NovelToon NovelToon

SUAMI RAHASIA PENYANYI DANGDUT

SUAMI TERANIAYA

Sebelum subuh, Damar sudah bangun untuk salat tahajud dan persiapan salat berjamaah di masjid dekat rumahnya. Damar sebenarnya tidur sangat larut semalam karena ia menunggu Siska istrinya yang tak kunjung pulang. Tapi, karena sudah menjadi kebiasaan sejak kecil. Seberapapun capeknya, ia tetap bangun sebelum subuh.

"Bangun sebelum subuh itu bikin awet muda dan lancar rejeki, Le" pesan yang selalu diucapkan oleh almarhum ibunya Damar.

Damar meraih Ponsel miliknya yang sudah terlihat buluk. Beberapa pesan yang ia kirim ke Siska masih saja contreng satu. Sama seperti semalam.

"Ada di mana kamu, Sis? Bikin cemas saja"

Damar juga telah menghubungi beberapa teman Siska yang ia kenal, tapi tidak ada yang mau menjawab di mana keberadaan perempuan itu. Teman-Teman Siska seperti sengaja menyembunyikan keberadaan Siska dari Damar.

"Apa kamu mabuk lagi kayak waktu itu, Sis? Gimana kalau sampai terjadi sesuatu sama kamu?Kalau dari gelagat teman-temanmu, sih kayaknya iya. Dulu mereka juga tidak ada yang menjawab waktu aku menanyakan keberadaan kamu. Ternyata, kamu mabuk dan menginap di rumah Selfi, sahabatmu. Semoga suatu saat nanti kamu sadar, Siska. Arya butuh kasih sayang seorang ibu."

Damar sudah tiga tahun ini menjadi menantu di keluarga Tuan Hisyam. Damar bukanlah kekasih dari Siska. Melainkan Damar hanyalah suami pengganti dari laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab setelah menghamili Siska. Untuk menutupi aib keluarga, akhirnya Tuan Hisyam memilih Damar yang notabene adalah anak dari Mbok Narsih, perempuan tua yang bekerja di rumah Tuan Hisyam sebagai buruh cuci.

Mbok Narsih pun tidak kuasa menolak permintaan majikannya itu apalagi pada saat itu Mbok Narsih sedang menanggung hutang yang cukup besar kepada Tuan Hisyam yang ia gunakan untuk mendaftarkan Damar di sebuah SMK, beberapa tahun lalu.

"Mbok, tolong saya ya. Rayulah Damar untuk mau menikah dengan Siska. Mbok Narsih tidak mau kan melihat orang mempergunjingkan Siska? Bagaimanapun Siska itu sudah pernah dirawat sejak kecil oleh Mbok Narsih, bukan? Anggaplah Siska sebagai anak Mbok Narsih juga," rayu Tuan Hisyam tiga tahun lalu.

Mbok Narsih pun berjanji untuk merahasiakan perihal kehamilan Siska dari orang lain. Hanya ia, Damar, dan keluarga Tuan Hisyam sajalah yang mengetahui hal itu. Dan tentunya laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu. Damar sebagai anak yang sangat menghormati ibunya dan Tuan Hisyam pun menerima pernikahan itu dengan lapang dada.

Akhirnya digelarlah acara pernikahan antara Damar dan Siska dengan acara resepsi yang cukup mewah Semua relasi bisnis Tuan Hisyam pun diundang ke acara tersebut. Dan awal kehancuran hidup Damar pun dimulai sejak saat itu.

Siska sebagai istri Damar sama sekali tidak menghargai Damar sebagai suaminya. Ia memperlakukan Damar tak lebih dari seorang pembantu. Kata-Kata kasar sering terlontar dari mulut Siska dan menyakiti hati Damar. Namun, Damar legowo menerima semua perlakuan itu. Ia beranggapan bahwa wajar apabila Siska yang merupakan anak orang kaya belum bisa menerima dirinya sebagai suami secara langsung. Pada saatnya nanti Siska pasti akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Tuan Hisyam dan istrinya pun tidak jauh bedanya dengan Siska. Mereka tidak pernah mau makan satu meja dengan suami Siska itu. Mereka juga sering membebani Damar dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sepatutnya dikerjakan oleh pembantu. Damar yang sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil tidak menganggap hal itu sebagai sebuah siksaan.

