Di sebuah ruangan CEO masih terjaga seorang pemuda tampan dengan berkas di tangannya. Jam omega speedmaster yang bergaya vintage melekat sempurna di lengan sebelah kanan. Jam itu menunjukan pukul 12:30 malam, tapi ia masih sibuk dengan pekerjaan yang entah kapan kelarnya. Sesekali ia menguap dan memejamkan mata untuk sesat berkas-berkas ini harus segera selesai diperiksa karena 2 hari lagi akan diadakan rapat hasil penjualan dan peluncuran produk baru.
Tok...
Tok...
Suara ketukan pintu dari luar terdengar tanpa ada jawaban dari dalam pintu pun terbuka. Masuklah seorang pria yang sama-sama terlihat lelah dan mengantuk. Dia adalah asisten pribadi tuan Aksa Damian. Bani Evano namanya. Aksa Damian adalah anak dari Ivan Damian pendiri perusahaan fashion yang berlogo brand I&D fashion.
Bani sudah berdiri menghadap Aksa, mati-matian ia menahan kantuk yang ia rasa saat ini. Bayangkan saja ia harus bekerja dari matahari mulai muncul sampai matahari terbenam dan beberapa jam lagi matahari mau terbit lagi. Entah tubuhnya kebagian beberapa jam untuk istirahat hari ini. "Maaf Tuan, tidak sebaiknya di lanjutkan saja besok. Anda harus istirahat." Bani mencoba membujuk bos nya itu berharap dia mau mendengarkan.
Aksa merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku, lantas menutup laptop. "Baiklah, aku juga sudah ngantuk sekali. Tolong panggilkan supir," perintah Aksa dengan suara yang lirih.
"Baik tuan," jawab Bani sopan.
Setelah itu Bani langsung keluar dan menghubungi supir pribadi Aksa Damian untuk menjemputnya. Sedangkan dirinya memutuskan untuk menginap saja di kantor karena sudah sangat lelah dan tidak sanggup untuk berkendara. Dirinya tidak ingin mati konyol, sia-sia saja apa yang ia cari selama ini.
Tidak berapa lama supir Aksa Damian sampai di lobby depan, karena memang supir pribadi Aksa sedang tidur di mess kantor untuk menunggu Bosnya bekerja.
Saat apa yang dipinta Bosnya itu ada, Bani pun masuk kembali ke dalam ruang kerja Aksa. "Maaf Tuan mengganggu supir Anda sudah menunggu di depan lobby," ucapannya memberi tahu.
Aksa membuka matanya saat ia hampir terlelap di kursi Kerajaan yang ia duduki. "Hmm, baiklah. Saya pulang duluan, Bani," kata Aksa sambil ia beranjak dari duduknya dan mengayunkan langkah kaki panjangnya menuju lobby.
Bani membungkuk takzim saat Aksa berjalan melewatinya sambil berkata, "Baik tuan, hati-hati di jalan."
Setelah ruang kerja Aksa kosong, Bani dengan sigap merapihkan berkas-berkas yang tercecer di atas meja. Setelah semua tampak rapih di matanya ia memutuskan kembali ke ruangannya untuk beristirahat di sofa panjang kesayangan.
...****************...
Akhirnya mobil yang di tumpangi Aksa sampai juga di depan night sky apartemen. Aksa memutuskan pulang ke apartemen miliknya karena lebih dekat dengan kantor. Aksa pun masuk kedalam apartemen yang berada di lantai paling atas gedung itu. Aksa langsung tidur di kasur tanpa berganti baju atau membersihkan diri terlebih dahulu.
Menjelang pagi suara ponsel Aksa berdering, ia mengangkat dengan mata masih terpejam.
Dengan suara yang lirih dan serak khas orang baru bangun tidur Aksa menjawab, "Halo ini siapa?"
"Maaf tuan muda, ini Bibi. Tuan besar masuk rumah sakit sekarang lagi ditangani oleh Dokter," jawab bibi Asih di seberang sana mengabarkan.
Aksa langsung membuka mata yang masih mengantuk karena ia hanya tidur 3 jam saja.
Saat mendengar itu rasa kantuknya sirna, Aksa membuka matanya dengan lebar. Raut wajahnya berubah menjadi panik. "Apa papah nggak pa-pa, Bi?"
"Maaf tuan muda, Bibi belum tau, tuan besar masih di periksa Dokter."
