Dambaan setiap anak yang setelah lulus sekolah Sekolah Menengah Pertama, adalah sekolah lagi.
Tapi tidak bagi kehidupan di desa, apalagi anak perempuan. Sekolah menengah pertama adalah sekolah paling tinggi bagi mereka.
Setelah itu mereka diharuskan mencari pasangan atau di jodohkan.
Demikian pula kisah anak gadis yang bernama Sri Sutini yang biasa di panggil Srintil (kotoran kambing), berikut ini adalah kisah gadis tersebut.
...💖💖HAPPY READING💖💖...
Pagi hari seperti biasa, kegiatan anak gadis di desa Nguter jika tidak sekolah adalah mencuci baju di sungai.
Suara canda anak gadis beriringan dengan suara gemericik aliran sungai.
.
"Sri, sudah punya calon belum?" tanya salah seorang teman Sri yang juga sedang mencuci pakaiannya.
Sri yang menjawabnya, dia tetap dengan aktifitasnya.
"Sri, Keburu jadi perawan tua baru lho! he..he..!;" seru yang lainnya
Sri tetap saja diam, dan terus dengan pekerjaannya.
"Pasti nggak laku, makanya sampai sekarang belum punya handengan.ha..h..!" ucap salah satu dari mereka dan mereka tertawa.
"Apa sih maksud kalian? Lulus SMP itu masih kecil! Ngapain juga mikir pernikahan!" ucap Sri sebal dan meninggalkan semua orang yang mencibirnya itu.
Tiba-tiba ada suara yang memecahkan keriuhan beberapa anak gadis itu.
Tiba-tiba ada suara yang memecahkan keriuhan beberapa anak gadis itu.
"Yu...mbakyu!" panggil seorang gadis cilik yang baru duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar.
(Mbakyu panggilan untuk kakak perempuan)
"Kae Martani, adikmu Sri! Enek perlu opo yo?" tanya gadis di samping Sri.
(Itu Martani, adikmu Sri! Ada perlu apa ya?)
"Yo embuh, aku Yo Ra ngerti. Ben tekan kene sek, gek di takok'i bocahe!" jawab Sri Sutini yang sebetulnya penasaran.
(Ya entahlah, aku ya tidak tahu. Biar sampai di sini dulu, terus di tanyai anaknya).
"Mbakyu Sri, di timbali Bapak wonten ndalem!" kata Martani adik Sri Sutini.
(Kak Sri, di panggil Ayah di rumah).
"Jan-jane enek opo tho?" tanya Sri sembari membereskan semua cuciannya.
(Sebetulnya ada apa sih?)
"Yo ra ngerti yu, wong aku mung di kengken nggoleki njenengan!" jawab Martani yang membantu membawa sebagian cucian kakaknya.
(Ya tidak tahu kak, orang saya cuma di suruh mencari kamu).
"Yo wes, ayo gek cepet. Mungkin enek hal penting!" ucap Sri pada adiknya.
(Ya sudah, ayo lebih cepat. mungkin ada hal yang penting).
"Iya yu" balas singkat Martani.
(Iya kak)
Dan keduanya mempercepat langkah mereka menuju ke rumah.
"Pemenen ya Ni. Aku tak lewat mburi, arep salin disek!" ucap Sri yang kemudian masuk ke rumah lewat pintu belakang.
(Jemurlah, aku mau lewat belakang, mau ganti baju dulu).
Sri menuju ke kamarnya dan memakai pakaian yang pantas untuk menerima tamu.
Gadis itu kemudian keluar dari kamarnya dan ternyata ibunya sudah menunggunya.
"Sri gowonen unjuk'an kuwi kanggo poro tamu" ucap ibunya Sri seraya menunjuk ke minuman diatas nampan.
(Sri bawa minuman itu buat semua tamu).
Sri melaksanakan perintah ibunya, dia membawa minuman untuk para tamu ayahnya.
Di letakkan ya minuman-minuman itu diatas meja di depan para tamu ayahnya.
Tanpa di sadari Sri, para tamu itu memperhatikan gerak-gerik Sri.
"Sri, lungguho neng kene sedelo" ucap ayahnya Sri.
(Sri duduk di sini sebentar)
"Inggih pak" jawab Sri yang kemudian duduk di samping ayahnya.
