NovelToon NovelToon

Mantan Jadi Mertua

Bab 1

Kenalin, nama aku Ziezie Zavano. Cantik, manis, imut-imut. Aku terlahir dari keluarga berada, Ayah ku pengusaha sukses dan nilai plusnya adalah hanya Ayah ku yang paling tampan di dunia ini menurut ku.

Akan tetapi satu hal yang sangat membuatku bingung, identitas ku di tutup rapat. Alasannya karena Ayah ingin aku mendapatkan teman dan juga kekasih yang tulus dalam menerima ku, apa lagi Ayah ingin melindungi ku dari setiap orang-orang yang merasa tersaingi oleh Ayah tampan ku.

Aku tidak perduli, biarkan saja Ayah melakukan itu. Sama sekali tidak masalah, lagi pula itu semua demi kebaikan ku sendiri.

Apa ada yang bertanya soal Bunda ku?

Kalau pun tidak ada aku tetap menjelaskan nya, walaupun aku sedikit malas sebenarnya. Tapi kalian jangan bilang ke Bunda ya.

Nama Bunda ku Zivanya Sabila, kata Ayah ku Bunda adalah bidadari yang paling cantik, manis, Imut dan lembut.

UPS!!!

Itu kata Ayah ku ya.

Tapi kalau menurut ku Bunda ku sangat cerewet, apa lagi kalau sedang mengomel satu Minggu pembahasannya itu-itu saja.

Huuuuff.

Aku punya adik kembar, Alfa, Bastian, Chandra, dan juga David.

Ke empat Adik ku itu kembar identik, dengan keunikannya masing-masing. Bahkan mereka seperti bodyguard yang siap menghabisi siapa saja yang berani berdekatan dengan ku.

Tapi ada lagi sahabat, sekaligus sepupu ku. Namanya Alma, dan kembarannya Alif.

Tapi tidak sampai di sana, aku juga punya Daddy kesayangan ku. Namanya Bilmar sepupu Papa ku, dan Mommy Anggia dokter cantik istrinya Daddy Bilmar.

Ada yang kangen sama kekonyolan keluarga ini, kalau misalnya ada maka kalian harus kepoin novel ini.

***

Seorang mahasiswa berlari dengan begitu kencang, menyusuri lorong-lorong gedung tinggi dengan terburu-buru. Sejenak ia berhenti berlari, berjongkok sambil mencari udara untuk bernapas.

Setelah merasa lebih baik, wanita tersebut kembali berlari.

Buk!!!

Tiba-tiba ia menabrak seseorang.

"Aduh!!!" Zie terpental ke lantai, kemudian cepat-cepat berdiri.

Seorang pria cupu berdiri di hadapannya, seorang dosen yang selalu di bully oleh mahasiswa. Bahkan tidak jarang mengabaikannya saat sedang memberikan tugas.

"Hey, bisa nggak sih! Kalau jalan pakai mata!" geram Zie, "Aduh, aku udah telat!"

Dengan cepat Zie kembali berlari segera menuju kelas sebelum dosen galak yang masuk terlebih dahulu.

"Dari mana sih?" tanya Alma.

Zie duduk di samping Alma dengan napas yang terengah-engah, tanpa ijin Zie langsung mengambil botol air mineral milik Alma. Meneguk tanpa perduli wajah masam sang pemilik.

"Ish.... kebiasaan!" kesal Alma.

"Akhirnya," Zie bernapas lega setelah meneguk habis minuman Alma.

"Sialan lu!" gerutu Alma.

Seorang dosen masuk, rambut belah tengah, kaca mata tebal, alis tebal, dan juga baju yang di masukan kedalam celana. Hal yang paling menarik adalah, ikat pinggang nya berada di atas perut.

"Sial! Gue pikir dosen tampan yang masuk!" gerutu Zie dengan wajah kecewa.

"Kalau Pak Rian yang masuk lu diem, kalau Pak Firman masuk lu begini!" ujar Alma.

Zie mendesus.

"Pak Rian kejam banget Al, takut aku," jawab Zie.

"Pak Firman?"

"Alah cupu, kecuali suhu! Nah, baru gue tunduk sama dia!"

Alma mangguk-mangguk mendengar penjelas Zie, "Kalau gitu kita taruhan?" tawar Alma, "Itupun kalau lu berani!" Alma menaik turunkan kedua alis matanya menatap Zie.

"Lu pikir gue takut!" tantang Zie.

