NovelToon NovelToon

EMPEROR'S GARDEN

Chapter 1. Upacara Kebangkitan (REVISI)

Aster POV

Di sebuah desa terpencil jauh dari ibu kota. Sebuah desa kecil yang masih termasuk bagian dari kekuasaan Kerajaan Heart. Sebuah kerajaan kedua terbesar di Benua Aquilani.

Sebuah benua dengan berjuta misteri yang tidak masuk akal. Apakah aneh kalau aku menyebutnya begitu? Tentu saja, bukan tanpa alasan aku mengatakan hal itu.

Namaku Aster Eryk, seorang anak laki-laki dari sebuah panti asuhan di desa kecil yang memiliki sedikit penduduk. Sebelumnya aku adalah seorang anak SMA biasa yang mati karena kecelakaan lalu lintas dan ketika aku bangun, aku sudah menjadi seorang bayi di sebuah panti asuhan reyot ini. Umurku baru saja menginjak 8 tahun.

Di dunia ini, setiap anak yang berumur 8 tahun akan mengikuti upacara kebangkitan.

Ini adalah ritual yang sudah menjadi adat-istiadat mereka sejak dulu. Dunia ini berbeda dengan duniaku dulu, ini adalah dunia dimana sihir dan spirit menjadi inti dari dunia ini. Kau mungkin menganggap ku gila. Tapi, ini adalah kenyataannya.

"Apa yang sedang kau lamunkan, Aster?"

Suara seseorang menarik ku kembali ke dunia nyata, aku menoleh ke belakang dan mendapati sebuah senyuman dari wajah cantik seorang gadis dengan rambut seputih salju.

Dia adalah Katasya. Cucu dari kepala desa. Dia merupakan seorang jenius di desa terpencil ini. Ketika usianya menginjak 5 tahun, Katasya sudah bisa menggunakan beberapa sihir level menengah, yang bahkan untuk anak usia 9 tahun saja kesulitan menggunakannya.

Rambutnya yang dikepang dua dengan poni yang menutupi dahinya membuatnya terlihat begitu imut. Katasya adalah satu-satunya orang yang mau berteman dengan ku di desa ini.

Sama sepertiku dia adalah seorang anak yatim-piatu, kedua orangtuanya meninggal saat dia berusia 2 tahun, mereka bertarung melawan monster dari daerah misterius.

Daerah misterius, adalah tempat yang memiliki berjuta misteri di benua Aquilani. Karena kerajaan Heart berdekatan dengan Pulau Misterius, tidak jarang monster-monster dari sana menyerang.

Berbeda dengan Katasya, aku tidak pernah bertemu dengan orang tuaku. Aku bahkan tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah tiada, aku hanya memiliki keluarga di panti asuhan di desa Batalion. Meskipun bukan keluarga kandung, tapi kami tetap saling menyayangi satu sama lain.

"Aku hanya sedang berpikir, spirit apa yang akan ku dapatkan nanti." Aku mengelus kepalanya lembut yang membuat gadis itu tersenyum lebar.

Saat ini kami sedang menatap langit malam yang penuh bintang, menunggu upacara kebangkitan dimulai. Desa terlihat lebih terang dan ramai dari biasanya dan aku cukup menyukainya.

Ini mengingatkanku tentang pasar malam yang dunia modern. Begitu ramai, terang dan berisik.

"Apa kau begitu khawatir, Aster?" Dia tersenyum, lalu meraih tangan ku untuk segera menuju tempat upacara kebangkitan.

"Bagaimanapun, kita pasti akan menjadi seorang kesatria sihir," tambahnya.

...✨✨✨...

Author POV

Desa Batalion terlihat lebih ramai dari biasanya. Malam ini, adalah acara yang selalu mereka tunggu-tunggu. Pesta digelar di depan sebuah balai desa. Semua orang terlihat begitu bersemangat, terutama anak-anak yang akan mengikuti upacara kebangkitannya.

Semua orang yang tinggal di Benua Aquilani memiliki sesuatu yang spesial. Mereka menyebutnya sebagai "Spirit".

Spirit adalah bagian dari manusia yang dapat dibangunkan ketika seseorang menginjak umur 8 tahun. Kau bisa menyebutnya sebagai kloning dari dirimu sendiri. Karena itu adalah bagian dari diri manusia, hanya saja dia berwujud berbeda. Hal ini kembali ke seberapa berbakatnya dirimu. Tipe spirit setiap orang berbeda-beda, ada yang berbentuk hewan, alat atau bahkan tumbuhan dan spirit mental yang sangat langka. Setiap spirit memiliki beberapa keahlian khusus tergantung dengan jenis spirit yang dimiliki.

