Hidup adalah.…
“Ghom... Uhuk... Maaf, mari kita mulai lagi.”
Hidup adalah… emm... Perjalanan, yeah perjalanan, mereka mengatakannya begitu.
Kita dilahirkan, kemudian belajar merangkak, lalu berjalan, setelah itu terus tumbuh besar menjadi remaja, lalu dewasa kemudian menjadi orang tua hingga akhirnya mati.
“Ya itu adalah sebuah perjalanan.”
Aku menatap diriku sendiri di depan cermin. Entah apa yang aku lakukan, membicarakan sesuatu yang tidak penting seperti membaca selebaran aneh berisi h0ax yang kau dapatkan dari pemilik toko fotokopi.
Hingga seorang wanita yang dari tadi diam berdiri di pintu kamarku akhirnya bertanya “Kau tidak apa-apa sayang?.” ucapnya agak khawatir.
“Apa ibu melihat jika aku saat ini baik-baik saja?.” aku berbalik bertanya.
Ibu hanya menatapku dengan senyum lebar, dia berusaha untuk tidak tertawa. Tapi sungguh tindakannya itu justru membuatku ingin menangis.
“Kau terlihat luar biasa.” dia menghampiriku kemudian merapikan baju dan rambut yang acak-acakan karena stress.
“Aku pikir ini tidak akan berhasil, jadi aku akan melewatkannya.”
“Apa! Apa yang kau bicarakan?.” Ibu terlihat begitu marah setelah mendengarkan perkataanku.
“Seorang pria yang mengajak seorang gadis untuk berkencan, tapi tiba-tiba membatalkannya tanpa alasan yang jelas adalah tindakan seorang pecundang.” dia menatapku dengan begitu tajam, membuatku tidak dapat menatap matanya.
“Ingat itu baik-naik Kuman!.”
“Iya bu...”
Ini adalah hari yang begitu besar dalam hidupku, Karena untuk pertama kalinya aku berhasil mengajak kencan seorang gadis.
Yeah, aku begitu gugup saat ini hingga hampir membuatku gila hanya karena sebuah kencan. Terdengar bodoh, tapi coba pikirkan jika yang kau ajak berkencan adalah gadis tercantik di kampus.
Tidak cukup buruk hingga kalian mengaggap aku terlalu berlebihan?.
Lalu bagaimana dengan gadis yang aku ajak berkencan sebenarnya adalah seorang pemburu monster tingkat S, yang artinya dia adalah salah satu manusia terkuat di bumi.
“Entah kenapa semuanya malah menjadi seperti ini.” aku hanya bisa menghela nafas berat.
Aku kembali memikirkan semuanya dari awal, dimulai dari ibuku sendiri yang khawatir karena aku putra satu-satunya di dalam keluarga sudah berusia 20 tahun, namun tidak pernah satu kali pun membawa seorang gadis untuk diperkenalkan padanya.
Kemudian kekhawatiran ibu semakin bertambah besar saat dia menemukan beberapa foto pria macho yang sebenarnya adalah para Hunter profesional idolaku.
Namun dia justru berpikir aku memiliki kelainan. Ibu terus menangis sambil memeluk foto ayah yang sudah tiada. Aku yang tidak sanggup melihat itu pun akhirnya berjanji pada ibu agar membawa seorang pacar dalam waktu satu bulan.
Janji yang sangat bodoh dikarenakan aku samasekali tidak pernah dekat dengan seorang gadis selama hidupku, bahkan tidak ada satupun nama perempuan di kontak ponsel ku selain ibuku.
Itu adalah situasi yang begitu berbahaya, entah apa yang akan ibu lakukan jika aku tidak kunjung mendapat seorang pasangan selama satu bulan.
Putus asa, akhirnya aku menggunakan cara terakhir.
[Bisakah seseorang membantuku untuk berpura-pura menjadi pacarku agar ibuku tidak mengaggap aku memiliki kelainan?]