"Kalau lu berhasil membuat Pak Firman malu, gue kasih mobil tercinta gue buat lu. Nah kalau lu gagal, Lu harus nikah sama Pak Firman."

"Sialan lu, mana mau gue nikah sama si cupu!"

"Takut ni ye...." ejek Alma.

"Enak aja!"

Seorang dosen tengah berbicara, tetapi dari sekian banyak mahasiswa hanya beberapa saja yang perduli padanya. Selebihnya tidak, mereka hanya fokus pada topik pembicaraan mereka saja, seakan dosen cupu di hadapan mereka bukanlah apa-apa.

Kelas selesai, semua mahasiswa berhamburan keluar bahkan tanpa perduli pada dosen cupu.

"Pak Firman."

Firman memperbaiki kaca matanya, kemudian menatap Zie yang berdiri di hadapannya.

"Pak Firman tahu saya dong?" tanya Zie dengan angkuhnya.

Siapa yang tidak tahu Zie, satu kampus tahu tentang Zie. Mahasiswa cantik, digilai banyak kaum pria. Termasuk beberapa dosen, lantas bagaimana dengan Firman?

Firman masih diam mematung, dan seakan tidak tahu siapa Zie.

"Dia enggak kenal lu kali Zie!" ejek Niken seorang wanita yang merasa tersaingi dengan Zie.

Zie semakin panas, Niken adalah musuh bebuyutan tanpa tahu sebabnya. Mungkin karena setiap pria yang di sukai Nike selalu berusaha mendekati Zie, hingga menganggap Zie adalah musuh.

"Ngerasa waw, baru setingkat Pak Firman aja udah jatuh!" timpal Clara sahabat baik Niken.

"Sombong sih, padahal cuman anak tukang sapu di rumah keluarga Zavano!" imbuh Niken.

"Sialan nih anak ya!"

Zie langsung mendekati Niken dan ingin menarik rambutnya, tetapi Alma langsung memegang Zie.

"Pergi sana!" Alma langsung mengusir wanita-wanita yang mengganggu mereka.

"Huuu...." sorak Niken dan Clara sambil berlalu pergi.

Firman mengumpulkan buku dan juga mengagungkan laptopnya, kemudian mengangkatnya dan berbalik. Tetapi tiba-tiba suara Zie menghentikan langkah nya.

"Pak Cupu," Zie menutup mulut, dan mulai memperbaiki panggilan nya, "Pak Firman," panggil Zie lagi.

Firman berbalik dan kembali menatap Zie, "Iya?"

"Bapak serius enggak kenal sama saya?"

Zie masih berharap jika Pak Firman memujinya, mengatakan jika ia mahasiswa paling cantik dan berpengaruh di kampus universitas Indonesia.

Pak Firman menggeleng, kemudian pergi begitu saja.

"Ahahahhaha....." tawa Alma pecah seketika, saat Pak Firman dosen cupu yang malah mempermalukan Zie untuk yang kedua kalinya.

Zie menatap Alma dengan penuh permusuhan, ingin sekali tangannya meremas wajah sepupu tengilnya itu.

"Udah ngaku kalah?" ejek Alma, "Nikah sama pak Cupu?" celetuk Alma.

Zie langsung menjitak kepala Alma, karena Zie sudah tidak tahan dengan ejekan sepupunya. Walaupun keduanya terlihat sering saling mengejek, tetapi mereka adalah sepupu yang saling menyayangi.

"Sakit lampir!"

"Mampus!"

"Ahahahhaha.......calon bini Pak Cupu!" ejek Alma lagi dengan tawa terpikal-pikal.

"Gue Zie dan gue bakalan buktikan kalau gue bisa bikin si cupu malu. Apa lagi dia udah malu-malu in gue di hadapan Niken! Bahkan sampai dua kali ."

Zie sudah tidak memiliki wajah di hadapan Niken, karena Firman yang barusan mempermalukan dirinya.

"Kantin yuk!"

Beberapa mahasiswa melihat Zie dengan mengejek.

"Katanya paling waw, baru setingkat Pak Cupu aja udah kalah jauh!" ejek Nike, di iringi tawa mahasiswa lainnya.

Zie langsung berdiri di atas kursi, "Ingat ya, kalau sampai gue berhasil bikin Pak Cupu malu di hadapan lu semua," Zie menunjuk wajah-wajah yang melihat dirinya, "Niken harus jadi babu gue!"

"Dan kalau lu kalah, lu yang jadi babu gue!" tantang Niken hingga mengundang sorakan yang begitu kencang.

