati lagi yang mulai merasa berkeringat dingin karena menahan gejolaknya.

Beberapa puluh menit sudah berlalu, makan malam pun akhirnya selesai, kini mereka bertiga pun mulai beranjak menuju loby restoran.

"Terima kasih Nio telah meluangkan waktu mu untuk makan malam bersama papa dan juga calon ibumu." Ucap sang ayah yang terus terlihat begitu sumringah.

"Iya, tidak masalah." Jawab Nio datar.

"Ya sudah, papa harus mengantar Rena pulang terlebih dulu. Kau hati-hati lah jika masih ingin jalan ke luar."

"Tidak pa, sepertinya aku langsung pulang saja."

"Oh, begitu rupanya, ya sudah sampai bertemu di rumah."

Rudi Widjaya pun menepuk singkat pundak anak semata wayangnya itu, meski terkesan cuek namun lelaki paruh baya itu tetap lah menyayangi anaknya seperti orang tua pada umumnya. Hanya saja dia memang tidak pernah terlalu menunjukkannya apalagi mengungkapkannya pada Nio.

"Baiklah aku pulang dulu, sampai bertemu lagi Nio." Ucap Rena yang kembali tersenyum ramah sembari melambaikan tangannya ke arah Nio.

"Ya, ok." Jawab Nio yang ikut tersenyum tipis sembari membalas lambaian tangan Rena.

Kini mobil jenis sedan mewah yang di tumpangi oleh Rudi dan Rena pun telah berlalu pergi, meninggalkan Nio yang masih berdiri tak jauh dari mobilnya sembari memandangi kepergian mobil itu yang semakin menjauh darinya.

Dengan pikirannya yang kalut, ia pun langsung pulang, dengan lesu ia kembali memasuki kamarnya, membuka dan melayangkan kemeja yang sejak tadi ia pakai ke sembarang arah. Ia kembali terbaring telentang di atas ranjang, lagi-lagi ia terbayang wajah Rena, bentuk bibir Rena yang terlihat begitu seksi saat berbicara dan tersenyum sungguh begitu jelas terbayang di ingatannya, belum lagi ketika belahan dada Rena yang sempat terlihat jelas olehnya, semuanya yang ada pada tubuh Rena nampaknya sungguh mengganggu pikirannya malam itu.

"Astaga bagaimana ini? Wanita itu sungguh membuatku gelisah." Celetuknya seorang diri sembari mengusap kasar wajahnya.

... Bersambung......

Semakin syok

Pagi hari yang cerah...

Cuaca hari ini cukup cerah, Nio turun dari kamarnya masih dalam keadaan berantakan karena ia benar\-benar baru bangun tidur.

Rambutnya yang cukup tebal pun terlihat masih begitu acak\-acakan, ditambah lagi dengan wajah khas orang baru bangun tidur yang semakin mempertegas pada orang\-orang yang melihatnya jika ia memang benar\-benar baru bangun.

Sembari menguap dan mengucek\-ngucek matanya, ia terus melangkah menuruni anak tangga. 

Dan secara tiba\-tiba suara seorang wanita yang terdengar begitu lembut dan begitu jelas saat menyapanya pagi itu.

"Selamat pagi Nio." Sapanya.

Nio pun sontak melirik ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Rena yang saat itu sedang berdiri di sisi meja makan sembari memegang sebuah teko sedang tersenyum menatapnya.

Langkah Nio pun seketika terhenti dengan matanya yang membulat sempurna.

"Kau sudah bangun? Ayo kemari lah, kita sarapan bersama, karena calon ibumu sudah membuatkan sarapan untuk kita." Jelas Rudi yang juga sudah terduduk di salah satu kursi dengan sudah berpakaian rapi.

Tanpa berkata apapun, Nio dengan cepat mendadak putar haluan dan ingin kembali masuk ke kamarnya karena ia merasa begitu tak percaya diri di depan Rena karena penampilannya yang begitu berantakan. 

"Nio, kau mau kemana?" Tanya ayahnya.

"Aku,, aku mau mandi dulu biar lebih segar saat makan." Jawab Nio yang langsung melanjutkan langkahnya dengan cepat.

"Emm tumben sekali, biasanya dia langsung makan saja tanpa mandi terlebih dulu." Celetuk Rudi sembari memandangi kepergian Nio.

"Sudah lah, tidak perlu merasa aneh, bukankah dengan dia memilih mandi lebih dulu justru lebih bagus?" Jawab Rena yang kembali menuangkan teh hangat ke dalam cangkir.

"Emm kamu benar juga." Rudi pun akhirnya kembali tersenyum tipis.

Tak terlalu lama menunggu, akhirnya Nio terlihat kembali turun dengan sudah berpakaian rapi dan wangi. Ia pun langsung duduk, lagi\-lagi ia duduk tepat berhadapan dengan Rena yang saat itu tengah menggunakan dress berlengan sesiku, namun dengan bentuk kerah yang cukup melebar hingga belahan dadanya pun lagi\-lagi kembali terlihat jelas.

"Nio, minum lah teh mu." Rena pun menyodorkan secangkir teh hangat ke hadapan Nio.

"Terima kasih." Jawab Nio pelan sembari meraih tehnya dan mulai meneguknya dengan perlahan.

Tanpa banyak basa basi, sarapan pun di mulai, Nio dengan lahap terus memakan nasi goreng spesial buatan Rena yang memang terasa begitu nikmat. 