Aku memohon untuk mengajak gadis berkencan secara pura-pura pada situs pencari jodoh. Beragam komentar dilontarkan oleh pengguna situs, ada yang mengatakan jika aku tidak punya harapan, beberapa berkomentar akan bersedia melakukan drama jika di bayar mahal, lalu ada pula yang mengira aku adalah seorang penipu.
Di antara ribuan komentar tidak menyenangkan itu, aku melihat satu komentar yang mengatakan saat ini kondisinya sama sepertiku.
[Aku terlalu giat berlatih sehingga kedua orang tua ku berpikir jika aku tidak ingin menikah]
Merasa jika kami memiliki masalah yang sama, Aku pun memberanikan diri untuk menghubunginya. Singkat cerita aku dan gadis itu saling berbalas pesan di media sosial hingga akhirnya aku memberikan dari mengajaknya bertemu secara langsung.
Untuk mengenali wajahnya, aku meminta gadis Itu mengirimkan foto. Tapi yang aku dapatkan justru foto seorang Hunter yang mungkin sudah dikenal oleh semua orang di negeri ini.
[Itu benar-benar fotoku!]
Komen gadis itu saat aku menulis tentang ketidak percayaan ku padanya, tentu aku hanya mengaggap itu sebagai gurauan. Akhirnya gadis itu marah dan mengajakku untuk melakukan video call. Aku sangat terkejut ketika melihat wajah asli gadis yang aku ajak mengobrol lewat situs pencari jodoh, ternyata benar seorang Hunter rank S.
Lalu begitulah semua kekacauan ini terjadi.
“Ma, doakan aku agar pulang dalam keadaan utuh.”
“Hey, dia hanya seorang gadis, kau tidak seperti pergi untuk melawan monster atau sesuatu. Ibu pasti mendoakan kau agar berpacaran dengannya.”
“Yeah, lalu setelah itu sebuah Dungeon tingkat SSS muncul dengan membawa Raja iblis yang ingin mengabarkan tentang perdamaian dunia.”
“Itu tidak mungkin terjadi!.”
“Benar, begitu juga dengan harapan ibu agar aku bisa berpacaran dengan dia.”
Perdebatan kecil kami berakhir ketika ibuku mengingatkan waktu bertemu yang telah di tentukan. Karena tidak ingin mendapatkan masalah karena membuat salah satu Hunter terkuat menunggu.
Mengambil motor di garasi, aku melaju ke arah pusat kota.
***
Di dalam kopi shop aku menunggu. Itu baru lima menit dan waktu ketemuan masih sepuluh menit lagi, tapi pikiran jika gadis itu hanya mengerjai ku terus memenuhi pikiranku.
‘Itu mustahil bukan jika gadis secantik dia mau berjalan dengan seorang seperti aku.’ pikir seperti itu terus terlintas di pikiran.
Sejujurnya itu justru membuatku senang, aku tidak perlu khawatir tentang apa kemungkinan yang bisa terjadi jika berjalan bersama seorang Hunter S.
“Itu akan sangat kacau.”
Pikiran berapa banyak Hunter jomblo yang akan mengamuk, atau fans fanatiknya yang akan mener0rku, dan tentu saja gangguan dari reporter infotainment yang akan terus mengawasi ku dari pagi hingga malam selama dua puluh empat jam.
“Aku bersyukur itu tidak akan pernah terjadi.” aku tersenyum sambil menyesap kopi yang aku pesan. Hingga tiba-tiba…
Ding!
Suara pesan masuk.
Aku membuka ponsel sambil terus meminum kopi yang sudah agak dingin.
“Amberrrrrrr…” tapi aku menyemburkan kopi itu saat melihat nama si pengirim pesan.
Tanganku bergetar hingga kopi yang aku pegang berceceran. Aku melihat para pelayan toko panik melihat aku seperti terkena stroke mendadak, mereka bahkan hampir memanggil ambulans.
Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya aku membuka pesan tersebut. “Aku harap dia cuma mau membatalkan acara ini.”