(Ya yah)
"Sri, kedatangan Pak Bayu ini ingin menjadikan kamu anak menantunya" kata Ayah/bapak-nya Sri.
Sri sangat terkejut, Pak Bayu adalah kepala desa di desanya. Dan anaknya bernama Aryo adalah Insinyur pertanian yang menjadi pembimbing para petani di desa dimana mereka tinggal.
Banyak home industri yang di didikannya, karena itulah Aryo banyak di sukai para gadis di desanya.
Sri tak berani membantah, karena sejak dulu bapaknya sangat menginginkan Sri menikah dengan Aryo.
Sri diam dan tertunduk, bingung jika menolak pasti bapaknya akan marah besar padanya dan jika menerima lamaran itu, tak ada lagi kesempatan dirinya untuk sekolah lagi.
Sedangkan dirinya ingin merasakan belajar di bangku Sekolah menengah atas dan juga kuliah.
Karena cita-cita Sri ingin menjadi wanita karier sebelum menjadi ibu rumah tangga.
"Kalian sebaiknya kenalan dulu, sana kalian main-main saja dulu!" ucap Bapaknya Sri.
"Inggih pak!" balas Aryo.
"Ayo dik Sri, kita cari angin sebentar!" lanjut Aryo yang kemudian bangkit dari duduknya.
Sri juga bangkit dan menatap wajah Aryo, dan Sri pun mengangguk tanda mau diajak Aryo.
Aryo pun tersenyum, setelah itu mereka berpamitan dengan orang tua masing-masing.
Keduanya naik sepeda motor dan melaju di sepanjang jalan desa.
Banyak diantara warga yang memperhatikan mereka, namun mereka tetap tak perduli.
Aryo mengajak Sri ke tempat wisata pemancingan yang terkenal di daerahnya.
Keduanya sangat menikmati saat memancing ikan di kolam yang tersedia.
"Mas Aryo, mata pancing mu di tarik ikan itu!" seru Sri yang melihat pancingan Aryo bergerak di tarik ikan
"Ya dapat!" seru Aryo yang sudah menarik mata pancingnya dan muncullah ikan patin sebesar lengan Arya yang menggelepar-gelepar.
"Alhamdulillah dapat ya mas!" ucap Sri yang ikut senang.
Arya memasukan ikannya dalam wadah.
Tak berapa lama, mata pancing Sri juga bergerak-gerak.
"Sri tarik mata pancing kamu!" seru Aryo dan Sri berusaha menariknya namun sedikit kewalahan.
"Mas Aryo bantuin ya!" seru Sri dan Aryo ikut menarik mata pancing kepunyaan Sri.
Dan tanpa sengaja tangan Aryo memegang punggung tangan Sri.
Sri hanya melihatnya dan melihat ke arah Aryo, karena saat ini sedang sibuk menarik ikan yang kena mata pancingnya.
"Ayo tarik lagi yang kuat Dik Sri!" seru Arya, dan Sri menurutinya.
Dada Arya bergemuruh saat berada di samping Sri, dan Sri merasakan ada hembusan semilir angin, padahal tak ada udara yang bergerak di sekitar pemancingan.
"Mas Arya, kamu ganteng dan juga sosok yang mengayomi." Sri yang membatin.
"Sri, sejak dulu aku sudah menyukaimu. Kamu manis dan humbel serta kamu itu cerdas!" ucap dalam hati Aryo.
"A..akhirnya dapat juga!" seru Aryo dengan kelegaan.
"Lumayan besar ya mas!" kata Sri seraya melihat ikan tangkapannya.
"Iya, lapar kan?" tanya Aryo.
'He..em!" jawab Sri seraya menganggukkan kepalanya.
"Sini biar di masak sama petugas masaknya. Kita tinggal nikmati saja, he..he..!" kata Aryo.
"Ada ya petugas masaknya?" tanya Sri yang belum tahu.
"Ada, kabarnya sih masakannya enak!" ucap Aryo yang membawa ember berisi ikan ke sebuah warung di lingkungan pemancingan itu.
"Sambil nunggu pesan es kelapa muda ya!" seru Aryo, yang kemudian dia memesan es kelapa muda yang ada di samping stan warung makan itu.
"Mas Arya cuci tangan dulu yuk!" ajak Sri.
