NovelToon NovelToon

BIDADARI BUMI YANG TERLUKA

BIDADARI BUMI YANG TERLUKA

Suara keras bantingan pintu membuatku terbangun dari mimpi.Bergegas ku keluar dari kamar menuju ruang tengah rumah kami.Ku lihat hanya emak yang ada di sana,duduk bersandar di daun pintu sambil menangis.

 Aku hanya bisa terdiam,menatap wajah sayu emak.Pipi emak bengkak dan lebam.Tak ada kata yang bisa keluar dari mulutku untuk bisa menghibur hatinya yang pasti hancur saat ini.Di benak ku  tersirat rasa benci pada abah...Apakah semua lelaki itu sama,hanya mementingkan hasratnya tanpa peduli perasaan kami,anak istrinya…..

Inilah kisah hidup kami,…emak ku, malaikat ku, bidadari bumi yang terluka

 

 

*** 

30 tahun yang lalu……

     Nama ku Yati,anak kampung dari Kalimantan.Waktu itu umurku baru 6 tahun,dan adik laki-laki ku berumur 4 tahun.      Abah adalah kepala desa di kampung kami,sebagai seorang kepala desa Abah memiliki tanah yang cukup banyak tapi hanya sebagian kecil saja yang bisa di urus.Abah sukanya nongkrong di warung yang ada di ujung kampung sedangkan emak tiap hari ngurus kebun dan sawah.Kalau emak sedang kerja di kebun atau sawah,aku lah yang menjaga adik dan membersihkan rumah.Beginilah keseharian ku sebagai anak perempuan di rumah.

Hari sudah sore.Aku bergegas menuju pintu dapur ketika mendengar ketukan yang pasti itu adalah emak,….

“Sudah masak nasi sama ikan asinnya nak?"tanya emak.

“Sudah mak”,jawab ku.

“Adik mu mana?"tanya nya sambil menyeka keringat.

“Baru saja tidur dalam ayunan mak”,jawabku lagi.

Emak masuk dan berjalan menuju ayunan,di usapnya lembut kepala adikku.

Emak duduk di samping ku,…

“Bikin sambel ya?"katanya lembut.

“Iya Mak,nggak lengkap kalau nggak pake sambel kan” sahutku sambil tersenyum.

Emak pun tersenyum.

“Abah mu belum pulang?” suaranya terdengar pelan dan serak, seakan bertanya pada dirinya sendiri.

“Belum mak”,jawabku tak kalah pelannya.

“Ya sudah,emak mandi dulu ya… baru kita makan” katanya sambil beranjak menuju kamar mandi.

Ku pandangi punggung emak yang menjauh, punggung yang memikul semua beban keluarga tanpa ada keluhan yang pernah ku dengar dari bibirnya.

Senja berlalu, kumandang adzan magrib sayup-sayup terdengar.Aku dan emak bergantian untuk melaksanakan sholat magrib karena salah satu dari kami harus bergantian menjaga adik ku.Selesai sholat magrib,kami pun makan malam bersama. 

 

 

***

  “Assalamualaikum Saroh,Saroh”…terdengar suara perempuan paruh baya dari luar rumah kami memanggil nama emak.

“Wa alaikum salam”,jawab ku.

Aku bergegas membuka kan pintu.

“Eh wa Tinah,nyari emak ya wa?”tanya ku.

“Iya,emak mu ada nak?”

"Ada wa,sebentar Yati panggilkan emak…."aku pun masuk ke dalam kamar emak.

Emak keluar menemui wa Tinah yang sedang duduk di teras.

“Ada apa wa?”tanya emak.

“Bagaimana keadaan mu,ku lihat sekarang kamu agak kurus."

"Mungkin cuma kecapean saja wa",sahut emak.

“Mana suami mu?”

“Biasa wa,paling nongkrong,"sahut emak.

“Sampai kapan kamu mau sabar dengan kelakuan suami mu?”tanya wa Tinah pelan seakan tidak mau terdengar oleh ku.

“Kamu yang kerja keras demi keluarga sedangkan dia asyik dengan perempuan warung itu.”

“Tambah hari kamu yang jadi kurus, sebaliknya perempuan warung itu yang menikmati hasilnya”

Emak hanya diam.Entah apa yang sedang emak pikirkan sekarang.

“Ya sudah,aku kesini mau ngambil bibit kacang tanah kemarin”kata wa Tinah.

“Iya wa,”sahut emak sambil beranjak masuk ke dalam.

Emak memberikan bungkusan yang berisi bibit kacang tanah itu pada wa Tinah.

“Aku pulang dulu ya Saroh,”

“Yati,sini!”…kata wa Tinah 

Sambil menyodorkan uang dua ribu.

“Ma kasih ya wa”sambut ku dengan senang.

Uwa Tinah dan emak tersenyum melihat ku.

“Uwa pulang dulu ya, assalamualaikum…”ucap uwa Tinah.

“Wa alaikum salam”sahut ku bersamaan dengan emak.

Hari sudah mulai senja,kami pun masuk ke dalam rumah.

Aku merasa malam ini suasana hati emak agak berbeda,emak lebih banyak diam dari biasanya.Entah karena ucapan wa Tinah sore tadi.

Bani,adik ku sudah terlelap selepas isya.Ku lihat emak belum tidur juga.Emak mendekat dan mengusap lembut kepala kami.

Tidak berapa lama aku pun hanyut terlelap dalam buaian kasih sayang emak.

 

 

***

Di tengah malam,aku terbangun karena mendengar benda pecah di susul suara abah yang lagi marah-marah.

“Aku kan sudah bilang, perempuan itu tugasnya menjaga anak dan pekerjaan rumah tangga,nggak usah ngurusin urusan suami di luar rumah”bentak Abah yang ku yakin pasti ditujukan pada emak.

