NovelToon NovelToon

My Different Wife

Kematian Venus

Venus berjalan menuju perusahaan sang suami tercinta. Wanita manja itu berlari seperti anak kecil menjumpai suaminya.

CEO

Papan berbentuk persegi panjang yang bertuliskan CEO itu jelas terpampang melekat pada pintu kayu jati terpilih dan mahal. Seketika membuat senyuman merekah pada bibir Venus.

Itu ruangan suami tercintanya.

Venus menghirup udara dalam-dalam masuk ke rongga dadanya kemudian tersenyum bahagia.

Begitu sulit dia mendapatkan Steve yang sangat membencinya itu. Namun dengan kekuasaan orang tuanya dan juga karena orang tua Steve sangat menyayanginya Venus dapat menikah dengan Steve. Suatu pemaksaan mungkin? Tapi ya, itulah yang Venus lakukan demi mendapatkan Steve seutuhnya.

Venus terus memaksa keadaan untuk menikahi Steve. Dan ya, itu pun terjadi. Mereka menikah dengan merugikan salah satu pihak, yaitu Steve sendiri.

Moto hidup Venus:

"TAK PERDULI JIKA LELAKI ITU MENOLAK CINTANYA!! DIA HARUS MENDAPATKAN APA YANG DIA MAU!!"

Tak dapat membedakan mana Obsesi dan mana Cinta, Venus menjadikan dua kalimat berbeda itu menjadi satu.

Pintu ruangan sang suami pun segera di bukanya tanpa di ketuk,

Deg!

Venus melihat suaminya tengah berciuman panas dengan seorang wanita lain.

Lisa,

Wanita cantik dan dewasa ini telah memikat hati Steve sejak dia menginjak bangku kuliah. Sangat bertolak belakang dengan Venus yang selalu membuatnya muak dan ilfil, Lisa jauh lebih menarik dibandingkan Venus dari mata Steve.

Bukan karena Venus adalah wanita jelek. Hanya saja Venus terlalu manja, tidak pernah sekalipun membuat Steve terkesan dan bahkan malah menjurus menyusahkannya saja.

Venus tak dapat melakukan apa apa tanpa bantuan siapapun, Venus bukan wanita mandiri dan sungguh menjadi bebannya saja sejak dia dulu.

Venus telah mengenal Steve sejak dia usia 5 tahun dan Steve berusia 12 tahun.

Venus kecil sudah sangat dekat dengan Steve dan juga menyukai lelaki itu sejak kecil. Dan selalu mendamba dambakan dia dan Steve akan menjadi pangeran dan putri. Terlalu konyol di pikiran Steve yang lebih dewasa di bandingkan Venus.

Well. Walaupun begitu dia terpaksa tetap menjaga Venus karena itu merupakan kewajibannya terhadap keluarganya yang pernah berutang budi pada keluarga Venus dulu.

Setelah beranjak dewasa dan Steve telah mengerti tentang apa itu rasa menyukai seorang wanita, Steve selalu tak mendapatkan kebebasan. Terutama saat dia menyukai seseorang wanita yaitu Lisa untuk pertama kalinya.

Venus suka mencari cara untuk merusak hubungan mereka dan sampailah di saat yang paling gila yang pernah ada di hidup Steve yaitu Venus memaksa untuk menikah dengannya melalui perantara orang tua Steve yang notabenenya lebih menyayangi Venus.

Karena orang tua Steve tak dapat menolak dan juga sebenarnya merasa senang, akhirnya mereka menikah dengan paksaan.

Venus tau Steve membencinya dan menyukai Lisa, namun tetap saja, Venus lah yang merupakan istri sah Steve sekarang. Tidak ada yang boleh menyentuh suaminya selain dia.

Dan saat melihat kejadian yang ada di hadapannya ini, Venus amat murka.

Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. "STEVEEEE!!!" Jerit Venus kesetanan.

Venus berjalan cepat menuju meja mereka dan membanting tasnya di atas meja Steve, " YANG ISTRI STEVE ITU VENUS! BUKAN CEWE KURANG AJAR INI!"

