Teeettt... Teeettt... Teeettt... (Suara bel sekolah berbunyi, semua siswa siswi baru kelas 10 berbaris di lapangan).
Fandi mengambil barisan dan mulai berbaris bersama siswa baru lainnya.
Semua anggota OSIS menginstruksikan agar semua siswa baru mendengarkan kata sambutan dari Kepala Sekolah, Pembina OSIS kemudian Ketua OSIS.
Fandi memperhatikan di sekelilingnya. Sesekali tersenyum kepada sesama siswa baru. Tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat sosok gadis manis yang rambutnya di kucir dua memakai pita berwarna pink. Gadis itu tersenyum begitu manis ke arah Fandi. Fandi terkejut merasa tak percaya ada gadis secantik itu menoleh ke arahnya dan melempar senyum semanis itu.
'Cantik sekali’ Pikirnya dalam hati, matanya tak berkedip memandang sang gadis. Seolah-olah ada magnet yang mencoba menariknya untuk terus dan terus melihat sang gadis.
Para pengurus OSIS mulai membagi semua siswa baru ke dalam beberapa gugus atau kelompok. Seorang kakak senior bernama Fatma yang mendapat kepercayaan untuk mengawasi salah satu gugus kemudian menyebutkan nama siswa siswi baru satu persatu.
“Fandi Rasyid?” Panggil Fatma seraya melihat ke arah barisan. Fatma adalah siswa kelas 12 yang terkenal jutek dan sangat sentimental dengan siswi perempuan. Mungkin karena Fatma merasa dirinya selalu kalah cantik dari siswi baru.
“Hadir kak.” Sahut Fandi sigap mengacungkan tangannya. Fatma melihat ke arah Fandi lalu mengangguk.
Fandi langsung berbaris di tempat yang telah di instruksikan oleh Fatma. Beberapa siswa lainnya tengah asyik berkenalan satu sama lain. Sesekali Fandi pun ikut berjabat tangan dengan teman-teman barunya. Tapi ada perasaan tidak tenang dalam hatinya dan ia tahu pasti itu.
‘Gadis tadi mana?’ Fandi menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari sang gadis yang dalam sekejap telah menjadi pujaan hatinya. Bagaimana tidak sosok gadis itu memiliki paras yang cantik, memiliki senyum yang manis yang mampu merontokkan hati kaum Adam, kulit putih dan bersih, rambut lurus panjang, tinggi, langsing, hidung mancung, bibir merah, benar-benar tak ada cela yang terlihat. Fandi merasakan hatinya gelisah tak karuan seolah ada sesuatu yang berharga yang telah hilang dan tak bisa ia temukan.
Fandi masih saja membiarkan matanya menyusuri sekelilingnya terus mencari sang gadis. Tiba-tiba suara lembut seorang perempuan mulai terdengar dan hatinya bergetar seolah memberi isyarat telah menemukan yang hilang tadi “hadir kak", matanya langsung menoleh ke sumber suara. Benar saja Fandi menemukannya dan untuk yang kedua kalinya Fandi kembali memandang gadis pujaan hatinya itu. Gadis yang sama sekali ia belum tahu namanya. Gadis itu kemudian berbaris di tempat yang sama dengan Fandi. Fandi senang bukan kepalang karena mengetahui mereka satu gugus.
‘Waaahhh....’ Fandi kegirangan. Sesekali ia tersenyum kecil dan hanya hatinya yang tau kenapa. Fandi yakin kehadiran sang gadis akan semakin memotivasi dirinya untuk belajar giat di sekolah itu.
Sekarang Fandi telah resmi menjadi salah satu siswa di sekolah itu. Sekolah yang menjadi favorit dan di cita-citakan semua anak seumurannya.
SMA ABCD adalah SMA swasta terbaik di kota itu. Selain lingkungan dan gedungnya yang modern seperti gedung perkantoran. Guru dan stafnya pun juga orang-orang terbaik pilihan. Ibarat akreditasinya sudah di atas A. Siswa disana pun rata-rata adalah anak dari keluarga kaya, kalaupun tidak kaya pasti siswa itu pintar. Dan Fandi berhasil sekolah disana berkat kepintarannya yang memenangkan olimpiade bahasa inggris tahun lalu saat ia masih duduk di bangku SMP. Beruntung sekali Fandi..
*****
Setelah Fatma selesai memanggil nama siswa siswi baru kelas 10 satu persatu, Fatma menyuruh mereka untuk mengikutinya menuju kelas.