“Maaf bah,aku nggak tahan lgi kalau kelakuan abah terus begini.Aku cuma minta,abah bisa menghargai perasaan ku sebagai istri abah.Kalau abah suka sama perempuan warung itu,tolong ceraikan aku..”kata emak sambil terisak.

“Abah nggak ada hubungan apa-apa sama  Inah,”tegas abah lantang.

“Kalau nggak ada hubungan,terus ngapain abah sama dia berduaan di dalam kamar, gelap-gelapan lagi.Emak liat sendiri bukan kata orang yang sering abah tuduhkan."Terdengar suara emak pelan.

“Ooo sudah berani kamu menguntit abah ya..? Baik, sekarang juga aku cerai kamu.Silahkan bawa anak-anakmu tapi jangan harap bisa membawa sepeser pun harta ku!" bentak abah lagi.Kemudian berlalu meninggalkan emak sendiri dalam tangisnya.

Aku mendekati emak.Airmata ku deras mengalir di pipi.

“Mak….”ucapku pelan.

Emak mengangkat wajahnya,berusaha keras untuk tersenyum walaupun jelas bulir-bulir air mata nya masih menetes.

Emak memeluk tubuhku erat.

Aku dapat merasakan betapa sakitnya perasaan emak saat ini

Malam pun berjalan terasa sangat lambat,mengiringi sedih dalam hati.

 

***

“Yati, masukan baju-baju mu dalam tas ini ya nak,sekalian baju adik mu sama baju emak yang di kamar.Emak mau ke rumah wa Tinah sebentar…”kata emak yang tiba-tiba muncul di depan kamarku.

"Baik mak.Tapi kita mau kemana mak..? sahut ku penasaran.

“Kita pulang jenguk nenek”

“Emak tinggal dulu sebentar ya?” Kata emak sambil berlalu.

"Iya Mak,jawabku.

Ada rasa senang di hatiku sebab kami mau pulang ke rumah nenek tapi juga ada rasa sedih, kepulangan ini pasti ada hubungan nya dengan pertengkaran terakhir emak dengan Abah.

Ku ambil baju dari lemari dan memasukkan nya ke dalam tas yang tadi emak berikan.Aku ingat ada uang simpanan ku di rak lemari paling bawah.Setiap emak ataupun ada orang yang memberiku uang tidak pernah ku pakai buat jajan,selalu ku tabung buat nanti masuk sekolah dasar.Ku hitung semua, terkumpul Rp 170.000,-.Tidak ku sangka sudah sebanyak ini.Ku simpan uang itu dalam dompet kecil dan ku masukan ke dalam saku baju.

Umurku sudah hampir 7 tahun, sebentar lagi aku daftar masuk sekolah.Senang rasanya membayangkan bisa sekolah,belajar dan bermain dengan teman-teman nantinya.

 

 

***

“Assalamualaikum wa Tin…,”sapa emak di teras rumah wa Tinah.

“Wa alaikum salam,eh Saroh….ayo masuk”,sahut wa Tinah ramah.

“Maaf mengganggu uwa sepagi ini,aku kesini mau pamit wa, kami mau pulang ke kampung…"emak kemudian menceritakan semua kejadian tadi malam pada wa Tinah bagaimana perlakuan abah sampai menjatuhkan talak pada emak.

Menurut emak,wa Tinah adalah orang yang pertama harus tahu semua ini karena wa Tinah merupakan kerabat paling dekat dengan abah,wa Tinah adalah kakak perempuan dari abah.Tapi wa Tinah lah yang banyak membantu emak selama ini.

“Semua pasti ada hikmahnya, semoga Allah SWT memberikan kesabaran buat kamu ya Saroh,”..kata wa Tinah terlihat sedih.

“Kalau begitu,aku pamit ya wa..”Emak beranjak dari duduknya.

“Tunggu sebentar Saroh,…"cegah wa Tinah kemudian masuk ke dalam kamarnya.

“Ini uang penjualan bibit kacang tanah yang kemarin lusa,”kata wa Tinah sambil menyerahkan uang sebanyak Rp500.000,-

“Dan ini uang Rp500.000,- buat Yati,sengaja uwa simpankan dulu buat nanti membeli perlengkapan sekolah nya,”tambah wa Tinah lagi.

“Tapi ini kebanyakan wa,”tolak emak.

“Saroh,Yati itu ponakan uwa.Simpan saja dulu uang ini,siapa tahu nanti kalian membutuhkan nya"..kata wa Tinah membujuk.

“Baik lah wa,kalau begitu aku pamit ya wa…"kata emak sambil mencium tangan uwa dan memeluknya.

Wa Tinah tak kuasa menahan air matanya,"yang sabar ya Saroh,…"ucapnya lirih.

Emak pun tak mampu membendung air matanya,tak mampu lagi berkata-kata.

Emak berusaha tersenyum,kemudian beranjak meninggalkan wa Tinah yang masih terdiam.

 

 

***

“Sudah selesai semua nak..?”tanya emak yang tiba-tiba muncul di depan pintu.

“Sudah mak”jawabku.

“Ini tolong kamu simpan di dalam tas bawaan mu”,kata emak menyodorkan amplop berisi uang pemberian wa Tinah.

Ku sambut uang itu dan langsung menyimpannya dalam saku tas.

Emak berjalan ke arah dapur.

Aku mengikuti dari belakang.

Emak membuka wadah tempat menyimpan beras,"Alhamdulillah masih ada", katanya.

"Kenapa uangnya disimpan di tempat beras mak..?,tanya ku.

“Biar nggak ketahuan abah,nak”jawab emak pelan.

“Ooo begitu ya…dasar perempuan durhaka”teriak abah yang tiba-tiba muncul.

Aku yang di depan emak,di dorong abah ke samping hingga terjatuh.Kemudian dengan cepat,abah merebut uang yang ada di tangan emak.