Bulan pun berganti, perut Siska semakin membesar. Damar yang sejatinya sudah mengetahui bahwa bayi di dalam perut Siska bukanlah darah dagingnya, ia tetap menjadi suami yang siaga untuk Siska dan bayi di dalam perutnya. Siska yang pada dasarnya manja itu pun sering meminta hal-hal aneh kepada Damar dan sering marah-marah ke Damar kalau keinginannya tidak segera dipenuhi. Hingga lahirlah bayi laki-laki yang bernama Arya di keluarga mereka. Damar sangat meyayangi Arya seperti anaknya sendiri. Tuan Hisyam dan istrinya pun sayang kepada Arya. Sedangkan Siska, semenjak Arya lahir, ia kembali sering keluar malam seperti pada saat belum menikah dulu.

"Siska, Arya ingin kamu gendong tuh!" rayu Damar pada Siska.

"Kamu saja yang gendong. Aku capek!" jawab Siska.

Semenjak Arya lahir, Damar semakin bersemangat untuk hidup. Ia yang sejak menikah dengan Siska diam-diam menekuni profesi ojek online pun semakin semangat bekerja. Tuan Hisyam sampai heran dari mana Damar bisa mendapatkan uang untuk membeli susu Arya yang terbilang mahal. Damar bilang dia menjalin kerjasama bisnis dengan temannya.

"Halah! Bisnis apaan! Awas kamu kasih makan cucuku dengan barang haram!" bentak Tuan Hisyam.

"Naudzubillah, Pak. Damar tidak mungkin memberikan nafkah haram kepada Arya. Lebih baik Damar meminta kepada Bapak daripada memberikan nafkah haram kepada Arya," jawab Damar.

"Nah gitu. Kamu nggak usah sombong sok-sokan kerja buat Arya. Kamu cukup di rumah saja meladeni kebutuhan kami semua di sini itu sudah cukup," bentak Tuan Hisyam.

Damar tidak menyahut. Semenjak Damar menikah, ia memang mulai bekerja di luar. Ia memberikan nafkah lahir kepada Siska meskipun tidak seberapa paling-paling hanya cukup untuk membeli skincare perempuan itu. Makanya Siska sering mengolok-olok suaminya karena sebagian besar kebutuhan hidupnya masih ditanggung oleh jatah dari ayahnya sendiri.

Sebagai suami, Damar pernah menasehati Siska untuk hidup lebih sederhana karena mereka sudah menikah agar tidak bergantung kepada orang tua terus-terusan. Tapi, bukannya disambut baik, Siska malah memaki-maki Damar dan menganggapnya sebagai laki-laki tidak berguna. Kalau sudah begitu, Siska tidak akan mau tidur sekamar dengannya lagi.

Urusan nafkah batin? Sejak menikah, Siska tidak pernah mau melayani Damar. Baginya Damar bukanlah benar-benar suaminya. Ia hanyalah laki-laki bodoh yang mau menutupi aib keluarganya demi melunasi hutang almarhum ibunya.

Saat Damar akan keluar rumah menuju masjid, samar-samar Damar mendengar suara cekikian orang dari kamar tamu. Damar menghentikan langkahnya.

"Loh, itu kok seperti suara Siska? Apa yang dilakukan Siska di kamar tamu? Siska sedang ngomong sama siapa?"

Untuk mengobati rasa penasarannya, Damar pun berjalan mengendap-endap menuju kamar tamu. Jantungnya berdegup kencang saat ia semakin dekat dengan ruangan tersebut. Pikirannya berkecamuk, apalagi suara itu semakin terdengar mirip dengan istrinya. Begitu Damar sudah sampai di pintu kamar tamu, Damar pun membuka pintu kamar tamu lebar-lebar dan langit seakan runtuh saat itu begitu Damar menyaksikan Siska sedang berada satu selimut dengan Dave, salah satu teman SMA Siska yang pernah datang ke acara pernikahan mereka tiga tahun lalu.

BERSAMBUNG

Bagaimana reaksi Siska dan Dave? Apa yang akan dilakukan Damar?

