NovelToon NovelToon

Assistant Love Assistant

PART 1

Cerita Lexa

Pagi itu cuaca sangat cerah, burung burung kecil mengitari rumah panti asuhan kecil itu dengan suaranya yang merdu. Angin sepoi sepoi mengindahkan hari hari yang ada di sekitar daerah itu.

Bunyi lonceng pagi hari menandakan waktu sudah menunjukan pukul tujuh. Seorang perempuan berusia kira kira 18 tahun dengan rambut pendeknya di bawah telinga percis bersiap untuk berangkat mengasah pendidikannya. Dia merupakan salah satu penghuni panti asuhan tersebut. Panti asuhan St. Claire adalah sebuah panti asuhan kecil di Desa Onike yang terdapat di Kota Honolulu.

"Lexa, kau sudah siap ke universitas, anakku?" Tanya suster Regina pada Lexa si perempuan berambut pendek itu. Ya nama gadis itu Lexa, Alexa Luxurio. Nama yang begitu berani dan sensual.

"Ya, sus, doakan aku agar semuanya berjalan lancar. Aku akan kembali setiap akhir pekan," jawabnya yang sudah menyelesaikan mengikat tali sepatunya.

"Tuhan selalu bersertamu, anakku, jangan lupa hubungi aku ketika sampai disana oke?"

"Siap suster Regina ku yang paling cantik!!" Lexa memperagakan seperti hormat pada tiang bendera ketika upacara.

Lexa memasuki bus yang sudah menjemputnya untuk menuju ke Universitas Honolulu Internasional. Sebuah Universitas favorit pilihan setiap muda mudi di Honolulu. Lexa adalah seorang yang beruntung mendapatkan beasiswa mangasah ilmu disana. Dia mencoba keberuntungannya ketika ada suatu sayembara menjawab semua pertanyaan mengenai Honolulu yang berhadiah beasiswa belajar di UHI (universitas honolulu internasional) sampai lulus sarjana. Dan Tuhan memang di pihak Lexa. Lexa dihubungi untuk segera belajar di universitas itu. Di desa Onike hanya Lexa saja yang berhasil masuk universitas itu.

Lexa telah sampai di UHI. Terpampang ada sekitar 4-5 bangunan yang menjulang tinggi dan besar. Lexa lalu bertanya pada satpam dimana dia mendapatkan informasi tentang mahasiswi beasiswa. Sang satpam dengan ramah memberitahukan ruang informasi di salah satu bangunan yang ada di depannya. Lexa melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut. Ketika ia sampai ke dalamnya, beberapa pasang mata memperhatikannya dari bawah sampai atas. Lexa yang cukup sederhana hanya mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan cardigan peach nya dan rok model clock sepanjang lutut seperti anak sekolah bercorak kotak kotak merah. Dan tak lupa sepatu convers yang menghiasi kakinya. Lexa hanya mengumbar senyum dan menuju ke biro kemahasiswaan.

Seorang wanita bergaya stylist memberi tahu segala tata aturan di UHI dan Lexa mendapatkan kamar di asrama sesuai fasilitas yang di dapatkan mahasiswa beasiswa. Lexa sudah mengerti semua dan bersiap mengikuti mata kuliah besok. Lexa mengambil jurusan Management Pemasaran di Universitas itu.

.......

Hari hari Lexa ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Setiap hari ia mendapat banyak ejekan dari teman sekelasnya. Bukan hanya teman sekelasnya, setiap berganti mata kuliah, ada saja temannya yang mengoloknya. Mengatakan bahwa dirinya hanya bebek usang yang sedang di pelihara di UHI. Bukan hanya itu, Lexa juga dikatakan kampungan karna pakaiannya yang sangat sederhana. Bagaimana tidak sederhana, dia hanyalah perempuan dari panti asuhan desa kecil di Honolulu.

"Lexa, apa kau tidak punya selera yang bagus? Hanya mengenakan kemeja dan rok atau kaos dan jeans usangmu itu, kau tidak membawa uang banyak untuk membeli pakaian bagus satu saja!!"

"Lexa, namamu tidak seperti gayamu. Berbeda jauh sekali, sebaiknya kau ganti namamu si buruk rupa,"

"Lexa, apa kau mempunyai kaca mata yang lebih bulat? Aku akan membelinya lebih mahal dari biaya kuliahku!!