Tulisnya dalam pesan, dia juga mengirimkan aku foto penampilan yang dia gunakan untuk menyembunyikan identitasnya.
“Percuma…. Percuma saja.” aku menatap ke langit-langit dengan air mata mengalir. Walaupun dia mencoba menggunakan masker sampai merubah warna rambut yang sudah menjadi ciri khasnya, tapi kecantikannya masih dapat dilihat dengan jelas.
Aku duduk sendirian dengan putus asa. Mulutku terus komat Kamit mengucapkan jampi-jampi pengusir nasib buruk. Pelayan kedai kopi yang melihatku seperti orang gila mulai bersimpati padaku karena mereka berpikir aku barusaja ditinggalkan oleh seorang pacar.
Tapi itu semua berubah ketika gadis itu benar-benar datang. Seisi kedai kopi terdiam saat merasakan aura mempesona dari gadis yang akan aku kencani.
***
End.
Dredet dredet drerererdredet
Tet Treteeeet
Dotedotedote Tet Treteeeet
Ngongengngongeeeeng
Tet Treteeeet
Ngongengngongeeeeng
Toteteteeet
[Note : intro 20th Century Fox low budget]
“……….” aku terdiam saat mendengar suara intro film yang begitu legendaris berubah menjadi sebuah lelucon.
“Mereka sepertinya menggunakan trompet mainan yang sering dijual saat 17an.” komentar gadis di sebelah tempat dudukku. Dia terus mengunyah popcorn yang aku belikan untuknya.
Bernama asli Rumi Resyakila Santika. Namun semua orang lebih mengenalnya sebagai Akila.
[Note : nama hasil tanya dari Mbah Gugel]
Salah satu dari sepuluh manusia terkuat di Indonesia yang menyandang predikat Hunter S rank.
Kekuatannya membuat dia begitu sukses dalam bisnis pemusnahan monster dan dungeon. Hidupnya bergelimang harta hingga dinobatkan sebagai urutan ketujuh perempuan terkaya di dunia. Kecantikannya dipuja banyak lelaki, antrian panjang pria tampan dan kaya untuk mengajak Akila berkencan.
Bahkan ada studi penelitian yang menyebutkan jika selama tiga tahun terakhir banyak dukun yang kebanjiran job untuk mengirimkan pelet pada gadis ini.
Jadi kenapa saat ini dia berada di sampingku?.
Apa kau berpikir aku benar-benar percaya jika dia sedang kesulitan untuk mencari seseorang yang ingin dia ajak berkencan?
Tentu saja tidak!.
Dia pasti sedang merencanakan sesuatu seperti membuat sebuah lelucon.
Benar, dia pasti sedang merencanakan hal semacam itu. Misalnya dia akan berpura-pura mengajakku ke gang sepi, kemudian membuka seluruh pakaianku lalu memfoto tubuhku, kemudian disebarkan di kampus dan internet.
‘Tck, dia berniat menghancurkan hidupku.’
Aku sudah mengira akan seperti itu. Tidak mungkin gadis sempurna seperti dia mau berkencan dengan ku tanpa sebuah rencana jahat di otaknya.
“Hemm?.” dengan mulut dipenuhi oleh popcorn, Akila menyadari jika aku terus menatapnya dengan curiga.
“Apa ada yang salah?.” dia bertanya. Gadis yang begitu imut, jantungku hampir berhenti saat dua menatapku. Tapi sangat disayangkan dalam hatinya dia begi kotor.
“Kau tahu, kau sangat licik!.”
“Apaan, licik?.” raut wajahnya berubah menjadi begitu terkejut. Dia pasti tidak mengira jika rencananya untuk menghancurkan hidupku sudah terbongkar.
“Yeah, kau menyembunyikan dirimu yang sebenarnya hanya untuk menarik perhatian orang (Diriku sendiri) dan kemudian kau hancurkan.”