Steve tak perduli. Dan kembali mengeratkan pelukannya pada pinggang Lisa yang duduk di atas pahanya sedari tadi.

Lisa sedikit gelagapan. Dia juga merasa bersalah dengan keadaan ini. Namun dia juga menyukai Steve.

Venus masih dengan emosi mencampakkan segala yang ada di meja melihat Steve tak memperdulikannya.

Bagaimana tidak?

Sejak pertama kali berjumpa sampai menikah dengan Steve, Steve tak pernah melakukan hal yang semanis dan seromantis itu terhadap Venus.

Venus sungguh tak terima.

"STEVE!" Venus kembali membentaknya.

Tentu Steve masih tak perduli. Namun melihat kekasihnya merasa sangat enggan untuk bermesraan dengannya, Steve memutuskan untuk melepaskan pelukannya dan menyuruh Lisa kembali ke ruangan kerjanya.

Wanita itu berlalu meninggalkan Venus dan Steve sendiri.

"Venus kan ada Steve... Venus bahkan bisa lebih memuaskan Steve! Venus udah muhrimnya Steve!!" Ucap Venus membuat lelaki itu semakin memandang rendah Venus.

Steve menatap datar Venus dan memalingkan wajahnya jijik.

Venus sangat mencintai Steve bahkan membuatjya terlihat sangat rendah dan murahan. Sudah tercatat berapa kali dia memberikan dirinya bahkan sebelum menikah dengan Steve, namun Stave menolaknya mentah-mentah karena sungguh tak tau malu menurutnya!

Sungguh di bodohi oleh cinta.

Kalau kalian pikir Venus itu wanita murahan karena tampak seperti gamblang memberikan dirinya, tentu tidak! Hanya satu lelaki saja yang dia cintai. Hanya Steve seorang. Tidak ada yang lain.

Oleh sebab itu dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Steve. Menikah bersama Steve atau Venus Riska akan bisa hidup dengan tenang.

"Venus istri Steve!" Tekan Venus sekali lagi. "Jangan main main dengan Venus, Stave. Jika tidak Steve akan tau akibatnya! Venus akan melaporkan pada orang tua Steve!" Ancam Venus.

Steve sangat geram. Dia memalingkan wajahnya membuat Venus merasa menang. Steve takkan bisa menolaknya dengan ancaman pelaporan itu.

***

"Steve!! Anterin Venus ke malllll.... Cepetan!!..." Rengek Venus dengan manja membuat telinga Steve sangat panas di pagi hari.

Karena wanita sialan ini dia selalu merasa tertekan.

Manja,

Rewel,

Tak dapat di andalkan,

Bodoh,

Suka menyuruh,

Dan banyak hal buruk lagi yang dimiliki Venus yang membuat dia semakin jengah.

Sudah sedari kecil dia bersama wanita ini karena tuntutan orang tuanya, bahkan menikah dengan terpaksa seperti ini sungguh membuatnya ingin mati saja.

Sungguh sial hidupnya.

Dia bahkan hampir gila dan hilang akal.

"Steveeeeeee.... Cepetan!!!!!!" Rengek wanita ini.

"Cukup! Aku sudah muak denganmu! Kau tau aku tak pernah mencintaimu bukan? Kenapa kau masih memaksakan kehendak?! Dasar murahan! Tak tau malu!" Bentak Steve tak kuasa menahan emosi.

Venus terdiam. Kali pertama dia di bentak Steve. Biasanya lelaki ini lebih menggunakan kata kata hinaan tanpa membentaknya. Namun kali ini kalimat yang keluar dari bibirnya sangat menyakitkan terutama suara Steve yang menggelegar membuat Venus sungguh takut.

Namun Venus tetaplah Venus. Dia selalu berjuang walau dia sangat cengeng.

"Jangan bentak Venus." Ucap wanita ini dengan cengengnya ingin menangis karena tak bisa di bentak.

"Bodoh! Kalau tak tahan kita bercerai saja! Aku sangat jijik pada wanita murahan seperti mu. Aku bahkan tak mau menyentuhmu karena najis! Enyahlah dari hadapan ku J*l*ng!"