Hahahahahahahahaaa

Namun, Lexa seperti batu karang yang diterpa ombak, tidak pernah meladeninya, tidak pernah membalasnya, dia hanya memikirkan mengapa semua orang kaya seperti ini. Tidak ada sopan santun dan attitude. Dia bersumpah dia akan menjadi seorang wanita yang cantik dan sukses.

.......

Suatu ketika dia melewati segerombolan wanita sekitar 3-4 wanita yang mengitari seorang pria. Pria itu dikatakan tertampan di UHI. Gabriel. Ya itu nama yang diingat oleh Lexa. Lexa sempat memperhatikannya dan memikirkan sesuatu yang agak menggelikan pikirannya.

"Mengapa ada pria dengan gincu di bibirnya dan sepertinya dia menggunakan pensil alis agar terlihat tebal dan seksi, ahhh bagaimana para perempuan itu menggilainya? Tidak masuk akal!!"

Dan sekarang Lexa harus melewati segerombolan itu untuk menuju ruang seminar.

"Hai bebek usang! Kau tidak lelah terus mengikuti seminar?" Ucap Samantha salah satu diantaranya dan juga merupakan teman sejurusan Lexa. Lexa tidak menggubrisnya dan hanya diam. Samantha tidak tinggal diam dan menghampirinya. Gadis yang terbilang cibirannya paling sadis itu menarik tas ransel Lexa dengan tangannya yang geli. Lexa terdiam.

"Kau tidak dengar apa yang kukatakan? Kurasa kau harus membersihkan telingamu yang kotor itu, bebek usang!!" Samantha menarik tas ransel Lexa sehingga Lexa berbalik menatap Samantha.

~Lexa tenang, kau tidak akan pernah menang, diam saja lebih baik~ pikir Lexa dalam hati.

"Ikut denganku!!" Samantha menarik lengan baju Lexa ke arah Gabriel. Samantha memang berniat mempermalukan Lexa.

"Gabriel apa kau tahu, aku pernah lihat dia memperhatikanmu, bagaimana menurutmu?" Samantha mendorong Lexa ke arah Gabriel sehingga ia terjatuh di bawah kaki Gabriel.

"Hai cantik!! Sebenarnya dirimu cantik, tapi kurang dipoles saja, apa kau mau dipoles?" Kata Gabriel mendongakan kepala Lexa dengan memegang dagu Lexa.

"Apa maumu, lepaskan aku!!" Bisik Lexa pelan sampai hanya Gabriel yang mendengar.

"Aku akan menjadikanmu putri, kau datang ke tempatku nanti malam dan puaskan aku, bagaimana? Kau akan menyukai gaya bercintaku, sayang,"

Cuih!! Dengan berani, Lexa meludahi paras nan tampan Gabriel. Gabriel lalu menghempaskan wajah Lexa sehingga dirinya jatuh ke lantai.

Hahahahaha! Gabriel tertawa!

"Hebat juga kau angsa liar?! Bahkan memegang dagumu saja aku jijik! Bagaimana aku harus melihat kemaluanmu yang pasti sangat memuakan!!" Ucap Gabriel kasar sambil membersihkan tangan yang tadi memegang dagu Lexa.

Kali ini hati Lexa terasa di lecehkan. Semua orang yang mengitarinya mentertawakannya. Akhirnya dia menitikan air matanya. Dia merasa sendiri dan terjepit. Dia pun tidak ada teman dan kerabat yang berada di sekitar universitas itu.

Sampai sebuah uluran tangannya bertandang di depan matanya.

"Bangunlah, kau tidak pantas seperti ini," suara tegas dan gagah dari seorang pembicara seminar yang selalu dihadirinya.

"Itu Tuan Egnor Jovanca, awas awas, dia menolong bebek usang itu!!" Bisikan terus bergema di sekitar gerombolan itu.

Lexa bangun dengan menggenggam tangan Egnor. Lexa menghapus air matanya dan terus menunduk.

"Gabriel, aku katakan padamu untuk pertama dan terakhir kalinya, jika aku melihat atau mendengar saja kau melecehkan Lexa atau perempuan yang lainnya lagi. Aku tidak akan segan segan mem blacklist namamu di seluruh kantor lawyer di Honolulu. Aku akan bicarakan pada ayahmu!! Kau sangat tidak pantas menjadi pengacara!!" Ucap Egnor tegas. Dia lalu membawa Lexa ke ruang rektor untuk memberikan perlindungan lebih pada Lexa.