Akila hanya terdiam, dia kembali menatap layar lebar yang menampilkan sebuah prodi dari petualangan guild Rajawali, guild yang dia bangun dan telah menjadi guild 7 besar di Indonesia.
Melihatnya diam dengan raut wajah menunjukkan kesedihan yang mendalam, membuatku merasa bersalah.
‘Sial aku pasti sudah kelewatan. Hancur sudah hidupku.’
Aku dapat membayangkan apa yang bisa Akila lakukan jika tidak terima dengan perkataanku. Mungkin aku harus mulai merencanakan untuk pindah dari negara ini.
“Mungkin kau benar, aku terlihat begitu licik.” ucap Akila.
“Heh?.” aku hanya kebingungan.
“Film nya, kau berbicara tentang film bukan?.” rupanya Akil berpikir jika yang aku bicarakan adalah film bukan dirinya.
“Oh, yeah... film. Tentu aku merasa marah pada sutradara film ini karena tidak mendeskripsikan karakter anda dengan benar.”
Dia terus menatapku saat aku berbicara. Gadis ini seperti seorang polisi yang sedang mengintrogasi tersangka, membuatku begitu gugup.
“Dan lihat nona Beatrice, bagaimana dia menjadi begitu dewasa. Itu menghilangkan ciri khas beliau yang seorang lolidrill.”
“Pffffttt… kau benar, itu menjadi sebuah perdebatan di internet. Tapi mau bagaimana lagi, Beatrice tidak akan mengijinkan film ini dibuat jika tidak menampilkan model sesuai yang dia inginkan.”
Tawa Akila terdengar di bioskop yang saat ini tidak terlalu ramai. Entah apa karena film yang tidak terlalu bagus, atau karena memang sudah satu minggu film ini ditayangkan di bioskop.
Tapi hal itu membuat keadaan di bioskop menjadi begitu romantis. Aku dapat mendengar suara-suara aneh dari pasangan yang tidak jauh dari tempat kami berada.
“Suara dari filmnya juga agak aneh bukan?.” entah Akila sadar dengan keadaan sekitar, atau dia benar-benar mengira jika suara-suara aneh yang terdengar berasal dari para pasangan sesat disekitar kami. Tapi dia terlihat menikmati filmnya hingga akhir.
***
“Ummm… itu adalah film yang membosankan.”
Di luar bioskop, Akila melakukan peregangan otot seperti sedang melakukan yoga. Tindakannya itu membuat seluruh pasang mata lelaki menatap tubuhnya seperti anjing lapar. Mereka begitu iri saat melihatku berjalan di samping Akila.
“Um, maaf karena filmnya tidak membuatmu terkesan.”
“Hem… apa yang kau bicarakan. Bukan kau yang memilih film apa yang akan kita tonton dan bukan kau juga yang membuat film itu.”
Dia tersenyum begitu cerah saat berbicara membuatku merasa sangat senang dapat berkencan dengan Akila, tapi mari kita akhiri ini sebelum semuanya berakhir dengan kehancuran hidupku.
“Aku masih tidak bisa percaya telah menonton bersama anda nona Akila.”
“No! Jangan panggil aku dengan nama itu, atau seseorang akan sadar dengan identitas ku.” Akila melihat sekitar untuk memastikan jika tidak ada seorangpun yang mendengar aku menyebutkan namanya.
“A… aku benar-benar minta maaf, tapi aku pikir kita harus berpisah di si.…” sebelum menyelesaikan perkataanku, Akila menarik tanganku menuju entah kemana.
‘Sial aku tidak bisa lepas.’ kekuatanku yang hanya seorang rata-rata Hunter normal tidak mungkin melawan kekuatan seorang Hunter rank S.
Dengan air mata menetes, aku terus ditarik oleh Akila yang memeluk lenganku. Aku hanya bisa pasrah dibawa ke tempat eksekusi.
‘Ibu maafkan aku, mungkin setelah ini kita harus pindah negara, ke Tahiti misalnya.’
