NovelToon NovelToon

Mencintai Seorang Bodyguard

Pengenalan Tokoh

...Audi Jessica...

Dialah seorang wanita tangguh yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Keluarga mereka adalah keluarga yang sangat harmonis dan bahagia, namun semua berubah setelah kepergian kedua orangtua Jessica. Kepergian yang membuat Jessica harus tegar menghadapi dan menjalaninya. Kejadian itu yang menjadi guru hidupnya selama ini, kejadian yang merenggut semua kebahagiaannya. Dan menjadikan ia sebagai gadis tangguh yang menyandang gelas Serigala Betina di sebuah perguruan ilmu beladiri.

...Aldyan Pranata Yoga...

Seorang Tuan Muda yang terkenal dengan kedinginan dan juga ketampanannya. Ia tipe laki-laki yang sangat tegas dan juga sangat sibuk, ia menghabiskan hari-harinya hanya dengan bekerja dan bekerja.

Tidak ada waktu santai baginya, yang ada dipikiranya hanyalah keluarga dan pekerjaan. Walaupun ia memiliki jabatan tertinggi di perusahaanya, ia tetap bekerja layaknya staff biasa. Jadi, tidak heran jika ia tak pernah berurusan dengan percintaan karena kesibukan dan kedinginannya.

...Kamila Pranata Yoga...

Adik Manja sang Tuan Muda, gadis yang sangat haus akan kasih sayang dan juga perhatian. Gadis yang dibesarkan tanpa kedua orangtua, gadis yang menganggap Aldy sebagai tumpuan hidupnya. Kamila tumbuh seperti gadis pada umumnya, tapi sikap manjanya lah yang membedakan ia dengan gadis-gadis di sekitarnya.

..._________...

"Kak... boleh, ya, boleh?" Kamila merengek dengan wajah manis yang dibuat-buat.

"Tidak, sekali Kakak bilang tidak, ya tidak. Mengerti!" tegas Aldy yang sudah bosan mendengar rengekan Kamila yang tidak ada hentinya.

"Ila bisa, Kak." Kamila masih merengek mengharap Aldy akan berubah pikiran.

"Ila janji akan menjaga diri Ila dengan baik, Ila akan pulang pada waktunya. Ila tidak akan mengecewakan Kakak." Kamila masih berharap Aldy akan mengizinkanya.

"Ila." Aldy memanggil Kamila dengan panggilan kesayangannya.

"I-iya, Kak," jawab Kamila lirih.

"Ila tau, kan. Bagaimana berharganya Ila di mata Kakak," ucap Aldy tanpa menatap ke arah Kamila.

"Baiklah, Kak." Kamila sudah menyerah, sekeras apapun dia mencoba tapi jika Aldy menolaknya bahkan enggan mendengarkan ucapnya, maka itu akan sia-sia saja.

Ini sudah kesekian kalinya Kamila meminta izin pada Aldy agar ia diizinkan membawa mobil ke kampus. Ia ingin seperti teman-temannya yang lain, bukan malah diantar jemput oleh sopir pribadinya. Ya, walaupun dia sudah terbiasa dengan sopir pribadi, tapi saat mengenal dunia kampus rasanya tidak seru lagi jika tidak membawa mobil sendiri, begitu pikirnya.

"Kakak akan carikan sopir pribadi sekaligus Bodyguard wanita untukmu." Nada bicara Aldy terdengar enteng namun tidak dapat dibantah oleh siapapun.

"Kenapa, Kak? apa Pak Jan mengundurkan diri?" tanya Kamila dengan nada sedikit kecewa. Kamila menduga-duga kenapa Pak Jan akan digantikan dengan yang baru. Padahal selama ini, dialah yang selalu mengantar Kamila ke manapun.

"Agar kau tidak merengek terus, wahai Nona Manja." Aldy Mencubit hidung Kamila kesal.

"Ah, sakit, Kak." Kamila menepis tangan kekar Aldy lalu memasang wajah cemberutnya.

Aldy mengeluarkan Hp dari sakunya lalu menghubungi Ken, sekretaris pribadinya sekaligus sahabat dan keluarganya.

"Hallo, Ken. Akhir pekan ini bawa seorang Bodyguard wanita yang seumuran denganmu dan juga bisa tinggal di rumahku, yang terpenting dia tidak banyak bicara!" perintah Aldy.

"Baiklah, akan ku bawa akhir pekan i----." Aldy memutuskan sambungan telepon sebelum Ken menyelesaikan ucapanya.