Kalimat sangat kasar pun keluar dari mulut Steve. Sungguh kalimat itu suatu penghinaan yang besar terhadap Venus.

J*l*ng?

Dia bukan wanita rendahan itu!

Venus tersentak dan menatap Steve tak percaya, "Venus bukan ******, Venus istri Steve!" Venus menangis setelah mengatakan itu.

"Kau tak terima huh? Kalau begitu sadarlah! Kita bukan suatu yang dapat di persatukan! Tak ada yang bisa menyatukan kita!

Kau bukan istriku dan aku bukan suamimu! Sadarlah bodoh!"

Deg!

Sakit. Sungguh sakit ucapan Steve.

Namun Venus adalah wanita gila. Dia masih saja mencintai Steve walaupun kalimat lelaki itu sangat menyayat hatinya dan menikam jantungnya. Dia masih mencintai Steve.

Dengan kehabisan akal Venus hanya memiliki sari cara. Venus memikirkan satu cara yang pasti akan membuat lelaki itu kembali patuh padanya seperti anjing pada majikannya.

"Venus akan bilang ke mama dan papa Steve kalau Steve jahatin Venus! Cepat minta maaf!" Ancam Venus dengan angkuhnya sambil menangis.

Lagi dan lagi. Ancaman yang sama. Melaporkannya.

Wanita ini sungguh keterlaluan.

Apa kurang cukup lebih dari 10 tahun terus mengancam dan menghancurkan kehidupannya? Apakah wanita ini tak akan pernah jera untuk menindasnya?

Orang tuanya yang selalu menyayangi Venus lebih darinya dan bahkan tega memukul dirinya jika meninggalkan Venus sewaktu kecil, apakah kekangan itu kurang di mata wanita sialan ini?

Steve terdiam dengan geram. Tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras. Wanita ini selalu menggunakan kelemahannya, yaitu orang tuannya sendiri.

Tentu sangat tersisa batinnya.

Namun kini cukup. Dia sungguh tak tahan.

Dengan cepat Steve menarik tangan Venus,

"AW sakit... Steve lepaskan!" Ringis Venus.

Steve tak menjawab. Apapun yang di lakukannya ini atas dasar kebencian yang memuncak sedari dulu dia tahan. Hidupnya akan lebih baik tanpa Venus. Sekalipun dia akan di hukum atas perbuatannya itu akan lebih baik.

Sudah puluhan tahun dia merasakan hal yang sangat sakit akibat perbuatan Venus yang selalu terobsesi padanya.

Muak!

Hanya karena keluarga wanita ini pernah berjasa menyelamatkan nyawa sang Ayah dan Ibu imbasnya adalah pada Steve. Apakah ini suatu keadilan?!

Sial!

Dia takkan bisa meraih suatu kehidupan jika Venus masih ada di dunia.

Brukk

Steve mendorong tubuh Venus di atas ranjang membuat wanita itu kesakitan.

"Steve!!!! Sakit!!!"

Steve melepaskan dasinya dan mengikat tangan wanita itu ke atas. Setelahnya Steve segera mengambil racun tikus dan alkohol.

Segera menindih wanita malang itu dan menekan pipi Venus dengan satu tangan hingga terpaksa membuka.

Venus menangis sejadi jadinya. "Hentikan!!!"

Venus mendapatkan kekerasan fisik seperti ini. Biasanya hanya kata kata pedas saja yang dia terima dari lelaki yang paling di cintai nya ini, namun kali ini berbeda. Lelaki ini bertindak kasar.

Steve memasukkan racun itu langsung ke dalam mulut Venus dan kemudian memberikan alkohol secara bersamaan. Memaksa wanita itu minum segalanya dan seketika kejang.

Steve tersenyum miring, "Kau tau. Hari apa yang paling membahagiakan dalam hidupku huh?"

Stave tersenyum bahagia di hadapan Venus yang telah sekarat, "Hari ini... Hari kematian istriku yang paling menjijikan yang pernah ada."