***
Kami keluar dari pusat perbelanjaan dimana bioskop berada. Di pintu depan Akila berkata jika dia ingin membeli Crapes, makan ringan roti gandum dengan es krim.
‘Dia pasti ingin menggunakan es krim untuk melumuri seluruh tubuhku. Sungguh seorang gadis yang sangat sadis.’
Ketika Akila terus menarik tanganku, tiba-tiba sesuatu yang aneh mulai terasa menggelitik roma ku. Aku pernah merasakan itu berkali-kali sebelumnya, seperti sebuah tanda jika akan ada bahaya yang mendekat.
“What going on?.” Akila bertanya saat tiba-tiba aku berhenti.
“Aku merasa ada keanehan.” tatapanku terus terarah pada sekitar.
Pemandangan tengah kota yang ramai walaupun sudah lewat jam tujuh. Pusat perbelanjaan berada di salah satu sudut perempatan yang begitu ramai, banyak mobil yang mengantri untuk melewati lampu merah di depan kau.
Tidak ada yang terlihat aneh.
“Ah maaf, mungkin hanya perasanku saja.” ya mungkin karena aku ketakutan dengan Akila membuatku selalu merasakan bahaya didekatnya. Akila kembali menarik tanganku. Gadis itu benar-benar tidak akan membiarkan aku lepas dari pengawasannya.
Keadaan masih baik-baik saja hingga kami berniat untuk menyeberang jalan, perasaan itu kembali lagi.
Zring!
Entah kenapa aku mendapatkan ingat masa lalu, ingatan tentang ayahku yang terbunuh ketika mencoba menyelamatkan aku dan ibu. Saat dimana outbreak dan semuanya berawal.
Grab!
Tanganku mencengkram kuat lengan Akila yang hendak mengajakku menyebrang jalan. Akila terlihat terkejut ketika aku melakukan itu, mungkin dia akan menamparku karena dianggap telah melakukan pelecehan. Tapi aku tidak peduli dan terus melihat ke langit.
“Kuman ada apa.” dia bertanya dengan nada khawatir.
“Dia kembali lagi.” aku terus menatapnya, sesuatu yang berada di langit.
Semua orang dapat melihat sosok itu, bukan hanya aku, bukan hanya seluruh warga kota, bukan hanya seluruh penduduk negeri. Tapi seluruh dunia bisa melihat sosok tersebut.
Emperor Drago, sang pemberi kabar hari akhir kembali menampakkan diri.
***
END.
Sepuluh tahun lalu untuk pertama kalinya naga sebesar Jupiter Itu muncul. Dunia dilanda kekacauan, semua orang jatuh kedalam kepanikan, negara saling berperang, nuklir saling berjatuhan, Mak Ijah naik ke bulan dan satu piece akhirnya tamat.
Itu adalah masa paling kacau dalam sejarah manusia modern.
Bagaikan seorang tamu yang baik dengan sopan santun, naga Emperor datang untuk mengetuk.
Benar mengetuk langit, atau lebih tepatnya dia meninju sebuah perisai yang melindungi bumi. Setiap tinjunya menyebabkan bumi berguncang hebat, bencana terjadi di mana-mana. Dan yang lebih buruk setelah ketukan dari Emperor Dragon, muncul gerbang misterius yang mengeluarkan monster di seluruh dunia.
DUUUUM!
Dentuman kuat berasal dari Emperor Dragon yang menghantam langit. Dampak dari ledakan membuat bumi berguncang hebat, mobil-mobil di sekitar terlempar beberapa meter dari tanah sementara kaca seluruh gedung pecah.
Di tengah-tengah kekacauan itu semua orang diam dan terus menatap langit, mereka seolah terhipnotis oleh kemunculan Emperor Dragon.
“Awas!.” aku dengan refleks mendorong Akila yang hampir tertabrak truk. Kemudian kami terlempar ke trotoar jalan, aku masih berada di atas tubuhnya mencoba untuk melindungi dari serpihan kaca yang berjatuhan.