"Selalu seperti ini." Ken memelototi layar Hp-nya kesal.

Apalagi yang Gadis Manja itu inginkan. Tidak ada habisnya, kemarin tentang kuliah sekarang Bodyguard wanita... Agrhh.

Ken Mulai mencari seseorang seperti yang diinginkan Aldy. Yang seumuran dengannya dan bisa tinggal di rumah Keluarga Pranata.

Setelah lama mengotak-atik layar Hp-nya, ia tidak mendapatkan satupun Bodyguard wanita itu.

Pikiranya mulai melayang ke mana-mana sampai ia teringat pada seorang wanita yang dijuluki "Serigala Betina." sekilas Ken tersenyum dan mencari informasi tentang wanita tersebut.

"Apa dia mau?" ucap Ken ragu setelah melihat beberapa foto wanita itu di akun Instagramnya.

Gila, penampilannya sama sekali tidak berubah bahkan dia terlihat lebih menyeramkan sekarang. Dasar Serigala Betina! Batin Ken.

Ken mengetik beberapa kalimat lalu mengirimnya pada Sang Serigala Betina, berharap wanita itu mau membaca DM darinya atau bahkan mau membalasnya.

...______...

"Ken." Jessica mengerutkan dahinya tak percaya, membaca ulang satu persatu kalimat yang Ken kirim padanya.

"Apalagi yang diinginkan laki-laki ini, kenapa ia ingin bertemu denganku?" Jessica terlihat enggan untuk menemui Ken, tapi tidak mungkin Ken mengajaknya bertemu jika tidak ada hal penting yang akan dibicarakan, begitu pikir Jessica.

Bodyguard

Ken duduk di meja Kafe, menunggu kedatangan Sang Serigala Betina. Sudah hampir 15 menit ia menunggu tapi yang ditunggu belum kunjung datang.

"Hei, kau akan datang atau tidak?" pesan dari Ken terkirim.

"Maaf Ken, aku akan terlambat," jawab Jessica.

"Berapa lama lagi aku harus menunggumu?" Ken menarik nafas panjang mencoba menahan rasa kesalnya.

"15 menit lagi aku sampai." Jessica memberikan kepastian.

Jika ini bukan karena Gadis Manja itu, aku tidak mau menunggu lama, seperti ini.

Jessica bergegas meraih kunci motornya lalu memecahkan ramainya lalu lintas. Ia tidak menyangka kalau Ken mau menunggunya. Yang ia tau, Ken bukanlah orang yang suka menunggu seperti ini.

"Di mana laki-laki itu?" Jessica mengedarkan pandangannya, mencari sosok Ken pada tiap sudut ruangan.

"Maaf, Mbak, saya sudah membuat janji dengan Tuan Ken," ucap Jessica pada seorang pelayan.

"Mari saya antar." Pelayan itu berjalan di depan Jessica menuju sebuah ruangan khusus.

"Silahkan masuk, Tuan Ken sudah menunggu Anda." Pelayan tadi membukakan pintu dan menundukkan kepalanya hormat, lalu beranjak meninggalkan Jessica yang sudah masuk ke dalam ruangan.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Jessica duduk dan langsung berbicara pada point utama.

"Minum dulu, aku akan mengatakannya setelah kau minum." Ken memandang Jessica dengan pandangan yang hangat.

Serigala Betina tetaplah Serigala Betina, tidak akan berubah rupanya.

Jessica membuka air botol mineral dan meminumnya sampai setengah.

"Katakanlah!" Jessica menatap Ken dengan tatapan tajamnya.

"Baiklah, aku hanya ingin menawarkanmu sebuah pekerjaan. Ya, itupun kalau kau mau," ucap Ken dengan sedikit ragu.

"Pekerjaan apa?" Jessica mulai bicara dengan santai.

"Bodyguard sekaligus sopir pribadi adik Tuan Aldy." Ken berharap Jessica tidak akan memakinya sekarang.

Terimalah Serigala, ku mohon, jangan mempersulit pekerjaanku.

Terlihat Jessica berpikir sejenak. Tuan Aldy bukanlah orang sembarangan, jadi ia juga tidak mau asal-asalan menerima pekerjaan ini dan adiknya, tidak ada orang yang tau seperti apa adiknya. Selama ini ia tidak pernah bicara tentang keluarganya pada publik.

"Jelaskan apa saja tugasnya?" ucap Jessica meminta penjelasan pada Ken.