"Zie!" Alma menyenggol lengang Zie, menurut nya itu tidak masuk akal.

"Tenang," Zie yakin jika ia akan menang.

-

Ini novel generasi dari Istri Simpanan Presdir, jangan lupa like dan Vote.

Bab 2

Pagi ini masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Zie dan juga 4 adik kembarnya selalu terlibat cekcok. Bahkan saat di meja makan sekalipun, hingga membuat kepala Ziva hampir pecah.

"Kak Zie, rok mu itu tidak cocok!" ujar Chandra sambil mengunyah sarapannya.

Zie tidak perduli, adiknya memang selalu menjadikan dirinya sebagai bahan candaan.

"Kalau pakai rok itu yang bagus, jangan pakai spanduk jalanan!" tambah Alfa.

Zie masih fokus pada sarapannya, mengunyah dengan lahap tanpa ingin berdebat.

"Bajunya juga, apaan kain gorden Bunda lebih baik!" timpal Bastian.

Zie menatap wajah-wajah adiknya, "David, lu enggak sekalian ngehina gue?" tanya Zie pada David.

"Pengen lu di hina?" tanya David kembali.

"Belum kenyang lu di hina tiap hari?" tanya Chandra juga.

"Aku bilangin ke Ayah!" ancam Zie.

Sebagai anak perempuan satu-satunya, Zie adalah anak kesayangan Vano. Sehingga ia selalu di atas angin bila sudah menyebutkan Ayahnya.

"Ayah mulu," David langsung berdiri, kemudian mengeluarkan bom aneh dengan suara yang cukup nyaring di samping Zie.

Emosi Zie seketika naik, "David!!!" teriak Zie.

David langsung berlari, dan segera menuju kampus.

"Zie, kau bisa tidak menjadi anggun. Sedikit saja," Ziva tertunduk lesu.

Pupus sudah harapan nya ingin memiliki anaknya feminim, mungkin karena hanya Zie perempuan di antara adik kembarnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumusalam," sahut Ziva sambil tersenyum pada Alma, "Ayo sarapan."

"Alma lagi diet Bunda."

Lain lagi dengan Alma, gadis feminim yang selalu memikirkan kecantikan.

"Bun, Zie berangkat ya," Zie langsung mencium punggung tangan Ziva. Sedangkan Vano ada di luar kota, dan mungkin sebentar lagi akan segera kembali.

Zie segera mengeluarkan motor gede kesayangannya, sekalipun memakai rok mini menurutnya sama sekali tidak masalah.

"Zie, kalau kamu naik motor begini. Gimana kata Jio. Kamu tahukan Jio enggak suka cewek tomboi," ujar Alma memberikan peringatan.

Zie dan Jio kini sedang menjalani pendekatan, dan mungkin sebentar lagi akan menjadi kekasih.

Zie memang cantik, tubuhnya tinggi, langsing, rambut yang hitam pekat dan bulu mata lentik.

Akan tetapi Zie yang terbiasa bergaul dengan empat orang adik kembarnya membuat jiwa keperempuanan nya lenyap.

"Iya sudah, kita naik mobil aja."

Zie urung membawa motor miliknya, kemudian menaiki mobil Alma. Karena Zie memang tidak suka mengemudikan mobil, hingga ia lebih sering menumpangi mobil Alma.

Sampai di kampus, semua mata pria langsung terpana pada dua mahasiswa yang selalu membuat wanita lainnya iri.

Kecantikan keduanya memang tidak bisa di ragukan lagi.

"Ahahahhaha......sok cakep!" seru Niken menyindir Zie dan Alma yang melewatinya.

Zie tidak perduli, ia mencari bangku kosong dan langsung duduk dengan santai.

"Hai Zie," Jio langsung menyusul Zie, bahkan duduk di samping Zie.

Zie tersenyum sinis pada Niken, bahkan seakan bangga karena Niken sangat menyukai Jio. Tapi justru ia yang menjadi pemenang nya.

"Kantin yuk."

"Ahahahhaha......ada yang panas walaupun enggak ada api," ejek Alma sambil mengikuti Zie dan Jio yang sudah terlebih dahulu menuju kantin.

Niken memukul meja, karena sangat kesal pada Zie yang selalu di kejar-kejar setiap pria tampan yang membuatnya tertarik.

"Aku juga pengen banget meremas wajah anak babu itu," tambah Clara yang juga tidak suka pada Zie.

***

Di saat sedang asik berbincang-bincang dengan Jio, tiba-tiba Zie melihat dosen cupu duduk tidak jauh darinya. Seketika Zie berdiri.