"Oiya, sekalian mengembalikan pancingannya, Kitakan tadi menyewa bukan membelinya!" ucap Aryo seraya mengulas senyumnya.
"Iya mas" jawab Sri singkat.
Setelah mengembalikan pancingnya, Sri dan Aryo .enuju ke wastafel.
Dengan iseng Aryo memercikkan air ke arah wajah Sri.
Sri berlari menghindari Aryo, hingga mereka sampai di depan rumah makan yang dimintai memasakkan ikan tadi.
Kedua ya kemudian duduk di kursi dan masih menunggu masakan di hidangkan di meja makan.
Tak berapa lama es kelapa muda pesanan mereka telah dihidangkan oleh penjualnya.
...~¥~...
Terima kasih telah hadir di novel ke-8 saya ini.
...Mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel MBAK JAMU NAIK LEVEL ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...BERSAMBUNG...
"Seger...!" seru Aryo yang terus menatap Sri yang sibuk membenarkan rambutnya yang tertiup angin.
(Segar)
"Ha...! a.apanya yang seger mas?" tanya Sri yang penasaran.
"Oh, anu..e..es degan iki sing seger!" jawab Aryo sedikit kelabakan.
(Oh, itu..e...es kelapa muda ini yang segar)
"Ohw, kan mas Aryo belum minum? kok bisa bilang segar?" tanya Sri sambil mengulas senyum karena memang melihat Aryo belum meminum es kelapa mudanya.
"Ya kan sudah di lihat dari penampilannya!' jawab Arya sekenanya namun memang ada benarnya juga.
Karena es kelapa mudanya sangat menggoda tenggorokan yang meminta untuk segera di basahi.
"Hm...bukannya sedari dulu es kelapa muda itu memang segar, mas?" tanya Sri seraya mengaduk es kelapa mudanya biar gulanya tercampur rata.
"Ya, iya nanyanya juga minuman apalagi es! segar, seperti kamu dik Sri!" ucap Aryo yang terus menatap Sri dengan mengulas senyumnya.
"Ah, gombal!" seru Sri yang kemudian menyeruput minumannya.
Tak berapa lama pelayan Warung makan itu membawakan hidangan ikan yang di pancing mereka.
"Wah mantap, ikannya di masak bumbu rujak asam pedas semua!" seru Aryo dan setelah berdoa mereka makan dengan lahapnya.
"Mas Aryo, kenapa mas melamarku?" tanya Sri di sela-sela makannya, karena penasaran.
"Aku sangat menyukaimu sejak dulu dik Sri, sejak pertama kita berjumpa!" jawab Aryo yang sudah mencuci tangannya.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana mas?" tanya Sri sedikit berhati-hati.
"Apa kamu tak menyukai aku Sri?" tanya Aryo sedikit kecewa.
"Bukannya tidak suka sama mas Aryo, siapa sih yang nggak kenal mas Aryo? Sri hanya ingin melanjutkan sekolah. Sri ingin kerja cari uang buat Sri sendiri, tanpa meminta pada Bapak, dan simbok. Sri ingin menikmati masa muda Sri lebih dulu. Agar kelak Sri nggak menyesal!" jelas Sri yang membuat Aryo tersentak dengan pengakuan Sri.
"Kalau itu maumu, kita tunangan dulu nggak apa-apa kan dik Sri!" kata Aryo yang tak ingin melepaskan gadis di depannya, yaitu Sri Sutini.
"Tunangan? itu sama saja masih membelengguku mas!" seru Sri yang kemudian menghabiskan es kelapa mudanya.
"Tapi aku sangat mencintaimu dik Sri, kita Tunangan dulu. Agar tak ada yang mendekatimu Sri!" jelas Aryo yang juga menghabiskan es kelapa mudanya.
"Huh...! tak ada gunanya juga aku menentang. Malah semakin mendesak ke arah pernikahan!" gumam Sri dalam hati.
Sri hanya diam dan mendengarkan Aryo yang terus merayunya.
Dan sesekali Sri menghela nafasnya.
"Ayo dik Sri, kita pulang sudah sore! nanti takut dimarahi bapak" ucap Aryo yang kemudian bangkit dari duduknya dan dia melangkahkan kaki menuju ke pemilik warung untuk membayar makanan dan es kelapa mudanya.
Sri mengangguk dan kemudian bangkit dari duduknya lalu mengikuti Aryo.
