"Ahhhh! Lelahnya!"
Gadis itu merebahkan tubuhnya disofa usang dikamar tidurnya,bagian sofa sudah nampak robek sana sini.Ia baru saja memejamkan mata,tapi tiba tiba pintu dibuka dengan keras membuat gadis itu terperanjat.
"Hahaha, apa aku mengejutkanmu?" Tanya gadis lain yang membuka pintu.
"Kenapa masih bertanya? Dasar tidak sopan!" gerutunya.Kemudian melanjutkan memejamkan mata.
"Eh, ini kan kamarku juga! Aish, kenapa kau malah tidur?" Menggoyangkan lengan gadis yang terpejam.
"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh tidur dikamar ini lagi?" Menjawab dengan mata yang masih terpejam.
"Bukan begitu,Kak."
"Aish, perasaanku mulai tidak enak kalau kau sudah memanggil ku dengan sebutan kakak begitu!"
"Hehehe, selain cantik,kau memang kakak yang perhatian ya?"
"Katakan saja langsung!"
"Kakak, malam ini temanku mengadakan acara pesta ulang tahun,betapa bangga nya aku mendapat kartu undangan
darinya,Dia sangat tampan dan juga populer dikampusku Kak"
"Apa hubungannya denganku? Pergilah kalau kau mau pergi!"
"Itu dia, Ayah tidak akan mengizinkan ku keluar malam kalau tidak bersama mu kan?"
"Tidak mau!" Mengerti apa yang diinginkan adiknya.
"Kakak, tolonglah aku sekali ini saja kak, Ini adalah kesempatan emas bagiku kak, Aku yang seorang gadis miskin diundang kepesta orang terpopuler dikampus! Ya ampun,bahkan bermimpi saja aku tidak pernah!"
"Aku tidak peduli! Pergi sana, aku sangat lelah membuat kue seharian!"
"Aish, Kak kenapa kau kasar sekali pada adikmu ini sih?Apa kau tidak sayang lagi padaku kak?" Menunduk lesu, pura pura memasang wajah memelas.
Gadis yang dipanggil kakak itu menghela napas berat.Ia sungguh tidak bisa mendengar rengekan adiknya.
"Ya ya, baiklah, aku akan menemani mu!"
"Hah? Yang benar?"
Setelah mendapat anggukan sebagai jawaban si adik langsung memeluk kakaknya erat.
"Aaaaa, senangnyaaaa, terimakasih kakak ku sayang,aku akan mandi!" Berlari keluar kamar karena kamar mandi mereka terpisah,hanya satu dan itu berada di dekat dapur.
...
"Kak, apa kau sudah gila?" Tanyanya begitu melihat si Kakak sudah berganti pakaian ketika Ia selesai mandi.
"Apa ada yang salah?" Bingung sambil memperhatikan pakaian nya.
"Baju apa yang kau pakai?" Menatap nanar celana jeans dan atasan yang melekat ditubuh kakaknya.
"Ini baju terbaik yang ku punya!"
"Astaga, kau seperti ingin berjualan kue keliling kalau seperti ini! Apa kau ingin mempermalukan adikmu ini? Ganti bajumu!"
"Aku tidak punya baju lain yang lebih pantas!"
"Kau bekerja siang dan malam tapi membeli gaun pesta pun tidak mampu"
"Berhenti menghinaku! Atau aku tidak akan menemani mu!"
"Eh, kakak ku kenapa jadi mudah tersinggung begini sih? Iya iya maaf, aku sudah membeli gaun untuk kita" Berjalan kearah lemari miliknya.Mengeluarkan dua buah gaun warna hitam dan putih.Juga dua pasang higheels warna senada.
"Dimana kau mencuri barang barang ini?"
Menatap heran barang barang yang sudah diletakkan si adik diatas ranjang.
"Mencuri? Apa aku sejahat itu? Aku tidak mencuri barang apapun, Aku hanya mencuri uang Ibu sedikit!"
"APA?!"
"Uangku kurang kalau untuk membeli dua baju,jadi aku mengambil sedikit uang simpanan Ibu! Hehe!"
"Kau ini nakal sekali!" menepuk bahu adiknya.
"Sakit Kak,"
"Aku tidak mau memakai baju haram ini!"
"Kakak jangan begitu,aku janji setelah ini aku akan giat bekerja ditoko, aku akan rajin kuliah, aku akan mendapatkan nilai yang bagus tahun ini, tolonglah Kak jangan merusak impian kecil ku ini!"
Memasang ekspresi andalan nya.
"Kalau Ibumu sampai tau dan marah bagaimana?"
"Tidak akan, aku janji"Dia kan sangat sayang padaku mana mungkin dia marah!"
'Ya, dia tidak akan marah padamu tapi akan mencakar wajahku!'
"Eh, maksudku, Ibu kan sayang pada kita berdua,mana mungkin tega memarahi anak anaknya, iyakan?" Menggaruk kepalanya yang tak gatal karena menyadari ucapannya.
"Ya sudahlah, tapi ini pertama dan terakhir kalinya kau mencuri uang lagi, Apa kau tidak tau susahnya mencari uang?"
"Iya iya,sudah jangan ceramah disaat seperti ini nanti kita terlambat! Pakailah yang mana kakak mau"
Si Kakak menyambar dress putih.
Setelah mengenakan nya dan kini Ia terkejut sendiri dengan pakaiannya,gaun ini sangat pendek dan juga hanya menutupi satu lengannya.
"Aish,Pakaian apa yang kau beli ini? Semua tubuhku jadi terlihat!" Memperhatikan tubuhnya dicermin dan juga memperhatikan pakaian adiknya, dress hitam tanpa lengan yang dipakai adiknya nampak sangat pas.
"Kau sangat cantik kakak,sini biar ku poles wajahmu sedikit supaya Kau bertambah cantik, syukur syukur disana nanti ada pangeran kaya yang menyukai mu dan langsung menikahi mu!" Menarik tangan kakaknya untuk duduk bersama dipinggir ranjang.Mulai memberikan bedak dan warna diwajah cantik kakaknya.