Gabriel yang mendengarnya hanya mematung namun tangannya mengepal kesal.

Dan mulai hari itu Lexa tidak pernah ada yang mengganggu. Dia menjalani hari hari belajarnya di UHI dengan tenang dan tidak ada lagi ejekan sampai dia lulus sarjana dengan hasil yang memuaskan. Ternyata Suster Regina adalah saudara angkat dari Aunty Anne ketika belajar biarawati bersama. Suster Regina meminta tolong kepada Egnor yang sering menjadi pembicara seminar di UHI untuk melindungi Lexa, anak kesayangannya di panti.

Kehidupan Lexa dijamin oleh Egnor. Dan sejak saat itu, Egnor juga meminta Lexa untuk bekerja bersama Viena Jovanca (mantan terindah), adik Egnor di Legacy.

.......

Next part 2 cerita si leon

Halo semua jumpa lagi di ceritanya si lele (Lexa-Leon) mohon like n komennya 😍

PART 2

Cerita Leon

"Ibu! Aku tidak mau ke Legacy, aku mau disini bersamamu, bersama ayah, Angel, Juan, mengapa kau mengorbankan diriku?" Suara seorang pria cukup gagah dan tegap namun memiliki sisi kekanak kanakan yang masih terpatri, padahal dirinya menginjak umur 26 tahun.

Seorang pria dengan pendidikan yang cukup memuaskan di satu satunya perguruan tinggi di Springfield.

Seharusnya dia sudah memiliki pekerjaan di kota besar seperti Legacy atau Oriental, namun dia malah memilih mengawasi perternakan dan padang rumput bunga milik keluarganya. Katanya hal ini lebih menyenangkan ketimbang harus menghirup asap kendaraan di kota besar itu. Nama pria ini Danteleon Janson dan cukup panggil dia Leon.

"Leon, Tuan Jeremy sudah membicarakannya pada ayahmu. Dia mau mengajakmu bekerja dengan tuan muda Dion. Keadaan keuangan kita sangat memprihatinkan Leon. Kau harus mengerti. Kau anak laki laki pertama. Kau harus membantu ayahmu mencari nafkah. Juan masih sangat kecil dan Angel harus sekolah. Mengertilah anakku!!" Ucap seorang ibu dengan serak dan putus harapan. Dia memohon pada anaknya yang kini hanya bersandar di sofa dan melihat ke arah Juan yang sedang bermain mobil mobilan.

Sesaat dia memikirkan hubungannya dengan Solane. Gadis yang saat ini menjadi kekasihnya. Dia sangat mencintai Solane dan tidak mau meninggalkannya. Pasalnya Solane adalah anak Gubernur Springfield yang kecantikannya luar biasa di kota itu. Dia mendapatkan cinta Solane dengan susah payah ketika kuliah. Dan sekarang dia harus meninggalkannya begitu saja. Sungguh berat pikiran Leon, namun dia juga tidak bisa berpangku tangan saja melihat kesulitan keuangan keluarganya.

"Aku akan meminta bantuan pada Solane, ayahnya sangat baik padaku," saran Leon pada ibunya. Mata Leon berkaca kaca berharap agar ibunya menyetujui sarannya dulu.

"Leon, sudah berapa kali ibu katakan, kau jangan terlalu berharap pada Solane. Kau kan tahu apa jabatan ayahnya, tolonglah anakku, kita hidup biasa biasa saja," kata sang ibu menyerah pada anaknya yang sangat keras kepala.

"Ibu, percayalah, ayahnya baik padaku, dia malah menyuruhku menjaga Solane baik baik. Kau tenanglah dulu, malam ini aku akan menemui ayahnya. Oke?" Leon mengusap usap pundak ibunya yang kini sudah duduk melemah disampingnya.

........

Leon sudah berdandan semaksimal mungkin. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam dan celana jeans biru tua. Dia sungguh menawan. Dengan potongan rambut yang simple dan membiarkan poni poni kecil nan pendek menghiasi dahinya.

Dia mau menemui ayah Solane dan pasti akan bertemu dengan Solane. Dia tidak memberitahu Solane terlebih dulu untuk membuat kejutan. Leon sudah menyiapkan sebuket bunga lili dan mawar putih yang dirangkai oleh Angel. Angel dan Solane cukup dekat dan dia menyukai kekasih kakaknya itu.

"Kau harus memberikan padanya, kak, titipkan salamku padanya ya?" Pesan Angel memberikan sebuket rangkaian bunga itu.