Venus merasakan sesak dalam dada dengan deru jantung yang berpacu kencang akibat reaksi dosis tinggi itu. Venus keracunan.

Badan Venus mengigil dan bergetar hebat menahan reaksi dari racun dan obat mematikan ini. Pandangannya menjadi gelap

Pandangan terakhirnya adalah Steve yang tersenyum devil.

Untuk pertama kali dan terakhirnya Venus membenci Steve dalam hidupnya.

1 February 2022: Venus Airlangga Samudra

Kegelapan menyelimuti pandangan Venus, bagaikan tertusuk ribuan jarum dan tertikam tombak Venus merasakan sekujur tubuhnya sakit luar biasa. Racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah membuat dia kejang tak dapat melawan.

Sangat tersiksa tubuh Venus kini.

Pikiran sudah berantakan, seperti tak ada masa depan lagi untuknya untuk bertahan.

Apakah ini waktu kematiannya?

Apakah ini saatnya untuk membenci Steve?

Venus menangis dan merintih dalam batin. Tak dapat membayangkan betapa kejamnya lelaki yang di cintai nya dengan sepenuh hati.

Wanita malang nan egois ini telah mencapai titik beku dalam ujung kehidupannya. Dewa kematian akan segera menjemputnya.

Sungguh panjang nan tragis jalan percintaan Venus terhadap Steve.

Tak dapat Venus pungkiri dan barulah dia dapat sadar akan satu hal.

"S-steve... rhk... A-aku memben-ci... Mu... Erkhh.." Ucap Venus untuk terakhir kalinya sebelum nafasnya terputus dan jantungnya berhenti berdetak.

Sikap bodohnya membawakan musibah bagi dirinya sendiri. Namun semua telah terjadi, tak ada yang dapat di lakukan.

"1 February 2022, Venus Airlangga Samudra telah menghembuskan nafas terakhirnya"

***

"Ohok ohokk huh huh." Venus menarik nafas tercengap cengap dari atas ranjangnya. Terbangun dan kembali menutup matanya dari tidurnya yang sebelumnya sangat menyiksa.

Tubuhnya bergetar tak karuan dan batinnya terasa sangat tersiksa hingga membuat dia tak sanggup membuka matanya lagi bahkan hanya untuk sekedar melihat keadaan saja.

Sungguh sangat mengerikan apa yang terjadi padanya itu. Suatu hal yang sangat tak pernah terbayangkan olehnya bahkan sekecil apapun.

Steve,

Steve,

Pelaku atas penyiksaan terhadap dirinya itu.

Venus mengatur nafasnya dan mencoba membuka matanya perlahan.

Steve telah meracuninya dan membunuhnya bukan?

Itu yang terjadi bukan?

Namun mana Steve sekarang? Dia tidak ada...

Apa tadi cuma mimpi?

Kenapa sangat nyata?

Dia bahkan merasakan kesakitan bercampur sesak di dadanya. Sungguh menyakitkan hingga dia tak dapat  bergerak dan berbicara untuk saat ini.

Venus bahkan sangat mengingat bagaimana Steve tersenyum saat Venus merasakan kesakitan itu. Seperti layaknya iblis yang tersenyum puas melihat seseorang jatuh dalam perangkapnya. Sungguh sangat nyata!

Venus mengusap wajahnya dengan tangan yang bergetar dimana mengalir pula peluh yang keluar dengan banyak dari pori pori kulitnya.

"Apa yang terjadi?" Venus menarik nafas sebelum dia kembali memegang lehernya dan pipinya bergantian.

Venus menghirup udara dengan memburu untuk memenuhi paru parunya yang seakan akan kosong tanpa oksigen. Tangannya masih bergetar dan ketakutan.

Ingatannya mengenai Steve sungguh sangat menakutkan. Lelaki itu sangat menyeramkan di detik detik dia kehilangan kesadarannya tadi.

Drettt

Ponsel Venus bergetar dan terdengar suara ringtone telfon di sana.

