NovelToon NovelToon

Kehadiran Cinta

Eps. 1

Sebuah rumah mewah tempat tinggal keluarga Andi pratama, baru pagi-pagi sudah di buat bangun dengan teriakan anak kecil. Andi adalah seorang ceo diperusahaannya sendiri, tripeles group. Tetapi dia membiarkan adiknya yang mengelolahnya. Jika ada masalah mendesak, barulah dia turun tangan. Andi juga seorang ketua mafia yang ditakuti belahan bumi. Tidak ada yang berani melawannya atau menentangnya. Semua musuh mereka hilangkan dengan sadis. Dia seorang duda yang memiliki anak laki-laki berusia 4 tahun. Istrinya meninggal sewaktu melahirkan.

"Ah......" Teriak Rendy dengan keras.

"Tuan tidak apa-apa? Ada yang bisa saya bantu tuan" Tanya bi ina pembantu di rumahnya.

"Ah....." Rendy tambah berteriak dengan suarannya yang keras.

Andi menuruni tangga mendengar teriakan anaknya.

"Ada apa, apa yang terjadi?" Tanyanya memandang bi ina yang berada di dekat anaknya.

"Saya tidak tahu tuan, saya hanya mendengar tuan rendy berteriak dan lari menghampirinya" kata bi ina dengan jujur.

"Ada apa sayang, apa sesuatu terjadi padamu?" Kata Andi sambil memegang pundak anaknya dengan lembut.

Rendy menggeleng kepalanya, berlari masuk ke kamarnya. Andi pusing dengan tingkah anaknya, sejak kecil rendy tidak mau terbuka dengan ayahnya. Dia terus saja mencari mamanya, beberapa wanita cantik selalu mendekati Andi tetapi dia tidak ingin menjalin hubungan asrama. Dirinya fokus mengurus anaknya yang banyak tingkah.

"Apa kau baik-baik saja? Kenapa berteriak?" Tanya Andi kepada anaknya.

Rendy hanya diam dengan muka cemberut sambil memegang guling di tanggannya.

"Sebenarnya apa lagi yang terjadi denganmu? Kenapa kamu selalu saja bertingkah aneh di depanku dan tidak mengatakan apapun" guman Andi sambil memegang kepalanya.

"Kakak, aku mendengar rendy berteriak tadi. Ada apa?" Tanya faul adik Andi.

"Jika kamu berhasil membujuknya aku akan memberimu uang 1 M"

"Benarkah 1 M, aku bisa beli mobil baru. Aku terima kak, deal?" Kata Faul sambil menjabat tangan kakaknya.

"Keponakan tersayang, kenapa kamu cemberut. Apa sesuatu terjadi padamu, katakan saja pada paman. Paman akan membantumu menyelesaikannya" kata faul dengan lembut kepada rendy.

Rendy acuh tak acuh, dia tambah kesal dan menampakkan wajah cemberutnya.

"Susah juga ini keponakan di bujuk, sama persis dengan ayahnya. Kenapa kamu harus mengikut sifat ayahmu, sifatku jauh lebih baik. Jadi susah di bujuknya, aku tidak bisa dapat uang 1 M jika begini terus" guman faul dengan kesal.

Andi hanya melihat bagaimana adiknya membujuk anaknya. Dia juga bingung untuk membujuk anaknya sendiri. Rendy selalu saja berteriak tanpa di ketahui sebabnya. Bertingkah aneh, tidak mau berbicara jika di tanya dan tidak mau di lihat orang banyak. Andi sebagai seorang ayah, sering mengajak rendy untuk konsultasi dengan dokter psikologis anak tetapi tidak ada hasil. Rendy masih tetap sama.

"Hei keponakan manis, jika kamu tambah cemberut, mukamu bisa saja hilang nanti. Bicaralah pada paman, paman akan membantumu. Janji?" Kata faul tetapi rendy tidak tertarik sama sekali.