"Siap bos, akan kusalamkan pada kakak iparmu," Leon menerima buket bunga dari adiknya dan siap pergi. Setelah ia meminta ijin pada ayah ibunya dan mencium pipi gemas Juan, Leon berlalu ke rumah Solane.

Sesampainya di rumah Solane, Leon memberhentikan mobil tuanya di depan gerbang rumah Solane terlebih dahulu. Dia mengeluarkan kepalanya dan menekan klarkson. Ada seorang pria paruh baya yang tak lain satpam keluarga Solane keluar dari pos penunggu nya.

"Oh Tuan Janson, tunggu sebentar saya buka," kata sang satpam sopan.

Setelah Leon memarkirkan mobilnya, dia menghampiri satpam itu lagi.

"Tuan Hans, apakah ada Tuan besar di dalam?" Tanya Leon.

"Tuan besar sedang pergi, Tuan, tapi ... " Jawab Hans agak cemas.

"Kau kenapa? Solane ada kan?" Tanya Leon memotong perkataan Hans.

"Ada Tuan, tapi ... " Jawab Hans dan lagi lagi Leon memotongnya.

"Baiklah, terimakasih Tuan Hans, aku akan menemuinya," Leon langsung menuju pintu utama setelah melihat ada sebuah mobil sport hitam bertandang di garasi rumah Solane. Leon tidak berpikir banyak, dia langsung mengetuk pintu untuk menemui Solane.

Seorang pelayan perempuan membukakan pintu dan terkejut seperti melihat hantu.

"Nancy, kau kenapa? Kau seperti belum pernah bertemu pria tampan saja," Tanya Leon yang langsung menyeruak masuk. Leon memang sudah terbiasa mondar mandir rumah Solane.

"Tu - Tu - Tuan Janson, Nona ti - ti - tidak ada," kata Nancy terbata bata, seperti ada yang disembunyikan.

"Tuan Hans bilang ada, bagaimana kau bilang tidak ada sedangkan Tuan Hans yang memantau kalian keluar masuk bisa bilang ada, kau ini bercanda, aku akan menemuinya. Ohiya, ice coffee seperti biasa, ting," Leon memberikan kedipan pada Nancy seperti biasa dan menuju ke atas kamar Solane.

Nancy tidak bisa berkata apa apa lagi karna pesona Leon yang berwajah tajam, potongan rambut yang simple namun sangat ramah. Wanita mana yang tidak menyukainya.

Leon menaiki anak tangga dengan semangat namun ketika dia sampai ke lantai dua. Dia mendengar suara seperti desahan, sedikit teriakan dan kata kata vulgar keluar dari orang orang yang sangat familiar. Seketika hatinya berdebar keras, emosinya terpicu dan dia seperti tidak mau melangkah lagi membayangkan apa yang sedang dilakukan dengan Solane dan?

Leon berhenti di depan kamar Solane. Dia meraba pintu kamar Solane dan mendengar apa yang terjadi di dalam.

"Ahhh, Jimmy pelan pelan, kau membuatku sesak, ahh - ahh .."

"Aku akan memuaskanmu Solane, kau tak akan melupakannya,"

"Kau memang bisa membawaku ke surga, Jimmy, aahh - ahhh"

"Ya aku lebih hebat dari Leonmu itu kan? Arrghhh, aku mau sampai, Solane!! Arghh!!"

"Ya terus Jimmy, ahhh - ahhh,"

Brak!! Leon mendobrak pintu kamar Solane setelah Jimmy berhasil mengeluarkan kepuasannya.

"Leon! Sedang apa kau disini?!" Teriak Solane terkejut melihat kedatangan Leon dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Untuk apa selimutmu itu?! Aku dan Jimmy sudah melihat semua kepunyaanmu kan?! Kau tidak semulus tubuhmu Solane!" Decak Leon ketus dan tajam.

Jimmy dengan santai mengambil sepuntung rokok dan menyalakannya.

"Ahh Leon, kau harus tau statusmu dan biarkan Solane yang memilih, ya kau tahu kan siapa yang dia pilih?" Cetus Jimmy dengan angkuh.

"Aku tidak berharap dipilih, selamat menikmati bekasku ya, sampai jumpa!!" Leon menatap Solane sangat tajam sampai Solane tak berkata apa apa lagi. Leon berlalu dengan wajah sangat kesal.

"Kau ini!! Aku masih membutuhkannya!!" Decak Solane mengejar Leon.

