NovelToon NovelToon

Rain: The King Underground Book 1. Undercover

Rain: The King Underground | Bab 01. Anak Sindrom Savant

...Bab 01. Anak Sindrom Savant...

Gangguan mental Sindrom Savant atau kerap kali disebut Idiot, terbelakang atau Autis.

Sindrom Savant sendiri terjadi ketika seseorang dengan kecerdasan dibawah normal, menampilkan bakat khusus atau kemampuan istimewa di bidang tertentu.

Dan, salah satu orang penderita gangguan mental Sindrom Savant berada di Kota Kuta, Bali, Indonesia. Dia bernama Rain Purnama.

Rain mengalami gangguan Sindrom Savant sejak dirinya dilahirkan meski dia terlahir autis namun ibunya, Davika Purnamasari sayang menyayangi nya meski dia sudah ditinggal oleh suaminya karena sebuah kecelakaan pada saat Rain lahir.

Waktu pun berlalu begitu cepat dengan kasih sayang dari Davika. Rain tubuh dewasa dan saat ini dia sudah berumur 10 tahun. Meski, Rain tidak bisa bicara namun, dia sangat pengerti cinta kasih ibunya tersebut.

"Rain, bangun!" seru Davika seraya mendorong pelan Rain yang tengah tertidur lelap diatas kasur nya.

Mendengar seruan ibunya itu, Rain pun bangun.

"Selamat pagi, sayang!" ucap Davika seraya mencium kening dan mengelus-elus kepala Rain.

Rain hanya tersenyum senang dan mengangguk kepalanya.

"Ayo, sekarang mandi! Dan, masuk sekolah!" seru Davika yang meraih tangan Rain.

Lalu, Rain memandikan, mengenakan seragam serta mempersiapkan buku pelajaran dan bekal. Sesudah itu semua, Davika mengantarkan Rain ke sekolah dan begitulah keseharian dari Davika.

Sebenarnya mendiang ibunya Davika menyarankan Rain untuk bersekolah di sekolah khusus namun, Davika menolaknya. Dia berpendapat bahwa Sindrom Savant bukanlah penyakit dan Rain sama seperti anak pada umumnya.

Lalu, Ibu nya Davika tidak menentang nya lagi hingga beliau menutup matanya saat Rain berumur 5 tahun.

Setibanya di sekolah Rain, Davika mengantarkan Rain sampai didepan kelasnya.

"Rain, kamu tahu hari ini ada apa?" tanya Davika yang menyamakan ketinggian dengan berlutut satu kaki dan tersenyum dihadapan Rain.

Rain menjawab hanya dengan anggukan kepala.

"Ohh, benar sekali. Hari ini adalah ulang tahun mu yang ke 11 tahun. Jadi, ibu akan berusaha untuk pulang cepat dan merayakan ulang tahunmu. Yeeeee!"

Melihat sikap Ibunya yang begitu bersemangat membuat Rain tersebut.

"Baiklah, sekarang kamu masuk kelas dan belajar dengan giat!" ucap Davika seraya mengelus-elus kepalanya.

Sesudah itu, sosok wanita dewasa yang merupakan wali kelas Rain menghampiri nya dan mengajaknya untuk masuk kelas.

Davika dan wali kelas saling bertukar senyum dan mengangguk kepalanya. Lalu, wali kelas membawa Rain masuk kelas.

Davika pun mengembalikan posisi badan nya dan melihat langkah putra nya itu dari belakang.

Saat melangkah, Rain sempat menoleh kebelakang. Davika yang menyadari itu, dia pun melambaikan tangannya dan Rain masuk kelas.

Sesudah melihat Rain masuk ke kelas, Davika membalikan badannya dan melangkah keluar sekolah namun, ditengah langkah nya smartphone Davika bergetar. Dia pun sontak mengambil smartphone nya dan itu sebuah panggilan masuk. Tanpa ragu lagi, Davika mengangkat nya.

"Davika," ucap Davika dengan nada serius.

Davika pun mendengar telepon itu, "Baik, saya akan kesana," jawab Davika yang menjawab percakapan di telepon.

Sesudah itu, Davika menutup telepon nya dan melangkah lebih cepat dibandingkan sebelumnya lantaran ada pekerjaan yang harus segera dia lakukan.

Selama dikelas, Rain tidak menyimak penjelasan dari gurunya. Dia hanya sibuk mengambar dan menghitung. Lalu, wali kelas yang melihat itu menghampiri dan menegurnya.