Venus mengangkat teleponnya, "Ha-Halo?" Ucap Venus dengan bibir yang kaku dan kelu.

"Ven, aku titip absen ya. Soalnya ada acara keluarga." Ucap Dini teman sekampus Venus.

Venus yang masih dengan pikiran bercabang memijati kepalanya, tak fokus dengan kalimat Dini barusan karena rasa ketakutan yang belum hilang.

"Ven? Kau baik baik aja?" Tanya Dini yang tiba tiba jadi kuartir pada Venus karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari temannya itu.

Venus membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Dini, "Ha iya kenapa?"

"Ven, kau baru bangun tidur ya? Aduh... Sorry sorry bangunin jam segini. Soalnya aku lupa bilang kemarin." Dini jadi merasa bersalah karena membangunkan Venus di pagi buta.

"Iya ngak apa." Ucap Venus sambil mengangguk.

"Hehe sorry ya. Karena seingat aku kau itu insomnia Ven, dan sering bangun jam segini. Jadi aku pikir telpon pagi pagi gini ngak mengganggumu. Ternyata malah ganggu." Dini mengingat kebiasaan temannya itu.

Venus mengangguk, "Iya ngak apa. Santai aja."

"Ya udah aku kasih tau lagi ya, jadi gini aku gak bisa datang ke kampus hari ini karena ada acara keluarga. Titip absen ya say..." Jelas Dini mengulang kalimatnya tadi.

"Hm. Biasanya juga kau kan langsung cabut gitu aja Din. Kenapa malah izin segala samaku."

Dini terkekeh, "Hehe, emang sih. Tapi kan ini beda Ven. Ini sama pak Hartanto. Kau tau lah pak Hartanto, nanti kalau absen sampai lebih dari 2 kali mati aku ngak bisa ikut ujian sama dia." Dini terkekeh mengingat kekesalannya pada pak Hartanto yang menyebalkan itu.

Venus mengangguk kemudian tersadar karena baru ngeloading. "Eh. Wait. Bukannya bapak itu ngak ngajar kita lagi ya? Kan dia ngajar kita tahun lalu. Gimana sih."

"Pff..." Mendengar pernyataan Venus membuat Dini menahan tawanya, "Apaan. Kesambet apa kamu sayang... Baru juga 2 bulan ngampus. Gimana ceritanya kita udah di ajar setahun sama tu bapack nyebelin." Dini terkekeh.

"Hah? 2 bulan? Kita udah setahun ngampus bambang." Venus mengatakan yang sebenarnya. Memang benar dia sudah berkuliah setahun di sana. Bagaimana mungkin Dini bilang mereka baru berkuliah 2 bulan.

"Oke oke, aku harap maklum aja ya Ven. Soalnya ini masih pagi juga dan kau sepertinya masih sangat ngantuk banget. Jadi mending kau lanjutkan tidurmu saja. Intinya ingat baja aku titip absen hari ini ya say."

"Lah? Gimana sih? Aku sadar total Dini... Kita kan kuliah tahun 2021 dan sekarang tahun 2022, gimana sih." Venus masih kesal. Dia sama sekali tak salah.

Dini menggeleng prihatin, "Ckckck. Kayaknya kau beneran harus tidur dulu deh say. Ngantuk bener kayaknya otakmu,"

"Ini masih tahun berapa oneng, tahun 2021. Gini nih kalau pingin cepet cepet tamat." Sambil Dini mengingatkan. "Kalau kau ada di sebelahku udah aku toyor tuh palamu biar ingat." Sambung Dini kesal

Venus semakin bingung.

Dia yang bego apa gimana sih?

Venus tak mungkin lupa jika dia sudah berkuliah selama satu tahun. Walaupun memang dia sering nitip absen juga sama seperti sohibnya ini, tapi setidaknya dia tau dia sudah berapa lama berkuliah.

"Udah deh Ven, kau tidur aja dulu. Kayaknya kebanyakan bergadang kau jadi sakit deh. Tenangi pikiran deh dulu. Dan kalau pun kau ngak bisa ke kampus juga aku bakalan minta titipin absen sama orang lain aja."