“Ghaak…” aku merasakan punggungku tersayat oleh serpihan kaca, darah mulai mengalir dari pakaian yang aku gunakan. Beberapa serpihan melukai kepala membuat darah yang bercucuran mengenai wajah Akila. Darah yang menetes membuat Akila tersadar dari hipnotis.
“Kuman!.” suaranya terdengar begitu khawatir.
“A….apa yang kau lihat?” seluruh tubuhku terasa sakit sampai ke tulang, hingga aku kesulitan untuk berbicara, “Apa makhluk jelek itu masih mengintip?.”
Akila hanya mengangguk sebagai jawaban, aku dapat melihat dengan jelas ketakutan di wajah salah satu manusia terkuat itu. Seberapa pun kuatnya manusia, jika dibandingkan dengan Emperor Dragon, mereka hanya sebuah debu.
Kekacauan mulai terjadi ketika semakin banyak orang yang tersadar dari hipnotis, semua orang berlarian untuk mencari perlindungan, mereka tidak peduli dengan apapun dan terus berlari. Walaupun mereka tahu jika tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi dari makhluk sebesar planet.
“Kita harus segera mencari tempat berlindung, tidak kita harus ke rumah sakit.”
“Tidak apa-apa aku bisa menahan ini.” aku mulai bangkit, tanpa memperdulikan rasa sakit di punggung aku mengulurkan tangan untuk membantu Akila berdiri. Darah yang menetes dariku membasahi masker yang dia gunakan hingga Akila terpaksa melepasnya.
Tapi naga sebesar Bagong itu kembali memukul langit.
DUUUUM!!!
Dua pukulan, ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
“Huwaaa!”
“Kyaaaa!”
Terdorong oleh dampak pukulan aku kembali terjatuh tepat di atas Akila. Tanpa sadar bibir kami saling bertemu, terasa begitu lembut, agak lengket karena lipstik rasa buah yang dia gunakan.
Dia menatapku dengan mata lebar, pipinya mulai memerah. Sudah pasti dia sangat marah karena aku berani mencium bibirnya.
‘Sial, aku mati kali ini.’ pikirku, entah apa yang akan dia lakukan. Mungkin Akila akan menghajar ku hingga tubuhku menju bubur daging, atau dia akan menangkap ku untuk di siksa secara perlahan seumur hidup. Tapi semua ketakutan itu lenyap ketika aku melihat Akila mulai menangis.
Seketika aku teringat dengan perkataan ibuku sebelumnya, dia bukan monster atau sesuatu yang mengerikan, dia hanya seorang gadis.
Tubuhnya bergetar, entah dia takut pada Emperor Dragon atau karena aku menciumnya? Aku tidak tahu jika seorang Hunter tingkat S bisa ketakutan hingga tubuhnya bergetar.
Aku mencoba untuk membuatnya tenang dengan menyentuh pundaknya, aku pikir itu berhasil karena tubuhnya perlahan berhenti bergetar. Kami tetap berada di posisi itu cukup lama, hingga berakhir dengan lidah kami yang saling beradu.
***
Aku tidak lagi merasakan sakit di punggungku, walaupun sebelumnya aku merasa akan dikirim ke akhirat. Darah di punggung juga telah berhenti mengalir, aku tidak tahu apa penyebabnya.
Keadaan menjadi agak tenang setelah Emperor Dragon telah menghilang dari langit. Walaupun begitu semua orang telah bergegas untuk mengungsi karena mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Perhatianku kemudian terarah pada Akila yang wajahnya tertutupi oleh masker bernoda darah yang sebenarnya dia lepas. Aku tidak dapat melihat wajahnya karena topi yang dia gunakan diturunkan.
“Ini tidak berjalan sesuai rencana, aku sungguh meminta maaf untuk ini.” aku mencoba meminta maaf dengan tulus karena tidak ingin tindakan yang tidak sengaja aku lakukan membuat Akila murka.