"Rain, kamu sedang apa? Kenapa kamu tidak memperhatikan?" tanya walikelas seraya melihat yang dilakukan oleh Rain.

Walikelas pun terkejut melihat gambar yang dibuat Rain begitu bagus dan detail. Selain itu, Walikelas melihat hitungan asal dari Rain namus, itu rumusan matematika tingkat sekolah menengah atas.

"Luar biasa! padahal hanya anak berusia 10 tahun dan kelainan," batin walikelas yang mengagumi hasil karya Rain.

Melihat itu, Walikelas pun membiarkan nya dan melanjutkan mengajar.

Sepulang sekolah, Davika pun menjemput dan menunggu di dekat kelas Rain.

"Heiii! pria hebatku!" ucap Davika menghampiri dan memeluk Rain.

Rain hanya tersenyum seraya memainkan tangan nya sendiri.

Ditengah itu, Walikelas Rain menghampiri Davika.

"Ibu Rain, ada sesuatu yang harus saya bicarakan. Bisa ibu Rain meluangkan waktu sejenak?!" pinta walikelas.

Davika pun melepaskan pelukannya dan mengembalikan posisi badan nya. "Bisa. Dimana kita akan berbincang?"

"Silahkan ikut saya ke kantor!" seru walikelas.

"Baik," jawab Davika.

Sesudah itu, Davika bersama Rain dan walikelas nya pergi bersama ke ruang khusus yang ada di kantor guru. Lalu, mereka pun berbincang secara pribadi.

"Sekali lagi. Saya meminta maaf. Begini Bu, anak ibu tidak cocok sekolah di sini dan memiliki bakat lain," ucap Walikelas yang membuka pembicaraan.

Mendengar itu, Davika mengerutkan dahinya. "Apa maksud Ibu? Apakah karena anak saya menderita Sindrom Savan?!" jawab Davika yang tersinggung dengan perkataan walikelas.

Saat mendengar nada suara Davika yang mulai tinggi, Walikelas memberikan dua buah kertas. Satu berisikan gambar dan satunya lagi sebuah rumus milik Rain.

"Bu Rain, gambar dan rumus ini di tulis oleh Rain sendiri," ucap Walikelas yang seraya menunjukan kedua kertas tersebut.

Lalu, Davika pun mengambil kedua kertas itu dan melihat nya yang mana kedua kertas itu membuat Davika tersenyum bangga. Setelah itu, dia merangkul Rain dan menatap bangga.

"Saya tahu bahkan Rain bukanlah anak yang sembarangan."

Rain tidak menanggapi nya dan masih asik dengan permainan tangan nya.

"Meski begitu, saya rasa Rain harus dibawa ke sekolah khusus mengambar atau matematika karena Rain sama sekali tidak cocok disini karena Rain sama sekali tidak bisa bersosialisasi dan mengikuti pelajaran," ucap Walikelas.

Mendengar itu, Davika pun menghela nafas panjang. "Baiklah, saya akan pertimbangkan."

Sesudah percakapan itu, Davika dan Rain melangkah keluar sekolah dan menaiki kendaraan nya.

Sebelum menyalakan mesin, Davika memberikan sebuah mainan rubik 10×10, "Rain, ibu membelikan mainan baru untukmu!"

Rain pun tersenyum senang dan sontak mengambil rubik itu dan memainkan nya. Melihat Rain yang begitu gembira, Davika turut gembira dan tersenyum.

Setelah itu, Davika menyalakan mobil dan melajukan mobilnya kembali pulang. Ditengah perjalanan, Davika terus menelepon dengan earphone bluetooth yang digunakan nya.

"Iya, aku mengerti. Bawakan berkas nya kepada ku dan bertemu di tempat biasa!" ucap Davika di earphone nya. Setelah mengatakan itu, Davika pun mematikan panggilan masuknya dan melihat sebentar kearah Rain seraya memegang pipinya. "Rain, sebelum pulang. Ayo kita rayakan ulang tahunmu!"

Rain tidak merespon nya, dia hanya sibuk dengan mainan rubik yang diberikan oleh ibunya tersebut.

Beberapa saat kemudian, Davika berhenti di pelabuhan. Lalu, dia pun mengambil sebuah berkas dari lemari mobil.

"Rain, kamu tunggu sini! Ibu, ada urusan sebentar!" ucap Davika yang diakhiri dengan mencium kening Rain.