Venus menyerngitkan dahinya. Apaan lagi sih ini.

"Oke ya say. I want to sleeping lagi. Ngantuk. Byee. Lop yu."

Tut Tut Tut...

Telpon di matikan secara sepihak.

Membuat Venus semakin bertambah bingung dengan apa yang terjadi. "Ini apaan sih?!"

Venus bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar. Membuka pintu perlahan dan melihat sekitar.

Sungguh ini rumah orang tuanya.

"Apa yang.."

"Venus?" Panggil seseorang membuat Venus menoleh ke arah sumber suara dan menghentikan kalimatnya.

"Mama?" Venus keheranan.

"Ma. Apa yang terjadi? Kenapa Venus ada di rumah kalian? Seharusnya kan Venus tinggal bersama Steve?"

Mama Venus melihat putrinya bingung kemudian tertawa, "Apa yang kamu katakan sayang... Kamu udah ngak sabar banget ya sama pernikahan kamu dan Steve?" Rita mengelus rambut putri tunggal kesayangannya ini.

"Huh? Gimana ma?" Venus sungguh bingung apa yang terjadi.

"Tenang aja sayang. Pernikahan kamu  juga sedang di atur. Mama usahain secepatnya kalian akan menikah."

Deg!

Venus menggeleng tak percaya sambil menutup mulutnya.

Pikiran Venus kembali berputar, dan kakinya mulai lunglai.

Jangan bilang yang terjadi sebelum dia bangun dari tidur adalah kenyataan. Jangan bilang kalau Steve sungguh membunuhnya karena tak kuasa menahan amarahnya yang terpendam. Dan jangan bilang dia akan mengalami hal yang sama setelah ini seperti Dejavu!

"TIDAKK!!" Venus menjerit histeris.

Dia tak dapat membayangkan apa yang terjadi padanya kemudian.

Steve. Dia.. sungguh menakutkan!

Rita terkejut dan panik melihat putrinya yang histeris. Seketika Rita langsung memeluk Venus, "Kamu kenapa sayang? Katakan pada Mama apa yang terjadi?"

Venus menggeleng sambil menangis. "Venus takut ma... Venus takut..."

Rita mengelus punggung anaknya menenangkan Venus sebisanya. Padahal tadi malam Venus masih tertawa dan tampak gembira, kenapa sekarang malah seperti ketakutan?

Rita beranggapan Venus pastilah bermimpi buruk. "Venus, ayo kembali ke tempat tidur. Mama akan menemanimu sayang."

Venus mengangguk walaupun dia merasa sangat ketakutan.

Apa yang akan terjadi padanya setelah ini?

Jatuh Sakit

Venus tertidur lelap dalam pelukan sang Mama. Dia kini merasa lebih baik dan lebih dapat menghilangkan rasa takutnya itu.

Syukurnya Venus sama sekali tak bermimpi aneh aneh setelah kejadian itu. Venus hanya tertidur pulas tanpa merasakan ketakutan. Walaupun seperti itu kepalanya masih saja sakit karena memikirkan apa yang harus di perbuatnya kedepan.

Venus hanya dapat tidur lelap 2 jam saja, setelahnya Venus terbangun dan tak dapat tidur lagi. Sedangkan Rita masih tertidur sambil memeluk anak gadisnya ini.

Venus sedikit menggeser posisi tubuhnya untuk tidur terlentang agar tak mengganggu tidur mamanya.

Venus melihat ke arah langit langit. Melihat betapa kosongnya malam ini.

Pikiran Venus masih tak tentu, dia harus bisa menggagalkan rencana pernikahan dirinya dengan Steve, karena jika itu terjadi akan membuat dia akan mengulang kehidupan lamanya itu.

Namun dia bingung harus mulai dari mana.

Steve.. Satu satunya lelaki yang dapat merebut hati dan pikirannya bukankah sangat sulit untuk di lupakan?

Dan apa yang harus di lakukannya?

Venus mulai berfikir keras.