"Zie mau ke mana?" tanya Jio.

"Bentar dong," jawab Zie lalu berpindah duduk di samping dosen cupu yang selalu menjadi bahan tertawaan oleh mahasiswa nya sendiri.

Alma juga duduk sambil menikmati semangkuk bakso, dan menatap Zie yang berpindah duduk.

"Pak, Zie boleh duduk ya?"

Firman sama sekali tidak perduli, bahkan tidak melirik Zie sedikitpun.

"Ahahahhaha......" tawa Niken kembali pecah.

Sesaat setelah Zie dan Jio menuju kantin, Niken dan Clara juga langsung menyusul dan malah melihat Zie yang berusaha mendekati dosen cupu.

"Kenapa sih, di mana-mana ada Niken," gumam Zie dengan suara pelan, sedangkan dua tangannya menggantung sambil terkepal.

"Zie," Alma langsung menarik Zie untuk pergi, karena tidak ingin ada keributan seperti biasa.

Di taman kampus, Zie dan Alma duduk di atas rerumputan. Mulut Zie terus saja komat Kamit tidak jelas. Mengingat bertapa Firman dan Niken sangat menyebalkan.

"Seumur hidup baru Pak Cupu yang cuek sama aku."

"Udahlah, enggak usah di pikirkan."

"Malu banget gue Al," Zie sampai mengusap wajahnya beberapa kali.

"Udahlah kita pikirkan aja gimana dengan magang kita, biar kuliah cepat selesai," kata Alma.

Zie juga merasa tertarik akan topik pembicaraan Alma.

"Kita magang di perusahaan Ayah atau Daddy?" tanya Zie.

"Enggak ah," Alma langsung menolak, "Kalau kita magang di tempat Daddy atau Ayah, kapan kita pintar. Udah pasti kita jadi anak emas," Alma menolak dengan keras.

"Ya juga ya, kapan kita dewasa nya coba," Zie juga membenarkan apa yang di katakan oleh Alma.

Seketika Zie tersenyum, karena merasa mendapatkan ide, "Kita cari perusahaan yang lain!"

"Setuju!"

Tiba-tiba mata Zie kembali melihat Firman, pantang menyerah sebelum berjuang. Tampaknya Vano mewariskan keras kepalanya pada Zie, hingga tidak ada kata menyerah untuk mendekati Firman untuk membuktikan bahwa ia sangat hebat.

"Pak Firman!!!"

Zie langsung lari tergopoh-gopoh, bahkan tanpa sengaja kakinya tersandung.

"Aaa!!!" teriak Zie.

Tetapi Firman menahan tubuh Zie hingga tidak terjatuh.

Banyak mahasiswa yang melihat kearah mereka, membuat bibir Zie tersenyum. Karena ini bisa di jadikan sebagai alat untuk meyakinkan orang-orang jika ia sangat hebat.

Terapi, tiba-tiba Firman malah melepaskan dirinya. Tubuh Zie kembali melayang dan terjatuh.

Bruk!!!

"Aaa!" teriak Zie.

Sedangkan Firman pergi dengan begitu saja.

"Ahahahhaha......" banyak mahasiswa bersorak melihat wajah Zie, bahkan seakan menjadi kesenangan tersendiri.

"Sial!" Zie mengumpat rasanya sangatlah sulit hanya mendekati seorang dosen cupu saja.

Dari tadi Alma terus menahan tawa melihat wajah Zie yang masih saja dalam kekesalannya.

"Ketawa aja, enggak usah di tahan. Gue enggak papa!"

"Ahahahahah......" tawa Alma pecah seketika, sulit sekali menahan tawa dari sejak berada di kampus.

Hingga saat mengemudikan mobilnya Alma langsung tertawa lepas.

"Puas!" geram Zie.

Zie tidak ingin terus mendengarkan Alma yang menertawakan dirinya, sampai akhirnya lebih memilih untuk melihat ponselnya.

"Grup lagi rame, ada apa ya?"

Zie langsung melihat isinya.

[Malu-malu in banget tau, tadi ada yang terjatuh ditangkep dan dihempas,] Niken.

[Siap-siap Niken, jadi majikan Zie,] Saras.

[Puas banget kan @Niken] Clara.

[Ngomong-ngomong kok Zie enggak muncul] Vita.

[Takut kali] Clara.

[Bener] Niken.

Zie langsung memasukan kembali ponselnya pada tas, dari pada terus membaca isi chat di grup yang hanya mengejek dirinya.