Rain tidak merespon dan masih sibuk dengan mainan nya. Lalu, Davika pun turun.

Sesaat kemudian, Rain melihat kearah ibunya yang mana dia sedang bertemu dengan seorang pria dewasa berwajah oriental dengan mengenakan jas hitam.

Pria itu pun menyadari tatapan Rain dan dia melambaikan tangannya kearah Rain yang membuat Rain sontak memalingkan wajahnya ke bawah.

Davika juga melihat arah pandang pria itu yang ternyata melihat putranya. Hal itu membuatnya tersenyum.

Tidak selang lama pria itu kembali melihat Davika, "Putramu sudah besar!" ucap pria.

"Iya. Tidak terasa," jawab Davika disertai dengan senyuman. Lalu, Davika mengalihkan pembicaraan. " Ketua Kim, ini daftar nya. Aku harap kamu bisa mengunakan sebaik-baiknya dan bongkar Organisasi Golden Cross!"

"Iya, serahkan kepada ku! Dan, nikmati waktu liburanmu!" seru pria yang ditemui Davika.

"Iya, terimakasih. Pak," jawab Davika dengan senyuman lebar.

Setelah perbincangan itu, Davika pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun Rain.

Akan tetapi, saat perjalanan menuju restoran tiba-tiba datang truk besar yang menabraknya tepat pada posisi Davika duduk dan menyetir.

Mobil tua dan kecil Davika pun terpental jauh dan berguling-guling. Davika lebih memilih melepaskan sabuk pengaman dan memeluk Rain dengan erat meski tubuhnya patah-patah dan darah bercucuran, Davika tidak mempedulikan nya sampai mobil berhenti berguling dengan posisi mobil terbalik.

Sedangkan, truk besar berhenti dan seseorang turun dengan pakaian serba hitam disertai masker dan topi hitam. Dia berjalan kearah mobil.

Secara kebetulan, daerah yang dilewati oleh Davika merupakan daerah sepi hingga tidak ada orang yang mengetahui kecelakaan tersebut.

Disisi lain, Rain yang sedang dipeluk oleh ibunya. Dia memaksakan diri untuk melepaskan pelukan yang mana Davika sudah tidak sadarkan diri dan berlumuran darah.

Melihat keadaan ibunya seperti itu membuat Rain menangis dan memaksa nya untuk berbicara dan memanggil nya.

"Ed.... Buuuuu... uuuuuuj!" seru pelan Rain yang memaksa diri untuk berbicara seraya mendorong pelan ibu nya. Akan tetapi, Ibu nya tidak kunjung sadar.

Lalu, sosok pria hitam sudah tiba di dekat Rain beserta ibunya dan dia pengambil pistol kedap suara dan menodongkan nya kearah Rain dan ibunya.

Rain yang menyadari itu, dia sontak menghadap kearah pria hitam itu lalu, dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. Dia mengunakan kedua tangan nya untuk menutupi ujung pistol.

Melihat keberanian dari Rain, pria itu menurunkan pistolnya yang mana juga terdengar adanya kendaraan yang akan melewati nya.

Mendengar itu, pria itu sontak menyimpan kembali pistolnya dan kembali kedalam truk. Lalu, truk beserta pria itu pun pergi.

Rain pun kembali memeluk ibunya seraya menangis di dadanya yang sudah berlumuran darah.

Dan, tidak lama kemudian ada kendaraan pribadi yang datang dan membantu Davika juga Rain.

...# Rain #...

Hei, Guys. Terimakasih yang sudah sempat membaca novel ku ini dan Jangan lupa untuk menekan like, komen nya!

See You ...

Rain: The King Underground | Bab 02. Paman Kyle

...Bab 02. Paman Kyle...

Saat ini Rain sedang tiduran di rumah duka seraya menitihkan air mata yang terus-menerus mengalir. Ditempat itu tidak ada tamu yang mengunjungi nya lantaran Davika memiliki konflik dengan keluarga nya perihal dirinya yang lebih memilih mengurus dan membesarkan Rain.

Sebenarnya paman dan bibinya Rain menyarankan Davika untuk membawa Rain ke sekolah khusus dengan asrama yang mana Rain akan tinggal disana akan tetapi Davika menolaknya. Dia lebih memilih untuk mengurusi nya sendiri.