PERTIKAIAN

Damar benar-benar marah saat itu. Bagaimana tidak? Perempuan yang paling ia sayangi selama ini ternyata berselingkuh dengan pria lain di kamar tamu mereka sendiri. Meskipun sebagai suami ia belum pernah merasa disayangi oleh Siska, tapi perbuatan bejat mereka ini tentunya sangat menyakiti hati dan merendahkan ego Damar sebagai suami sah Siska.

BRUAK!!!

Damar yang tidak pernah berbuat kasar selama ini membanting pintu dengan keras dan membuat Siska beserta Dave terkejut.

"Astagfirullah!! Apa yang kalian lakukan di sini?" teriak Damar dengan suara keras.

"Damar!!" pekik Siska perlahan.

Damar melangkah ke arah mereka berdua, kemudian laki-laki itu menyingkirkan Siska yang sedang berada di atas tubuh Dave sehingga tubuh Siska berguling ke samping dengan keadaan tanpa sehelai benangpun. Tidak cukup sampai di situ, Damar menghantam muka Dave dengan pukulan cukup keras.

"Aduh!!!" pekik Dave.

Dave berusaha bangkit dan menghalau serangan Damar, namun serangan Damar yang bertubi-tubi itu gagal ditangkal oleh Dave sehingga pria itu menerima beberapa pukulan terutama di bagian wajahnya. Pada suatu kesempatan, Damar mengambil vas bunga yang berada di meja pojok ruangan. Ia sudah bersiap untuk menghantamkan vas bunga itu ke kepala Dave yang tidak berdaya. Namun, tiba-tiba Siska berlari ke arah Dave dan ia memasang badan di depan Dave.

"Bunuh aku saja, Damar! Bunuh aku!" teriak Siska dengan lantang.

Siska tahu semarah apapun Damar, ia tidak akan pernah tega terhadapnya.

"Kamu pikir aku tidak akan tega membunuhmu juga, Siska. Perbuatan kamu kali ini tidak bisa diampuni lagi, Siska!" ucap Damar dengan penuh amarah.

Siska mulai merasa ketakutan dengan perkataan Damar. Ia benar-benar takut Damar akan membunuh Dave dan juga membunuh dirinya.

"Damaaaaar!!! Jangan!!!!" Siska memohon kepada suaminya yang sedang kalap itu.

Damar kali ini tidak bergeming. Kemurkaannya sudah memuncak.

"Ampuuuuun, Damar!" Siska terus memohon dengan penuh rasa ketakutan.

Damar memandang wajah istrinya dengan penuh amarah. Damar tiba-tiba teringat saat ibunya memohon kepada Damar untuk menikah dengan Siska. Damar awalnya menolak karena merasa tidak pantas menjadi menantu Tuan Hisyam, terlebih saat itu kondisi Siska sedang hamil oleh orang lain. Namun, karena ibunya terus memohon, akhirnya Damar mau menjadi pengantin penyelamat bagi Siska dengan satu syarat, setelah bayinya lahir mereka mau mengulangi akadnya lagi.

Awal-Awal menikah Siska cukup menurut kepada Damar meskipun lebih sering ketus. Bagaimana tidak? Damarlah yang memenuhi segala kebutuhan Siska sejak hamil. Mulai dari susu kehamilan, vitamin, dan makanan-makanan aneh yang diidam oleh Siska.

Pernah tengah malam, Siska mengidam minta es buah. Damar mencari keliling kota tidak menemukan pedagang yang menjual es buah. Akhirnya, Damar pun berinisiatif membuatkan es buah untuk istrinya. Dan ajaibnya, Siska suka sekali dengan es buah buatan Damar. Dan sejak saat itu Siska sering minta dibuatkan es buah oleh Damar.

Selama Siska hamil, Damar sering membaca ayat suci Al-Qur'an di dekat Siska. Awalnya Siska marah dan mengata-ngatainya karena merasa terganggu, tapi Damar tidak kehabisan akal. Dengan kesabarannya ia mengatakan kepada Siska bahwa janin yang sering dibacakan ayat suci Al-Qur'an pertumbuhannya akan lebih bagus dan akan lebih tenang sehingga proses kelahirannya akan lebih mudah. Siska pun percaya karena ia merasakan sendiri, janin di dalam perutnya yang cukup aktif menendang-nendang, mendadak menjadi lebih tenang kalau Damar membacakan ayat suci Al-Qur'an di dekatnya.