“A… aku paham, tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi kedalam Emperor Dragon.” setiap dia berbicara aku dapat melihat pipinya yang merah karena marah.
“Baiklah, sebaiknya kita akhiri sampai di sini. Kau pasti khawatir dengan keadaan ibumu bukan?.”
“Ya, aku tidak bisa menghubunginya.” berulang kali aku mencoba menelfon ibu tapi tidak ada jawaban.
“Hanya berselang setengah jam setelah kedatangan Emperor Dragon, setelah itu outbreak akan terjadi. Kau harus memastikan agar ibumu berada di tempat aman seperti bunker sebelum banjir monster datang.” Akila memberikan saran padaku.
“Anda benar, kalau begitu saya mohon pamit.”aku menundukkan kepala di depan Akila, “Dan tentang apa yang baru saja terjadi…”
“I… itu hanya sebuah kecelakaan, kesampingkan itu. Kau sebaiknya segera melihat keadaan ibumu.” Akila mendorongku untuk segera pergi, dia pasti sangat membenciku karena telah menciumnya.
Aku berlari menuju motor yang aku parkir di tempat parkiran tidak jauh dari pusat perbelanjaan, Sementara itu Akila telah mengganti sepenuhnya penampilannya sebagai Hunter rank S. Akila bersiap untuk melawan para monster yang datang saat outbreak.
***
Mengendarai motor aku bergegas menuju rumah. Setelah sampai aku begitu terkejut melihat beberapa goresan di dinding luar yang menandakan jika beberapa monster sebelumnya telah berada ditempat ini.
Dengan panik aku bergegas menuju rumahku, terdapat beberapa mayat monster tergeletak di lantai.
“Ibu! Ibu!.”
Sambil terus mencari di seluruh ruangan, aku terus memanggil satu-satunya keluarga yang aku miliki. Hingga aku akhirnya menemukan jejak darah yang mengarah ke kamar mandi.
“Bu! Apa ibu di dalam?.” tanyaku sambil menggedor-gedor pintu toilet.
“Ku…ma...” suara ibuku terdengar begitu lemah. Tanpa pikir panjang aku mendobrak pintu toilet dan mendapati ibu dalam kondisi yang begitu lemas karena kehilangan banyak darah akibat luka di lengan kanannya.
Sebuah pisau dapur penuh darah berada di tangan ibu menandakan jika dia lah yang telah membunuh semua monster yang berhasil masuk ke dalam rumah.
“Mom bertahanlah aku akan membawamu ke rumah sakit!.” aku mengangkat tubuh ibuku dengan membopongnya. beberapa kali monster muncul tapi aku berhasil mengalah kan mereka dan segera menggunakan motor untuk pergi.
Secepat mungkin aku memacu motor menuju rumah sakit. Melihat keadaan ibu yang semakin lemas karena kehilangan banyak darah membuatku semakin panik.
Aku tidak henti-henti berharap jika masih ada waktu untuk menyelamatkan ibuku, tapi seolah takdir berkata lain. Tiba-tiba saja sekawanan monster datang dari arah berlawanan menunju kearah ku.
Braak!
Motor yang aku tumpangi ditabrak oleh kawanan monster hingga membuatnya meledak, tubuhku terpental bersama tubuh ibuku. Aku mendarat dengan kerah di aspal jalan, terasa begitu sakit tapi aku menahannya. Aku sangat khawatir dengan keadaan ibu.
Ibu masih tidak bergerak sementara di sekitarnya banyak monster yang ingin memakannya. Dengan cepat aku berusaha menolong ibuku, aku berlari kearah para monster dengan pisau dapur yang sebelumnya ibu gunakan.
“Jangan sentuh Ibuku dengan tangan itu, monster!.” aku berteriak ketika hendak menyerang salah satu monster, tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Gin!
Terjadi percikan api. Seperti membenturkan sebuah pisau pada tiang besi. Kulit monster rank tinggi begitu keras perlu teknik khusus untuk melukai mereka.
***
END
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!