Maka dari itulah, Davika jauh dari sanak saudara meski begitu Davika yang bekerja di bidang kepolisian. Dia mendapatkan keuntungan biaya dan pengurus pemakaman. Rain yang tidak mengerti apa-apa hanya menuruti petugas.

Ditengah acara pemakaman, seorang pria yang adatang dan memanjatkan doa serta memberikan setangkai bunga. Rain yang melihat sosok pria itu, dia pun bangun dari rebahan nya dan melihat pria itu.

Rain tidak tahu kenapa saat melihat tamu yang datang itu ada perasaan familiar dan rasa tersendiri.

"Hu ... Hu ..." gumam tidak jelas Rain saat melihat pria tersebut.

Mendengar itu, pria itu sontak menghampiri Rain dan menyamakan ketinggian.

"Rain, akau turut berdukacita," ucap pria seraya mengelus-elus kepala Rain.

Respon Rain hanya menundukkan kepalanya dan memainkan tangan nya sendiri.

Tidak selang lama, pria itu menoleh kesamping yang mana dia melihat rubik 10*10 yang sudah diselesaikan oleh Rain. Dia pun mengambil rubik itu dan memeriksa nya.

"Anak yang cerdas," gumam pria.

Tidak lama dari itu, Rain yang melihat pria itu mengambil rubik nya. Dia sontak mengambil paksa kembali dari tangan pria.

Pria itu pun tidak marah malah dia tersenyum senang. Lalu, pria itu terpikir sebuah ide.

"Rain, apa kamu mau balas dendam untuk ibumu?" tanya pelan pria.

Rain sambil memainkan rubiknya, dia menganggukkan kepalanya.

"Oke, anak pintar. Aku akan menyembuhkan dan melatih mu. Nama ku Kyle," ucap Kyle dengan senyuman lebar.

"Kyle," gumam pelan Rain seraya memainkan rubik.

Kyle yang mendengar itu, dia pun tersenyum. Setelah itu, Kyle melihat sekeliling nya yang mana diruangan sudah tidak ada orang.

"Rain, ikutlah denganku!" seru Kyle dengan memberikan tangan nya.

Rain tanpa melihat Kyle, dia pun menerima tangan Kyle dan pergi dari rumah duka.

Selama perjalanan, Rain terus bermain rubik pemberian ibunya itu meski dia sedang bermain namun dia memperhatikan sekitar nya tanpa sepengetahuan dari Kyle.

Kyle dan Rain pergi ke Thailand yang tentu saja mengunakan nama samaran dan passport palsu baik Kyle dan Rain.

Setibanya di bandara Thailand, Kyle dan Rain pergi ke tempat parkir dan berhenti di mobil Jeep Wrangler yang terparkir disana. Lalu, Kyle mengambil kunci yang ada tergantung di bumper ban depan kanan mobil dan setelah itu, menaiki mobil tersebut. Rain tanpa bicara atau penolakan terus mengikuti Kyle dan menaiki mobil itu juga.

Lalu, Kyle pun terus mengemudi kan mobil itu kesuatu tempat yang Rain tidak ketahui. Selama perjalanan Rain melihat kearah samping yang mana dia melihat perkotaan yang padat, hutan dan sampai di sebuah tempat yang dipagari besi yang dijaga oleh seorang pria berbadan besar dengan memegang senjata berat.

Disaat mereka melihat Kyle, pagar itu pun dibukakan oleh para penjaga. Lalu, Kyle melajukan mobil nya kedalam yang mana Rain melihat berkebunan yang luas, beberapa anak yang seusia Rain sedang berlatih dan disaat laju mobil semakin dalam. Rain mendengar suara tembakan.

Mendengar dan melihat itu, Rain menghentikan permainan rubik dan melihat sekitar nya.

Mobil pun berhenti di depan rumah besar bergaya klasik eropa dengan warna ungu diseluruh gedung yang mana rumah itu juga dijaga oleh pria bersenjata berat dan salah satu penjaga menghampiri Kyle.

"Selamat datang kembali, ketua Kyle! Ketua Andreas menunggu anda!" sapa penjaga dengan mengunakan bahasa Inggris.

"Aku mengerti," jawab tegas Kyle. Lalu, Kyle dan Rain masuk ke dalam gedung besar itu.

Saat didalam gedung itu, Rain yang digandeng oleh Kyle melihat sekitar ruangan itu yang mana dia terkagum-kagum serta banyak hal yang baru di lihatnya seperti lukisan, guci serta beberapa barang klasik lain nya.