"Bagaimana Nio? Apakah enak?" Tanya Rena kemudian dengan sorot matanya yang begitu berbinar.

Mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Nio lagi\-lagi jadi merasa sedikit gugup.

"Enak." Jawabnya sembari tersenyum tipis dan terus melahap makanannya.

"Ah syukur lah, aku sedikit merasa lega saat tau masakanku cocok dengan lidahmu." Rena pun akhirnya semakin melebarkan senyumannya. 

"Jadi Nio, Rena sengaja datang pagi\-pagi kesini dan membuatkan sarapan untuk kita agar dia bisa lebih mendekatkan diri denganmu." Jelas Rudi di sela\-sela sarapan mereka. 

"Oh begitu rupanya." Ucap Nio singkat yang kembali tersenyum tipis. 

Dalam hatinya, meskipun ia yakin Rena adalah wanita yang baik, namun entah kenapa ia masih saja merasa keberatan dengan keputusan ayahnya yang ingin menikahi Rena. Bukan karena ia tak mau memiliki ibu tiri, tapi sepertinya rasa keberatan itu lebih ke dirinya yang merasa jika Rena terlalu muda untuk menjadi ibunya. 

Namun melihat sang ayah yang begitu terlihat bahagia kala itu, tentu membuatnya sebagai seorang anak tak mampu mengutarakan ketidaksetujuannya tentang pernikahan itu.

"Memangnya kapan kalian akan menikah?" Tiba\-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Nio saat ia baru saja selesai menghabiskan sarapannya.

"Akhirnya kamu menanyakan hal itu juga hehehe." Celetuk ayahnya yang kemudian tertawa kecil.

Nio hanya diam dan memilih untuk meneguk minumannya.

"Rencananya kami akan menikah minggu depan." Tambah ayahnya lagi.

Mendengar hal itu, seketika membuat Nio yang kala itu sedang minum, seketika jadi tersedak hingga terbatuk\-batuk saking terkejutnya. Hingga membuat Rena seketika menjadi panik dan bergegas memberikan tisu untuknya.

"Nio, are you ok?" Tanya Rena.

"Apa aku tidak salah dengar?! Mi,, minggu depan?!" Nio pun kembali membulatkan matanya. 

"Iya, memangnya kenapa? Kenapa kau nampaknya begitu terkejut hingga jadi tersedak seperti itu?" Tanya Rudi sembari mengernyitkan dahinya.

"Bukan begitu, tapi tidak kah itu terlalu cepat? Karena setauku untuk menikah butuh persiapan yang matang dan memakan banyak waktu." 

"Masalah itu kamu tenang saja Nio, karena yang aku inginkan adalah pernikahan yang sederhana dan intim, jadi tidak perlu mengundang terlalu banyak orang, hanya keluarga dan teman\-teman dekat saja." Jelas Rena dengan tenang.

"Iya, lagi pula papa mu ini sudah bukan anak muda lagi, yang acara pernikahannya harus besar\-besaran. Sederhana saja yang penting sah menikah." Tambah Rudi lagi.

Nio pun akhirnya hanya bisa terdiam dan mengangguk singkat, dalam diamnya itu beberapa kali ia terus mencuri\-curi pandang terhadap Rena. Pagi itu Rena terlihat begitu fresh dengan warna lipsticknya yang merah, membuat bibirnya seolah merekah. Hal itu lagi\-lagi membuat jiwa Nio kembali bergejolak hingga membuatnya salah tingkah dan terus menerus merasa gugup.

Beberapa saat berlalu, Sarapan pun selesai, Rudi dan Rena pun akhirnya pergi untuk mengecek lokasi yang akan mereka sewa untuk acara pernikahan yang akan berlangsung Minggu depan, sementara Nio memilih untuk langsung berangkat ke kampus.

Nio keluar dari mobilnya saat ia sudah tiba di area parkir kampusnya, baru beberapa langkah berjalan, langkahnya sontak terhenti saat di hadapannya telah berdiri seorang wanita yang sudah menjadi primadona di kampusnya.

"Pagi Nio." Sapanya dengan ramah.

Wanita itu bernama Sonia, parasnya pun tak kalah cantik dan juga seksi. Namun ternyata kecantikan dan keseksiannya selama ini tak berhasil membuat seorang Antonio tergoda.

"Pagi." Nio pun tersenyum tipis. 

"Waw, setelah sekian lama mengenalmu, akhirnya pagi ini aku bisa melihat senyum mu. Ternyata senyum mu bagus juga." Celetuk Sonia sembari tersenyum manis.

Nio hanya mendengus dan kembali tersenyum tipis sembari ingin kembali beranjak pergi, tapi Sonia seolah tak memberikan jalan untuknya, ia terus menghalangi langkah Nio dengan tubuhnya.

"Ada apa?" Tanya Nio yang kemudian mulai menatap datar ke arah Sonia.

"Hehehe, eemm begini, nanti malam kan malam Minggu."

"Ya ya ya aku tau itu, lalu kenapa memangnya kalau malam Minggu?" Tanya Nio cuek yang sama sekali tidak peka.

"Apa kamu tidak ingin mengajakku pergi jalan\-jalan? Atau makan malam?" Tanya Sonia dengan begitu percaya diri tanpa ada rasa malu. 

... Bersambung...,...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!