"Buang khayalanmu itu! Kau selalu saja berkhayal tentang pangeran tampan dan kaya,rupanya kisah cinderrella yang sering kau baja waktu kecil membuat otakmu geser! Ngomong ngomong, dimana kau membeli ini semua?"
"Dipasar Loak! Disana kan banyak barang bekas yang masih bagus dengan harga yang murah, pintarkan aku?"
Mereka tertawa bersama.
Lalu setelah menempuh perdebatan panjang dengan sang Ayah akhirnya mereka diizinkan keluar.
"Jam sepuluh katanya?Ayah memang payah! Apa waktu muda kerjanya hanya membuat kue? Tidak pernah bersenang senang? Bahkan malam baru saja dimulai!" Si Adik mengomel sepanjang jalan karena Ayahnya menyuruh mereka segera kembali sebelum jam sepuluh. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam dengan angkutan umum, keduanya sampai didepan sebuah night club.Night club terbesar dan termewah dikota mereka,tentunya hanya orang orang sangat kaya yang bisa menyewa tempat ini.
"Kenapa kesini?"
"Kak, temanku mengadakan acara party nya disini,dia pasti sudah membooking tempat ini sebelumnya,Aaaaa andai aku jadi istrinya betapa indahnya hidupku! Jadi Nyonya kaya raya!"
"Aku tunggu diluar saja"
"Apa? Yang benar saja Kak, semua gadis seperti kita bahkan memimpikan bisa masuk kedalam sana loh, tapi kau malah memilih diluar? Kau ingin melakukan apa diluar sini? Menghitung nyamuk? Oh ayolah Kak, jangan payah seperti Ayah, belum tentu setelah menikah kita bisa bersenang senang ditempat mewah ini, gratis pula!"
Merasa kalah, akhirnya sang Kakak menuruti kemauan adiknya.Mereka masuk kedalam club.
Mata mereka langsung dimanjakan dengan pemandangan lampu disco warna warni yang menakjubkan dan Euforia musik yang energik.Suasana sudah nampak ramai. Beberapa dari mereka sudah berjoget ria melekuk lekukkan tubuh mengikuti hentakan musik yang memekakkan telinga.
"Livya! Kau datang?" Seorang gadis lain dengan pakaian tak kalah seksi,nampak menghampiri kakak beradik yang baru masuk tadi.Livya tersenyum.
"Tentu aku datang," Mana mungkin aku melewatkan malam yang hebat ini!"
"Aku kira kau tidak datang karena tidak punya baju yang pantas"
Livya terkekeh menutup mulutnya. Menutupi ketersinggungan yang muncul dihatinya karena kata kata temannya itu, Ia berusaha tak peduli karena ada yang lebih penting daripada meladeni cemoohan orang.
"Dan siapa wanita yang bersama mu ini?" Gadis bernama Sheril itu memandang gadis yang bergandengan dengan Livya, teman kampus nya itu.
"Ah, aku hampir lupa, Dia kakak ku!" Kak, ini Sheril,temanku." Sang Kakak mengulurkan tangan.Tapi Sheril nampak acuh.
"Terserahlah,aku haus,kalian nikmati saja pesta gratis ini! Belum tentu kalian punya uang bisa kesini lagi lain kali!"
Angkuh. Adalah pesona seorang Sheril. Ia mengacuhkan uluran tangan dari Kakaknya Livya.Memilih pergi ke meja bartender,bergabung dengan sipemilik acara dan beberapa teman mereka yang lain,tentunya anak anak dari kalangan atas yang berpengaruh dinegeri ini.
"Gadis angkuh begitu kau akui sebagai teman?"
"Dia kadang baik suka mentraktir orang orang makan siang dikantin! Aku tidak apa apa Kak, sudahlah,tunggu lah disini sebentar Ok? Aku akan mengucapkan selamat ulang tahun dulu padanya, doakan aku ya!"
Livya nampak gugup.Ia berjalan pelan mendekati sekumpulan anak anak konglomerat itu.
"Ehem!" Semua yang ada dimeja bartender menoleh kearah Livya.
"Kau?" Livya mengangguk ketika sipemilik acara menatapnya.Menatap intens dari ujung rambut sampai ujung kaki.Livya menyelipkan rambutnya kebelakang telinga berusaha menutupi kegugupannya.Tangannya terasa dingin.
"Ryu, selamat ulang tahun!" katanya sambil mengulurkan tangan.Si pemilik acara,seorang Pria tampan bernama Ryuga menyambut uluran tangan itu. Livya menatap tak percaya dengan yang yang dilihatnya. Ryuga menyambutnya! Ya Tuhan,bagi gadis gadis dari kalangan bawah macam livya itu adalah sebuah anugerah.Bisa menyentuh kulit Ryuga adalah sebuah Keberuntungan.
Tadinya Ia berpikir kalau Ryuga hanya akan tersenyum tipis atau bahkan tidak, tanpa mau menoleh tangannya.Tapi kenyataannya?Tunggu,ini benar kenyataan kan? Livya tertegun ditempatnya,sampai akhirnya Sheril bangun dari duduknya dan melepaskan uluran tangan itu.
"Berani sekali kau?!" Sheril nampak marah.
"Ma, maaf," Livya mencicit.Ia sadar Sheril pasti marah karena Ryuga sedang dekat dengannya.
"Pergi sana!" Bentak Sheril.
"Hentikan Sheril, kau bereaksi terlalu berlebihan" Ryuga dengan suara maskulinnya menengahi. "Kau," Tunjuknya dengan dagu.Livya yang menunduk kini mengangkat wajahnya dengan takut takut.
"Apa kau sudah pesan minum?"
'Apa? Apa aku tidak salah dengar? Ryuga menanyai ku barusan?'
"Pesanlah sesukamu dan nikmati pestanya,terimakasih sudah datang"
Deg! Livya meleleh. Ryuga kembali fokus pada minuman dan teman temannya. Sheril sudah duduk kembali,tapi matanya masih menatap tajam kearah Livya. Livya yang masih dalam mode berdebar berusaha untuk menetralkan detak Jantungnya,Ia menghampiri kakaknya ditempat mereka tadi.