Fandi melihat gadis tadi duduk di bangku paling depan. Lalu Fandi mengambil bangku paling belakang di pojokkan. Fandi memang termasuk siswa yang cukup tinggi di kelas. Jadi ia selalu tau diri untuk memilih bangku paling belakang agar tidak menghalangi pandangan teman-temannya ke depan saat belajar.
"Hey Bro!" Sahut seseorang yang mencoba membuyarkan konsetrasi Fandi yang tengah asyik memandang sang gadis.
"Eehh.. Iyaa iyaa." Fandi menjawab spontan terkejut. Ia mulai gugup takut bila ada yang menyadari tingkahnya sedari tadi.
"Gue Riko, lu siapa?" Riko mengulurkan tangannya. Fandi segera menjabat tangan Riko. Riko memiliki fisik yang agak berisi alias gemuk.
"Ooh iyaa, Gue Fandi." Fandi menjawab dengan sedikit gugup, salah tingkah karena takut ketahuan sedang memperhatikan seorang gadis.
"Lu dari SMP mana?" Riko bertanya lagi.
Akhirnya mereka mulai bercerita saling bertanya asal usul sekolah masing-masing.
Tak lama kemudian Fatma masuk ke kelas dan menyuruh mereka untuk mengisi nama masing-masing di buku absen. Saat tiba gilirannya. Fandi melihat buku absen tersebut dari barisan pertama. Dan mencoba menerka-nerka siapa gerangan nama sang gadis pujaan hatinya itu.
'Jingga. Apa namanya Jingga? Di liat dari urutan tempat duduknya seharusnya namanya Jingga’ Gumamnya manggut-manggut sendiri. Namun Riko lagi-lagi mengagetkannya. Kali ini Fandi mencoba untuk lebih tenang menghadapi Riko yang sepertinya kepo melihat tingkah Fandi yang mencurigakan.
“Oii.. bro! Di isi bukan di pandangin.” Riko mencoba memancing Fandi. Sebenarnya Riko dari tadi sudah menyadari jika teman sebangkunya itu sedang memandangi seorang gadis.
"Iya iya sabar." Jawab Fandi seadanya.
“Lu liatin apaan sih? Serius amat.” Celoteh Riko pura-pura penasaran melihat tingkah laku Fandi yang lagi-lagi salah tingkah.
“Gak kenapa-kenapa kok. Santai saja. Lu gak usah kepo!” Fandi mulai kesal dengan pertanyaan Riko yang menyelidik bak detektif. Riko tersenyum kecil dalam hatinya ia mulai meledek Fandi yang di kiranya sedang jatuh cinta.
Inikah namanya cinta..
Oh inikah cinta..
Cinta pada jumpa pertama..
Inikah rasanya cinta..
Oh inikah cinta..
Terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya..
Riko bernyanyi kecil sambil senyum-senyum sendiri. Fandi tidak menyadari bahwa Riko sedang menyindirnya dengan lagu yang sedang di nyanyikannya. Fandi hanya menikmati penggalan lagu yang di nyanyikan Riko, karena ia merasa lagu itu mewakili isi hatinya saat itu. Riko kembali bernyanyi berulang kali. Entah Fandi memang tidak paham atau Fandi sengaja berpura-pura tidak paham dengan insyarat temannya itu.
“Lu kenapa Rik? Senang sekali kelihatannya?” Fandi bertanya tersenyum melihat tingkah Riko seperti orang yang lagi khasmaran.
“Iya bro, gue lagi senang sekali. Gue sedang khasmaran bro. Gue tadi ketemu bidadari yang jatuh dari khayangan.” Ucap Riko seraya memejamkan matanya meyakinkan Fandi dengan ekspresinya.
“Lu jatuh cinta?” Fandi bertanya. Kali ini ia yang merasa penasaran.
“Sepertinya.” Riko masih saja memejamkan matanya.
“Sama siapa?” Tanya Fandi yang makin penasaran.
“Itu! Cewek yang duduk di depan.” Riko lalu membuka matanya dan memonyongkan bibirnya menunjuk gadis pujaan hati Fandi.
“Haahh? Beneran Rik?” Fandi makin penasaran. Disana ada 2 gadis dan ia takut bila ternyata temannya juga menyukai gadis yang sama. Fandi tak berhenti menatap tajam Riko.
“Auu ah gelap!” Riko kemudian tertawa kecil, karena berhasil memancing Fandi.