"Kak, aku benar-benar kewalahan. Lihatlah anakmu, dia sangat sulit di tebak. Dia sama persis dengamu, hanya membuatku sebal saja berurusan dengan kalian berdua" kata faul sambil berjalan keluar. Tidak ingin bermain-main dengan rendy. Rendy tidak akan bicara padanya walau dia memaksa. Keponakannya selalu saja seperti itu.

Rendy cemberut sesekali melirik ke papanya. Andi hanya diam mematung menyaksikan tatapan aneh anaknya.

"Jika kau butuh sesuatu, katakan pada papa. Papa akan membelikan untukmu sebanyak-banyak. Mau mainan, boneka, apa saja katakan saja pada Papa. Jadi bicaralah, rendy ingin apa?"

Rendy menunjuk sebuah lap di atas mejanya. Andi melihatnya, tidak mengerti dengan maksud anaknya. Untuk apa anaknya butuh lap, pikir Andi. Tidak mungkin anaknya membutuhkan lap lalu berteriak memanggil semua penghuni rumah.

"Lap, kau mau papa belikan lap?" Tanya Andi untuk memastikan.

Rendy mengangguk sambil menunjuk bukunya yang berwarna merah.

"Rendy mau lap warna merah?"

"Jadi hanya lap yang rendy mau kemudian berteriak? Apa tidak bisa bicara kepada papa dulu. Lap sangat mudah di dapat, tidak ada yang lain yang ingin rendy beli?" Tanya Andi

Rendy mengeleng kepala, hanya menginginkan lap berwarna merah.

"Baiklah, nanti papa belikan. Jangan berteriak lagi" kata Andi menenangkan anaknya.

Di kantor....

"Ada apa dengan keponakanku, kau sudah berhasil membujuknya?" Tanya faul yang melihat kakaknya datang ke ruangannya.

"Dia ingin dibelikan lap berwarna merah" kata Andi sambil duduk di kursi depan adiknya.

"Aku tidak menyangka, dia marah hanya karena masalah lap. Kenapa tidak meminta toko mainan, kue, baju dan hal lain yang lebih mewah. Memang benar aneh, bagaimana bisa aku terpencil di keluarga yang aneh" kata faul mengeritkan alisnya mendengar rendy meminta lap.

"Kau berani dengannya, aku sarankan untuk tidak menyentuhnya. Aku bisa saja hilang kendali dan membuatmu terbaring lemah di ICU"

"Selama ini aku tidak pernah menyentuh rendy, walau di keponakanku. Aku bukan pencuri anak-anak, aku juga bukan orang lain baginya. Aku adalah paman yang baik sebaik dan sebening air putih"

"Jika di campur dengan tanah, airnya akan kotor juga" kata Andi sambil tersenyum sinis.

"Sudahlah, kau tidak bisa di ajak bercanda. Ada yang lebih penting dari lap, kemarin perusahaan kita hampir saja di bobol data-datanya. Aku sudah menyuruh Irfan untuk menyelidiki pelakuanya tetapi tidak menemukan apapun"

"Sepertinya aku yang harus turun tangan lagi. Kamu tidak pernah bisa di andalkan, aku akan pergi ke markas dan mencari tahu" kata Andi yang melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Faul.

"Tapi kak, akan ada pertemuan penting malam ini. Mereka ingin ceo perusahaan yang terjun langsung" kata Faul menghentikan langkah kakaknya.

"Aku tidak mau pergi, kau saja. Jika mereka tidak setuju, biarkan saja. Lagian mereka yang meminta kerja sama bukan kita" kata Andi sudah berada di luar pintu.

"Susah juga punya kakak seorang mafia. Merepotkan sekali"

1 Tahun yang lalu....

Andi membantu papanya bekerja di perusahaannya. Papanya selalu membawanya mememui rekan bisnisnya. Dia ingin Andi yang mengelolah perusahaannya nanti mengingat andi anak sulung di keluargannya.

Di tempat parkiran perusahaannya, Andi berjalan bersama papanya setelah selesai menemui rekan bisnisnya.