“Jangan di ambil bah…”cegah emak mencoba merebut kembali uang yang ada di tangan abah.

Mata Abah melotot tajam memandang emak, kemudian sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

Emak pun jatuh tersungkur di dekatku.

Dengan cepat ku peluk emak.

Kami berdua menangis seiring langkah kaki abah yang pergi menjauh.

Setelah yakin abah sudah tidak ada lagi,aku dan emak pun bangkit dari duduk.

“Cepat nak,kita harus berangkat sekarang”kata emak.

Aku pun bergegas mencuci muka,kemudian mengambil tas di kamar ku.

Emak keluar dari kamar  menggendong adik ku.Alhamdulillah adik ku ini anaknya tidak rewel seakan mengerti dengan keadaan emak sekarang.

 

 

***

Kami berjalan menuju persimpangan untuk menunggu taksi.

Aku membawa tas kecil serta menuntun Bani sedangkan emak membawa tas yang berisi pakaian kami.

Setiap berpapasan dengan para tetangga,mereka pasti bertanya kami mau pergi kemana.Emak cuma beralasan mau menjenguk nenek ku di kampung sebelah.

Tepat pukul 07.45 sebuah taksi angkutan pedesaan berhenti di persimpangan untuk menjemput penumpang yang mau ke kota atau pun ke kampung lainnya.

Kami bertiga pun naik taksi angkutan tersebut menuju ke kampung nenek.Sudah lama sekali tidak bepergian jauh seperti ini.

 

***

Masa sekarang…

 

“Yati…,Yati….,tolong emak”

“Ya,Mak…."

Aku bergegas menuju kamar emak,ku lempar handphone di atas kasur.Ku lihat emak yang sedang tersungkur di bawah kursi roda nya.Langsung ku papah tubuh renta nya kembali duduk di kursi roda.

"Gimana emak sampai jatuh…?tanya ku lembut seakan menghadapi anak yang masih kecil.

“Kalau emak mau apa-apa,kan tinggal panggil Yati”

“Yati tadi di kamar sedang mengerjakan sesuatu”,jelas ku lagi.

“Emak cuma capek tiduran terus jadi tadi mak coba mau duduk di kursi roda.Emak nggak mau semua tergantung sama kamu dan adik mu."

“Kok emak ngomongnya gitu,…Yati sama Bani kan anak emak jadi emang sudah seharusnya kan kami ngerawat emak seperti emak ngerawat kami dulu”…rayu ku membesarkan hatinya.

“Alhamdulillah,emak bersyukur punya anak-anak seperti kalian,"katanya dengan senyum bahagia.

“Oh iya,emak belum obat pagi ini kan…? sebentar Yati ambilkan air putihnya lagi ya..”

Aku ke dapur mengambilkan air putih serta obat Syaraf untuk emak.

Segera ku kembali ke kamar emak dan memberikan obat juga air putihnya.

Emak meminum obatnya dengan susah.

“Sekarang emak istirahat aja ya…”kata ku.

Emak tersenyum dan kemudian perlahan berbaring di kasurnya.

Ku usap dan ku cium lembut pipi emak.Ku ingin memberikan kasih sayang dan kebahagiaan di masa tua nya walaupun dengan keterbatasan ekonomi karena ku tahu harta memang tidak menjamin seseorang bahagia.

Selama ini emak sudah terlalu banyak menderita, menanggung beban kehidupan demi kami,demi aku dan adik ku.

Emak kerja keras banting tulang mencari nafkah demi kebutuhan hidup kami dan juga agar kami bisa sekolah seperti anak-anak lainnya.

Emak yakin pendidikan itu sangat penting minimal punya ijazah SMA biar bisa kerja,agar punya harapan yang lebih baik katanya.

Setelah ku yakin emak sudah tertidur,aku pun beranjak perlahan kembali ke kamar ku.

Ku buka lagi aplikasi menulis di handphone yang tadi ku tinggalkan.Saat ini aku coba belajar menulis novel,aku terinspirasi dari para penulis novel lainnya yang dapat menyalurkan hobinya berkarya sekaligus menghasilkan penghasilan setiap bulannya.

Selama ini aku hanya suka membaca novel untuk mengisi waktu jenuh.

Apalagi kalau habis pulang kerja shift malam,sebelum tidur ku sempatkan membaca sejenak.

Saat ini aku bekerja di sebuah minimarket milik perorangan dengan gaji di bawah UMP walaupun begitu aku sangat bersyukur karena jaman sekarang susah cari kerja,hari ini kamu keluar,besok pasti banyak yang melamar untuk menggantikan posisi mu.

Sedangkan Bani masih sekolah SMA kelas akhir,dia pun bekerja sambilan sepulang sekolah.Di tempat cucian motor dekat sekolah nya.Aku sangat bersyukur punya adik yang pengertian dan mandiri seperti dia.

Impian ku bisa membelikan rumah untuk emak agar kami tidak ngontrak lagi.Kalau mengharapkan gaji ku sebagai pegawai minimarket jelas mustahil.Selama ini gaji ku hanya cukup buat kebutuhan kami sehari-hari di tambah harus membeli obat syaraf emak tiap bulan serta membayar sewa rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi,aku harus siap-siap masak buat makan siang emak nanti.Ku tutup layar handphone ku dan segera beranjak menuju dapur.

 

 

***

Hari ini aku masuk shift malam lagi,tiap 1 minggu sekali semua karyawan disini tukar shift.Kalau shift pagi masuk pukul 08.30 pagi,pulangnya pukul 17.30 sore sedangkan yang shift malam masuk pukul 14.30 siang,pulangnya pukul 22.30 malam.

Kerjaan ku membersihkan ruangan dan menyusun barang-barang pajangan di rak sudah selesai bertepatan waktu istirahat,aku pun pergi ke gudang belakang.Disana tersedia ruangan khusus untuk karyawan istirahat baik mau makan ataupun sholat.