Aster menatap setiap anak seumuran yang berjalan mendekati sebuah batu besar di depan halaman. Itu bukanlah sebuah batu biasa, melainkan sebuah monumen yang memiliki ukiran kuno yang entah apa tulisannya. Gadis cantik disebelahnya menggenggam erat tangan Aster. Mungkin dia sedang sangat gugup, Aster dapat merasakan keringat yang mulai membasahi telapak tangannya dalam genggaman Katasya.

Aster menatap Katasya, wajah gadis itu terlihat pucat karena gugup.

"Semuanya akan baik-baik saja. Kau pasti akan memiliki spirit yang hebat," ucap Aster mencoba menenangkannya.

Gugup? Tentu saja, siapa yang tidak gugup. Ini lebih mengerikan dari ujian masuk perguruan tinggi. Nasibnya dipertaruhkan di sini.

Aster dan Katasya mendekati monumen batu itu bersama. Anak-anak lain juga melakukan hal yang sama. Mereka berbaris membentuk sebuah lingkaran, mengelilingi monumen batu itu.

"Anak-anak ku tersayang. Kalian tidak harus kecewa dengan apa yang akan kalian dapatkan nanti. Tidak semua orang bisa menjadi seorang kesatria sihir.

Namun, aku berharap salah satu dari kalian akan menjadi seorang jenius yang bisa membawa nama desa kecil kita."

Seorang pria tua dengan jubah berwarna ungu berpidato. Dia adalah kepala desa Batalion juga merupakan kakek dari Katasya. Matanya yang sudah sipit itu, terlihat seperti garis ketika dia tersenyum sambil mengelus jenggotnya.

"Baiklah tanpa membuang waktu lagi, aku akan memulai upacara kebangkitannya."

Davide yang berdiri ditengah anak-anak itu mengangkat sebelah tangannya. Begitu dia mengangkat tangannya, monumen batu disampingnya bersinar terang. Sebuah cahaya putih menyilaukan yang terasa hangat menyelimuti tubuh anak-anak itu.

Energi yang terasa panas itu merayapi kakinya, lalu masuk ke dalam hati Aster. Tubuh Aster bergetar, keringatnya bercucuran. Tubuhnya terasa disengat oleh listrik namun, juga terasa di bakar oleh api. Penglihatannya kabur, namun dia masih berusaha untuk terjaga. Apakah membangun spirit memang sesakit ini?

...✨✨✨...

Devide menatap satu persatu anak-anak itu tatapan penuh harapan. Sudah lama sejak dia memimpin upacara kebangkitan. Namun, kebanyakan dari anak-anak dari desanya hanya akan menjadi petani karena kebanyakan dari mereka memiliki spirit yang tidak bisa digunakan untuk bertarung.

Bahkan kekuatan sihir dari spirit mereka juga sangat kecil. Meskipun untuk menggunakan sihir diperlukan sebuah mana. Namun, mana dari seorang rakyat biasa tidak bisa disamakan dengan mana yang dimiliki oleh para bangsawan dan anggota kerajaan.

Namun, sekali lagi dia menghela napas panjang. Karena kebanyakan anak-anak yang baru saja menyelesaikan upacara mereka sama sekali tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang kesatria sihir. Dia lalu beralih menatap cucunya, Katasya.

Cahaya putih itu menyelimuti tubuh Katasya. Cahayanya lebih terang dari anak-anak yang lain. Mungkinkah ini adalah sesuatu yang hebat?

Di sampingnya, Aster juga belum menyelesaikan upacara kebangkitannya. Meskipun cahaya yang menyelimutinya tidak seterang cahaya yang menyelimuti Katasya.

Namun, dia memiliki sebuah kemungkinan untuk memiliki masa depan yang cerah.

...~To Be Continued~...

Note:

Terimakasih untuk kalian yang sudah menemukan cerita ini. Mohon dukungannya, dan maaf karena cerita ini begitu berantakan. Aku masih seorang amatir yang membutuhkan kritik dan saran yang membangun 🙏🏻🙏🏻

Chapter 2 - Bola Api Hitam [REVISI]

Terimakasih untuk yang sudah bersedia mampir ke Novel ini.