"Sederhana saja, mengantar dan menjemput Kamila ke kampus dan melindunginya dari bahaya," jelas Ken lalu tersenyum tipis.

Jadi nama adiknya Kamila, baiklah nama yang manis. Batin Jessica.

"Satu lagi, kau bisa tinggal di rumah Tuan Aldy." Ken menelan ludahnya sendiri, takut kalau Jessica salahpaham dengan perkataannya.

Ya, Aku butuh uang untuk tetap hidup dan aku juga butuh tempat berteduh yang layak. Tapi, bagaimana dengan anak-anak muridku dan juga Guru? Apa aku harus melepas mereka. Batin Jessica.

Selama ini Jessica menghabiskan waktunya di tempat bela diri, menuangkan kemampuannya di sana. Gaji yang diterima memang tidak seberapa, tapi ia senang dengan kegiatan itu. Setidaknya, ia bisa melupakan semua masalah hidupnya ketika berada di sana.

"Bagaimana, Jess?" tanya Ken serius.

"Aku rasa kau punya alasan tertentu mengapa memilihku dalam pekerjaan ini," ucap Jessica. Mengingat Ken sangat teliti dalam melakukan pekerjaannya, apalagi ini persangkutan langsung dengan Tuan Mudanya.

"Karena hanya kaulah yang memenuhi syarat untuk menjadi Bodyguard Kamila dan..." Ken ingin melanjutkan bicaranya namun langsung terhenti oleh ucapan Jessica.

"Kau tau seperti apa aku, jadi katakan saja langsung pada intinya!" ucap Jessica karena tidak mau lama-lama berbelit soal alasan.

"Besok aku akan menghantarmu menemui Aldy dan Kamila. Dan kau bisa mengemasi barang-barangmu mulai sekarang." Rasa lega mengalir di seluruh tubuh Ken. Walaupun Jessica tidak memberi tau kalau dia menerima tawaran Ken, tapi Ken cukup mengerti dengan gaya bahasa Jessica yang mungkin sulit dimengerti orang lain.

Jessica tidak menjawab apapun, tapi Ken bisa melihat ada sedikit garis senyum di bibirnya.

Sedikit tersenyum saja membuatmu terlihat berbeda, wahai Serigala Betina.

Jessica membiarkan Ken menatapnya seperti itu, walau sejujurnya ia ingin mengambil garfu lalu mencungkil bola mata Ken.

...________...

Ken melajukan mobilnya menuju Perusahaan, sekilas ia tersenyum ketika mengingat wajah kesal Jessica.

"Apa, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Jessica dengan tatapan tajamnya.

"Tidak, aku tidak menatapmu. Aku hanya menatap Serigala Betina yang sedang mengamuk," jawab Ken lalu tertawa puas melihat wajah Jessica yang merah karena menahan marah.

Baiklah, aku akan membiarkanmu tertawa sekarang, karena kau sudah memberikanku pekerjaan yang akan merubah hidupku. Batin Jessica.

Jessica tidak menjawab perkataan Ken, dia menikmati makanan yang ada di depannya, tidak memperdulikan tatapan hangat dari Ken.

Mobil Ken sudah memasuki area parkiran, ia turun dari mobil sambil membawa beberapa berkas penting yang harus ditandatangani Aldy dan juga Informasi tentang Jessica yang sudah ia rangkum sebelumnya.

Wajah ceria Ken seketika berubah setelah memasuki perusahaan, wajahnya terlihat dingin dan tatapan matanya sangat tajam dan mematikan.

"Hai, Bro," sapa Ken pada Aldy lalu duduk di sebelahnya, Ken meletakkan berkas-berkas penting di atas meja Aldy lalu menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi informasi lengkap tentang Jessica.

"Bacalah! jika kau tidak setuju, aku akan mencari yang lain." Ken memaki dirinya sendiri kalau sampai Aldy tidak setuju dengan pilihannya.

"Kau mengenalnya?" Aldy melirik Ken sekilas lalu kembali menatap beberapa lembar kertas di tangannya.

"Aku dan dia dulu satu perguruan," jawab Ken jujur.

"Kau saja yang bercerita, mataku sedang malas membaca." Aldy meletakkan kertas-kertas tadi di atas meja. Ia mulai tertawa ketika melihat wajah kesal milik Ken.

"Khemm..." Ken menarik nafas panjang dan meredam rasa kesalnya.

"Dia anak tunggal dari keluarga yang harmonis tapi semua berakhir ketika Ibu dan Ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan." Rasa sesak menghampiri Ken, dia kembali menarik nafas lalu melanjutkan ceritanya.