Ku buka bekal yang ku bawa dari rumah.Nasi di tambah telor dadar dan seiris tahu goreng pedas sudah cukup mewah bagi ku.

“Yat…”,suara di belakang membuatku kaget hingga tersedak.

Kak Ridwan tertawa melihat aku yang gelagapan mencari botol minum di tas bekal ku.

"Maaf ya ti,maaf….,katanya sambil duduk di depan ku.

Aku melotot kepadanya tanda jengkel.

“Aish…,melotot aja kok masih manis ya..”goda kak Ridwan.

“Mm gombal,nggak bakal mempan…”sungut ku sambil kembali menyuap sisa makan bekal ku dengan cuek.

Kak Ridwan terus memandangku hingga membuat aku jadi risih.

"Ada yang aneh ya dari cara makan ku…?tanya ku dengan sikap jutek.

“Enggak…cuman,sebentar….!”kata kak Ridwan dengan mendekatkan wajah nya ke wajah ku.

Aku merasa dada ku berdebar kencang.Sebenarnya dalam hati aku mengagumi nya tapi aku merasa takut kalau dia sampai tahu.

Aku merasa bertambah gugup.

“Ada tahi lalat di bibir mu…"katanya membuat aku bertambah kikuk hingga menjatuhkan kotak bekal ku.

"Kenapa ti…?

"Kamu kok grogi…?

“Kamu suka ya sama aku…?”katanya menggoda sambil tertawa.

“Enak aja.."jawabku sambil membereskan kotak bekal kemudian berlari pergi.

Aku lega setelah yakin kak Ridwan tidak mengikuti ku lagi,ku pegang dada ku yang masih terasa berdegup kencang.Saat-saat bersama kak Ridwan memang terasa indah bagi ku,candaan nya yang suka menggoda memberi warna tersendiri dalam hati ku tapi aku masih takut untuk mengakui rasa ini.

Aku kembali menuju lorong minimarket.

"Yat,kamu kemana aja….? Tanya Ririn temen sekaligus bestie terbaik ku.

“Dari belakang,istirahat makan lah”…jawabku dengan gaya alay.

“Hmmm pantes….,eh td kak Ridwan nyariin tuh…”potongnya lagi.

“Dah ketemu,”jawab ku sambil merapikan barang pajangan.

“Ngapain..?” Tanya Ririn penasaran.

“Biasa,ngajak ribut.”jawabku sembarang sambil tertawa.

"Huh kamu ini Yat,nggak peka banget sih sama perasaan orang.Kak Ridwan itu suka sama kamu,tahu nggak sih…?

“Enggak.”jawab ku dengan pasang muka bego.

“Dasar culun”.Kata Ririn sambil tertawa.

“Ehm..ehm..”suara keras di belakang kami.

“Eh bang Ronald,”kata ku dengan kaget.Sedangkan Ririn langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan nya.

Bang Ronald adalah supervisor minimarket disini.

“Kamu masih sibuk Yat..?”tanya bang Ronald tanpa ekspresi.

“Enggak juga bang."jawab ku agak tegang takut bang Ronald marah karena kami bercanda di jam kerja.

“Di depan ada ibu-ibu yang nyariin kamu,katanya keluarga kamu dari kampung.Coba kamu liat ke depan sekarang"katanya lagi dengan tegas dan berlalu meninggalkan kami.

"Sepeninggal bang Ronald,aku bergegas ke depan dekat area parkiran.Ku lihat 2 orang ibu sedang duduk mengobrol dengan satpam jaga di sana.

“Assalamualaikum,maaf…ibu mencari saya..?” Sapa ku dengan sopan.

"Kamu Yati,anaknya Maisaroh ya…?tanya ibu itu.

“Benar Bu,”jawab ku sambil tersenyum.

"Cantik…,persis ibu nya ya..?kata ibu yang satu lagi.

“Panggil ibu,uwa Ida dan ini adik nya uwa”,jelas beliau.

Aku pun langsung menyalami dan mencium tangan beliau berdua,tanda menghormati orang tua.

“Uwa masih ada kaitan kerabat sama wa Tinah,uwa mu.Kebetulan uwa berdua mau ziarah keliling Banjarmasin dan dapat amanah dari wa Tinah supaya nanti mampir ke tempat kerja kamu ini.Sebenarnya uwa mau ketemu emak mu tapi wa Tinah nggak tau alamat rumah mu sekarang."jelas wa Ida.

“Iya wa,kami baru 3 bulan yang lalu pindah”..jawabku.

“Ini ada titipan dari wa Tinah buat kalian”..kata wa Ida sambil menyerahkan bungkusan besar.

“Dan ini nomor telpon Laila,anak nya wa Tinah.Kalau kamu sudah di rumah hubungi wa Tinah di nomor ini ya…”

“Baik wa, secepatnya Yati hubungi wa Tinah.”

"Bagaimana kabar emak mu,Yat…?tanya wa Ida.

“Alhamdulillah baik wa,..”sengaja ku berbohong,takutnya nanti wa Tinah tahu keadaan emak yang sebenarnya dari wa Ida dan pasti itu akan membuat nya sedih nanti.

“Alhamdulillah….,kalau begitu uwa berdua pamit ya…,salam buat emak mu.”kata wa Ida.

“Baik wa,nanti Yati sampaikan emak.Terima kasih titipan nya ya wa”jawab ku sambil menyalami mereka kembali.

Aku berjalan menuju loker penyimpanan barang karyawan,ku simpan bingkisan dari wa Tinah di loker.Tidak lupa ku simpan juga nomor telpon kak Laila di handphone ku.

*** 

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 malam,semua karyawan yang masuk shift malam bersiap-siap untuk pulang.Aku bergegas menuju loker untuk mengambil barang-barang ku. 