Melihat Livya senyum senyum si Kakak mengernyitkan dahi.
"Kenapa kau?" Tanyanya.
"Kak, aku baru saja mendapat keberuntungan,nampak nya shio ku cocok tahun ini!" Si Kakak makin tak mengerti.
"Kak,Ayo kita pesan minum juga!"
Livya menarik tangan Kakaknya.Mereka mulai memesan beberapa minuman,mulai dari yang kadar alkohol nya rendah hingga tinggi.Beberapa gelas habis dan mereka mulai mabuk.
"Ternyata,minuman orang kaya itu sangat nikmat ya! Hey, Andrea! Apa kau mau tambah?" Tanya Livya pada kakaknya, Alkohol sudah menguasai mereka.
"Dasar adik tidak tau sopan, panggil aku kakak, bodoh!" Balas gadis bernama Andrea yang tak lain adalah kakak dari Livya. Livya terkekeh.Kemudian menuang lagi sampanye digelas mereka.
"Cheers!!" Mereka mengangkat gelas keatas hingga beradu lalu meneguk dengan cepat seperti sebelum sebelumnya. Mereka tertawa. Bahagia. Penat nya menanggung beban menjadi orang miskin seolah hilang.
Disudut lain diruangan yang sama, seorang Pria nampak memperhatikan dua kakak beradik yang mabuk itu dan kini tak sadarkan diri dimeja bar.Malam sudah mulai larut. Namun nampaknya ditempat ini malam tak akan pernah berakhir.
"Boss, aku punya mainan baru untukmu! Berikan aku uang lebih,kali ini pasti tidak akan mengecewakan!" Kata Pria itu dengan seseorang yang tersambung ditelepon.
"Kau akan mati kalau berbohong lagi Brengsek!" Balas suara diujung sana.
"Aku bisa jamin,kemana aku akan mengantarnya?"
"Aku dihotel biasa,kamar 696.Bawa dia kemari, uangmu akan segera kutransfer"
Pria itu memutuskan panggilan. Menyeringai penuh arti menatap kedua kakak beradik itu, lalu dengan sangat hati hati Ia menggendong dan membawa salah satu dari mereka keluar dari Club.
Nulisnya dikit, banyakan bingungnya 😁
Tinggalin jejak boleh?
Duh, anak baru banyak mau nya ya akyuu wkwkwk
cemoga cukkaa yo, tencuu udah mampirr 😘
"Aish! Bisa bisanya ponsel sialan ini mati! Kamar nomor berapa sih tadi?! Oh ayolah otak, bekerjalah dengan benar,kenapa penyakit lupa ku muncul disituasi begini!"
Pria itu mondar mandir di lantai dengan deretan nomor kamar yang diawali angka 6.Ia memang mudah lupa akan sesuatu. Tubuh seorang gadis masih berada dalam gendongannya.
"Kenapa aku tidak bertanya pada resepsionis didepan tadi? Mungkin dia bisa membantu!" Pria itu dengan masih menggendong ala bridal style turun lagi keloby menggunakan lift.
"Permisi, bisa kau membantu ku?" Tanyanya setelah sampai dimeja resepsionis.Dua orang resepsionis cantik nampak tersenyum.
"Apa yang bisa kami bantu Tuan?" Kata salah seorang dari mereka.
"Aku ingin menemui seseorang dilantai 6,tapi aku lupa nomor kamarnya, bisa tolong kau check?"
"Atas nama siapa ya?"
Pria itu nampak bingung.
Benar benar ponsel sialan! kenapa mati disaat begini sih?!
"Aku lupa," Resepsionis itu nampak mengernyitkan dahi.
"Apakah aku boleh numpang mencharge hpku?" Aku bisa menghubungi nya tapi hp ku mati"
"Bisa,Tapi disini kebetulan kami tidak membawa charger,Apa Tuan bawa?"
Oh shit!!
"Tidak, tertinggal dirumah!"
'Aish, aku sudah tidak kuat menggendong gadis ini! ' Apa sih yang dimakannya? tubuh kecil tapi berat begini! '
"Maaf Tuan apa ada hal lain yang bisa kami bantu?"
"Sebentar,biar kucoba mengingatnya." Pria itu nampak berpikir.
"Ha, aku ingat! Namanya Al, Alex,Alexander.. ya ya, itu dia namanya! Kamar dilantai 6 dengan nama Alexander!!"
Resepsionis nampak saling pandang.
"Apa Tuan yakin?" Tanyanya memastikan.
"Yakin! sudah jangan banyak tanya, cari saja!!"
Resepsionis itu nampak mulai mencari dikomputernya.
"Tuan Alexander ada dikamar 669,Tuan"
Tanpa mengucapkan terimakasih Pria itu kembali masuk ke lift menuju kamar 669.
Wajahnya nampak berseri seri ketika melihat pintu kamar itu sedikit terbuka, Ia masuk begitu saja,lalu merebahkan tubuh gadis itu keranjang.Pria itu mendengar suara gemericik air dikamar mandi.
"Ah, rupanya dia dikamar mandi! Biar sajalah, aku akan menelfonnya nanti. Gadis cantik,bekerja lah dengan benar Ok? Terimakasih karna sudah menghasilkan uang untukku" Bisik Pria itu lalu Ia segera keluar dan menutup pintu.
Beberapa saat kemudian seorang Pria keluar dari kamar mandi dan terkejut mendapati ranjangnya tidak lagi kosong. Ada seorang gadis yang sedang tertidur disana.Ia menghampiri gadis itu dengan tatapan setajam silet.
"Hey bangun!!" Pria itu menepuk nepuk pipi gadis yang terbaring diranjangnya. Gadis itu menggeliat.Tapi tidak bangun.