"Pertama yang harus aku lakukan adalah menjauh dari Steve." Venus bergumam.

Jika itu dapat di lakukan Venus, maka semua akan bisa berjalan dengan lancar bukan?

Tentu saja!

Venus bangkit dari tempat tidurnya. Dan berjalan menuju meja belajarnya, Venus mendudukkan bokongnya si sana dan menghidupkan lampu belajarnya.

"Aku harus bisa. Aku tak mau hidupku menjadi teragis di masa depan. Tidak... Aku tak boleh biarkan itu terjadi."

Saat Venus mulai mengambil pulpen untuk menyusun rencana, kepalanya terasa sangat sakit.

"Arkh!" Pekik Venus membuat Rita terbangun.

Rita terkejut melihat sang putri terbangun di pagi subuh seperti ini, dan lihatlah, ini masih jam 3. "Venus, apa yang kau lakukan nak?" Rita bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah Venus.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya Mama Venus kuatir.

Pasalnya Venus tak pernah terbangun di pagi hari seperti ini karena biasanya Venus lama untuk bangun. Seimbang dengan kebiasaan buruknya yaitu lama untuk tidur juga.

Venus menggeleng, "Gak apa Ma. Venus baik baik... Akh.." kepala Venus kembali berdengung sakit.

Apakah ini akibat terlalu banyak berfikir, karena biasanya Venus juga jarang berfikir. Maklum saja, dia anak yang super duper manja, semua ini itu keinginannya di turuti dengan cepat oleh kedua orang tuanya, bagaimana mungkin dia bisa berfikir keras? Tentu tidaklah pernah. Semua telah di permudah oleh keluarganya.

Rita memegang jidad sang putri, "Panas sekali sayang. Demam tinggi!" Mama Venus sangsi ketakutan.

"Pa!! Papa!!!" Teriak Rita memanggil sang suami.

Adiman segera bangkit dari tidurnya dan berlari ke arah sumber suara dengan panik, "Ada apa Ma?!"

"Venus demam tinggi!! Panas sekali badannya pa!!" Mama Venus ketakutan dan bahkan mulai menangis.

"Apa?! Venus sakit?!" Segera Adiman memegang jidad Venus. Dan ya, dia pun ikutan panik seperti orang kesetanan. "Kita harus bawa Venus ke rumah saki sekarang juga!!"

Terlalu berlebihan, ya... Itulah definisi yang bisa di gambarkan setiap orang yang melihat mereka.

Terlalu menjaga Venus hingga Venus terlahir menjadi anak yang egois dan harus mendapatkan apa yang dia mau.

Untuk pertama kalinya Venus tersadar, begitu besar sayang orang tuanya padanya membuat Venus menjadi begitu loyal dan selalu menyusahkan kedua orang tuanya saja. Rasanya sangat terharu melihat kasih sayang keluarganya yang begitu besar padanya.

"Ma pa, Venus gak apa. Hanya demam biasa saja." Kata Venus singkat walaupun sebenarnya dia merasakan kepalanya ingin meledak. Dia tak ingin menambah beban keluarganya lagi.

Rita dan Adiman menggeleng, "Gak sayang. Kita akan membawamu ke rumah sakit."

Segera Adiman, menggendong sang anak menuju ke luar kamar untuk segera di bawa ke mobil dan mengantarkannya ke rumah sakit.

Venus ingin menolak, namun tubuhnya terlalu lemah untuk melakukannya.

Selama perjalanan Rita terus memeluk Venus dan menangis, "Sayang... Kenapa bisa jadi panas seperti ini?"

"Ngak apa ma.. kalian jangan terlalu kuatirkan Venus." Ucap Venus lemah.

Mama Venus menggeleng, "Gak. Pokoknya kamu harus ditangani oleh dokter terbaik! Kamu harus lekas sembuh!"

Venus sungguh terharu dan memeluk sang Mama, "Mama, Maafin Venus kalau selalu nyusahin Mama sama Papa ya... Venus sangat jahat... Hu hu hu." Tangis Venus.