Bab 3

Alma memarkirkan mobilnya di basemen dan keduanya mulai berjalan memasuki sebuah gedung tinggi. Lebih tepatnya itu adalah perusahaan milik keluarga Zavano group.

Dengan malas Zie juga berjalan di samping Alma, entah apa sebabnya Vano menghubungi mereka dan meminta keduanya datang ke kantor.

Zie dan Alma langsung masuk, keduanya masih sama seperti biasa. Tidak ada salam ataupun membutuhkan ijin.

Zie bahkan langsung menyambar kopi milik Vano dan meneguknya.

Vano sudah terbiasa akan kelakuan putri kesayangannya, dan itu sama sekali bukan masalah baginya.

"Kenapa Ayah nyuruh Zie dan Alma ke sini?" tanya Zie sambil mulai mencari posisi duduk di samping Bilmar yang duduk di sofa.

Alma juga duduk saling berhadapan dengan Bilmar, sedangkan Vano hanya duduk di kursi kebesaran nya melihat Zie yang sangat tomboi dan Alma yang sangat feminim.

Keduanya sangat bertolak belakang, jika Zie sangat cerewet dan mudah menangkap sesuatu yang di katakan oleh orang lain.

Maka tidak dengan Alma.

Alma sering kali dalam mode lambat, bahkan baru bisa menangkap pembicaraan setelah beberapa lama.

Tapi bagi Vano semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan yang sudah di istimewa kan semenjak mereka di lahirkan.

"Ayah manggil Zie?" tanya Zie sambil melihat Vano.

"Emang Ayah manggil kita Zie?" tanya Alma bingung

Sssstttt.

Zie mendesis, karena Alma kembali pada mode lambat, "Tadi kan Ayah telepon ke aku, pas kamu lagi bawa mobil," jelas Zie.

Keduanya tidak akan menggunakan bahasa gaul saat sedang berhadapan dengan orang tua.

"Iya ya," Alma menggaruk kepalanya, "Hehehe lupa," kata Alma lagi sambil cengengesan.

"Kembali ke mode awal!" geram Zie.

"Kenapa kalian membuat masalah?" tanya Vano tanpa basa-basi.

Zie dan Alma sudah mengerti maksud dari Vano, sudah pasti tengah membahas kerusuhan yang tengah terjadi di kampus.

"Ayah, kapan sih, Zie bisa jadi diri sendiri?" Zie ingin seperti teman-teman nya tanpa ada bodyguard, tanpa ada yang memata-matai mengikuti nya.

"Memangnya kamu berubah jadi apa?" tanya Alma bingung.

"Bukan berubah Alma!" Geram Zie, "Maksud aku, kamu enggak bosan setiap hari nya ada yang mata-mata in? Ada yang ikutin? Enggak nyaman!" Jelas Zie dengan suara keras.

Alma mangguk-mangguk, "Iya Yah, iya Daddy," Alma beralih menatap Bilmar yang dari tadi hanya diam saja, "Berikan kami waktu untuk menikmati masa muda kami tanpa ada aturan, kami bisa jaga diri, kami sudah besar. Kapan kami bisa merasakan bebas tanpa ada bodyguard!" pinta Alma dengan melas.

"Nyambung juga," kata Zie dengan suara kecil, mungkin tidak akan ada yang mendengar nya sangking kecilnya.

"Tapi, kalian sekarang saja membuat onar di kampus, kamu mau jadi babu teman kampus mu?"

"Ayah! Kapan Ayah bisa kasih kepercayaan sama Zie. Zie berhak dong nentuin hidup Zie, kapan Ayah ngerti!"

"Sudahlah Vano, berikan satu tahun untuk mereka hidup bebas. Mereka tidak akan dewasa jika tidak di berikan kebebasan," Bilmar membenarkan keinginan Zie.

Mengingat Alma tidak pernah bisa menjadi dewasa karena semua yang di lakukan putrinya di awasi hingga Alma menjadi sedikit tertekan untuk melakukan sesuatunya.

Walaupun terasa berat, tapi akhirnya Vano juga menyetujui keinginan kedua putrinya.

"Kalau selama satu tahun ini kalian bisa, maka seterusnya kalian akan bebas tanpa bodyguard. Satu lagi," Vano menggantung ucapannya dan beralih menatap Zie, "Uang saku kalian di jatah," lanjut Vano.

"Enggak masalah," Zie langsung tersenyum.

***

Rasa bahagia Alma dan Zie kini semakin membuncah, kebebasan yang di berikan orang tua mereka seakan sesuatu yang mereka tunggu-tunggu selama ini.