“Yat,ban motor ku kempes mungkin bocor.Kamu pulang di anterin kak Ridwan aja ya…?”jelas Ririn.

Terus kamu gimana..?tanya ku balik.

“Ini aku lagi watshapp kakak ku,minta di jemput”, katanya lagi.

“Hmmm ada yang nyebut nama ku nih,”sahut kak Ridwan yang tiba-tiba nongol di belakang kami.

“Dasar kangkung…”umpat Ririn.

“Jailangkung Ririn,”sahut ku bersamaan dengan kak Ridwan.

“Iya,itu maksud ku,”kata Ririn nggak mau kalah sewotnya.

“Kak,anterin si culun pulang tuh..”kata Ririn cuek.

"Tumben,lagi berantem ya..?tanya kak Ridwan menggoda kami.

“Lagi M,ember…”teriak ku bersamaan dengan Ririn.

“Ban motor ku bocor kakak”jelas Ririn.

“Ooo ”,sahut kak Ridwan nggak mau kalah.

“Ya sudah,…ayo Yat,naik kuda terbang ku”kata kak Ridwan.

“Kuda terbang apaan,….bebek kali,”kata Ririn tertawa ngakak sambil lari menjauh.

“Dasar bocil,”teriak kak Ridwan.

Aku hanya bisa ikut tertawa.

“Ayo Yat,pegangan ya….kalau nggak pegangan takut nya nanti kamu jatuh,”

“Jatuh di hati ku..”timpalnya lagi.

“Gombal”,kata ku sambil duduk di boncengan nya.

Terbersit desir bahagia ku rasakan dalam hati.

Bersambung

 

Sampai kapan Yati dapat merahasiakan perasaan nya kepada Ridwan dan hal apa yang ingin di sampaikan wa Tinah pada Yati...?

Ikuti terus kelanjutannya ya...

RASA YANG TERPENDAM

"Kak...,kak..."suara Bani memanggil ku dari balik pintu.

"ya,tunggu sebentar Ban..."jawab ku dengan malas karena rasa kantuk yg masih menggelayut di mata.

Ku lirik jam di handphone ku sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi.Ku buka pintu perlahan.

Bani tersenyum melihat tampang ku yang masih awut-awutan.Dia terlihat sudah rapi dengan seragam sekolah nya.

"Mau berangkat ya..?"tanya ku.

"Ya iya lah kak,masa sudah rapi begini mau tidur lagi,"kelakarnya.Aku pun tersenyum sambil nyengir.

"Emak sudah ku mandikan,sudah sarapan juga tinggal minum obatnya aja yang belum,"jelas Bani.

"Tolong nanti kakak bantu ingatin emak,minum obatnya ya..."

"Pasti dong,"sahut ku cepat.

"Kakak hari ini libur kerja kan...?tanya nya lagi.

"Iya,hari ini aku libur.Emang kenapa...?tanya ku balik.

"Kalau kakak di rumah,kan ada yang jagain emak. Habis pulang sekolah,aku langsung aja ke tempat cucian motor.."jelasnya.

Aku cuma mengangguk tanda paham.

"Ya udah,ku berangkat dulu ya..."katanya sambil berlalu.

"Eits....,"ku tahan langkah Bani dan mengulurkan tangan.

"Salim dulu dong...!kata ku cepat.

Bani memandang ku dari kepala sampai ujung kaki.

"Nggak mau,bau belum mandi..."teriaknya sambil tertawa dan berlari menjauh.

Aku pun ikut tertawa melihat reaksi kocaknya.Kami lebih nampak seperti teman akrab ketimbang kakak beradik.

Bergegas ku ambil handuk kemudian menuju kamar mandi di belakang rumah.

Segarnya mandi pagi ini membuat perutku memanggil minta di isi.

Sebelum menuju meja makan,ku jenguk emak yang berada di kamarnya.Ternyata emak lagi mengerjakan sholat Dhuha.Aku sangat bersyukur memiliki ibu seperti emak.Beliau seorang ibu yang memiliki keyakinan kuat, walaupun menderita penyakit stroke tapi emak tetap berusaha melaksanakan ibadah nya walaupun dengan keterbatasan fisik nya.

Emak wanita kuat yang berjuang membesarkan kami hingga kini, memberikan seluruh perhatian nya untuk pendidikan kami.Emak pernah berkata kalau laki-laki dan perempuan itu harus mendapatkan pendidikan yang sama,tidak ada perbedaan nya.

Walaupun kelak perempuan itu tidak menjadi pekerja di luar rumah,hanya menjadi ibu rumah tangga dia tetap harus memiliki pendidikan dan pengetahuan agar bisa menjadi guru pertama bagi anak-anaknya kelak.

Berbeda dengan pola pikir abah dulu.Abah pernah bilang, perempuan itu nggak perlu sekolah tinggi-tinggi yang penting bisa baca dan tulis itu sudah cukup.Sungguh suatu pemikiran yang menurutku sudah ketinggalan jaman.

Ku lihat emak sudah selesai.Ku bawa kan obat emak untuk di minum pagi ini.

Emak tersenyum menyambut kehadiran ku.Di ambilnya obat di tangan ku dan langsung meminum nya.

"Terima kasih nak,"ucap emak lembut.

"Kamu nggak masuk kerja hari ini..?" tanya beliau.

"Yati hari ini libur mak.Emak mau makan apa siang ini nanti Yati bikin kan buat emak ya.."tawar ku.

"Nggak usah repot-repot, seperti biasa aja nak.Kalau ada uang,lebih baik kamu gunakan untuk kebutuhan mu juga.Beli lah pakaian yang kamu suka..."saran emak.

"Iya mak,nanti Yati beli."jawab ku mengiyakan agar emak senang.Suara di perut ku berbunyi.Emak tersenyum mendengarnya.

"Kamu belum sarapan...?tanya emak.