"Leon, aku bisa jelaskan sayang," Solane yang hanya mengenakan balutan selimut berhasil menghentikan Leon sebelum ke daun pintu masuk. Leon membalikan kepalanya dan menatap Solane tajam.

Belum sampai Leon berkata, ayah Solane pulang ke rumah dan melihat penampilan anaknya.

"Sedang apa kau Solane?!" Ayahnya mebelalakan matanya.

"Tuan Reynald Tsui, sepertinya aku tidak cocok dengan anakmu, sebaiknya kau cepat nikahkan dia dengan anak Tuan Choi, permainan mereka sangat bagus bergulat di ranjang, aku permisi," hormat Leon dan melewati Tuan Reksa, ayah Solane.

Leon meninggalkan buket bunga untuk Solane di meja utama dan meninggalkan rumah kekasihnya itu untuk selama lamanya. Dia bersumpah dia tidak akan kembali kesana apapun alasannya.

............

Welcome to Legacy with Dion Prime (mantan terindah), Leon 😍😍

Next part 3 yaa 🤗🤗

Ada cerita apa ya?

Btw, ada yang mau gambaran Leon dan Lexa? Wkwk

PART 3

Dua tahun kemudian di kota Legacy.

Pagi itu cuaca sangat cerah, mendukung hiruk pikuk para karyawan yang hendak bekerja. Mereka memasuki sebuah gedung yang tidak begitu tinggi namun mempunyai sisi elegant. Gedung yang hanya memiliki empat lantai dimiliki oleh dua perusahaan. Salah satunya perusahaan iklan, yaitu Jovancy Adv.

Gadis itu berlarian menuju kantornya karna waktu sudah hampir menunjukan pukul sembilan pagi. Dia tidak mau terlambat karna dia merupakan salah satu panutan para karyawan.

"Selamat pagi, Nona Alexa," sapa sang keamanan membuka kan pintu kaca untuknya. Lexa hanya menunduk dan tersenyum. Dia lalu menuju ke lift dan menekan tombol up.

Ting! Akhirnya dia tepat menekan mesin absensi yang menyatakan dirinya datang tepat waktu. Dia lalu menuju ke ruangan atasannya untuk memastikan kedatangan bos nya dan mengecek kegiatan hari ini.

"Nyonya, apa kau di dalam?" Tanya Lexa membuka pintu ruangan bosnya perlahan. Ternyata nyonya nya sudah bertandang di depan meja kerjanya.

"Selamat pagi nyonya, ini kopi anda, apa sudah mengecek email hari ini?" Lexa meletakan kopi yang sebelumnya sudah dia buatkan untuk bos nya.

"Lexa, tolong kau tangani perjanjian pembuatan iklan kali ini. Sepertinya aku mengenal pemilik hotel ini. Perasaanku tidak enak, aku ke toilet sebentar." Perintah atasannya sang CEO Jovancy Adv, Viena Jovanca (mantan terindah).

Lexa langsung mengambil alih laptop yang digunakan atasannya. Dia mengecek email yang masuk dan melihat isinya. Dia paham dan mengerti tabiat atasannya. Dia lalu memeriksa latar belakang klien nya kali ini. Kliennya kali ini adalah perusahaan perhotelan yang sudah sangat terkenal. Dan sepertinya pemilik perusahaan ini mempunyai kenangan bagi bos nya.

"Bagaimana Lex, kau sudah paham apa yang kumaksud? Kau sudah satu setengah tahun menjadi asistenku mana mungkin kau tidak tahu," Viena sudah kembali dan menyandarkan tubuhnya di tembok dengan tangan terlipat.

"Yes madam, i know it!! Aku pergi sekarang atau besok?" Tanya Lexa mengerti.

"Sekarang saja biar cepat selesai, kau tahu kan apa yang harus kau katakan dan kerjakan sebagai asistenku, no! Asisten pribadiku dengan semua hal yang sudah kau ketahui dariku, mengerti?!" jawab Viena dengan tenang lalu duduk di sofa depan meja kerjanya.

Yap, inilah pekerjaan Lexa, asisten pribadi Viena. Baru kali ini Viena menggunakan asisten, karna dia merasa sekertaris saja sudah cukup, namun referensi dari kakaknya ternyata tidak mengecewakan dan sangat memuaskan.