"Sepertinya dia mabuk, Aish pasti aku lupa mengunci pintu, apa gadis ini salah masuk kamar?" Tanyanya pada diri sendiri.Lalu suara dering ponselnya membuatnya mengalihkan perhatian.
"Hallo?" Katanya setelah memilih tombol jawab.
"Bro,bagaimana gadisnya?" Pria itu menautkan alisnya menerima pertanyaan dari sipenelepon.
"Aku mengirim gadis yang kau minta, cantik dan masih ORI,mungkin sekarang dia sudah sampai"
Pria itu mulai mengerti.
"Ya, dia sudah disini"
"Oke, nikmatilah,Sepertinya dia gadis yang baik,semoga kau suka"
Pria itu memutuskan panggilan. Melemparkan benda tipis itu kesofa. Mengacak rambutnya frustasi.
'Apa aku benar benar harus melakukan ini?'
Dengan langkah pelan Ia kembali menghampiri gadis itu. Memperhatikan dengan detail dari ujung rambut sampai ujung kaki.
'Tidak buruk. Tapi kenapa mengirim gadis mabuk? Apa Gadis ini gugup karena mau menemuiku makanya mengatasinya dengan alkohol? Aish, bahkan aku juga gugup sekarang!'
Pria itu naik keranjang. Dengan masih mengenakan jubah handuk Ia merebahkan diri disamping gadis yang tak dikenalnya itu. Menatap wajah yang sebenarnya cantik itu dari samping.
"Apa kau kesulitan uang sampai mau menerima pekerjaan ini?" Bisiknya menerka nerka.Masih menatap wajah polos yang tertidur itu.
"Aku bahkan tidak sanggup untuk memikirkannya,apalagi harus melakukan itu dengan gadis asing seperti mu!"
Tapi tiba tiba,Pria itu terkesiap ketika gadis asing yang berada disampingnya kini merubah posisi tubuh menghadapnya.Tangannya terulur kemudian melingkar dileher Pria itu. Merapatkan tubuhnya lagi hingga kini dada mereka menempel.
Mata Pria itu membulat menyadari wajah mereka sangat dekat,hampir tak berjarak bahkan ujung hidung keduanya bersentuhan.
"Sialan! Beraninya menyentuhku!!" Pria itu dengan kesal mendorong tubuh gadis itu agar menjauh.Tubuh gadis itu kembali terlentang.Pria itu duduk, menatap nanar gadis didepannya.Gadis itu nampak meringkukkan tubuhnya,kedinginan. Pria itu tersadar, kemudian mengurangi suhu pendingin diruangan itu.
Ia memijit pelipisnya.Bingung.Matanya kembali mengarah pada gadis itu ketika dirasakannya sebuah sentuhan lembut dilengan kirinya.Mata mereka beradu. Gadis itu nampak membuka matanya meski tak terbuka sempurna.Dua butir air bening nampak jatuh kepipinya. Membuat Pria itu bertambah bingung.
"Jangan pergi..." Ucap gadis itu dengan nada yang pelan hampir tak terdengar. Dia terisak.
"Jangan meninggalkan ku lagi..."
'Siapa yang dimaksud gadis bodoh ini?'
"Kumohon,jangan pergi,aku merindukan mu..." Airmata itu nampak semakin deras keluar.Pria itu merasa iba.Tanpa sadar Ia menyeka air mata itu dengan tangannya.
"Kau kenapa?" Tanyanya dengan suara pelan.Gadis itu bukannya menjawab malah menarik tangan kiri si Pria membuat Pria itu jatuh menimpa tubuhnya.Pria itu berusaha menahan tubuhnya dengan kedua tangan hingga wajah mereka belum sempat bersentuhan.Ia kaget setengah mati ketika gadis itu merangkup wajahnya dengan kedua tangan.Mereka bertatapan.
Cup!
Pria itu terbelalak ketika sekilas bibir itu menyentuh miliknya.Belum sempat protes,Gadis itu melakukan lagi, mendaratkan bibirnya lama dibibir Pria itu.Kemudian memagutnya sedikit. Mereka bertatapan lagi.
"Aku hanya akan melakukan ini denganmu,Aku tidak akan pernah mengkhianatimu,Aku mencintaimu.." Napas hangatnya menerpa wajah Pria itu. Pria itu tertegun mendengar ucapan gadis dihadapannya.Membiarkan gadis itu mengalungkan tangan kelehernya dan memberinya ciuman yang bertubi tubi.
Entah bagaimana mulanya, tapi kini Pria itu malah mendominasi aktivitas bibir mereka. Keduanya kemudian terhanyut oleh hasrat dan terbakar di panasnya api gairah.Menyatukan tubuh mereka. Menghabiskan malam.
....
"Emmm.." Gadis yang tertidur itu melenguh ketika dirasakannya tubuhnya berat.Ia berusaha bergerak tapi susah. Perlahan Ia membuka mata,samar samar dilihatnya hari sudah terang berarti malam sudah berganti siang. Ia mengucek matanya menyadari Ia sedang berada diruangan yang sangat asing dimatanya.
"Dimana aku..?" Suaranya masih lemah. Ia ingin bangkit tapi kepalanya terasa pusing.Tubuhnya rasanya remuk.Ia merasa begitu lelah.
Sebuah pergerakan diperutnya membuat gadis itu terkejut.dibawah selimut Ia merasa ada tangan yang memeluk kulit perutnya.Dan detik berikutnya serasa bagai tersambar petir tubuhnya menegang.Manik matanya melirik sebuah kepala berada dibawah kepala nya,meletakkan seenaknya kepala itu dibahunya.
Rasanya detik itu juga Ia berhenti bernafas,jantungnya berhenti berdetak. Ia menutup mulutnya yang mulai mengeluarkan isak tangis, matanya sudah berair,gadis itu menggeleng gelengkan kepalanya pelan,tidak terima dengan kenyataan yang ada.
Ia tidur dengan Pria!