"Kalian kenapa baru datang? Aku sudah dari tadi menunggu" kata mama Andi bernama Arsila yang sedang berdiri di depan mobil bersama cucunya.

"Mama sudah marah, papa harus membujuknya" kata Andi sambil masuk ke dalam mobil bersama putranya yang masih berumur 3 tahun.

"Maaf sayang, tadi banyak klien yang komplen. Aku harus mengurusnya terlebih dulu" kata papa andi, rayen.

Andi menunggu papa dan mamanya berbicara sembari dirinya duduk memainkan ponsel dan mengajak rendy bermain.

"Papa habis kelja?" Tanya rendy dengan polosnya.

"Pasti capek pah kalau habis kelja. Rendy pijit yah? Kata oma, Rendy tidak boleh nakal kalau ada papa" kata rendy dengan polosnya.

"Papa kerja untuk rendy, jadi papa tidak merasa capek" kata Andi sambil tersenyum melihat tingkah anaknya yang baru berumur 3 tahun sudah mengerti yang dirasakan papanya.

Seketika lampu mati, tempat parkiran jadi gelap karena malam hari. Rendy memeluk erat papanya yang berada di dekatnya. Mama Andi menjerit, membuat Andi sedikit was-was. Ini pertama kalinya, lampu di tempat parkiran mati.

"Papa, Rendy takut" kata rendy sambil mendekatkan wajahnya pada dada papanya.

"Ma, semuanya baik-baik saja kan?" Teriak Andi tetapi tidak mendapat respon.

"Pa, lampunya mati. Semuanya baik-baik saja kan? Mama kenapa pah, berteriak?" Teriak Andi sekali lagi tetapi papa dan mamanya tidak menjawab.

"Ada yang tidak beres" guman Andi.

Andi menyalakan lampu mobil papanya, dia melihat mama dan papanya sudah terbaring bersimpa darah.

Tidak lama, pintu mobil Andi di buka oleh seseorang, dengan cepat Andi menendangnya orang tersebut hingga terjungkir. Andi mengemudi mobilnya tetapi dia sadar, rendy tidak ada di dekatnya.

"Sial, rendy pasti terjatuh saat aku menendang orang tadi"

Eps. 2

"Sial, rendy pasti terjatuh saat aku menendang orang tadi"

Dengan berani, Andi turun dari mobilnya. Dengan bantuan lampu mobil, dia melihat anaknya berdiri di dekat tembok, menangis tanpa bersuara.

"Kau tidak apa-apa rendy?"

Rendy mengangguk, tetapi tendangan keras membuat Andi terjatuh. Dia melihat orang tersebut berdiri di dekat rendy bersiap menancapkan pisau yang dia pegang. Rendy berteriak melihat dirinya ingin di bunuh.

"Papa..."

Andi berlari menendang orang tersebut dan membuat pisau yang dipegangnya mengiris sedikit lengan anaknya.

"Ah...." teriak rendy kesakitan.

"Kau siapa, tunjukkan dirimu. Jangan bersembunyi seperti pengecut" kata Andi mecari keberadaan orang yang di tendangnya tadi. Andi memegang tangan anaknya agar tidak lepas darinya.

Tidak lama, lampu menyala kembali. Tangan rendy sudah basah dengan darah. Tubuh rendy terjatuh, Andi menangkap tubuh mungil anaknya.

"Maaf pak, kami tadi mengalami kendala" kata salah satu karyawan.

Andi melihat jasad mama dan papanya bersimbah darah. Karyawan terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ceo dan istrinya terbaring dengan darah mengalir di lantai.

"Pak, se..be..narnya A..pa ya..ng ter..jadi?" Tanya nya dengan terbata-bata.