Aksa memijat pelipisnya, kepalanya pusing bukan main. Akhir-akhir ini jam tidurnya tidak beraturan. "Ya sudah Bi, Aksa akan kesana."
Ketika telpon di tutup, ia bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit dengan mengendarai mobil sport seorang diri. Sesampainya Aksa di sana, dirinya mengayunkan langkah kaki menelusuri lorong yang sepi dan terasa panjang. Bukan sekali dua kali, kakinya berpijak di rumah sakit ini, hingga sudah hapal betul dimana letak ruang Papanya di rawat.
Raut wajah Aksa menggambarkan kecemasan dan ketakutan akan keadaan sang papa ketika ia masuk ke dalam ruangan yang serba putih itu. Bunyi alat penunjang kehidupan langsung terdengar. Dadanya langsung terasa sakit ketika melihat tubuh renta sang papa terkulai lemas tak berdaya di atas bangkar dengan jarum infus yang menancap di pergelangan lengannya. Laki-laki itu melirik Bibi Asih yang tertidur pulas di atas sofa yang terdapat di raung rawat.
Aksa menarik napas panjang berusaha mengurai kesesakan di dada sebelum akhirnya ia melangkah masuk lebih dalam lagi menghampiri sang papa.
Saat merasakan kehadiran seseorang yang masuk Bibi Asih langsung beranjak dari tidurnya. "Tuan muda, sudah datang?" sapa Bibi Asih saat tau siapa yang datang. Bibi Asih pun langsung berdiri dan menghampiri.
Aksa menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman saat Bibi Asih berdiri di hadapannya. "Udah Bibi istirahat lagi, pasti Bibi ngantuk. Aksa mau ke ruangan Dokter dulu."
Ketika selesai mengatakan itu Aksa melangkah keluar menuju ruangan Dokter berada. Dokter Chairil namanya yang sudah biasa menangani sang Papa. Dokter yang sudah satu tahun merawat Papa apabila penyakitnya kambuh karena faktor usia yang sudah lanjut.
Ketika langkah kakinya sampai di depan ruang Dokter Chairul ia pun mengetuk pintu dengan bingkai kayu berwarna putih. Saat ketukannya mendapat respon dari dalam dirinya langsung masuk ke ruang tersebut. Memang Dokter Chairil sedang menunggunya untuk menjelaskan tentang keadaan Papa Ivan.
Entah sudah berapa lama dirinya berbincang mengenai kondisi Papa Ivan sampai akhirnya dia keluar, kembali ke kamar rawat inap Papa dan memutuskan untuk melanjutkan tidur di sana sambil menunggu Papa siuman.
Di sebuah ruangan yang bercat putih dengan banyaknya peralatan penunjang kehidupan Ivan Damian berbaring, entah sudah berapa kali ia harus tidur di ranjang itu karena penyakit komplikasi yang diderita.
Ivan Damian menatap anak sulungnya yang duduk di sebelah ranjangnya.
"Aksa, Papa ingin kamu segera menikah dengan anak sahabat Papa. Papa takut umur Papa tidak panjang lagi, setidaknya Papa bisa melihat satu anak Papa menikah," dengan suara lirih Papa Ivan Damian berbicara.
Aksa hanya diam tidak bisa membalas ucapan yang dilontarkan sang Papa. Ia bingung harus menjawab apa. Ia saja tidak mengenali siapa anak sahabat papa nya itu. Apa lagi suka.
"Anggap saja ini permintaan terakhir Papa, selama ini Papa tidak pernah menuntut apa-apa dari mu. Papa hanya ingin melihat satu anak Papa menikah," ucap papa Ivan lagi karena Aksa tidak merespon.
"Pa…, jangan berbicara seperti itu Papa akan sehat, Papa akan melihat Aksa menikah dan mempunyai banyak anak, Papa akan menjadi seorang kakek nantinya," jawab Aksa dengan menahan kesedihan yang ia rasakan saat ini.
Sedih saat orang yang kita sayangi, berbicara tentang permintaan yang terakhir kalinya. Itulah yang Aksa rasakan saat ini. Jika waktunya telah tiba.
Apakah ia siapa melewati nya?
Apakah ia tega untuk menolak permintaan sang Papa?
Apakah ia tidak akan menyesal jika menolak perjodohan ini, jika sang Papa sudah pergi?
itulah yang ada di isi kepala Aksa saat ini. Ia merasa dilema akan itu semua.