Beberapa saat berlalu masih dengan posisi yang sama.Lakilaki itu tidur sambil memeluknya erat, meskipun mereka tertutup selimut,tapi tubuh mereka polos dibawah selimut tanpa sehelai benang pun. Gadis itu merasa tidak memiliki tenaga lagi untuk menyingkirkan tangan lelaki itu dari tubuhnya,Ia menjerit tanpa suara. Menggigit bibirnya kuat kuat menahan tangis yang rasanya tidak mau reda.
Kenapa bisa begini? Bagaimana ini bisa terjadi? Dimana Livya? Kenapa Ia malah tidur dengan Pria? Gadis yang tak lain adalah Andrea itu mengutarakan sederet pertanyaan dikepalanya.Ia ingin bergerak tapi semuanya terasa sakit, tubuh bawahnya sakit!
Pria itu menggeliat.Melepaskan tangannya dari tubuh Andrea.Hal itu digunakan gadis itu untuk bangun dan duduk.
"Ahh!" Ia kesakitan ketika bergerak.Suara nya yang lumayan keras membuat Pria disampingnya terbangun.Membuka mata dan mata keduanya beradu.Beberapa detik terlewat dan kini Pria itu terduduk menyadari apa yang telah mereka lakukan semalam melihat gadis itu menarik selimut menutupi dadanya.
Dilihatnya wajah gadis itu sudah sembab.
'Apa dia habis menangis?'
"Kau sudah bangun?" Tanya Pria itu. Bukannya menjawab Andrea malah menatapnya tajam penuh kebencian.
Pria itu turun dari ranjang dan meraih jubah handuknya yang tergeletak dilantai, Andrea memalingkan wajahnya tak mau melihat tubuh polos Pria itu ketika keluar dari selimut.
"Kau baik baik saja?" Tanyanya setelah jubah handuknya terpasang. Andrea menunduk. Isak tangis kembali terdengar dari mulutnya.Pria itu mengerutkan dahi.
Ia berjalan mengitari ranjang menuju sisi sebelah dimana gadis itu berada.
Diraihnya dagu gadis itu memastikan kalau gadis itu benar menangis. Mata Andrea basah.Bibirnya bergetar.Pria itu menunduk dan mendekatkan wajahnya, menyeka airmata yang keluar itu.Andrea memalingkan wajahnya.
"Apa kau sudah puas?" Tanya Andrea tanpa menatap Pria didekatnya.Pria itu menautkan kedua alis tebalnya.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?!" Gadis itu terisak lagi menatap lantai diruangan itu. "Kenapa kau menghancurkan ku? Apa salahku hiks hiks..Aku bahkan tidak mengenalmu, beraninya kau menyentuhku!" Andrea mulai meninggikan nada suaranya. Pria itu merengkuh kedua pipi Andrea. Merangkupnya, mambuat gadis itu mau tak mau harus menatap mata Pria itu.Mata yang sebenarnya indah itu. Kalau situasinya berbeda mungkin Andrea akan mengagumi manik mata Pria dihadapannya.
"Kenapa kau sesedih ini?kenapa seterluka ini?Bukankah ini sudah menjadi kesepakatan kita? Kau datang padaku karna menerima tawaran yang diberikan Jonathan bukan?"
"Jonathan siapa yang kau maksud? Aku tidak pernah mengenal Pria bernama Jonathan seumur hidupku! Aku tidak tau kenapa aku bisa ada disini! Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa?!"
Andrea memukul dada Pria didepannya berkali kali. Melampiaskan emosinya yang sempat tertunda tadi. Pria itu membiarkan nya, Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Kemudian sebuah dering ponsel membuat Andrea menghentikan aksinya. Pria itu berdiri tegak kembali dan meraih ponselnya disofa.
"Joe, jelaskan padaku apa ini?!"
Tanpa basa basi Ia langsung menerkam sipenelepon yang tak lain adalah Jonathan.
"Bro, Aku minta maaf sekali karena baru mengabarimu,Aku baru saja dapat info kalau gadis yang kukirim mengalami kecelakaan sebelum sampai hotel!"
Deg!
"Tolong jangan marah padaku! Aku juga tidak tau!"
Pria itu kini menatap Andrea yang masih menangis.
"Lalu siapa gadis yang bersamaku?!"
"?"
"Temui aku dikantor siang ini!" Sambungan diputus.Pria itu kembali mendekati Andrea. Ia duduk dibibir ranjang.
"Aku harus bilang apa pada keluargaku..." Ucap Andrea pelan. Tangannya sesekali menyeka airmatanya, wajahnya sudah memerah. "Mereka pasti akan memarahi ku atau bahkan mengusirku hiks hiks"
Pria itu lagi lagi merasa Iba.
"Dengar, aku sama sekali tidak bermaksud menidurimu, kau yang datang sendiri kekamar ini! Temanku mengirim seorang wanita untuk menemaniku tadi malam, aku pikir itu Kau! Tapi dia barusan memberitahu ku kalau wanita itu mengalami kecelakaan sebelum kesini, Tolong jangan menyalahkanku,Aku baru saja keluar dari kamar mandi ketika kau tiba tiba sudah berbaring diranjangku! Kau mabuk dan,"
Andrea menatap mata Pria itu.Ia ingat betul tadi malam Ia bersama livya minum banyak. Lalu dimana adiknya itu sekarang?
"Dimana adikku?"
"Adik apa? Aku bahkan tidak tau kau diantar siapa kesini"
"Jangan membohongi ku!"
"Sumpah!"
Andrea diam.Dia bingung sekali.Takut kalau adiknya juga mengalami hal yang sama dengannya.Bodohnya Ia menyetujui rencana adiknya itu untuk meninggalkan ponsel mereka dikamar agar Ayah dan Ibunya tidak mengganggu.
'Aku bahkan tidak mengingat nomor teleponku sendiri!' Batin gadis itu.
Sebuah gerakan lembut dipipinya membuat Andrea tersadar.Ia menatap mata indah Pria itu, tangan Pria itu terulur mengusap sisa sisa airmata dipipinya.Sebenarnya Andrea bisa merasakan kalau Pria itu bukanlah orang jahat lewat sentuhan sentuhannya.Dia Pria yang penyayang sepertinya.Ada kesedihan dimata Pria itu ketika menatap nya, ada perasaan bersalah disana.