Kemudian mereka berjalan menuju ke tempat parkir sepeda Aryo.
Dengan kecepatan sedang Aryo mengemudikan sepeda motornya menuju ke rumah keluarga Sri.
Sesampainya di rumah Sri, kedua orang tua Sri dan orang tua Aryo, mereka telah membuat kesepakatan.
"Assalamu'alaikum...!" ucap salam Sri saat masuk ke rumah dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan dilanjut kedua orang tua Aryo.
"Wa'alaikumsalam..!' jawab kedua orang tua Sri dan Aryo bersamaan.
Aryo pun juga mencium punggung tangan Kedua orang tua Sri dan juga kedua orang tuanya.
"Sri dan Aryo, kami telah bersepakat kalau bulan depan kalian menikah!" ucap Bapaknya Sri.
Aryo mengulas senyumnya, sementara Sri tersentak kaget.
"Apa nggak bisa mundur pak? satu tahun lagi begitu?" Sri yang mencoba menawar.
"Ora iso, pokoke sasi ngarep awakmu nikah karo Aryo!" seru bapaknya Sri yang tidak mau di bantah.
(Tidak bisa, pokoknya bulan depan kamu menikah dengan Aryo)
Sri hanya bisa diam, tak berani membantah. Dia hanya menjadi pendengar setia mana kala kedua oang tuanya , kedua orang tua Aryo dan juga Aryo yang saling cerita dan bersendau gurau, hingga tak terasa sampai waktu menjelang maghrib.
"Wah sudah sore, kami pamit. Takut kelamaan di sini malah merepotkan keluarga calon besan. he..he..!" ucap Bapaknya Aryo.
"Ah, nggak apa-apa. Kan jarang-jarang kita bisa kumpul-kumpul begini!" ucap Bapaknya Sri.
"Wah sepertinya malah di suruh menginap! " kelakar Aryo dan semua tertawa karenanya.
"Ha..ha..! bisa saja kamu Yo..Aryo..!!" ucap Bapaknya Sri.
"Makanya cepat menikah!" ucap ibunya Sri yang juga ikut nimbrung.
Kemudian Arya dan kedua orang tuanya bangkit dari duduk mereka dan saling bersalaman dengan Sri dan kedua orang tua Sri.
"Assalamu'alaikum..!" salam pamit keluarga Aryo.
"Wa'alaikumsalam..!" balas keluarga Sri.
Bapak, ibu dan Sri mengantarkan para tamunya sampai ke depan pintu rumah.
Setelah itu, Sri membereskan semua gelas dan makanan yang berada di atas meja.
"Sri, kami sudah tidak boleh keluar rumah, kamu sudah dalam prosesi di pingit."kata Ibunya Sri.
"Umbah-umbah wonten kali nggih mboten angsal Bu?" tanya Sri.
(Nyuci baju di sungai juga nggak boleh Bu?)
"Yo ora oleh!" jawab ibunya Sri.
(Ya tidak boleh)
Sri kecewa sekali, walaupun begitu diavtak berani menentang keinginan kedua orang tuanya itu.
Gadis itu kemudian mencuci piring dan gelas.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Sri segera mandi dan berganti pakaian.
Kemudian di lanjut menunaikan sholat Ashar.
"Ya Allah, berikanlah petunjuk-Mu.Apa yang harus hamba lakukan?" salah satu doa Sri saat selesai sholat.
Sri terus mengurung diri hingga tiba waktu sholat Maghrib.
Gadis itu keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhlu dan kemudian kembali lagi ke kamarnya untuk sholat Maghrib.
Dan tetap dia tidak keluar lagi dari kamarnya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Tokk...Tokk....tokkk...!"
"Sri ayo makan dulu, kamu jangan sampai telat makan nanti bisa sakit lho!" ucap suara di balik pintu.
"Iya Bu" sahut Sri yang kemudian dia keluar dari kamarnya.
Sri ikut dalam makan malam keluarganya yang hanya berjumlah empat orang.
Dirinya bapak ,ibunya dan adiknya Martani.
"Aku harus bagaimana ini?" tanya dalam hati Sri yang terus berkecamuk.
"Pokoknya aku harus segera pergi dari kampung ini secepat." ucap dalam Sri saat sudah berada kamarnya.
Setelah sholat Isya, Sri kembali termenung.