Bawa anakku ke rumah sakit. Aku akan mengurus jasad orang tuaku dulu. Tanpa dirasa, air mata Andi jatuh membasahi pipinya. Barusaja dirinya bercanda dengan papa dan mamanya, seketika ini juga mereka sudah tidak ada. Rasa dendam membara di hati Andi, dia berjanji akan membalas kematian orang tuannya. Sejak saat itulah, dia menjadi ceo dan mengurus perusahaan papanya. Polisi tidak bisa menemukan pembunuh orang tuanya, Andi memutuskan untuk bergabung dengan geng mafia. Dia menyerahkan perusahaannya untuk sementara di kelolah oleh adiknya. Lama-lama, dia menjadi kuat dan membentuk geng mafia sendiri.

"Seandai saja, papa dan mama masih hidup, sikap kak Andi pasti tidak berubah. Rendy tidak akan trauma dan aku tidak perlu repot mengurus perusahaan sendiri" guman faul yang berdiri menatap kepergian kakaknya.

DI MARKAS...

Melihat bosnya datang, mereka semua menunduk. Reno menghampiri bosnya.

"Ada perlu apa tuan, anda datang ke sini"

"Bagaimana dengan kasus orang tuaku, sudah ada informasi?" Tanya Andi sambil berjalan menuju ruangannya.

"Belum ada tuan. Dia bukan hanya seorang pebisnis tetapi mempunyai anggota geng mafia juga" kata Reno sambil mengikuti Andi.

Mareka masuk ke dalam lif..

Ting...

"Sangat menarik, dia tidak akan selamanya bersembunyi walau di sarang semutpun sekali. Aku akan menemukannya dan membunuhnya dengan tanganku sendiri" kata Andi dengan tegas.

"Tuan sudah marah, pembunuh itu akan tamat riwayatnya jika ketahuan. Siapa suruh mereka macam-macam dengan tuan" guman reno yang mendengar ucapan bosnya.

Ting...

Mereka keluar dari lif menuju ruangan Andi. Andi duduk sambil memutar kursinya berkali-kali. Reno hanya diam menatap.

"Bagaimana dengan mata-mata di perusahaanku, apa sudah ketemu?" Tanya Andi berhenti memutar kursinya.

"Iya tuan. Tetapi saat kami berusaha menangkapnya, mereka di tembak dan mati di tempat. Mereka sepertinya sudah tahu jika kita menemukan mata-matanya"

"Melelahkan, begitu saja tidak bisa kau urus. Apa aku harus turun tangan sendiri? Untuk apa punya anak buah jika tidak berguna seperti ini. Mengurus mata-mata saja tidak bisa"

"Maaf tuan, lain kali kami tidak akan lengah"

"Simpan kata maafmu untuk dirimu sendiri. Ada tugas lagi untukmu, selediki secepatnya siapa yang berani membobol data-data perusahaanku kemarin"

"Baik. Akan saya kerjakan" reno keluar dari ruangan Andi. Dia akhirnya merasa legah, tidak melihat tatapan tuannya yang menusuk samapi ke ulu hati.

"Akhirnya aku terbebas juga. Aku akan kerjakan tugasku agar tuan tidak marah lagi"

Ponsel Andi berdering, dreet...dreet...dreet...

Dia melihat nama dilayarnya, seketika senyum manisnya terpancar. Dia berubah jadi kucing yang manis dan polos lagi.

"Ada apa sayang, kamu menelpon papa. Sudah rindu?"

"Ini aku kak, rendy menyuruhku untuk menelponmu. Ngomon-ngomon, aku juga merindukanmu. Bukan hanya rendy" kata faul dengan tertawa.

"Ada yang lucu? Berikan ponselnya pada rendy. Aku mau bicara dengannya, bukan denganmu" perintah Andi.

"Dia tidak mau kak, dia hanya menyuruhku menyampaikannya tentang lap yang kau janjikan untuknya"

Andi jadi ingat, dia hampir saja membuat singa mengaung nanti.

"Baiklah, aku akan segera membelikannya"

"Oke. Dengar kata papamu, dia bilang akan segera membelikanmu" Kata faul sebelum mengakhiri panggilannya.

Di kantor...

Rendy duduk di sofa sambil membaca buku.