"Iya mak."jawab ku sambil nyengir.

"Ya sudah, sarapan dulu sana nanti masuk angin.."perintah emak seraya mengusap puncak kepala ku dengan lembut.

Sebelum beranjak menuju ke meja makan,ku kecup pipi emak.

*****

Selesai sarapan aku kembali ke kamar emak.Ternyata emak sudah terlelap karena habis minum obat.Aku pun kembali menuju kamar ku.

Teringat pesan wa Ida tadi malam, bergegas ku ambil handphone di atas meja dekat tempat tidur.

Ku cari kontak kak Laila,anak wa Tinah.Akhirnya ketemu.Ku coba chat lewat watshapp dulu.

"Assalamualaikum,maaf mengganggu....apa benar ini nomor kak Laila,anaknya wa Tinah...?ku coba kirim chat pertama.Belum ada balasan.Mungkin lagi sibuk,batin ku sambil mengambil bantal mau rebahan.

Tidak berapa lama pemberitahuan di handphone ku berbunyi tanda pesan masuk.

"Iya benar,maaf ini siapa ya...?"tanya nya balik.

"Aku Yati,kak.Anak Mak Saroh."Balas ku.

"Oo Yati,tunggu bentar ya dik.Kakak panggilkan wa Tinah sebentar."

Tidak berapa lama handphone ku berdering.

"Assalamualaikum..."sapa ku.

Sejenak tidak ada hanya terdengar suara Isak tangis perempuan yang tertahan.

"Wa,.."ku beranikan diri memanggil orang di seberang sana yang dapat ku pastikan itu adalah wa Tinah.

"Iya nak,ini uwa..."jawab seorang perempuan tua dengan serak.

"Bagaimana kabar uwa dan keluarga di sana.."tanya ku membuka pembicaraan kami.

"Alhamdulillah,uwa sekeluarga disini sehat."sahutnya.

"Terus kamu sendiri....,ibu dan adik mu bagaimana sekarang...? Semua baik-baik saja kan nak..?selidik wa Tinah,ada kecemasan yang ku rasakan dari kata-katanya.

"Alhamdulillah,kami disini juga baik wa.."jawabku kembali berdusta agar wa Tinah tidak khawatir dengan keadaan kami.

"Syukurlah kalau begitu,uwa lega mendengarnya."Terdengar suaranya lebih tenang,tidak seperti di awal tadi.

"Kata wa Ida,kamu sekarang sudah gadis mirip seperti emak mu dulu.Uwa jadi pengen ketemu kamu,nak.Uwa rindu sama kalian."kayanya dengan suara kembali bergetar.

"Iya wa,kapan-kapan kalau ada waktu libur kami sekeluarga pasti pulang jenguk uwa di kampung.."jawab ku membesarkan hatinya.

"Nak,kalau bisa secepatnya kamu pulang.Jenguk abah mu.Sepeninggal kalian,abah mu kawin dengan si Inah kembang warung itu.Sekarang abah mu sakit, banyak sawah dan kebun yang dijual Inah atas nama abah mu.Uwa hanya tidak mau hak waris kalian habis tidak bersisa oleh perempuan itu.Kasian emak mu yang dulu berjuang sendirian,malah perempuan itu yang menikmati hasilnya."jelas uwa panjang lebar.

"Insyaallah akan Yati usahakan wa..."jawabku.

"Emak dan adik mu mana...?tanya uwa lagi.

"Bani sedang sekolah wa,kalau emak sedang istirahat di kamar.."

"Ya sudah kalau begitu,uwa berharap kalian selalu sehat dan bahagia di sana.."do'a nya untuk kami.

"Aamiin,terima kasih wa.Uwa juga jaga kesehatan ya."balas ku.

"Iya nak,uwa tutup dulu ya.... assalamualaikum."

"wa alaikum salam.."jawab ku juga membalas salam dari wa Tinah.

Aku termangu mendengar cerita dari wa Tinah tadi.Enggan rasanya untuk kembali ke kampung apalagi harus bertemu dengan abah.Ada rasa trauma yang terus membayangi saat aku menyaksikan sendiri bagaimana abah menyakiti emak.Mempengaruhi ku sampai sekarang hingga sulit bagi ku untuk percaya dan menerima perasaan dari laki-laki.

Tapi apa yang uwa katakan ada benarnya.Selama ini emak yang berjuang kerja keras banting tulang,tapi perempuan itu dengan mudahnya merampas semua hak kami.Aku tidak akan tinggal diam begitu saja,akan ku rebut kembali apa yang menjadi hak kami.

*****

Ting....Ting...

Bunyi pemberitahuan pesan masuk di handphone ku.Ku lirik siapa pengirim nya.Aku pun tersenyum mendapati nama kak Ridwan adalah pengirim pesan itu.

"Ehm,lagi ngapain ya...?"

"Sama siapa...?"

"Lagi mikirin aku ya..?"goda nya.

Aku hanya tersenyum melihat semua pesan nya.

"Pede banget...."balas ku.

"Emang lagi nggak kerja nih...?"tanya ku balik.

"Kerja dong,biar bisa nabung buat masa depan kita."jawab nya yang bikin perasaan aku jadi nggak karuan.

"Emang benar...?tanya ku penasaran.

"Aduh nih anak nggak peka amat sih sama perasaan orang..."jawabnya lagi dengan emoticon marah.

Ku balas dengan emoticon tertawa.

"Nggak jalan ya...?selidik nya.

"Nggak, seperti biasa....di rumah aja nemenin emak.Kasian emak kalau di tinggal sendirian.

"Alhamdulillah,emang calon istri yang baik..."jawab nya lagi dengan emoticon peluk dan memberi lambang cinta.

Aku bingung harus membalas apa.Rasa trauma,takut masih membayang dalam hati.

"Kok diam."