Ditengah perjalanan, Kyle pun memberitahu sesuatu.

"Rain, kamu tahu ini tempat ini?" tanya Kyle seraya melihat kearah Rain.

Rain menundukkan kepala dan menggelengkan nya.

"Ini Istana Ungu," jawab Kyle.

"Ungu," gumam Rain.

Mendengar itu, Rain tersenyum dan terus melangkah sampai disalah satu ruangan yang mana ruangan itu ditutup oleh pintu dua yang besar dengan ukiran ditengah nya. Selain itu, dibalik pintu ada penjaga yang sedang menjaga ruang itu.

Saat penjaga itu melihat Kyle, dia sontak mengangguk kepalanya dan membuka kan pintu.

"Terimakasih," ucap Kyle yang tersenyum seraya terus melangkah masuk kedalam ruangan.

Setibanya didalam, seseorang berambut putih dengan perawakan yang besar sontak menghampiri Kyle.

"My Brother!" ucap pria berambut putih yang sontak memeluk Kyle.

"Iya, lama tidak bertemu. Ketua Andreas!" jawab Kyle didalam pelukan Andreas.

Tidak lama Andreas melepaskan pelukannya dan melihat memegang kedua bahu Kyle. "Sudah ku katakan jangan panggil aku ketua!" ucap Andreas dengan bahasa Inggris.

Andreas bukan lah orang Indonesia melainkan orang Inggris yang membuatnya tidak bisa berbahasa Indonesia.

Maka dari itu, Kyle juga menjawab nya dengan bahasa Inggris.

"Baik, Bro," jawab santai Kyle dengan senyuman lebar.

Seusai itu, Andreas menoleh kearah Rain.

"Kyle, siapa ini?" tanya Andreas seraya menatap Rain.

Rain yang merasa dirinya ditatap dia sontak menundukkan kepalanya.

"Andreas, dia putra dari Davika," jawab Kyle.

Mendengar itu, Andreas tersenyum kecil dan melirik kearah Kyle, "Davika kah? kamu yakin? Dan, apa yang terjadi dengan Davika?"

"Dia di bunuh dengan cover kecelakaan," jawab Kyle.

Setelah itu, Andreas menghadap kearah Rain lalu menyamakan ketinggian.

"Rain, aku turut berdukacita," ucap Andreas seraya mengelus-elus kepalanya.

Rain tidak merespon sama sekali lantaran dia belum bisa berbahasa Inggris.

"Anak ini?" gumam Andreas yang menyadari bahwa Rain menderita Sindrom Savant.

"Iya, dia mengalami Sindrom Savant. Aku pikir karena kejadian 12 tahun yang lalu," jawab Kyle yang berada di belakang Andreas dan Rain.

"Menarik!" jawab Andreas yang tersenyum senang. Lalu, Andreas melirik kearah Kyle. "Jadi, apa rencana mu, Kyle?"

Kyle melihat kearah Andreas, "Aku ingin dia tinggal disini dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan kekuatan nya sendiri."

Andreas pun mengembalikan pandangan kearah Rain. "Baiklah, jika begitu." Lalu, Andreas memanggil penjaga nya yang ada di dekat pintu ruangan nya.

"Jack, kesini lah!" seru Andreas.

Pria penjaga yang berbadan besar itu pun menghampiri Andreas. "Ada apa, Boss?"

Andreas bangun kembali dan menghadap kearah Jack. "Jack, antarkan mereka ke kamar asrama Akademi yang kosong!"

"Baik, Boss!" jawab Jack kepada Andreas. Lalu, dia mengalihkan pandangannya ke arah Kyle. "Ketua Kyle, mari saya antarkan!"

"Terimakasih, Andreas!"

Andreas hanya mengangguk kepalanya dan tersenyum.

Setelah itu, Kyle dan Rain pun pergi mengikuti Jack yang mana Rain melewati asrama Akademi dan melihat beberapa anak seusianya yang sedang melakukan aktifitas nya.

Melihat kehadiran, Rain. Anak yang lain juga menatap langkah Rain termasuk salah satu anak perempuan yang memiliki rambut putih dengan potongan pendek. Rain dan anak perempuan itu pun saling bertukar pandang.

Namun, Rain terus melangkah sampai sosoknya tidak terlihat lagi lantaran Rain masuk ke ruangan yang berbeda.

Sesaat kemudian, tibalah Rain dikamar nya. "Ini kamarmu, boy!" ucap Jack.