Gadis itu sudah membulatkan tekatnya untuk pergi dari rumahnya.
Sri mengemasi barang-barang yang sekiranya dibutuhkan saat dia meninggalkan rumah nantinya.
Setelah itu Sri membaringkan tubuhnya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sejenak dari beban hidupnya
Dan kedua mata gadis itu lama-kelamaan menutup mata dan sudah berada di alam mimpinya.
...~¥~...
Terima kasih telah hadir di novel ke-8 saya ini.
...Mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel MBAK JAMU NAIK LEVEL ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...BERSAMBUNG...
Jam dinding menunjukkan pukul 02.00 pagi.
Sri bangun dari tidurnya dan hendak menunaikan sholat malam.
Gadis itu melangkah keluar kamar dan menuju ke sumur.
Setelah berwudlu, Sri kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya.
Diambilnya mukena yang biasa dia pakai untuk sholat, dan Sri mulai Menunaikan Ibadah sholat malam.
"Ya Allah, jika keputusan hamba pergi dari rumah ini adalah benar, tunjukkanlah jalan yang mudah. Aamiin ya Robbal alaamiin." do'a Sri setelah sholat malam.
"Oiya, biasanya kan ada mobil pick up penjual tahu yang lewat, mereka kan rutin ke pasar tiap jam tiga pagi. Aku naik mobil pick up itu saja." kata dalam hati Sri, yang kemudian memasukkan mukenanya ke dalam tas ransel.
Sri menulis surat untuk kedua orang tuanya yangvdi letakkan di atas meja belajarnya, gadis itu kemudian gadis itu keluar dari rumah dengan lewat jendela kamarnya.
Setelah menutup kembali jendela kamarnya dengan pelan-pelan, Sri mengendap-endap keluar dari halaman rumahnya dan melangkahkan kakinya menuju ke jalan yang biasa di lalui mobil pick Up penjual tahu.
Sesampainya di jalan itu, Sri menoleh ke kanan dan ke ke kiri. Takut bila ada warga yang melihatnya.
Tak berapa lama Sri melihat sorot lampu mobil dari kejauhan.
"Itu pasti mobil pick up si penjual tahu!" gumam Sri.
Gadis itu melambaikan tangannya, dan mobil itu pun berhenti.
"Arep Nyang ngendi nduk?" tanya sopir mobil pick Up itu.
(Mau kemana dik?)
"Mau ke pasar pak, saya ikut ya!" jawab sekaligus pinta Sri.
"Oh Nyang pasar, ndhang mlebu!" kata sopir itu.
(Oh ke pasar, cepat masuk!)
"Jo, pindaho Nyang mburi! kene ben dinggo gendhuk ayu kui!" seru sopir mobil pick up kepada orang yang di sampingnya.
(Jo, pindah ke belakang! di sini biar di pakai adik cantik itu!)
Yang di panggil dengan Jo itu pun menuruti perintah si sopir dan dia turun dari mobil pick up itu dan kembali naik lagi ke belakang bersama ember-ember yang berisi banyak tahu.
Mobil itu kemudian berangkat dengan kecepatan sedang menyusuri jalan perkampungan dan beberapa Menik kemudian menuju ke jalan raya.
"Kok bawa tas ransel, apa mau merantau ya?" tanya sopir itu.
"I..iya pak! bosan di rumah, mau cari pengalaman di kota besar" jawab Sri yang sedikit gugup.
"Baguslah, sekarang itu jaman emansipasi wanita. Jadi wanita jangan monoton di rumah saja. Wanita itu besok kalau punya anak, adalah guru Pertama bagi anak-anaknya." kata sopir itu dengan pandangan tetap lurus ke depan.
"Iya" balas singkat Sri yang mengulas senyum tipisnya.
Setengah jam kemudian, mereka telah sampai ke pasar kota.
"Kalau naik bis ke terminal Solo, tunggu saja di depan kios bakso Nrimo. Biasanya ada bis mini jurusan ke terminal Tirtonadi (Solo)" jelas si Sopir itu.
"Terima kasih ya pak!" kata Sri seraya mengulurkan tangannya dan memberi
ongkos pada sopir itu.
"Ini pak buat beli bensin" ucap Sri seraya memberikan beberapa lembar uang sepuluh ribuan pada sopir mobil pick up itu.