Mama dan papa Venus terharu, "Gak sayang... Kamu ngak pernah nyusahin kami. Tidak pernah... Mama sama papa selalu bangga sama kamu..."

Venus jadi tambah menangis, jiwanya menjadi sangat sensitif terutama saat dia sedang sakit. "Kalian sangat baik... Venus janji akan balas kebaikan kalian! Venus janji!"

Kedua orang tua Venus tersenyum senang di tengah tangisan mereka. Jujur saja semenyusahkannya permintaan Venus mereka tak pernah menganggap itu sebagai suatu beban, malahan mereka senang jika Putri mereka merasa bahagia. Hanya Venus lah harta paling berharga mereka. Buah dari cinta mereka. Jadi bagaimana bisa mereka menganggap Venus sebagai beban? Tentu tidak akan pernah.

***

Venus di rawat di rumah sakit. Cairan infus menetes membuat keadaan Venus kembali jadi lebih baik.

Orang tua Venus telah berangkat bekerja karena paksaan Venus. Venus terus meyakinkan bahwa dia sudah lebih baik kepada kedua orang tuanya, oleh sebab itu mereka berani meninggalkan Venus sendiri di rumah sakit. Namun tetap saja, kedua orang tua Venus akan pulang lebih awal untuk kembali ke rumah sakit untuk memperhatikan keadaan Venus.

Venus dengan posisi setengah duduk meminum air putih yang berada di atas nakas dekatnya.

Kemudian terdengar suara pintu berdecit terbuka. Mata Venus membesar, sontak membatu melihat Steve yang berjalan masuk ke dalam ruangan menuju ke arahnya.

Sorot mata tajam lelaki itu mampu menusuk tulangnya membuat wanita itu takut salah bertindak.

Lelaki tegap dengan tubuh atletis itu memberikan Venus sebuah karangan bunga, "Buatmu." Katanya dingin.

Venus tak menjawab. Dia masih membeku.

"Aku dengar kau demam tinggi. Ku harap ini bukan taktik licikmu untuk mencari perhatian."

Deg!

"Hah?" Ucap Venus mendengar ucapan tajam lelaki itu.

Steve memutar bola matanya, wanita ini masih saja berusaha membodohinya. Dia sudah tau betul sikap Venus, membuat dia tak akan pernah mempercayai wanita itu bahkan hal sekecil apapun itu.

"Aku datang ke sini karena ortu ku yang menyuruh." Ujar Steve sambil memberikan bunga karangan yang indah padanya.

Venus menatap Steve tak senang, "Jika terpaksa kenapa tidak menolak? Dan siapa yang kau bilang bodoh, bodoh." Ucap Venus dengan sorot mata berapi-api. Ntah dari mana keberaniannya ini. Pastinya ini timbul begitu saja tanpa dia sadari.

Steve sedikit terkejut dengan ucapan Venus. Kemudian dia kembali menatap wanita itu datar, "Itu karena jika aku menolak menjengukmu kau akan mengadukanku dan akan lebih mencari gara gara padaku."

Venus terdiam. Perkataan Steve memanglah benar jika yang di hadapannya ini adalah Venus yang dulu. Namun kini Venus bukanlah Venus yang buta akan cinta.

Namun kini tubuh Venus sedang lemah, dia malas untuk berdebat dan memilih diam.

Steve duduk di bangku dekat ranjang Venus, "Aku hari ini sibuk. Dan aku minta padamu untuk tidak menyusahkanku dan mencari perhatian sekarang."

Lelaki itu sungguh tidak tau diri. Sombong sekali Steve ini.

Venus membatin kesal. Kenapa aku bisa menyukainya dulu? Apa tidak ada lelaki lain yang bisa ku miliki huh? Kenapa aku malah bucin padanya?! Arh, sungguh mengesalkan!

Steve bangkit berdiri sang meninggalkan Venus begitu saja.

"Dasar!" Venus membuang bunga pemberian Steve ke lantai. Dia membenci bunga mawar yang indah itu, dia tak suka terutama saat Steve memberikannya. Sungguh memuakkan!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!