Selama hamil, Siska pernah satu kali masih keluar malam untuk minum-minum dan menginap di rumah salah satu sahabatnya. Damar pun menasehati istrinya untuk berhenti minum-minum sementara karena itu dapat membunuh janin yang sedang ia kandung.

"Biar saja janin ini mati! Memang itu yang aku inginkan. Janin ini yang sudah merenggut kebahagiaanku berkumpul dengan teman-teman! bantah Siska saat itu.

"Kamu jangan ngomong begitu, Siska. Apa kamu tidak tahu, keguguran itu lebih beresiko dibanding kelahiran? Banyak anak muda yang mati saat keguguran!" jawab Damar.

Siska pun akhirnya menurut dan tidak pernah keluar malam lagi bersama teman-temannya.

Demikianlah Siska, di satu sisi ia kadang menurut kepada Damar karena ia tahu Damar sangat menyayanginya. Tapi, di satu sisi ia sangat membenci pria miskin yang hanya menjadi suami penyelamat nama baik keluarganya itu.

Siska tetaplah Siska, sebenci apapun ia dengan Damar. Ia juga adalah wanita normal yang juga memiliki hasrat. Apalagi Damar meskipun miskin, ia juga memiliki wajah yang cukup tampan dan bentuk badan yang atletis. Pernah di usia kehamilan memasuki tujuh bulan, saat Damar baru saja mengompres kaki Siska yang agak bengkak, Siska tiba-tiba berhasrat ingin melakukan hubungan suami istri dengan Damar. Namun, Damar saat itu menolaknya dengan halus dengan alasan Siska harus beristirahat.

"Kamu jangan sombong kenapa sih, Damar? Apa aku ini kurang cantik? Belum tentu aku akan mau tidur denganmu besok dan seterusnya? Atau jangan-jangan kamu itu tidak normal, ya!" omel Siska ketus karena mendapat penolakan dari Damar.

"Tidak begitu, Siska. Kamu itu sangat cantik. Tidak ada satu pun laki-laki yang tidak tertarik denganmu. Tapi, kondisi tubuhmu sedang tidak baik. Lihat kakimu sedang bengkak. Sebaiknya kamu beristirahat dulu sekarang. Besok aku akan menelpon dokter Indri supaya datang ke sini memeriksa kehamilanmu," jawab Damar santun.

"Maaaaaa ... Maaaa ..." Tiba-Tiba terdengar suara Arya dari kamar sebelah.

Arya memang masih belum bisa berbicara dengan lancar. Kata-Kata yang sering ia ucapkan adalah "Pa" atau "Ma". Meskipun selama ini Siska tidak begitu peduli dengan Arya, ia lebih sering dimomong oleh Damar, tapi Damar selalu mengajari anak itu tentang kebaikan, termasuk untuk memaklumi kesibukan ibunya.

Damar tersentak begitu mendengar suara Arya yang sepertinya akan mendekat ke kamar tamu. Damar mulai bingung bagaimana ia akan menjelaskan kepada Arya tentang apa yang ia lihat nantinya. Papanya sedang berusaha memukul mamanya dan laki-laki lain dihadapannya. Jika sampai Arya melihat adegan itu, pasti itu akan menimbulkan trauma bagi anak itu. Damar mulai kebingungan, Siska yang mulai menyadari hal itu pun menggunakan kesempatan itu untuk menyuruh Dave berlari keluar dari dalam kamar dan Siska pun memakai pakaiannya sendiri. Sedangkan Damar tetap mematung dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apalagi kini Arya tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamar tamu yang sedang terbuka lebar.

"Papa!!!!" panggil Arya dengan suaranya yang lucu.

Siska buru-buru berlari ke arah pintu dan menggendong Arya. Pasti ia melakukannya agar tidak dihajar oleh Damar.

"Sini gendong mama, ya!" ucap Siska dengan manisnya.

Damar tetap berdiri mematung sambil menyaksikan Arya yang begitu bahagia digendong oleh mamanya.

BERSAMBUNG

Apa yang akan dilakukan Damar kemudian?

Jangan lupa difavoritkan, ya?