Menjadi diri sendiri!

Bahkan untuk hari ini keduanya harus menaiki sebuah mobil sedan bekas dengan harga 50 juta, bahkan kadang asap yang keluar membuat orang di belakangnya terbatuk-batuk.

"Ahahahhaha......" Zie dan Alma tertawa sekencangnya karena melihat sepasang kekasih yang terbatuk-batuk karena asap mobil mereka.

"Zie polisi," Alma melihat kaca spion dan ternyata ada polisi yang mengejar mereka.

Zie juga langsung melihat kaca spion, "Ngebut Al," pinta Zie karena Alma yang mengemudi.

"Asiap!" Alma sudah tidak di ragukan lagi dalam mengemudi, bahkan dengan santainya langsung menambah kecepatan mobilnya.

Hingga polisi yang mengejar di belakang mobil langsung terkepung asap tebal sampai terbatuk-batuk.

"Ahahahhaha......"

Tawa keduanya masih menggelegar dengan sempurna, hingga tanpa mereka sadari mereka menambrak sebuah motor butut.

Brakk!

Ciiit!!!!

Alma mendadak mengerem, "Zie itu motor Dosen cupu kan?" Alma sangat ingat motor butut yang di gunakan dosen mereka.

"Iya, mampus auto nilai anjlok," gumam Zie sambil memijat kepalanya.

Alma langsung tersenyum, karena mendapat ide.

"Kenapa?" Zie malah merinding dengan senyuman Alma.

"Nilai anjlok kalau ketahuan, kalau enggak ketahuan?" Zie menyalakan mesin mobil dan tersenyum pada Zie.

"Nilai aman!" lanjut Zie.

"Berangkat!"

Brum!!!!

Alma langsung menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan penuh.

"Ahahahhaha.... tumben lu printer Al," Zie mengacungkan jempol pada Alma, "Jarang-jarang lu nyambung," kata Zie lagi sambil tertawa dengan terbahak-bahak.

"Kebetulan aja, kalau lagi kepepet!" celetuk Alma, dengan mobil mulai memasuki kawasan parkir kampus.

"Ahahahhaha......" Zie masih tertawa, mengingat satu tahun kedepannya mereka hidup menjadi diri sendiri.

Di antara semua mobil yang terparkir, hanya mobil mereka yang paling menyedihkan. Bahkan plat mobil mereka sudah menggantung karena terlepas dari tempatnya.

"Ahahahhaha......" kedua nya semakin tertawa terbahak-bahak, melihat nasib mobil mereka.

"Ya ampun Zie, udah kembali ke derajat nya?" ejek Niken yang baru saja keluar dari mobil mewahnya.

Zie dan Alma tidak perduli, keduanya langsung kehilangan tawa bahagia setelah melihat Niken.

Niken menatap pakaian yang Zie dan Alma pakai, "Udah enggak mampu beli yang bermerek kayaknya," ejek Niken lagi di selingi tawa.

"Al kamu ngerasa ada yang aneh?" tanya Zie.

Alma melihat sekitarnya, "Sedikit."

"Hawanya yang sedikit sejuk bikin merinding ya," tambah Zie.

"Iya," Alma mangguk-mangguk.

"Kamu lihat orang di depan kita?" tanya Zie lagi.

Alma langsung melototkan matanya, dan seolah tidak melihat siapapun, "Enggak, tapi suaranya ada," jawab Alma.

Zie dan Alma saling pandang.

"Se.....Tan!" keduanya berteriak dan langsung berlari sekencang mungkin.

"Kurang ajar!!!" Niken menghentakkan kakinya sampai beberapa kali, karena Zie dan Alma secara terang-terangan mengatakan dirinya setan, "Lihat aja ya, Lu bakalan jadi babu gue!" gumam Niken dengan yakin.

Zie dan Alma terus saja berlari sekencang mungkin, sambil tertawa dengan terbahak-bahak sampai akhirnya mereka memasuki lorong-lorong dan melihat dosen cupu yang kini menjadi bahan taruhan Zie dan Niken.

"Kalian berdua, ikut keruang saya!" titah Firman.

"Sorry Pak kita mau langsung masuk kelas!" jawab Zie dengan berani, dan pergi begitu saja.

***

Biarkan cerita ini mengalir dengan lancar, di bumbui kekonyolan kedua keluarga semprol yang akan membuat puasa kalian terasa bahagia, hehehe. Salam Author Munthe.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!