"Dia diasuh oleh Paman dan Bibinya, tapi mereka berdua tidak berniat baik. Mereka hanya mengincar harta warisan Jessica, mereka memaksa Jessica menjual rumah dan juga mobil dengan alasan biaya hidup." Ken diam sejenak.

"Saat itu, Jessica masih dalam keadaan terpuruk, jadi ia melakukan apapun yang diminta oleh Paman dan Bibinya tanpa rasa curiga sedikit pun. Mereka memperlakukan Jessica dengan baik sampai ia menginjak usia 18 tahun. Setelah itu, semuanya berubah, mereka mencampakkan Jessica bahkan tak mengakuinya sebagai keponakan mereka," jelas Ken panjang lembar.

Aldy hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan Ken, Ken kembali mengambil nafas panjang.

"Jessica memang sudah aktif dibidang bela diri sejak kedua orangtuanya masih hidup, bahkan sampai sekarang dia menghabiskan semua waktunya untuk mengajar di sana."

"Lalu di mana dia tinggal?" tanya Aldy iba.

"Setelah dicampakkan oleh Paman dan Bibinya, dia tinggal di sebuah kontrakan milik guru bela diri kami. Dia hanya membawa satu benda berharga yang mungkin sudah tidak ada lagi, sekarang," jawab Ken lalu menarik nafas lagi.

"Sebuah kalung yang ditaburi berlian dan juga emas, mungkin Jessica sudah menjualnya untuk bertahan hidup di kota ini," sambung Ken.

Sesak menghampiri dada Aldy ketika mendengar semua Informasi tentang Jessica.

Ternyata masih banyak orang di luar sana yang lebih menderita dari pada diriku, contohnya Jessica. Batin Aldy

"Sejak kapan kau mengenalnya?" tanya Aldy dengan mata melotot pada Ken. Aldy dan Ken sudah akrab sejak kecil, tapi Ken tidak pernah menceritakan tentang Jessica padanya selama ini.

"Sejak dia mematahkan tanganku." Ken tertawa sambil tersenyum malu.

"Kau masih ingat, saat aku pulang dengan tangan yang patah dan aku beralasan sudah mengalami kecelakaan ringan." Ken mengingatkan Aldy pada kejadian 7 tahun yang lalu.

Aldy tertawa setelah mengingatnya,

untuk pertama kalinya ia melihat Ken merintih karena kesakitan.

"Jadi, itu ulah Jessica?" tanya Aldy tak percaya. Sejenak ia lupa dengan sesak yang ada di dadanya tadi.

"Aku yang salah." Ken mengelus belakang lehernya dan tersenyum tipis.

"Apa yang kau lakukan padanya, sampai ia berani mematahkan tanganmu?" Aldy melirik Ken seolah-olah berkata "Anak nakal."

"Teman-temanku bilang dia adalah Serigala Betina. Tidak ada yang berani mendekatinya dan mereka menantangku. Jika aku berhasil tidak membuat Jessica marah atau kesal. Mereka akan membelanjakanku selama satu bulan." Ken tersenyum tipis ketika mengakhiri kata-katanya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Aldy penasaran. Ia masih ingin tau sejauh apa kedekatan Ken dengan calon Bodyguard adiknya itu.

"Aku hanya sedikit mengganggunya ketika selesai latihan, aku menghalangi jalannya pulang. Dia sudah memberiku peringatan, ku kira dia hanya bercanda dan ternyata dia benar-benar mematahkan tanganku." Ken sangat malu jika mengingat kejadian beberapa tahun itu.

"Dasar bodoh!" ucap Aldy pada Ken lalu mereka tertawa bersama.

...-----------...

Setelah pulang dari Kafe. Jessica menarik sebuah koper ke depan lemarinya lalu mengemas dan merapikan semua barang-barang yang akan ia bawa. Seketika pandangannya terpaku pada sebuah kotak kecil yang tersimpan rapi di laci lemari. Jessica meraih kotak tersebut.

"Ayah... Ibu, lihatlah putri kalian sudah besar sekarang," ucap Jessica sambil menatap lekat sebuah kalung yang bertaburan dengan berlian, kalung yang diberikan oleh ibunya sebagai hadiah ulang tahunnya, tepatnya hadiah perpisahan mereka.

Jessica memasukan kalung itu ke dalam kotak kecil tadi, lalu memasukan kotak kecil itu ke dalam kopernya.