Dia menunggu papanya datang, sementara faul dari tadi memperhatikan keponakannya.

"Ingin sekali rasanya aku memegang wajah imutnya, tetapi rendy melarangku. Dia bisa mengadu pada kak Andi dan membuatku terbaring di ICU seketika. Tidak-tidak boleh terjadi. Wajah tampanku tidak boleh babak belur. Aku harus menggunakan cara supaya rendy tahu, aku tidak sengaja melakukannya" guman faul sambil tersenyum merrncanakan ide gilanya.

"Maaf aku keponakan, paman faulmu akan segera menyentuh wajahmu yang mungil dan manis itu"

"Rendy, kau ingin minum susu? Paman suruh ob bawakan ke sini" kata faul sambil duduk di depan rendy.

Rendy hanya mengangguk, kemudian lanjut membaca.

Ob datang membawa susu yang di perintahakan faul. Ini saatnya, faul dengan sengaja menendang kaki ob hingga membuatnya terjatuh. Rendy terkena jepritan susu yang dibawa ob.

"Ah...." Teriak rendy tanpa merasa kesakitan.

"Kau tidak apa-apa keponakan? Di wajahmu ada jepritan susu. Paman usap yah" kata faul sambil senang dalam hati.

"Sedikit lagi, kau akan menyentuhnya faul" guman faul

"Ehmm..."

Suara deheman membuat faul menoleh, dia melihat kakaknya berjalan menghampirinya. Rendy mengigit tangan pamannya membuat faul berjerit kesakitan.

"Ah... sakit. Kau nakal sekali keponakan. Aku akan adu kan pada papamu" kata faul dengan kesal.

"Bagus rendy, jangan biarkan orang lain menyentuh wajahmu" kata andi yang melihat anaknya mengigit tangan adiknya.

"Hei kak, tidak seperti itu menjadi seorang ayah. Rendy salah karena menggigit jati tanganku, kamu harus menasehatinya atau menghukumnya. Bukannya malah mendukung, itu kejahatan. Jangan biarkan anakmu berbuat jahat" kata faul sambil memegang jari yang di gigit Rendy.

"Selama kau yang dijahati, aku tidak masalah. Kau pantas mendapatkannya" kata Andi yang dibalas jempol oleh rendy.

"Ayah sama anak sama saja, merepotkan, menyusahkan dan membosankan. Aku serasa tidak dianggap keluarga. papa mama kemana kalian, kakakku sudah berubah jadi monster bersama dengan anaknya" guman faul kesal.

"setega itu kau kak kepadaku, aku ini adikmu bukan orang lain"

"Rendy anakku juga, bukan anakmu apalagi anak orang lain" kata Andi meniru cara bicara faul.

Faul tambah kesal, dia memancungkan bibirnya dan cemberut. seperti biasa yang dilakukan Rendy.

"Dia sama saja seperti Rendy. selalu cemberut" guman Andi yang melihat tingkah adiknya.

Eps. 3

"Papa bawakan sapu tangan warna merah. Papa menepati janji" kata Andi memberikan rendy sapu tangan berwarna merah.

Rendy mengangguk dua kali dan meraih sapu tangan di berikan papanya. Dia memasukannya ke dalam tasnya.

"Anak aneh, papa aneh, kalian berdua sama saja. Tidak mempedulikan aku yang sedang kesakitan" kata faul tidak terima.

"Baru digigit anak kecil sudah kesakitan. Kau orang dewasa atau bukan?"

Rendy mengajukan jempol pada ayahnya dan mengajukan jempol pada pamanya tetapi dia membaliknya. Dengan istilah paman cemen.

"Hei, bukan anak kecil yang mengigitku. Rendy sudah berumur 4 tahun, giginya sudah lengkap. Paha ayam goreng saja sudah ludes di makan olehnya. Wajar jika aku kesakitan"

"Rendy, tinggalkan saja dia. Kita pergi ke rumah sakit, cek up kondisi pisikologismu" kata Andi memegang tangannya anaknya.