Kyle dan Rain pun masuk kamar itu yang mana dikamar itu sudah ada beberapa fasilitas seperti kasur yang cukup besar, meja belajar dan lemari seperti layaknya wisma tanpa televisi.

"Aku pikir kamar ini bagus." Lalu, Kyle melihat Rain, "Bukan kah begitu, Rain?"

Rain tidak menjawab, dia hanya menatap langit dari jendela yang ada dikamar nya. Kyle pun menghela nafas panjang dan dia menyamakan ketinggian serta memegang kedua bahu Rain.

"Rain, dengarkan paman!" seru Kyle.

Rain tidak merespon dan tetap melihat ke langit. Meski begitu, Kyle tetap melanjutkan pembicaraan nya.

"Rain, mulai hari ini kamu akan tinggal dan menempuh pendidikan serta pelatihan disini!" Kyle pun memegang kedua pipi Rain dan memaksanya untuk melihat dirinya. "Rain, dengarkan! Jika kamu berhasil sembuh dan lulus dari pelatihan maka kamu bisa membalas kan dendam ibumu! kamu mengerti!"

Saat Kyle berbicara seperti itu, tidak selang lama Rain pun menitihkan air mata. Kyle yang melihat itu sontak memeluk nya. "Tidak masalah. Menangis lah! Dan, jadikan lah tangisan ini yang terakhir! Suatu hari nanti musuh yang akan menangis karena mu!"

Rain pun semakin nangis di pelukan Kyle dan Kyle sendiri membiarkan Rain menangis seraya menepuk dada Rain.

...# Rain #...

Rain: The King Underground | Bab 03. Pelajaran dimulai

...Bab 03 - Pelajaran dimulai...

Sindrom Savant merupakan gejala langka yang dialami oleh salah satu dari 500 anak laki-laki yang menderita dari gejala ini.

Gejala sindrom savant dicirikan dengan bakat luar biasa mereka dalam satu atau lebih bidang, namun juga memiliki beberapa kondisi perkembangan seperti autism.

Bakat luar biasa dari sindrom savant disebut sebagai savant skill. Biasanya ditemukan dalam satu atau lebih dari 5 kategori yaitu: seni, memori, aritmetika, kemampual musikal, dan kemampuan spasial atau kemampuan pengukuran jarak.

Kyle dan Andreas berpikir ada kemungkinan Rain memiliki satu atau lebih bakat dari lima bakat itu yang mana bisa membuat Rain menjadi orang jenius diatas rata-rata jika mereka berhasil melatih nya.

Maka dari itulah, Kyle membawa Rain ke tempat pelatihan agen pembunuh dan mata-mata yang di sebut Akademi.

Beberapa saat setelah Rain istirahat di kamar nya, dia didatangi oleh Andreas bersama Jack.

"Rain, bangun!" seru Andreas yang mendorong Rain yang tengah tertidur di atas kasur.

Karena suara dan dorongan itu, Rain pun bangun.

"Bagus, sekarang kamu persiapkan diri dan kelas akan segera dimulai!" Andreas melihat kearah Jack, "Jack, bantu dia untuk mandi dan berganti pakaian!"

"Baik, bos!" jawab tegas Jack. Lalu, dia melihar kearah Rain, "Rain, ikut dengan ku!" ucap Jack seraya memegang tangan Rain.

Meski Rain tidak mengerti bahasa Inggris namun, ingatan dia yang tinggi dan analisa yang cepat. Dia pun sedikit mengerti dengan pembicaraan mereka.

Lalu, Rain pun dengan pasrah di seret pelan dan pergi ke kamar mandi. Setibanya di kamar mandi, Rain pun membasuh diri dan berganti pakaian dengan pakaian khusus seperti layaknya pasien di rumah sakit.

Sesudah itu, Jack membawa Rain ke aula pertemuan yang mana saat tiba disana, Rain melihat anak-anak seusianya sedang berbaris rapih baik pria maupun wanita dan mereka semua berekspresi dingin. Rain pun tidak mempedulikan nya.

Lalu, ditengah depan mereka Andreas berdiri melihat kearah Rain. Sesudah itu, Rain ikut barisan di depan dan Andreas memperkenalkan Rain.

"Baik, perhatian semuanya! Perkenalkan, dia Rain Purnama! mulai hari ini, dia akan bergabung di kelas ini! Berikan salam!"