"Papa tau Aksa, umur Papa tidak akan lama lagi karena penyakit yang Papa derita ini." Makin galau aja Aksa saat Papa berbicara seperti itu.
sungguh pilihan yang sulit.
"Sudah Pa..., jangan dibahas lagi Papa harus banyak istirahat biar cepat sembuh Aksa pamit pulang dulu ya, nanti biar Bibi yang menggantikan menemani Papa."
Aksa memutuskan untuk pulang dari pada harus mendengarkan Papa yang terus memintanya untuk menikah dengan anak sahabatnya itu.
"Papa harap, kamu mau menerima tawaran Papa Aksa," ucap Papa Ivan dengan memasang wajah memohon agar anaknya mau dengan permintaannya.
"Ia, Pa. Nanti Aksa akan pikirkan," jawab Aksa yang tidak punya pilihan lain karena sang Papa sudah terlihat seperti memohon padanya.
Aksa pun beranjak dari kursi yang ia duduki dan mencium kening sang Papa.
"Bi, tolong jaga Papa ya. Bi!" pinta Aksa pada Bibi Asih yang selalu setia mengabdi kepada keluarga Damian.
"Ia tuan muda, tanpa tuan minta Bibi akan merawat dan menjaga tuan besar," jawab Bi Asih dengan penuh kelembutan.
Aksa Damian berlalu pergi meninggalkan ruangan tempat sang papa dirawat menuju parkiran mobil rumah sakit.
Aksa bingung harus menolak atau tidak. Menikah tanpa dasar cinta akan seperti apa jadi nya nanti rumah tangga mereka. Tetapi ia tidak ingin mengecewakan sang Papa, ia ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua yang sudah membesarkan nya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Apa lagi papa Ivan tidak pernah menuntut apa-apa darinya selama ini. Ini yang membuat Aksa berat untuk menolak perjodohan ini. Apa lagi papa Ivan berharap banyak pada dirinya, yang akan mewujudkan keinginan yang terakhir kalinya agar bisa melihat satu anaknya menikah, sebelum waktunya habis di dunia ini.
Aksa melajukan kendaraannya keluar dari tempat parkir rumah sakit. Mobil sport Aston Martin Vanquish melaju di keramaian jalan pagi ini. setibanya di persimpangan jalan ternyata lampu merah menyala. Aksa menghentikan laju kendaraannya hal yang tak Terduga terjadi.
Brukkk...
Aksa memejamkan matanya. Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Aksa mengatur emosinya agar tidak meledak-ledak. Aksa benar-benar kesal mobil kesayangannya di tabrak dari belakang.
Baru juga mobil ini turun kejalan raya masa sudah lecet saja. Dengan segera Aksa turun dari mobil untuk melihat kondisi mobilnya itu. Dengan mata yang melotot Aksa tidak percaya mobil kesayangan yang ia bawa dengan sangat hati-hati akan rusak oleh orang lain.
Dengan segera Aksa turun dari mobil untuk melihat kondisi mobilnya itu. Dengan mata yang melotot Aksa tidak percaya mobil kesayangan yang ia bawa dengan sangat hati-hati akan rusak oleh orang lain.
"Oh lihat lah! apa yang sudah kamu lakukan dengan mobil ku?!" ucap Aksa dengan nada marah dan menunjuk penyok yang terdapat di bagian belakang mobil Aksa.
"Maaf pak saya tidak sengaja, " ujar seorang wanita yang menunduk takut
"Pak … pak. Sejak kapan saya nikah sama ibu kamu? Saya tidak terima maaf kamu, apa dengan kata maaf, mobil saya bisa kembali seperti semula?!" jawab Aksa dengan nada tinggi dan menaruh tangannya di pinggang.
"Terus saya harus bagaimana?" tanya wanita itu yang mendadak otaknya kosong. Ia langsung merutuki kebodohannya saat itu juga.
"Ya ganti rugi lah! Segala pake tanya harus bagaimana?" jawab Aksa semakin kesal.
Suara klakson dari belakang terus berbunyi. dengan kesal Aksa masuk kedalam mobil untuk menepikan mobilnya, sebelum masuk kedalam mobil Aksa mengambil kunci motor milik wanita itu, Setelah di pinggir jalan.
"Se ... sekali lagi saya minta maaf, tapi beneran saya tidak sengaja, tapi berapa yang harus saya bayar untuk memperbaiki mobilnya?" tanya wanita itu agak gugup dan menundukkan wajahnya takut karena tatapan Aksa yang menurutnya menyeramkan.