Sebelum itu, tolong dukungan kalian dengan like cerita ini 🙏🏻

Sebuah cahaya putih menyilaukan mata, menyelimuti tubuh Katasya. Mata Devide yang sipit melebar, ini adalah sesuatu yang selalu dia tunggu-tunggu. Akhirnya, seorang jenius dari desa Batalion akan lahir dan itu adalah keturunannya sendiri.

Suasana ketika sunyi, mereka terdiam melihat sesuatu di belakang Katasya. Jelas itu adalah wujud dari spirit milik Katasya.  Sebuah cahaya indah bersinar di belakang Katasya membentuk sebuah bunga teratai raksasa berwarna putih yang indah.

"Wow, bukankah itu sangat indah?"

"Kepala desa, spirit apa yang dimiliki oleh Nona Katasya?"

"Sangat cantik, persis seperti Nona Katasya."

Suara orang-orang mulai bersahutan. Devide mengelus jenggotnya yang putih. Tersenyum dengan bangga.

Setelah beberapa saat, cahaya itu menghilang begitu juga bunga teratai raksasa yang ada di belakang Katasya. Katasya membuka matanya, wajahnya terlihat pucat. Tentu saja dia sangat takut dengan hasil yang dia dapatkan. Meskipun dia dapat merasakan hawa dingin yang begitu luar biasa. Sayangnya, dia tidak mengetahui apa itu.

"Kakek bagaimana hasilnya, apakah aku bisa menjadi seorang kesatria sihir?" Katasya menghampiri Devide yang sedang terdiam menatapnya. Menyadari gadis kecilnya sedang berlari menghampirinya, Devide merentangkan kedua tangannya. Memdekap tubuh kecil Katasya dalam pelukannya.

"Anak baik, kamu berhasil," ucap Devide, Katasya yang mendengar kata-kata itu tersenyum. Dia memeluk balik Devide dengan erat.

Sayangnya, ini belum berakhir. Katasya melepaskan pelukannya, dia menyeka air matanya yang keluar karena terharu, lalu menatap cahaya redup yang menyelimuti Aster.

"Aster... Kamu pasti bisa."

...✨✨✨...

Aster menatap sekelilingnya dengan tatapan linglung. Bukankah dia sedang melakukan upacara pembangkitan, tadi?

Kenapa dia malah berada di sebuah ruangan gelap ini. Tidak ada pijakan di tempat ini, dia seolah-olah sedang melayang di sebuah tempat di sebuah ruangan hampa tanpa batas.

"Dimana ini..." Alis Aster berkerut, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan tempat ini. Seolah-olah menjawab rasa bingung Aster, tiba-tiba sebuah bola yang diselimuti oleh api hitam mendekatinya.

"Tidak ku sangka, hari ini benar-benar akan datang." Bola hitam itu mengelilingi tubuh Aster.

"Siapa kau? Dan bagaimana bisa aku berada di sini?"

"Bocah, apakah kau tidak mengenalku? Aku adalah orang yang selalu bersama dengan mu."

Aster menatap bola itu tak tertarik, apa dia sedang terkena sihir ilusi?

"Hei, apa-apaan dengan tatapan tidak berminat mu itu? Aku adalah spirit mu, apa kau segitunya tidak mengenalku?"

"Spirit ku? Jadi itu bentuk mu? Aku baru tahu kalau spirit itu bisa bicara. Tapi, melihat tampilan mu... Sepertinya aku hanya bisa menjadi seorang pemain sepak bola," ucap Aster. Benar-benar sesuatu yang tidak masuk akal. Dia sudah hidup selama 8 tahun di dunia aneh ini, dan dia baru tahu kalau spirit memiliki kesadaran mereka sendiri. Dia sudah banyak belajar bersama dengan Katasya dan ini adalah ilmu baru yang dia dapatkan.

"Tentu saja ini bukanlah bentuk asliku. Dan pemain sepakbola? Apa itu? Apa itu hebat?"

"Yah, itu cukup keren. Tapi, bola berapi seperti mu ini memangnya bisa di tendang?"

Aster menatap bola api hitam itu, meskipun Aster tidak merasa takut namun, dia dapat merasakan tekanan yang luar biasa dari bola api hitam yang sebesar bola pingpong itu.

Tunggu sebentar, bukankah dia akan menjadi seorang pemain pingpong nanti, kenapa dia malah berpikir akan menjadi seorang pemain sepakbola?