"Welcome brother!" seru serempak semua murid.

Dan, Rain pun memulai pelajaran nya.

Saat Rain menghadiri kelas, semua murid memiliki ekspresi berbeda dibandingkan sebelumnya yang mana semua memiliki ekspresi dingin meski terkadang bersosial, canda dan tawa di jam istirahat namun, saat di kelas semua sangat serius memperhatikan. Selain itu, Rain tidak dijauhi seperti sebelumnya yang mana saat dahulu Rain selalu dijauhi dan dihina bahkan saat menghadiri kelas, beberapa murid tidak mempermasalahkan untuk duduk didekat Rain.

Tidak lama kemudian, sosok pria negro dengan jas biru datang ke kelas.

"Selamat pagi semua!" ucap pria Negro dengan bahasa Inggris.

"Pagi!" jawab murid.

Lalu, pria Negro melihat kearah Rain. "Kamu Rain, bukan?! perkenalkan Aku Leo Marx. Salam kenal!"

Rain tidak menjawab nya, dia hanya menundukkan kepalanya dan memainkan tangannya.

Leo tidak tersinggung dengan sikap Rain itu, "Kita mulai pelajaran nya!"

Pelajaran pertama yang di ikuti oleh Rain ialah pelajaran politik bersama dengan konflik serta doktrin nya yang terjadi di seluruh dunia. Meski rata-rata murid dikelas itu berusia 10 sampai 12 tahun. Mereka dapat mengikuti nya termasuk Rain sendiri.

Setelah pelajaran pertama usai, Andreas datang ke kelas yang mana saat kehadiran Andreas semua murid berdiri untuk menghormati Andreas tapi tidak dengan Rain.

"Santai saja! aku ingin menemui Rain!" ucap Andreas.

Mendengar itu, para murid duduk kembali. Lalu, Andreas berdiri didekat Rain yang sedang sibuk memainkan tangan nya dan bergumam tidak jelas.

"Rain!" seru Andreas.

Rain yang mendengar itu, dia melihat kearah Andreas.

"Ikut dengan ku!" sambung seruan Andreas.

Jack yang ada di samping Andreas, dia pun memaksa Rain untuk ikut dengan Andreas. Rain yang tanpa perlawanan, dia pun mengikuti nya.

Lalu, Rain pun dibawa ke sebuah ruangan yang mirip seperti laboratorium dengan satu ruangan kecil yang serba putih serta ada kursi dengan berbagai peralatan disekitar nya yang berada di tengah ruangan.

Setibanya disana, Rain dipaksa duduk dengan kaki dan tangan yang diikat oleh perekat berbahan kulit. Rain yang merasa kurang nyaman dan takut, dia pun berusaha memberontak namun, usaha itu sia-sia.

Sesaat kemudian, datang sosok wanita yang berpakaian jas putih dengan masker yang dikenakan bersama dengan seorang penjaga yang lain yang mana penjaga itu membawa koper kecil.

Melihat sosok itu, Rain semakin berontak. Namun, wanita itu berusaha menenangkan nya.

"Rain, tenang saja! Kamu akan baik-baik saja," ucap wanita.

Rain tidak percaya dengan perkataan wanita itu dan terus berontak meski begitu wanita itu tidak menanggapi nya.

Lalu, penjaga itu menaruh koper kecil diatas meja dekat kursi Rain dan wanita itu pun membuka koper tersebut yang mana berisikan cairan hitam pekat bersama dengan injeksi nya. Setelah itu, wanita berjas putih mengambil Injeksi dan memasukkan cairan hitam tersebut.

Setelah itu, menghadap kearah Rain dan Rain sendiri masih berontak namun, para penjaga menahan badan Rain dan wanita itu pun langsung menyuntikkan nya ke leher Rain.

Cairan itu pun membuat Rain kesakitan.

"AAAAAAA!" teriak Rain yang kesakitan dan terus berontak.

Diruangan yang berbeda, Andreas melihat kejadian itu dari balik kaca ruangan dengan melipatkan tangan nya. Lalu, tidak lama kemudian. Kyle datang ke ruangan itu.

"Sudah dimulai kah?!" ucap Kyle.

"Iya, kita tidak punya waktu. Untuk melihat Apakah dia anak program ataukah memang anak cacat?" jawab Andreas.

Lalu, Kyle melihat kearah Rain. "Aku harap, kamu anak program," batin Kyle.

...# Rain #...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!