"Jangan menangis,maafkan aku..." Bisiknya ditelinga Andrea ketika tangan kekar Pria itu merengkuh tubuh mungil Andrea masuk dalam dekapannya. Mengusap pelan surai yang berantakan milik gadis itu, berharap bisa menenangkannya.Andrea membiarkan nya.Ia sendiri jadi bingung harus marah atau bagaimana lagi sekarang.Ia lebih ingin tau keadaan Livya adiknya. Apa gadis itu baik baik saja? Mengapa mereka bisa terpisah?
"Makanlah dulu, setelah itu kuantar kau pulang." Pria itu meletakkan beberapa menu makanan beralas nampan diatas ranjang setelah menerimanya dari pelayan hotel.Andrea menatap semua makanan itu tanpa nafsu.
"Bajumu menyusul sebentar lagi!" Gadis itu diam.Tangannya meremas kerah jubah handuk yang dipakainya,sebenarnya Ia ingin memakai pakaiannya semalam tapi Ia bahkan tidak ingat sebringas apa Pria disampingnya ini sampai gaun yang dikenakannya robek sana sini.
'L**ivya marah tidak ya kalau tau gaun yang dibelinya robek tak berbentuk begitu?'
"Makanlah!" Andrea menggeleng lemah.Ia benar benar tidak berselera.Bagaimana bisa Ia makan sementara Ia belum tau bagaimana nasib adiknya.Terdengar helaan napas dari Pria itu, Ia yang sudah beberapa kali menyuap nasi goreng pesanannya kini meletakkan sendok ditangannya kembali.Meraih sebotol air mineral dimeja disamping ranjang.
Beberapa saat berikutnya pintu diketuk lagi dari luar,Seorang pelayan berambut pendek tersenyum kearah Pria itu begitu pintu dibuka. Matanya sempat melirik Andrea yang hanya memakai jubah handuk.
"Tuan, ini pakaian yang anda minta" Katanya sambil menyerahkan benda ditangannya. Melirik Andrea lagi.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Pria itu ketus.
"Eh," menggaruk kepalanya."Tidak Tuan, maafkan saya" Menunduk sopan kemudian pergi.
"Bersihkan tubuhmu dan pakai ini!" Ucap Pria itu sambil menyerahkan sepasang baju pada Andrea.Andrea menerima nya,sebenarnya ia ragu untuk kekamar mandi mengingat bergerak sedikit saja miliknya terasa sakit. Tapi tidak mungkin juga Ia meminta Pria itu menggendongnya kan?
Andrea bangkit.Menggigit bibirnya kuat kuat, Perlahan mulai memajukan kakinya.
"Biar kubantu!" Suara itu membuat Andrea menoleh,dan detik berikutnya Ia sudah berada didalam gendongan pria itu.
"Tuan," Andrea meronta.
"Jangan bergerak nanti kau jatuh!" Mata itu menatapnya tajam,membuat Andrea tidak berani melawan.Pria itu membawanya kekamar mandi.Mendudukkan tubuh mungil itu ditepi bath up.
"Apa kau bisa mandi sendiri?Atau perlu kubantu juga?" Andrea melotot.Pria itu tersenyum geli.Andrea memalingkan wajahnya.
'kenapa dia sangat tampan saat tersenyum begitu si?'
"Baiklah,panggil aku kalau sudah selesai"
Pria itu keluar.Andrea bernapas lega.Kini pandangannya tertuju pada cermin besar didepan bath up.Andrea terbelalak tak percaya dengan yang dilihatnya,pantulan dirinya dicermin nampak sangat jelas.Dan apa itu?
'Aaaaa leherku!!!'
Gadis itu mendekat kecermin, rasa sakit pada bagian bawahnya kini serasa hilang berganti dengan ketakutan.Disibakkan nya rambutnya untuk memeriksa lebih detail lagi.
'Kenapa banyak sekali?!"
Sekitar satu jam lebih Andrea baru keluar dari kamar mandi.Nampak Pria itu tertidur disofa karena menunggunya.
'Baguslah dia tidur, aku bisa keluar dari sini sendiri,aku harus bilang apa kalau ada yang melihat saat dia mengantarku!'
Andrea melangkah pelan pelan menahan sakit menuju pintu keluar.Baru saja tangannya meraih handle pintu,sebuah tangan kekar mengapit pinggangnya,Andrea menoleh kebawah, lalu menoleh cepat kesamping menyadari sesuatu juga menyentuh bahunya.
Mata gadis itu terbelalak menyadari kini wajah keduanya sangat dekat.
'Aish, jadi dia tidak benar benar tidur?!'
"Tu,Tuan" Andrea mencicit.Merasa sangat risih dipeluk dari belakang seperti itu.
"Tuan,tolong jangan seperti ini!" Takut juga kalau-kalau Pria itu bertingkah sampai merobek baju nya lagi.
"Kau takut?"
Pertanyaan apa itu? Ya jelas aku takut!
"Tolong jangan sakiti aku lagi,kumohon!"
"Siapa yang mau menyakitimu?Aku hanya menahanmu supaya kau tidak kabur!" Andrea terdiam. "Aku sudah bilang akan mengantarmu kan? kenapa kau malah ingin melarikan diri,hm?" Suara yang terdengar manja ditelinga gadis itu.Pelukannya masih belum mengendur.
"Iya aku tidak akan kabur, lepaskan aku!"
"kalau kau berbohong bagaimana?" Tangan satunya sudah memainkan surai gadis itu.
'Dia ini kenapa sih?'
"Apa kau akan membunuh ku?"
Pria itu tergelak.Melepaskan pelukannya. Kemudian matanya beralih pada leher gadis itu.Menyadari mata Pria itu memperhatikan lehernya Andrea cepat cepat merapikan rambutnya lagi.Pria itu tersenyum.
"Maaf ya" Kini berganti dengan tawa kecil. Andrea merasa wajahnya memanas.