"Sore ini boleh nggak kalau aku jalan ke rumah kamu...?"Skalian mau ketemu calon mertua."Pesan nya barusan makin membuat aku gelisah.Namun tidak ku pungkiri ada rasa bahagia yang datang masuk ke dalam relung hati.

"Boleh kak,asal bawain oleh-oleh yang banyak ya..."jawabku asal.

"Minta di bawain apa,...?tanya nya lagi.

"Apa aja deh,yang penting bisa buat di makan.."balas ku.

"Oke deh,nanti ku bawain.Dah dulu ya my love,kakak mau mencari nafkah dulu.."

Aku hanya senyum-senyum sendiri melihat pesan terakhirnya.

Ku lirik jam di meja dekat ranjang.Sudah menunjukkan pukul 10.00, sebaiknya aku ke dapur,masak buat makan siang kami.

*****

"Assalamualaikum..."suara Bani memberi salam terdengar dari luar.

"Wa alaikum salam.."sahut ku.

"Kok agak telat pulang nya Ban,"sapa ku pada Bani yang sibuk melepas sepatu sekolah nya.

"Iya kak,ada soal-soal pelajaran yang harus ku kerjakan."

Aku salut dengan Bani,dia tetap bisa membagi waktu antara sekolah dengan pekerjaan sampingan nya di tambah lagi kami harus bergantian menjaga dan merawat emak.

"Kakak sudah masak...?lapar banget nih."katanya dengan ekspresi menyedihkan yang di buat-buat.

"Sudah dong."jawab ku.Aku pun berjalan menuju meja makan di iringi Bani di belakang.

"Nih kakak sudah masak makanan kesukaan kamu,"pamer ku dengan mengangkat tudung saji.

"Ikan asin asam manis sama sayur urap,di tambah tempe goreng dan sambal super pedasnya"

"Alhamdulillah,.."kata Bani dengan senang nya.

"Emak...?tanya nya.

"Emak sudah makan siang,habis sholat Zuhur tadi juga sudah minum obat.Sekarang lagi istirahat di kamar.

"Syukurlah,kalau gitu.Ayo kak,kita makan sama-sama.."ajak Bani.

Aku pun mengangguk mengiyakan.

*****

Hari hampir menjelang magrib.Mulai tadi siang,hati ku rasa tidak karuan.Apa benar kak Ridwan mau datang ke rumah...,atau cuma sekedar candaan saja.

Adzan magrib pun berkumandang.Aku pun pergi ke belakang untuk berwudhu bersiap melaksanakan sholat magrib.

Selesai melaksanakan sholat magrib,ku rapikan kembali alat-alat sholat tadi.

Tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu.Aku terdiam sejenak,apa itu benar kak Ridwan....?Dada ku pun berdebar-debar.

Bersambung

Siapa sih yang mengetuk pintu,apa benar itu Ridwan.....

Jangan bosan tunggu episode berikutnya ya...

TAMU TAK DI UNDANG

Suara ketukan pintu kembali terdengar.Aku pun beranjak keluar kamar menuju pintu.

"Siapa kak...?"tanya Bani yang sudah berdiri di samping ku dengan menenteng buku di tangannya.

"Mungkin kak Ridwan, katanya sih mau datang kesini."jawab ku.

"Ooo,gitu."sahut nya singkat dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Assalamualaikum..."suara salam laki-laki dari luar.

"Wa alaikum salam..."jawab ku dengan membukakan pintu.

"Eh bang Ronald,ku kira tadi...."kata ku terputus.

"Emang lagi nunggu siapa..?"tanya bang Ronald dengan tersenyum.

"Aduh tumben bang Ronald tersenyum begini biasanya kalau di tempat kerja muka nya kaku terus.."batin ku.

Tapi sungguh harus ku akui senyum nya manis banget.

"Ah nggak siapa-siapa bang..."jawab ku salah tingkah sendiri.

"Ada apa ya bang,tumben datang ke rumah...? selidik ku.

"Enggak,cuma kebetulan lewat.Di depan ada orang jual terang bulan sama martabak jadi ku belikan buat kamu."jawab nya santai.

"Wah jadi merepotkan abang aja,"sambut ku dengan sungkan.

"Masuk dulu bang..?tawar ku.

"Kapan-kapan aja ya,aku masih ada urusan..."jawab nya sopan.

"Terima kasih sudah bawain terang bulan sama martabak ya bang."

Bang Ronald hanya tersenyum kemudian berlalu pergi dengan menggunakan motor gede nya.

Aku menatap punggung nya hingga hilang di keramaian."Tumben bang Ronald bersikap manis begitu,salah makan apa ya.

Sebenarnya sih tampan...,gadis mana pun yang melihat pasti klepek-klepek.Sayang, sikap nya yang dingin dan terlalu kaku.

Ku bawa masuk terang bulan juga martabak tadi.

"Apaan itu kak...?"tanya Bani yang mendadak muncul lagi di belakang ku.

"Aduh kamu ini,bikin kakak jantungan aja deh..."sungut ku.

"Masa gitu aja kaget,maka nya jangan terlalu banyak melamun.."sahut nya sambil cengengesan.

"Nih martabak sama terang bulan,"tawar ku sambil membuka kotak kemasan nya.

"Wah enak nih, alhamdulillah rezeki anak soleh."jawab nya dengan semangat.

"Kak Ridwan nya mana...?"

"Bukan kak Ridwan tapi bang Ronald,"jelas ku.

"Lho kok bisa..?"tanya nya lagi sambil memasukkan irisan terang bulan ke dalam mulut.

"Katanya sih kebetulan lewat jadi mampir sebentar."jelas ku yang kemudian ikut menikmati enak nya martabak telor.

"Kak Ridwan batal mau datang kesini..?"

"Entah,nggak ada kabar..."jawab ku asal.