SANDIWARA

Damar menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan untuk menstabilkan emosi. Hampir saja ia melakukan pembunuhan terhadap istrinya dan pasangan selingkuhnya. Tindakan bodoh yang tentunya akan membawa ia mendekam di penjara. Bagaimana dengan Arya nanti? Anak itu pasti akan bingung menjawab pertanyaan orang-orang tentang ayah dan ibunya? Mampukah ia menjawab bahwa ayahnya sedang mendekam di penjara karena membunuh ibunya yang berselingkuh dengan pria lain.

"Tidak! Arya tidak boleh menanggung beban mental itu selama hidupnya,"

KLETEK!

TAP TEP TAP TEP

Terdengar suara langkah kaki dari lantai atas melewati tangga menuju lantai satu. Dari suara derapan langkah itu, Damar sudah hapal betul siapa pemiliknya. Dia adalah Tuan Hisyam mertuanya, orang yang paling ditakuti dan disegani di rumah itu. Pria tegap itu berhenti sekitar di tangga ke sepuluh jika dihitung dari bawah. Dari posisi itu ia dapat melihat ke seluruh penjuru ruangan di lantai satu.

"Ada apa, Siska?" tanya Tuan Hisyam kepada anak tersayangnya yang baru saja keluar dari kamar.

Arya sudah tidak ada di gendongan perempuan itu lagi. Sepertinya Siska sudah meletakkan Arya di Play Ground pribadinya. Siska tidak langsung menyahut. Ia masih melirik ke arah Damar.

"Siska berzinah dengan Dave, Pa!" jawab Damar dengan cukup keras.

Tuan Hisyam cukup terhenyak mendengar informasi dari Damar. Tapi, Tuan Hisyam masih belum yakin kalau tidak mendengar jawaban langsung dari anak kesayangannya sendiri.

"Benarkah apa yang dikatakan Damar barusan, Siska?" tanya Tuan Hisyam dengan nada agak tinggi.

Siska terkejut mendapat pertanyaan seperti itu dari papanya.

"Aku tidak mencintai Damar, Pa! Dave itu laki-laki baik, Pa. Dia juga berasal dari keluarga terhormat. Tidak seperti Damar yang hanya menjadi parasit di rumah ini!" jawab Siska dengan ketus.

"Tega-Teganya kamu berkata seperti itu, Sis. Bagaimanapun aku ini suami masih suami sahmu!" jawab Damar spontan.

"Stop! Berani-Beraninya kamu berbicara tanpa aku suruh, Damar! Kamu sudah lupa, siapa yang berkuasa di rumah ini!" teriak Tuan Hisyam.

Damar menahan amarahnya. Bagaimana pun Tuan Hisyam adalah papa mertuanya yang harus ia hormati. Siska tersenyum sinis kepada Damar yang mati kutu di depan papanya.

"Siska! Apa kamu yakin Dave benar-benar mau menikahimu? Jangan-Jangan dia sama seperti ayah kandungnya Arya, yang lari dari tanggung jawab," ujar Tuan Hisyam lagi sambil melangkah turun dari atas tangga.

Hati Damar merasa teriris ketika Tuan Hisyam menyebut 'ayah kandung' Arya. Bagaimana pun selama ini ia sudah menganggap Arya sebagai anak kandungnya sendiri.

"Tidak, Pa. Dave bukan lelaki seperti itu. Dia sudah lama ingin menikah denganku, tapi dia masih menunggu Damar pergi dari rumah ini!" jawab Siska sambil menunjuk Damar dengan tangan kiri.

"Berani-Beraninya kamu berkata begitu, Siska!" teriak Damar tak tahan ingin sekali menghajar Siska.

"Damar! Tetap di tempat kamu. Siska ini anakku. Jangan sampai kamu menyakitinya. Apa kamu ini tidak sadar keberadaan kamu di sini ini hanya untuk menebus hutang almarhumah ibumu!" teriak Tuan Hisyam.

Siska berlari ke atas tangga menuju posisi papanya. Setelah dekat ia pun memeluk papanya.

"Papa lihat sendiri, kan, bagaimana tabiat Damar? Bagaimana Siska bisa mencintainya kalau dia sekasar itu pada Siska. Siska selama ini hanya diam karena Siska tidak mau mengecewakan Papa untuk kedua kalinya," tutur Siska dengan gaya merajuk.

"Siska! Kamu jangan bersandiwara di depan Papa! Aku tidak pernah berbuat kasar kepada kamu selain tadi? Suami mana yang tidak geram melihat istrinya berpelukan dengan pria lain?" teriak Damar dengan amarah.