"Apakah kau selama itu dikamar mandi untuk menghilangkan bekas itu dari lehermu?" Andrea terdiam. Pria itu terkekeh.
"Kau polos sekali ternyata! nanti aku beri tau caranya, sekarang Ayo!"
'Aaaa turunkan akuuuu! '
"Tuan, aku bisa berjalan sendiri, sungguh aku tidak apa apa!"
"Aku yang mau menggendongmu jangan banyak protes! Mau aku marah dan mengoyak bajumu lagi?" Andrea menggeleng cepat. Akhirnya Ia pasrah saja ketika Pria itu menggendong nya sampai bawah.Mata mata yang lalu lalang dihotel itu nampak intens melihat pria itu menggendong Andrea. Mereka berbisik bisik membuat Andrea sangat risih.Ia menutupi wajahnya dengan satu tangan.
....
"Benar kau tinggal disini?" Tanya Pria itu heran menatap rumah susun kumuh didepannya dari dalam mobil.Andrea mengangguk.
"Baiklah,ayo kita masuk!" Belum sempat Pria itu membuka pintu mobil lengannya ditahan, Pria itu menoleh,tangan gadis itu mengapit lengannya.Menyadari itu Andrea cepat cepat melepaskan tangannya.
"Tuan,Tuan tidak perlu masuk,biar aku sendiri saja,sepanjang jalan tadi aku berpikir,ini kan juga kesalahanku, mari saling melupakan yang terjadi.Tuan sudah berbaik hati mengantarku,Aku sangat berterimakasih, tadinya aku pikir begitu bangun,Tuan akan menendangku,ternyata aku salah,jadi akan sangat egois kalau aku membiarkan tuan masuk, tempat ini sangat tidak pantas untuk orang orang sepertimu."
'pergilah sekarang dan semoga tuhan tidak mempertemukan kita lagi!'
"Sudah bicaranya? Aku bilang akan mengantarmu kan?"
"Tuan,Tuan tidak perlu mengantarku sampai kedalam,Orangtua ku pasti akan sangat marah kalau tau aku pulang dengan Pria setelah tidur dengannya!"
"Biar aku yang mengurus mereka"
"Tuan,kumohon!"
"Kau ini kenapa sih?! Ada laki laki yang ingin bertanggungjawab kau malah tidak mengizinkan!" Andrea diam.Nyalinya mulai ciut mendengar bentakan Pria itu.
'kau yang aneh sih, harusnya kau melepaskan aku saja!'
"Ambil ini! " Memberikan sebuah kartu nama.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" Meski tidak melihat secara detail kartu nama itu,Andrea tetap menerimanya.
"Baiklah, aku akan keluar" Andrea sudah akan membuka pintu tapi Pria itu menahannya.
"Siapa namamu?" Andrea terdiam sesaat, Haruskah memberitahu namanya?
"Panggil saja aku Rea" Gadis itu keluar dari mobil mewah Pria itu.Lalu mulai melangkah pelan dan hati hati. Pria itu masih memperhatikan nya dari dalam mobil.
~
"Dari mana saja kau?!" Suara Bibinya langsung menyambut begitu Andrea masuk kerumah.
"Kapan sih kau tidak membuat otakku sakit?! Aku cuma menyuruhmu bekerja dengan benar untuk membalas jasa kami selama mengurusmu! Apa itu sangat sulit bagimu?!"
Andrea menunduk.
"Gara gara kau, suami ku tidak membuka toko! Anakku tidak kekampus! Mereka sibuk mencarimu! Dasar anak tidak tau diuntung!"
'Jadi livya sudah pulang? Syukurlah!'
Andrea makin menunduk ketika melihat kaki wanita itu berjalan mendekat.
'Bibi tidak melihat leherku kan?'
"Darimana kau dapat baju bagus ini?!" Bibinya sudah menarik kerah baju Andrea.Seingatnya Andrea tidak punya baju macam itu.
"Oh,jangan jangan uangku hilang karna kau yang mencuri nya kan?! Kau beli baju bagus pakai uangku?!"
Andrea menggeleng. "Tidak, Bi"
"Dasar anak sampah, benar benar minta dipukul ya?!"
Andrea sudah memejamkan mata pasrah ketika tangan Bibinya terangkat keatas.
Tapi anehnya sampai beberapa saat berlalu Ia tidak merasakan sakit,Bukankah tadi Bibinya ingin menamparnya?
Mata Andrea membulat ketika menyadari seorang pria dibelakangnya menahan tangan Bibinya yang masih mengudara itu.
"Kau terkejut?" Pria itu tersenyum.
'Kenapa Dia ada disini?!'
"Siapa Kau? Beraninya kau masuk kerumahku?!"
Belum sempat pertanyaan nya dijawab, Suara pintu dibuka dari luar membuat ketiganya menoleh bersamaan.Nampak Livya dan Ayahnya masuk kerumah,wajah lesu mereka berganti dengan ekspresi terkejut ketika melihat keberadaan Andrea.
.....
Dan disinilah mereka sekarang.Duduk diruang tamu dengan sofa yang sudah layak disebut sampah bagi Pria itu dan masih sangat sayang jika dibuang bagi Andrea dan keluarganya.Andrea menunduk mendapati tatapan tajam dari Bibinya.Tapi lihat Pria disampingnya,nampak sangat santai sambil matanya menoleh sana sini menyapu ruangan dirumah itu.
"Bisa kau jelaskan sekarang darimana kau semalam?! dan Siapa Pria ini?!" Bibinya memulai percakapan.
"Istriku,tolong kecilkan volume suaramu!" Pria setengah baya itu menggenggam jemari istrinya.
"Andrea,dari mana saja kau semalaman?"
"Aku," Andrea bingung menjawab pertanyaan Pamannya.
"Dia bersamaku semalam!"
Semua mata kini beralih pada Pria itu.
'Pria ini benar benar!'