Jessica menarik nafas lega setelah semua barangnya sudah masuk ke dalam koper. Ia berjalan menuju tempat tidur berukuran kecil miliknya, tempat tidur yang hanya cukup untuk dirinya sendiri.

"Ibu... aku merindukanmu." Jessica terus mengulangi kata-kata itu sampai ia larut dalam tidur dan mimpinya.

..._____________...

Di sebuah kamar mewah yang sangat luas yang hanya dihuni oleh satu orang yaitu Aldy.

Laki-laki itu menyandarkan kepalanya pada kursi belajar miliknya, menatap lekat sebuah foto yang terletak tepat di samping komputernya.

"Ibu, Aldy dan Kamila sekarang sudah besar, Ibu cepat sembuh di sana. Kami merindukan Ibu," ucap Aldy lirih.

Sebuah butiran bening jatuh dari matanya, laki-laki itu tidak menghela butiran tadi, membiarkan semua kesedihan yang ia dan Kamila rasakan selama ini keluar.

Setelah kepergian Ayah Aldy, Ibunya mengalami tekanan jiwa yang harus ditangani dengan cepat. Jika tidak, bisa berakibat fatal.

Sudah lama wanita paruh baya itu menjalani perawatan khusus di Negeri S, hampir 5 tahun sudah ia meninggalkan kedua anak kesayangannya, membiarkan mereka melewati setiap ujian tanpa ada seorang Ibu disamping mereka.

"Ibu... aku sekarang sadar, banyak orang di luar sana yang lebih menderita dariku. Ujian yang mereka hadapi jauh lebih berat dengan apa yang aku hadapi sekarang, bahkan mereka tidak punya tempat untuk bersandar." Aldy teringat dengan informasi yang ia dapat dari Ken tentang kehidupan Jessica.

Walau belum melihat Jessica secara langsung Aldy yakin bahwa wanita itu adalah wanita yang tangguh dan memiliki hati yang setegar karang.

Tok... tok... tok....

Kamila mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

"Kak." Kamila berteriak kesal karena pintu terkunci dari dalam.

"Kak Aldy, Ila mau bicara." Kamila masih berteriak sambil menggedor-gedor pintu lebih keras.

"Kak... apa kakak mendengarku?" Kamila semangkin berteriak.

Tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar, Kamila menyeret kakinya menjauh dari kamar Aldy. Ia mengurungkan niatnya untuk memohon pada Aldy agar ia diizinkan keluar akhir pekan ini, untuk menghadiri sebuah bazar besar-besaran di pusat kota.

"Apa lagi yang ingin gadis itu katakan," gumam Aldy yang baru keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya, namun ia tak menjumpai siapapun di depan kamarnya.

Apa lagi yang kau inginkan wahai Nona Manja. Jangan meminta hal-hal aneh lagi padaku, aku sudah sangat pusing karena permintaan yang kau ajukan akhir-akhir ini.

Aldy menjatuhkan dirinya di atas kasur empuk sambil menatap langit-langit kamarnya, badannya terasa sangat letih dan lelah.

Tak butuh waktu lama, ia sudah terlelap dalam tidurnya.

...______...

Udara sejuk masuk melalui celah-celah jendela kamar Jessica, membuat wanita itu terbangun.

"Masih pagi, matahari saja belum muncul." Jessica menatap keluar jendela, menarik selimut sampai menutupi wajahnya. Karena akhir pekan, Jessica berpikir ingin melanjutkan tidurnya.

Hp Jessica bergetar menandakan ada pesan baru.

"Siapkan dirimu, aku akan datang menjemputmu jam 07.00!" pesan dari Ken.

Spontan Jessica bangkit dari tempat tidur, meraih handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Hampir saja Jessica lupa dengan hal penting itu. Hari ini, dia akan bertemu dengan orang yang sangat penting, lebih tepatnya lagi, hari ini ia akan merajut takdir barunya.

Setelah selesai dengan ritual mandinya,

Jessica membuka lemari dan mengambil setelan baju yang akan ia pakai untuk memulai kehidupan barunya. Ia menatap bayangannya sendiri di kaca lalu memperbaiki ikatan rambutnya yang sedikit miring.

"Sempurna," ucap Jessica.

Senyum terlukis di wajah cantik Jessica, membayangkan kehidupan yang layak saja bisa membuat Jessica tersenyum manis seperti ini.

Ya, Tuhan. Aku harap kebahagiaan akan berpihak padaku kali ini.

Calon Kakak Ipar?