"Sudah, tidak usah di bayar. Mending buat tambah uang saku di jalan nanti!" ucap sopir itu.
"Sekali lagi terima kasih ya pak!" ucap Sri yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke tempat yang di tunjukkan sopir tadi.
"Sri..!" tiba-tiba ada yang memanggil gadis itu.
Kemudian Sri menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.
"Ya Allah, mas Aryo! Bagaimana aku lupa kalau mas Aryo selalu ke pasar untuk jual sayur hasil panenannya!" gumam dalam hati Sri.
"Eh mas Aryo!" jawab Sri yang sedikit gugup.
"Kamu mau kemana Sri, Subuh-subuh begini!" tanya Aryo penuh selidik.
"Eh, anu...di suruh ibu beli terasi." jawab Sri secara asal.
"Kok bawa tas?" tanya Aryo yang penasaran.
"Oh ini, mau mengembalikan beberapa baju teman. Besok kan Sri mulai di pingit, jadi aku kembalikan sekarang mumpung belum waktunya di pingit!" jawab Sri lagi dengan sekenanya.
"O begitu!" ucap Aryo yang masih belum percaya.
"Aryo...!" panggil seorang pedagang pasar yang akan membeli sayuran yang di bawa Aryo.
"Iya!" jawab Aryo.
"Sri, kamu tunggu sebentar ya!" ucap Aryo pada Sri, dan Sri mengangguk.
Di saat Aryo sibuk melayani pembeli sayurannya, Sri perlahan-lahan meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Aryo yang beberapa menit kemudian sudah selesai melayani pembeli sayurannya, hendak menemui tunangannya yang ditinggalkannya tadi.
"Sri..! kemana kamu, apa dia beli terasi dulu ya?" tanya dalam hati Aryo saat tidak mendapati sri di tempat semula.
Aryo kemudian melayani pembeli sayurnya kembali.
Sedangkan Sri kini sudah berada di depan warung bakso Narimo.
Dan tak berapa lama, bis mini jurusan Solo itu berhenti di depan warung bakso Narimo itu.
Sri bergegas naik dan duduk di samping jendela yang menghadap bakso Narimo tempat Sri menunggu bis tadi.
"Alhamdulillah, sudah naik bis!" ucap Sri dalam hati.
Lima belas menit kemudian, bis mini itu melaju menyusuri jalan raya menuju ke arah kota Surakarta.
"Mbak, turun dimana?" tanya seorang ibu-ibu yang duduk di samping Sri.
"Oh, terminal Tirtonadi Bu." jawab Sri.
"Ibu turun di mana?" lanjut tanya Sri.
"Oh, turun di pasar Telukan" jawab Si ibu tadi.
"Oh, dekat ya Bu" balas Sri.
"Iya, kios ibu ada di pasar Telukan , jadi ya turun di pasar Telukan. Masak turun di terminal Tirtonadi! he...he..!" canda Si ibu dan hal itu membuat keduanya pun tertawa.
Tak berapa lama Kernet bis menarik ongkos penumpangnya.
"Turun dimana Bu?" tanya si kernet bis.
"Pasar Telukan ya mas!" jawab si ibu seraya memberikan uang lima ribuan.
"Siap Bu!." jawab si kernet. Kemudian giliran Sri yang ditarik ongkos tarif bisnya.
"Mbak kecil mau kemana?" tanya si kernet itu.
"Terminal Tirtonadi ya mas!" jawab Sri seraya memberikan uang satu lembar dua puluh ribuan.
"Baik!" jawab si kernet, yang kemudian si kernet menarik ongos tarif bis pada penumpang lainnya.
"Pasar Telukan...pasar Telukan..!!" seru kernet bis yang memberitahukan kalau sudah sampai di pasar Telukan.
"Ibu turun dulu ya nak! hati-hati di jalan. Jangan percaya pada orang yang baru di kenal ya!" pesan si ibu.
"Iya Bu, terima kasih." ucap Sri.
Dan tak lama kemudian si ibu telah turun dari bis mini itu. Dan dia melambaikan tangannya pada Sri, gadis itu juga melambaikan tangannya pada si ibu yang ada di luar bis mini.
Bis mini yang di tumpangi Sri itu melaju dengan kecepatan sedang menuju kota Solo.
...~¥~...
...Mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel MBAK JAMU NAIK LEVEL ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!