*****
Beberapa saat setelah mereka mengisi nama di buku absen, seorang guru masuk ke dalam kelas dan mulai berbicara memperkenalkan dirinya. Semua siswa tertegun melihat sang guru. Sang guru masih sangat muda, terlihat cantik dan elegan dengan setelan blazer yang ia kenakan.
"Selamat siang siswa-siswi sekalian” Suara guru itu terdengar keras dan jelas sehingga semua fokus melihat ke depan.
"Selamat siang buk." Jawab semua secara serentak.
"Perkenalkan nama saya Risma Saraswati. Panggil saya Ibu Risma. Saya adalah guru matematika di sekolah ini. Dan selama masa orientasi siswa atau MOS ini berlangsung, saya akan menjadi guru pembimbing sekaligus penanggung jawab dari gugus kalian ini. “Jelas ibu Risma seraya membuka map yang telah ia persiapkan saat masuk ke kelas.
Ibu Risma kemudian membacakan semua peraturan sekolah yang harus mereka semua patuhi. Termasuk apa saja kegiatan ekstrakurikuler yang bisa mereka pilih nantinya. Ibu Risma meminta semua siswanya maju satu-satu ke depan kelas untuk memperkenalkan diri masing-masing.
Saat tiba giliran Fandi, Fandi melihat sang gadis masih saja tersenyum ke arahnya. Fandi tidak tahu apakah sang gadis memang murah senyum atau menyukainya.
‘Aahh... itu tidak mungkin! Mana mungkin gadis secantik itu suka sama laki-laki seperti aku ini.’ Gumamnya merasa minder dalam hati. Karena Fandi yakin sang gadis tidak mungkin tertarik dengannya, secara penampilan Fandi sangat biasa. Fandi bisa bersekolah di SMA terbaik itu pun karena mendapatkan beasiswa bukan karena ia dari keluarga berada.
Lalu saat giliran sang gadis yang maju ke depan untuk memperkenalkan dirinya, semua siswa laki-laki melongo seakan takjub dengan parasnya yang cantik dan imut. Sepertinya bukan hanya Fandi yang tidak sabar ingin mengetahui siapa gerangan nama gadis itu. Melihat pemandangan itu ibu Risma tersenyum. Namun Fatma yang duduk di dekat pintu mengamati dan merasa kurang suka.
"Hai semua!" Sapa gadis manis tadi.
"Haiii..." Jawab semua serentak bersemangat karena semua sepertinya juga sudah tidak sabar ingin tahu siapa nama gadis itu. Apalagi siswa laki-laki semua manatap ke depan menunggu sang gadis mulai berbicara.
"Perkenalkan namaku Jingga Permata.” Suaranya terdengar sangat lembut dan merdu membuat hati Fandi tak karuan.
'Ternyata tebakkanku benar namanya adalah Jingga, namanya indah seindah orangnya.' Betapa girangnya Fandi setelah mengetahui nama gadis pujaan hatinya tersebut.
“Busyet! Cuaantiikk banget. Benar-benar seperti bidadari yang turun dari langit.” Tiba-tiba suara Riko terdengar memuji Jingga. Fandi menjadi kesal di buatnya. Ia takut jika ternyata memang Jingga lah gadis yang di maksud Riko tadi.
“Lu suka?” Tanya Fandi penasaran.
“Ya pasti sukalah. Tapi dia mustahil suka sama gue.” Jelas Riko menunjuk perutnya. Karena memang perut Riko terlihat buncit kegemukan.
“Kenapa memangnya?” Tanya Fandi mulai serius.
“Karena selain gendut gue juga pencicilan orangnya. Dan sepertinya tipe dia itu yang kalem seperti lu gini." Jawaban Riko membuat Fandi kaget, jantungnya berdebar-debar sekaligus senang.
“Ngawur lu!” Balas Fandi sambil memalingkan mukanya yang mulai memerah karena malu.
“Gue serius. Lu ganteng bro, cuma gaya lu aja yang perlu di permak dikit.” Riko lagi-lagi meyakinkan Fandi yang terlanjur minder dengan dirinya sendiri.
“Emang jeans di permak?” Fandi menjitak kepala Riko.
“Jadi beneran ini cewek yang lu pandangi dari tadi bro?” Riko menembak langsung membuat Fandi tak bisa mengelak lagi
Fandi hanya bisa tersenyum malu, karena tebakan Riko tidak meleset.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!