Mobil Ken melaju dengan kecepatan sedang, keluar dari daerah yang dipenuhi oleh kontrakan itu.

Walaupun Ken sudah mengetahui semua informasi pribadi tentang Jessica, tapi ia masih tidak percaya kalau Jessica sanggup bertahan di tempat seperti itu sampai 4 tahun lamanya.

Tuhan. Aku tidak akan meminta banyak pada-Mu, berikanlah kehidupan yang layak bagi wanita ini.

Dia sudah menjalankan semua ujian dari-Mu dengan sabar dan tabah, aku hanya ingin melihat dia bahagia. Batin Ken berdo'a untuk Jessica.

Tidak ada yang bicara di antara mereka, Ken memilih diam karena takut perkataannya akan mengubah mood Jessica apalagi sampai membuatnya kesal. Sedangkan Jessica sendiri memilih diam karena enggan untuk berdebat dengan Ken.

"Jess," panggil Ken yang tidak tahan lagi untuk terdiam.

"Hmmm," jawab Jessica yang enggan meladeni omong kosong Ken.

"Apa kau mengenal Jack?" Ken menyebutkan nama seorang ketua Geng Motor yang cukup terkenal di daerah kontrakan Jessica.

"Tentu saja, aku mengenal bocah ingusan itu. Kenapa kau menanyakannya? Apa dia melakukan kesalahan?" tanya Jessica sambil menaikkan satu alisnya menunggu jawaban dari Ken.

"Tidak, aku hanya ingin tau saja," elak Ken. Entah apa yang membuat Ken malas membahas tentang Jack padahal dia sendiri yang memulainya.

Apa yang ada dipikiranmu, Ken?

Kau ingin mengetahui apa tentang Jack?

Jangan bilang kau ingin bertanya masalah fotoku dengan Jack yang sempat Viral di kalangan Geng Motor!

...-Flashback On-...

1 Tahun yang lalu, Jessica menemukan Jack tergelampar di tepi sungai M dalam keadaan tidak sadarkan diri dan wajahnya dipenuhi memar bekas tinju.

Jessica mengangkat tubuh Jack yang cukup kekar dengan sekuat tenaganya, menelusuri jalan setapak.

Ia membawa Jack ke fasilitas kesehatan terdekat, butuh waktu yang cukup lama untuk keluar dari kawasan Sungai itu, ditambah lagi keadaan jalan yang tidak mendukung.

"Kau sudah sadar." Jessica mendekat ke arah tempat tidur Jack.

"Aku di mana dan kamu siapa?" Jack menatap sekeliling lalu beralih menatap Jessica penuh tanda tanya.

"Kamu di Puskesmas XXX. Aku menemukanmu di tepi sungai M dalam keadaan tidak sadarkan diri." Jessica duduk di pinggir tempat tidur.

Jack mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya, dia mendengkus kesal ketika tau dirinya telah ditipu.

"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama menemanimu di sini, aku akan memanggil beberapa orang untuk menjagamu." Jessica sudah berjalan menuju pintu.

"Tunggu." suara Jack membuat Jessica berhenti.

"Terima kasih telah menolongku, namaku Jack, namamu siapa?" ucap Jack memperkenalkan diri.

Jack menatap punggung Jessica yang belum memberikan jawaban atas pertanyaannya. Jessica membalikan badannya lalu berjalan ke arah Jack.

"Berapa usiamu?" Jessica bertanya balik.

"19 tahun," jawab Jack cepat.

"Panggil aku Kak Jess." Jessica menepuk pundak Jack pelan. Jack tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

Dia tidak menyangka wanita yang ada di depannya ini lebih tua darinya. Jika dilihat dari wajah Jessica, usianya sama seperti Jack, tapi dari penampilannya Jessica terlihat seperti usianya sekarang.

Ternyata usianya lebih tua dariku.

"Kak Jess, aku harap aku bisa membalas kebaikanmu," teriak Jack, takut Jessica tidak mendengar ucapanya.

Jessica hanya tersenyum lalu hilang di balik pintu.

2 Bulan setelah kejadian itu Jessica dan Jack tidak sengaja bertemu di sebuah Kafe XX. Jack meminta Jessica untuk berfoto bersama, Jessica mengiyakan karena dia menganggap Jack sebagai bocah ingusan saja.

Tapi siapa sangka, foto mereka akan viral di kalangan Geng Motor. Mulai sejak itulah Jessica berbaur dengan para anak Geng Motor. Ya, walau hanya sedikit menyapa saja.