"Anak, ayah sama saja. Tidak peduli denganku, aku serasa ingin menangis" kata faul dengan suara sedih.

Di perjalanan ke rumah sakit, mobil Andi di ikuti seseorang dari belakang. Supir yang menyadarinya langsung memberi tahu Andi.

"Pak, sepertinya ada yang mengikuti kita"

Andi menoleh kebelakang bersama dengan Rendy. Mobil itu memang dari tadi membuntuti Andi sewaktu keluar dari perusahaan.

"Biarkan saja, fokus untuk tetap menyetir"

Andi menelpon beberapa anak buahnya dan menyuruh mereka datang. Dua juga menyuruh faul datang membawa rendy ke rumah sakit.

"Lajukan mobil dengan kecepatan tinggi, sehingga mereka tidak bisa mengikuti kita" perintah Andi.

Supir yang mendengarnya sudah mengancap gas dengan keras. Dia ahli dengan balapan, jiwa supirnya mendadak melayang jika menyangkut balapan.

Rendy senang melihat mobil melaju dengan cepat. Dia sangat suka jika mobil melaju dengan cepat. Rendy menikmati hembusan angin dari jendela mobil.

"Mereka sudah tidak mengikuti kita lagi pak" kata pak sopir.

Andi menutup buku yang dibacanya, dilihat mobil faul sudah datang.

"Bawa rendy ke rumah sakit, aku ada sedikit urusan. Setelah selesai, aku akan ke sana"

Faul mengerti maksud kakaknya. Dia yakin jika ada seseorang lagi yang mengejar kakaknya. Mobil faul sudah melaju meninggalkan Andi.

"Pak, apa kita sudah boleh pergi?" Tanya pak sopir yang melihat tuannya duduk santai sambil membaca buku.

"Kita tunggu pemberontak itu. Aku sudah lama tidak meregakan otot-ototku" seketika tatapan Andi berubah. Dia kembali terlihat kejam.

Tidak lama, mobil yang membuntuti Andi datang. Mereka menembak ban mobil Andi setelah mengenali mobilnya.

"Bagus, mereka tidak bisa lari lagi" perintah kapten musuh Andi.

"Tapi, kita menembak ban mobilnya, bukan kakinya. Mereka masih bisa lari pak" kata salah satu anggotanya.

"Maaf" setelah menyadari tatapan tajam tuannya.

Andi masih terlihat santai setelah mendengar suara tembakan. Sementara supir Andi sudah berkeringat karena takut. Dia bahkan mengompol memdengar suara tembakan mengarah pada mobilnya.

"Bagaimana bisa tuan terlihat santai, sementara mau akan segera menjemputnya?" Guman pak sopir melirik tuannya di kaca spion.

Door...Door...

Tembakan datang lagi, kali ini kaca belakang mobil. Andi masih terlihat santai tanpa memegang senjata.

"Bos, dia tidak keluar walau kita menembaknya?" Tanya salah satu anak buahnya.

"Kau tidak menembak tubuhnya, hanya kaca mobil saja" ucap anak buah lain.

"Diam, kalian berdua berisik. Cepat tembak lagi..."

"Baik bos..." dia mengarahkan senjatanya tetapi

Door...Door...

Tembakan datang menebus kaca mobil depannya.

"Apa-apa ini? Dari mana tembakan itu?"

"Dari mobil Andi bos"

"Cepat serang dia..."

Semua anak buahnya turun sambil menghujam tembakan ke arah mobil andi.

Door...Door...Doorr

Andi membalas sambil bersembunyi di mobil.

Door...Door...Door...

Satu anak buah musuhnya mati. Tetapi mereka masih banyak dan berlari ke arah mobilnya.

"Aku akan keluar, kau cepat pergi dari sini" kata Andi bersiap berlari ke luar.

"Tapi pak..." belum selesai sopirnya berbicara, Andi sudah keluar dari mobil dengan berlari ke gedung yang dekat dengannya.