Terdengar suara deru motor berhenti di depan rumah.Kami yang masih lagi asyik makan dengan refleks bersamaan menengok ke arah nya.

Memang sedari kak Ronald pergi,pintu tidak ku tutup kembali.

"Tuh orang nya,"ucap Bani memonyongkan bibirnya.

"Assalamualaikum,..."sapa kak Ridwan.

"Wa alaikum salam.."jawab ku berbarengan dengan Bani.

"Masuk kak,"tawar ku.

"Nih ku bawain terang bulan sama martabak.."kata kak Ridwan sambil menyerahkan kepada ku.

"Lho kok sama..?"kata Bani menyela.

Aku memandang ke arah Bani,ku harap dia paham kode ku.

"Enggak,kak...cuma sama aja,ini juga pas kami lagi makan martabak sama terang bulan gitu..."kata Bani dengan senyum di buat-buat.

"Kalau gitu,ku makan ke dalam aja ya kak.."

Bani pun langsung masuk ke dalam sembari membawa martabak juga terang bulan yang tadi di bawakan bang Ronald.

Kak Ridwan tersenyum melihat tingkah Bani, untung lah dia tidak bertanya macam-macam lagi.

"Emak mana...?"

"Di dalam kak,lagi istirahat di kamar."jawab ku singkat.

"Kakak mau minum apa...?" ku coba mencairkan suasana canggung antara kami.

"Nggak perlu repot-repot,ini aku juga belikan jus..."katanya sambil membuka gelas plastik kemasan yang berisikan jus jeruk dan alpukat.

"Kakak tahu darimana kalau aku suka jus alpukat sama makan martabak dan terang bulan...?"tanya ku heran.

"Kalau kamu suka sama seseorang harus tahu apa yang di sukai nya dan apa yang tidak."

" Gitu ya...?balas ku cuek.

"Libur Minggu depan,kita jalan yuk..."ajak nya.

"Minggu depan...?,mau kemana...?cecar ku penasaran.

"Ya terserah kamu mau kemana,nyantai aja..."

"Lihat nanti ya kak,bisa apa nggak..."jawab ku bimbang.

"Kalau nggak bisa,nggak apa-apa juga.Aku nggak maksa kamu kok..."kata nya tenang.

"Oh iya,besok kamu masuk shift pagi kan...?"

"Iya,emang kenapa kak...?"

"Habis pulang kerja bisa temani aku sebentar ke rumah sakit..?"

"Siapa yang sakit kak...?"tanya ku.

"Mama ku,habis operasi usus buntu.Bisa...?"

"Bisa kak.Tapi nanti aku pulang mau mandi dulu sekalian ganti pakaian,masa besuk orang sakit pakai seragam kerja..."canda ku.

"Ya iya lah,nanti ruangan bau kecut badan kamu."ledek nya.

"Huu..."sahut ku mendengar ledekan nya.

"Kenapa sih,nggak bisa ya ....sehari aja nggak ngeledek aku...?"kata ku memasang wajah cemberut.

"Nggak."potong nya dengan cepat sambil tertawa.

"Dasar cowok..."umpat ku.

Kak Ridwan menyudahi tawa nya,"sehari nggak gangguin kamu,sepi rasa nya Yat."

" Sepi apa nya...?"

"Tuh ada si Amel yang terus ngejar-ngejar kakak,kenapa nggak di respon...?"

"Kasian anak orang,kak."papar ku panjang lebar.

"Yang bilang anak monyet itu siapa...?

"Emang perasaan bisa di paksakan...?"

"Nggak kan."

"Lagian kamu nya aja yang nggak peka."jawab nya dengan gaya nggak kalah ketus.

"Oo gitu ya..?"balas ku memasang wajah bego.

"Aduh ini anak..."kata kak Ridwan dengan suara pelan nada menyerah.

"Yat,aku pamit dulu ya..."

"Aku mau ke rumah sakit dulu jagain mama malam ini, titip salam aja sama emak juga adik ipar ya..."tunjuk kak Ridwan ke arah kamar Bani.

Aku hanya tersenyum membalas ucapannya.

Ku lepas kepergian kak Ridwan sampai pagar rumah hingga tidak terlihat lagi bayangnya.

Ku langkahkan kaki masuk ke dalam rumah tak lupa menutup daun pintu.

Bani mendekati sambil tersenyum.

"Pilih yang mana kak...?goda nya.

"Apaan sih...?jawab ku pura-pura tidak mengerti maksud ucapan nya.

" Kakak kura-kura dalam perahu..."kata nya sambil tertawa.

"Serius nih kak."

"Kakak bakal pilih yang mana..?"

"Kalau Bani perhatikan,...bang Ronald itu orang nya dewasa cuman terlihat sedikit kaku sih."

"Seperti es di kutub,dingin."katanya dengan ekspresi orang yang kedinginan.

"Terus kalau kak Ridwan...?"tanya ku pengen tahu pendapat nya.

"Kalau kak Ridwan orangnya rame, humoris gitu deh."

"Gimana kak...?"

"Kakak sukanya sama siapa...?"desaknya mau tahu.

"Entah lah Ban,kakak masih belum terpikirkan."

Bani mendekat,dan merangkul pundak ku.

"Bani tahu kalau kakak masih belum mau membuka hati untuk menerima perasaan seorang pria."

"Jangan terus menutupi perasaan kakak pada siapa pun,jangan mematikan hati kakak sendiri karena masa lalu."

"Kakak berhak bahagia,kita berhak bahagia bersama orang-orang yang kita cintai kak."

Semangat nya sambil tersenyum.

Bani meninggalkan ku yang terpaku sendiri.

Semua yang di ucapkan Bani adalah benar.Aku berhak bahagia,kami berhak bahagia tanpa belenggu masa lalu.

Bani,....ternyata sekarang kamu sudah dewasa.

Ku seka air mata yang mulai menetes.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!