...Flashback Off...

Jessica berjalan di belakang Ken, mereka memasuki rumah utama yang menjadi kediaman Keluarga Pranata selama 3 Generasi.

"Ambil semua barang-barang yang ada di mobilku, bawa ke rumah belakang sesuai apa yang ku jelaskan padamu kemarin!" ucap Ken mengingatkan seorang pelayan.

Pelayan itu mengangguk mengerti,

lalu melakukan apa yang diperintahkan Ken padanya.

"Duduklah, Serigala." Ken mempersilahkan Jessica duduk di sebuah sofa merah sambil tersenyum tipis.

"Hmmm..."Jessica duduk tidak menghiraukan apa yang dikatakan Ken padanya.

Selang beberapa menit, Aldy muncul dengan wajah dinginnya. Ia berjalan ke arah sofa kemudian duduk tepat di hadapan Jessica.

Padangan mereka bertemu, dengan cepat Jessica mengalihkan pandangan,

matanya terasa sakit setelah menatap mata coklat milik Aldy.

Tampan tapi dingin.

"Kamu tau apa tugasmu?" Suara dingin Aldy membuat wanita di hadapanya sedikit membeku.

"Saya tahu, Tuan," jawab Jessica semangat.

"Baiklah, berkerjalah dengan seluruh nyawamu," ucap Aldy.

Deg. Jessica menelan ludahnya sendiri mencoba mencerna dengan baik kata-kata Tuan Muda yang ada di hadapanya.

Huh, aku tau. Akj akan menjaga separuh harta dan juga nyawa Anda, Tuan. Jadi, aku akan berusaha melakukan yang terbaik.

Suasana hening, Ken hanya tersenyum tipis ketika melihat wajah Jessica dalam ketegangan.

Aldy menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi peraturan-peraturan rumah utama pada Jessica.

"Kau tak perlu menghafalnya, aku yakin daya ingatmu sangat kuat hanya dengan sekali membaca." Ia bangun lalu keluar dari ruang tamu.

"Goodluck." Ken mengedipkan matanya lalu menyusul Aldy.

"Baiklah, drama akan dimulai," ucap

Jessica lalu merapikan lembaran-lembaran kertas itu dan ikut keluar dari ruang tamu.

Kamila yang tidak tau menau tentang

Jessica mulai bertanya pada Ken.

"Kak Ken siapa wanita itu?" tanya Kamila. Ia menunjuk ke arah Jessica yang sedang duduk di kursi kerja Ken.

"Dia calon kakak iparku?" tanya Kamila penuh harap.

Belum sempat Ken menjawab pertanyanya, Kamila sudah melontarkan pertanyaan baru pada Ken.

"Bukan, dia sopir dan bodyguard pribadimu dan mungkin akan menjadi Kakak iparmu," jelas Ken. Ia tersenyum sambil menahan tawanya ketika melihat wajah merah Jessica dan wajah dingin Aldy.

Katakan saja apa yang kau inginkan, Gilaa! aku akan membalasmu di lain waktu. Batin Jessica.

Kamila menatap Ken heran, untuk pertama kalinya ia melihat pria itu tertawa dan tersenyum lebar setelah 5 tahun terakhir ini.

"Kak Ken nggak salah minum obatkan tadi malam?" tanya Kamila heran dengan sikap Ken.

Kamila bener-bener melihat sisi berbeda dari Ken hari ini, laki-laki yang berwajah dingin itu bisa tersenyum dan tertawa lebar hanya karena hal seperti itu.

Seketika wajah ceria Ken berubah menjadi dingin lagi, Kamila yang masih kebingungan dengan tingkah Ken semakin ditambah bingung lagi ketika melihat wajah Ken yang sudah kembali dingin.

Ah, dasar laki-laki aneh, tadi dia tersenyum dan tertawa lebar dan sekarang wajahnya sudah sedingin Kutub Utara. Batin Kamila.

Kamila berjalan ke arah kursi tempat Jessica duduk, meninggalkan Ken yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Hai Kak, aku Kamila." Kamila menyapa dengan senyum hangat dan wajah manisnya yang dibuat-buat.

Kenapa kau manis sekali, aku ingin menggigitmu sekarang.

"Saya Jessica." Jessica menundukkan kepala hormat karena di sini posisinya sebagai Bodyguard bukan teman ataupun kerabat dekat.

"Kak, jangan seperti itu. Aku lebih nyaman jika Kakak bisa bersikap seperti biasanya." Kamila memasang wajah manis seperti tadi.