Lexa sangat cakap dan enerjik. Dia juga mengetahui secara detail ilmu management pemasaran. Dan ini merupakan hal yang sangat terkait pada perusahaan periklanan Viena. Lexa juga penurut dan sangat jarang melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, Viena memutuskan untuk menjadikan Lexa asisten pribadinya. Bukan hanya di kantor, Lexa juga selalu membantu Viena di luar pekerjaan dan urusan pribadi Viena, Lexa sudah mengetahuinya. Lexa juga sangat senang bekerja sama dengan Viena karna Viena tidak suka meminta macam macam atau yang membuatnya kesal. Viena malah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Tapi, Lexa tetap harus selalu menghormatinya. Itulah pesan Suster Regina ketika Lexa sudah lulus sarjana dan meminta ijin bekerja di Legacy dengan Viena, adik Egnor sang lawyer.

...........

Lexa memasuki pekarangan gedung Hotel Prime dengan supir dari kantorny. Lexa mengamat amati betapa besar dan tingginya hotel tersebut. Hotel prime ini juga terlihat megah dan kokoh. Dia sampai tidak menyangka kalau dia bisa dapat klien yang mempunyai usaha hebat seperti ini. Biasanya Lexa menghampiri kliennya bersama dua temannya di sebuah cafe atau restoran, namun Tuan Dion, pemilik Hotel Prime yang meminta pihak Jovancy untuk langsung ke kantornya.

Viena hanya menyuruh Lexa hanya datang sendiri agar tidak ada gosip di kantor mereka alih alih Dion mengatakan hal yang macam macam.

Lexa berpikir sepertinya Tuan Dion merasa kalau atasannya yang akan datang karna ada suatu hubungan di antara mereka (yang kepo baca novelku judulnya MANTAN TERINDAH yaa hehe).

"Nona Alexa, kau mau turun disini atau di lobby parkir?" Tanya sang supir menyadarkan Lexa yang masih memperhatikan besarnya Hotel Prime. Sang supir sudah memberhentikan mobilnya di depan lobby pintu utama Hotel.

"Ah iya, disini saja, Bill," jawab Lexa sopan.

"Nanti kau tunggu di cafe hotel ini saja ya, aku yang traktir," suruh Lexa ketika turun dari mobil.

"Siap nona!" Bill mengangkat tangannya ke dahi untuk hormat pada Lexa. Lexa tersenyum dan memasuki lobby utama hotel.

Sebelum dia bertanya pada resepsionis, Lexa lagi lagi memperhatikan betapa mewah dan elegannya hotel prime.

~Pasti biaya untuk menginapnya sangat mahal. aku pastikan, Biayanya melebihi satu bulan aku membayar cicilan apartemenku,~ decak Lexa dalam hati. Dia sering mengunjungi hotel, tapi hotel yang satu ini benar benar berbeda dari hotel yang lain.

Setelah beberapa menit memperhatikan hotel itu, Lexa tersadar akan pekerjaannya. Dia lalu menuju meja resepsionis untuk bertanya dimana ruang kantor utama asisten Tuan Dion Prime. Lexa juga memberitahu kalau mereka sudah membuat janji.

"Nona Lexa, terimakasih sudah menunggu. Silahkan anda ke lantai 8. Keluar lift belok kiri. Silahkan anda menemui Nyonya Renzy, sekertaris Tuan Prime sebelum bertemu asistennya," kata sang resepsionis ramah. Lexa mengucapkan terimakasih dan langsung menuju lift.

"Hem, bertemu asistennya saja harus melalui sekertarisnya dulu, sedangkan aku langsung saja bertemu denganku, haha, apa asistennya perempuan juga ya?" Gumam Lexa merasa lucu dan menuju ke lift.

Dia menekan tombol lift ke atas dan langsung terbuka karna saat itu hari sudah melewati jam makan siang. Biasanya, para karyawan atau pengunjung sudah berhambur untuk makan siang jadi tidak ada yang menggunakan lift.

Ketika Lexa hendak masuk ke lift, seorang pria menabraknya menyeruak masuk ke lift. Mereka berdua masuk ke lift dengan tubuh pria itu berhimpitan pada Lexa yang membuat mereka seperti dua tungkup roti.

Sesaat mereka bertatapan karna mereka merasa ada sesuatu yang membuat mereka terpesona. Bersamaan dengan itu pintu lift ke atas tertutup.

..........

Nah lho ketemu siapa nii Lexa?

Leon lah 😅😂

Next part 4 yes

Monggo like n komennya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!