"Aku membawa Rea bersamaku semalam, Waktu itu aku tidak sengaja melihat seorang Pria menarik paksa tangan Rea, berusaha membawanya,Aku pikir mungkin itu adalah orang jahat jadi aku menolong nya,Aku kasihan,Rea sampai pingsan dipukul Pria itu karena tidak mau menurut! Ya,begitu,Iya kan Rea?"
Melirik Andrea dan tersenyum.
'Pintar ya mulutnya!'
"Apa benar begitu Andrea?"
Mau tidak mau Andrea mengangguk.
"Lalu kenapa kau terpisah dari Lyvia?"
Andrea melirik Lyvia yang juga meliriknya. Dari gerakan tangan adiknya itu Andrea paham kalau Livya tidak memberitahu orangtua nya mereka mabuk semalam.
"Paman, sebenarnya aku menunggu diluar acara semalam, jadi Livya tidak tau kalau aku hampir diculik!"
'Pintar juga kau beralasan kucing kecil! '
"Paman,Bibi,tolong maafkan aku.." Ucap Andrea sambil menundukkan kepalanya.
"Paman tidak marah, justru paman senang kamu baik baik saja.Tuan,terimakasih karena sudah menyelamatkan anakku,aku tidak tau bagaimana jadinya kalau Tuan tidak menyelamatkan Andrea,Aku akan sangat merasa bersalah karena tidak bisa menjaganya"
"Tidak perlu begitu,Aku senang bisa menolongnya"
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan Anda?"
"Membalas?" Pria itu nampak berpikir. Ayah Livya mengangguk.
"Sebenarnya itu tidak perlu Paman,tapi kalau Paman memaksa aku ingin membawa Rea makan siang bersama besok!"
'Apa?! Dia ini gila atau apa sih?!'
"Tuan, aku tidak bisa memaksa anakku,soal itu kau bisa tanyakan langsung padanya"
"Tuan kurasa itu tidak perlu.." Andrea menjawab dengan suara lembut tapi menatap geram pada Pria disampingnya.
"Bukankah aku sudah menolongmu? Paman mu sendiri yang menawariku" Jawab Pria itu dengan entengnya.Ingin rasanya Andrea mencakar wajah tampan Pria itu.
"Paman,maaf kalau aku lancang, tapi bolehkah aku tau dimana orangtua Rea sebenarnya? Kenapa dia tinggal bersama kalian?"
"Andrea sejak kecil sudah ikut dengan kami, orangtuanya meninggal karena kecelakaan, Jadi aku membawa nya.Andrea sudah seperti anak kandungku,Namaku Peto,Ini istriku, Maria.." Siapa nama Tuan?"
"Aku?" Tunjuk Pria itu pada dirinya sendiri. "Namaku Alexander Dariel Lee"
"TUH KAN!!" Livya yang sedari tadi tidak terlibat percakapan kini nampak antusias. Matanya kini berbinar memandang Pria didepannya.
"Livya, kau kenapa?" Tanya Maria. Livya terkekeh.
"Kau mengenalnya?" Tanya Peto.
"Ayah, siapa yang tidak mengenal Dia?! Pengusaha terkenal yang sering muncul ditelevisi dan seminar seminarnya yang luar biasa itu! Dia juga pernah seminar dikampusku! Tadinya Aku pikir aku salah orang!Oh astaga! ternyata ini memang tahun keberuntungan ku!!" Livya pindah duduk ketengah tengah antara Pria itu dan Andrea.
"Tuan, apa aku boleh minta fotomu?Aku akan pamer pada teman temanku dikampus! Sekaliiii saja! Mau ya?ya ya ya?" Lyvia memasang wajah sok imutnya.
"Livya, jaga sikapmu!" Peto menatap tajam anaknya.Pria bernama Alexander Dariel Lee itu tersenyum.
'A**pa? jadi dia pengusaha?aku pikir Dia pemulung yang menyamar! seperti mantan kekasihku dulu!' ~Maria
"Ayah,tolonglah bekerja sama denganku sekali iniii saja! Oh ya Ampun,Kakak,betapa beruntungnya kau bisa semalaman bersama Tuan Dariel Lee!Kalau tau begini, lebih baik aku yang diculik!"
'Beruntung apanya?' kalau bisa diulang Aku bahkan lebih memilih tidak menuruti mu kepesta sialan itu! '
"Tuan,Maafkan kelakuan anakku" Ucap Peto.
"Tidak masalah"
"Livya, lebih baik kau ikut Ayah membuka toko,Kakakmu biar istirahat saja dulu hari ini"
"Apa? Ayah jangan bercanda! Ada idola ku disini! Tolonglah Yah,"
"Menurutlah pada Ayahmu" Ucap Dariel Lee sambil mengusap lembut puncak kepala Livya.Tubuh Livya menegang. Ia menatap tak percaya Pria disampingnya.
"Oh, ya Tuhan, apa ini mimpi?" Kalau ini mimpi tolong jangan bangunkan aku Tuhan..." Dariel terkekeh melihat tingkah livya.
"Ikutlah dengan Ayahmu, kau harus jadi anak baik dan penurut dulu baru bisa foto denganku!"
Livya mengangguk menatap Dariel. Ia kemudian bangkit dari duduknya dengan semangat.Menarik tangan Ayahnya.
"Ayo Ayah,katanya mau buka toko!"
Dariel makin terkekeh.Andrea tanpa sadar ikut menyunggingkan senyum nya melihat tawa Dariel.
'kenapa melihatnya tertawa membuatku senang begini si?! '
"Nak,Apa kau ingin makan sesuatu?" Tanya Maria dengan suara lembut yang dibuat dibuat setelah mereka hanya tinggal bertiga diruangan itu.Dariel menggeleng.
"Tidak" Singkat, padat, jelas. "Aku ingin mengobrol sebentar dengan Rea,apakah boleh?"
lagi lagi Andrea! kenapa semua pria lebih memilihnya?bahkan pengusaha kaya ini juga menyukainya! bukannya anakku lebih cantik?
Meskipun tidak menyukai permintaan Dariel, tapi akhirnya Maria membolehkan Dariel membawa Andrea.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!