"Karena mobil saya mobil sport, perbaikan nya juga harus khusus saya minta 10 juta, itu saya sudah kurangi dari total perbaikan semuanya," ujar Aksa dengan nada sombong.
"Maaf pak, gak bisa dikurangi lagi?" ucap wanita itu, karena uang dari mana ia akan mengganti rugi perbaikan mobil yang mahal itu.
"Sudah saya bilang jangan panggil saya bapak. kamu bukan anak saya apalagi bapak kamu, itu sudah saya kurangi dari total biaya perbaikan mobil saya. Sudah saya tidak mau berdebat lagi, saya lelah." ucap Aksa yang memang terlihat lelah dan mengantuk.
"Tapi saya mana ada uang segitu." jawab wanita itu dengan lirih sambil melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya.
"Itu urusan kamu saya tidak mau tau. Ini kartu nama saya dan saya minta KTP kamu sebagai jaminan," ucap Aksa yang mengeluarkan kartu nama dari dalam dompet.
Dengan menghela nafas wanita itu mengambil kartu nama Aksa dan ia mengeluarkan dompet yang ada di dalam tas dan memberi KTP kepada Aksa. Setelah Aksa menerima KTP dari wanita itu Aksa berlalu pergi.
"Hari ini apes banget hidup gue. Masalah apa lagi ya Tuhan? Satu masalah dalam hidup gue aja belum kelar, ini udah ditambah lagi. Engkau sungguh kelewat baik," gumam wanita itu Setelah mobil Aksa menghilang.
Dengan perasaan kesal bercampur pusing wanita itu melajukan kendaraannya menuju tempat kerja yang sudah di pastikan terlambat.
Wanita itu bekerja di restoran makanan cepat saji sebagai pelayan kasir, ia mulai bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 7 malam. Nama restoran nya K&K chicken yang berada di pusat kota.
Saat ia baru sampai di tempat kerja. Ia sudah di suruh untuk menghadap Pak Riyan. Dan disini lah ia berada di sebuah ruangan kantor pak Riyan yang sederhana ini. Ia menunduk takut akan kesalahan yang ia buat.
"Kamu masih niat kerja tidak di sini! ini sudah jam berapa Allea Putri? Kalau kamu sudah tidak niat bekerja lagi kamu bisa mengundurkan diri," ucap atasan Allea dengan tegas seperti pada umumnya seorang atasan menegur bawahnya.
"Maaf pak, tadi saya di jalan terkena musibah jadi saya terlambat datang," jawab Allea lirih.
"Ya sudah, kali ini saya kasih kamu peringatan saja, karena ini pertama kali kamu membuat salah, tetapi bila kamu mengulangi lagi saya kasih kamu surat SP1, ya sudah kembali bekerja " ucap Pak Riyan tegas memberi peringatan.
"Baik pak, terima kasih," Allea berpamitan sambil membungkuk hormat dan berlalu keluar dari ruangan pak Riyan.
Sesampai Allea di depan meja kasir, Aran menghampiri.
"Lo dari mana aja Al? pak Riyan dari tadi udah marah-marah" ujar Aran Sea sahabat Allea dari SMK.
"Gue abis nabrak mobil orang." jawab Allea dengan wajah datar. Ia mencoba untuk tidak memikirkannya saat ini, ia takut akan mengangu pekerjaan nya.
"Ko bisa!! gimana ceritanya?" tanya Aran heboh karena penasaran.
"Ceritanya panjang nanti aja gue cerita, yang ada gue kena marah lagi," jawab Allea sambil melayani pembeli.
"Oke … tapi janji ya lo cerita sama gue," kata Aran yang berlalu pergi.
"Ia … "balas Allea singkat dan melanjutkan pekerjaan nya.
Hari ini Allea benar-benar sangat sibuk di tempat kerjanya, banyak pembeli yang berdatangan untuk menikmati makanan cepat saji yang nikmat dan praktis ini.
Allea Putri adalah seorang wanita yang tangguh. ia mengorbankan masa mudanya untuk bekerja dan bekerja karena semua itu semata-mata untuk orang yang ia sayangi. Rasa lelah, bosan dan ngantuk ia abaikan agar kehidupan ia bisa tercukupi. Karena ia harus menjadi tulang punggung keluarganya sejak sang ayah telah lebih dulu berpulang. Sejak saat itu. Siap tidak siap, mau tidak mau, Allea harus melaluinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!