Walaupun dikenal dengan julukan Serigala Betina, pada dasarnya Jessica sangat cepat berinteraksi dengan orang baru apalagi orang itu dibawah umurnya atau memiliki jenis kelamin yang sama dengannya. Hal itulah yang membuat Jessica sangat disegani oleh murid-muridnya yang masih duduk di bangku SMP.

"Aku boleh memanggil Kakak dengan panggilan normal, kan?" tanya Kamila penuh harap. Ia sangat ingin Jessica bersikap normal padanya, ia ingin Jessica bersikap seperti seorang Kakak bukan Bodyguard atau sopir pribadi.

"Lakukanlah apapun yang membuatmu nyaman dan bahagia," ucap Jessica mengizinkan. Lalu segaris senyum terlukis di bibir manis Jessica.

"Kak Jess, bagaimana jika begitu, Kak?" Kamila menatap Jessica lekat tidak mau memalingkan wajahnya.

"Terserah Kamila mau panggil apa," ucap Jessica pasrah.

Jessica mencubit pipi Kamila gemas, dari awal dia ingin memakan gadis itu tapi ia mencoba menahan diri karena mata Ken masih mengawasi mereka.

"Eh, maaf, Kamila. Aku sudah tidak tahan melihat wajahmu." Jessica tidak bisa mengontrol tangannya. Ia menurunkan tangannya lalu tersenyum malu.

"Kak Jess." Kamila menatap Jessica hangat. "Bolehkah aku memelukmu?" tanya Kamila lalu menundukkan kepalanya dalam.

"Mendekatlah," panggil Jessica.

Kamila memeluk Jessica hangat, entah kenapa dia sangat nyaman ketika berada dalam pelukan Jessica. Bahkan ia tidak rela melepas tubuh Jessica dari pelukannya.

Lihatlah Gadis Manja itu sudah kumat lagi.

Ada seuntai senyum di wajah Ken yang sedang melihat dari kejauhan, begitu pula dengan Aldy yang duduk tidak jauh dari Ken.

Rupanya kau lebih nyaman di dalam pelukan Jessica.

Jessica dan Kamila tidak menyadari bahwa ada empat mata yang terpaku pada mereka. Jessica hanya menatap Kamila dengan tatapan yang sangat hangat. Begitu pula dengan Kamila, ia tidak rela kehilangan momen seperti ini, bahkan ia tidak rela hanya untuk berkedip saja.

..._______...

Setelah adegan peluk dan tatapan itu selesai, Jessica pamit keluar dari rumah utama.

Dia hendak merapikan barang-barangnya di rumah belakang. Seorang Kepala Pelayan mengantarnya menuju kamar.

"Makasih, Mbak." Jessica memegang ganggang pintu tapi belum membukanya.

"Jangan sungkan untuk minta bantuan padaku atau pada pelayan yang lain jika Jessica ada masalah," ucap Kepala Pelayan itu lalu meninggal Jessica menuju dapur di rumah belakang.

Kamar itu berukuran dua kali lebih besar dari kontrakan tempat Jessica tinggal selama ini.

Jessica berjalan menuju lemari besar,

semua baju dan juga barang-barang sudah tertata rapi disana.

Apa ini, semua ini berlebihan. Aku bisa merapikan barang-barangku sendiri.

Tujuan Jessica ke belakang untuk merapikan pakaiannya tapi semua sudah rapi. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah utama.

"Serigala." Ken berteriak memanggil Jessica, yang dipanggil sama sekali tidak menoleh.

"Jess," teriak Ken lagi.

Jessica membalikkan badannya lalu berjalan ke arah Ken.

"Apa yang Anda inginkan, Tuan Ken?" tanya Jessica malas. Wajah kesal Jessica tidak bisa disembunyikan lagi.

"Ambil ini." Ken menyodorkan sebuah kartu kredit.

"Semua penghuni rumah belakang mempunyai ini." Ken menaruh kartu kredit itu pada tangan Jessica.

"Bekerjalah dengan seluruh nyawamu." Ken tersenyum tipis lalu masuk ke dalam rumah utama.

Baiklah, semua ini setimpal dengan pekerjaanku, aku berkerja dengan taruhan nyawa. Jadi, aku berhak menerima ini semua.

Terima kasih Ya Tuhan. Kau telah membukakan jalanku menuju takdir indah-Mu.

Jessica memasukkan kartu itu ke dalam dompetnya lalu masuk ke dalam rumah utama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!