"Pa ... Siska takut!!" rayu Siska pada papanya.

"Damar! Aku tidak mau melihat perdebatan di antara kalian. Siska ini anak perempuanku satu-satunya yang sangat aku sayangi. Kebahagiaannya adalah yang paling utama bagiku. Apapun akan aku lakukan demi dia," ujar Tuan Hisyam.

"Tapi, Pa-" potong Damar.

"Siska! Kamu masih ingin melanjutkan rumah tanggamu dengan Damar atau tidak?" tegas Tuan Hisyam.

Siska tersenyum bahagia karena sudah bisa merebut hati papanya. Tapi, sakit hatinya terhadap Damar tadi yang mau membunuhnya, belum terbalas. Ia pun merencanakan sesuatu.

"Kalau Siska sih menurut apa kata Papa, meskipun Siska harus hidup penuh dengan rasa takut dan kesedihan dengan Damar, Siska rela kok, asal itu keinginan Papa," jawab Siska dengan wajah sengaja dibuat sendu.

"Siska!" Damar sekali lagi berteriak kepada Siska karena Siska sedang bersandiwara.

"Damar! Berhentilah berkata kasar kepada anakku. Maafkan papa karena selama ini papa mengira Damar tidak pernah berbuat kasar kepadamu. Ternyata papa salah," jawab Tuan Hisyam sambil memeluk anak perempuannya dengan erat.

Siska tersenyum penuh kemenangan di balik pelukan papanya, sedangkan Damar menatap tajam ke arah Siska karena ia tidak terima difitnah oleh istrinya sendiri. Tapi sekali lagi, ia tidak berdaya untuk membantah ucapan Tuan Hisyam.

"Damar! Sebaiknya kamu segera mengemasi barang-barangmu dan cepat pergi dari rumahku ini!" tegas Tuan Hisyam.

"Tapi, Pa! Bagaimana dengan Arya?" jawab Damar tidak terima dengan pengusiran papa mertuanya.

"Arya? Ya Tuhan!" Sejenak Tuan Hisyam tercenung dengan apa yang barusan ia katakan.

Ia menyadari bahwa selama ini Arya sangat dekat dengan Damar, meskipun Damar bukanlah ayah kandung cucunya itu. Tuan Hisyam menarik wajah Siska. Siska menyadari gurat kesedihan di wajah papanya. Ia menyadari Arya adalah salah satu titik kelemahan baginya untuk memenangkan hati papanya. Siska yang benar-benar kesal dengan Damar yang hampir membunuhnya dan juga Dave, ia pun dengan tegas berkata,

"Arya itu anakku, Pa. Aku akan mengurusnya dengan baik. Dave juga akan menjadi papa yang baik untuk Arya," ujar Siska.

"Kamu dengar sendiri kan, Damar? Pergilah kamu dari rumah ini! Biarlah Siska bahagia hidup bersama Dave," ujar Tuan Hisyam lagi.

Damar tidak menjawab. Hati dan harga dirinya benar-benar hancur saat itu. Percuma ia membela diri toh tidak ada lagi orang di rumah ini yang percaya dengannya.

Damar buru-buru menuju kamar. Ia melihat Arya sedang asyik bermain robot Ultra Man yang ia belikan di pasar malam sewaktu ia mengantar salah satu penumpang ke sana. Arya paling senang bermain mainan pembelian Damar dibandingkan mainan-mainan lain yang lebih mahal. Damar memandang wajah lugu dan lucu anak kecil itu. Dipeluknya tubuh anak kecil itu dalam-dalam. Tangis Damar pecah saat itu.

"Paaaa ... Paaaaa ...," celoteh Arya sambil mengusap air mata di pipi papanya.

Seumur hidup hanya dua kali Damar menangis, saat meninggalnya ibunya dan saat ini.

"Papa tidak apa-apa, Arya. Kamu janji akan menjari anak yang salih ya, Nak! Hormati ibumu ya, Nak! Papa akan sering-sering mengunjungi kamu, Nak! Papa Janji ...," ucap Damar di sela-sela isak tangisnya.

Bersambung

Perjalanan Damar masih panjang, author butuh dukungan like dan komentar Kakak semuanya. Suak nggak nih dengan novel ini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!