Door...Door...Door...

"Aku sebaiknya pergi dari sini, tidak perlu mengkhawatirkan pak Andi. Dia akan baik-baik saja walau terkena tembak. Aku yang akan mati jika tertembak. Belum tertembak saja sudah mengompol" kata pak supir dengan melajukan mobilnya sekencang mungkin untuk menjauh dari sana.

Andi berlindung di gedung, dia menaiki tangga. Musuh melihat, dia mengejar Andi dan menaiki tangga. Tetapi mereka semua tertembak.

Door...Door...Door...Door...Door...

5 orang terjatuh berguling-guling ke tangga. Mereka semua terkena tembak.

"Dasar bodoh, mengikutiku sampai ke sini. Aku hanya memancingmu, tangga di sini sempit. Kau jadi sasaran empuk" kata Andi dengan tersenyum sinis.

"Sial, anak buahku kalah semua. Aku harus segera pergi dan melapor" katanya sambil melajukan mobilnya meninggalkan Andi yang berusaha mengejar mobilnya.

Door.... Andi menembak ban mobil tetapi salah sasaran, mobil tersebut berbelok ke kanan.

"Lumayan pintar" guman Andi.

"Tuan, maaf kami baru datang. Tadi macet di jalan, dimana musuh kita. Dia berani juga dengan anda tuan, aku tidak akan biarkan dia hidup" kata Rio sambil mengepal tangannya.

"Terlambat, mereka semua sudah tertidur pulas"

"Anda menghabisinya sendirian?" Tanya Rio tercengah.

"Hebat juga tuan Andi, dia bisa melawan musuhnya sendirian. Kasihan orang yang sudah berurusan dengannya, mereka akan mati dilahap tuan" guman Rio

"Selidiki siapa mereka, buang mayat anak buahnya ke laut. Biar di makan ikan hiu" perinta Andi sebelum pergi meninggalkan rio dan bawahannya.

DI RUMAH SAKIT...

Rendy diam duduk kemudian mengambil kertas dan menulis. Dia lalu memperlihatkannya pada pamannya yang duduk di samping rendy.

"Papa di mana, kenapa belum datang juga?" Faul membaca tulisan Rendy.

"Sebentar lagi dia akan datang" kata faul sembari fokus dengan ponselnya.

Rendy menulis lagi dan menyuruh pamanya membacanya.

"Papa baik-baik saja kan?"

"Dia akan baik-baik saja. Dia itu monster yang bisa hidup walau di bunuh" kata faul yang sudah kesal karena keponakannya memganggu.

"Ah...." teriak Rendy.

Faul menghentikan aktivitasnya dan menatap rendy yang berteriak.

"Anak kecil ini menyusahkan" keluh faul.

Di tempat parkiran rumah sakit, Andi berjalan dengan tergesah-gesah. Takut putranya merindukannya. Tiba-tiba dirinya menabrak seorang dokter saat memasuki lif. Andi tidak membantu sama sekali, dia tetap masuk lif dan menekan tombol.

Dokter perempuan itu tidak terima, dirinya di tabrak kemudian tidak mendapat kata maaf. Di menahan pintu lif dan masuk.

"Anda tidak ingin mengucapkan sesuatu, anda baru saja menabrak saya" katanya dengan lembut.

"Tidak. Saya buru-buru" kata Andi tanpa menoleh sedikitpun ke perempuan tersebut.

"Kurang ajar, sudah menabrak masih saja sombong" gumannya.

"Maaf pak, saya tadi juga terburu-buru. Tetapi anda tidak seenaknya pergi begitu saja tanpa rasa menyesal sekalipun"

Pintu lif terbuka.

Ting...

Andi pergi, menghiraukan perempuan tersebut yang memakai seragam seperti dokter. Dipikirannya saat ini, hanya keadaan rendy. Rendy akan sangat khawatir padanya.

"Dasar orang kurang ajar, lihat saja, aku akan buat perhitungan denganmu nanti jika kita bertemu"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!