"Apa yang kau pikirkan, bocah tengil? Biar ku beri tahu sesuatu. Wujud ku sekarang bukanlah wujud asliku. Dan tubuh mu saat ini sangatlah lemah. Namun, memiliki lautan spiritual yang begitu luas... Itu sangatlah aneh. Saat ini, aku memanfaatkan cahaya dari monumen batu itu untuk mengundangmu ke sini. Waktu ku terbatas, jadi persiapkan telinga mu untuk mendengarkannya." Bola api hitam itu mengeluarkan tekanan yang membuat tubuh Aster merasa lemas. Jika saja saat ini dia sedang berdiri, pasti dia sudah berlutut di hadapannya.

"Setelah upacara ini, berangkatlah menuju gunung. Kau harus masuk ke inti hutan, aku ingin kau berlatih di sana dan menguatkan kekuatan fisikmu. Kau tidak bisa menolak, karena kita berdua sama-sama diuntungkan...," ucap bola api hitam itu cepat, ketika melihat raut wajah Aster tidak setuju.

"Kau tidak meminta persetujuan ku, atas dasar apa aku harus mengikuti permintaan mu?" Wajah tidak terima Aster terlukis dengan jelas. Tentu saja dia tidak setuju. Siapa orang bodoh yang ingin mengantar nyawa seperti itu, terlebih lagi dia adalah anak laki-laki yang baru berumur 8 tahun. Yah, meskipun jiwanya adalah remaja berusia 15 tahun, sih.

Namun, perlawanan Aster terlihat tidak berguna. Terbukti dengan tekanan yang dikeluarkan bola api hitam itu semangkin besar. Keringat membasahi wajah Aster, dia merasakan hawa membunuh yang luar biasa dari bola api hitam itu.

"Kau tidak punya hak untuk membantah. Sekarang kembalilah!"

...✨✨✨...

Aster menatap langit-langit kamarnya yang reyot. Sejak upacara Kebangkitan malam itu, Aster tidak lagi menghabiskan waktunya bersama dengan Katasya. Dia juga sudah lama tidak bertemu dengan Katasya, meskipun Aster tidak terlalu memikirkannya. Sayangnya, dia tidak bisa membohongi dirinya kalau dia merasa sedikit kesepian.

Aster bangkit, dia menatap keluar jendela. Jauh di sana terlihat warna hijau dari pepohonan yang lebat. Jelas itu adalah hutan yang dikatakan oleh si blacky.

Itu adalah nama yang diberikan Aster untuk si bola hitam yang tidak tahu sopan santun yang mengaku sebagai spirit miliknya, dia sudah mencari nama yang cocok untuknya. Dan dari sekian banyaknya nama, si Blacky ini adalah yang paling cocok.

Aster lalu menutup kedua matanya, dia mengonsentrasikan mana yang dia miliki ke telapak tangannya. Sebuah cahaya berwarna ungu muncul di telapak tangannya lalu berubah menjadi sebuah belati kecil yang tumpul.

"Hais... Spirit ini bahkan tidak bisa digunakan untuk memotong sayur." Aster menatap belati tumpul di telapak tangannya. Di benua Aquilani, spirit seseorang dibagi menjadi 3 bentuk. Ada spirit yang berbentuk hewan atau tumbuhan, spirit yang berbentuk alat dan yang melekat dalam diri manusia itu sendiri. Dan yang dimiliki Aster adalah yang berwujud alat dan satunya belum diketahui.

Sedikit rahasia yang dimiliki oleh Aster, dia memiliki spirit ganda yang jarang terjadi kepada orang-orang, bahkan seorang jenius sekalipun.

Ini sangatgat mirip seperti komik yang selalu dia baca. Seandainya saja dia bereinkarnasi ke dunia komik itu. Pasti akan menyenangkan.

Aster kembali menatap keluar, matanya yang berwarna semerah darah itu terlihat berkilau. Sepertinya dia sudah membulatkan tekad untuk pergi ke Evil Forest. Jika dia ingin menjadi kuat, dia harus mengorbankan sesuatu. Jika dia terus seperti seekor burung dalam sangkar dia tidak akan bisa melihat dunia. Lagi pula dunia ini terlalu luas untuk tidak dijelajahi.

...~To Be Continued~...

Chapter 3 - Terhianati [REVISI]

Setelah makan siang Aster memutuskan untuk pergi ke pasar untuk membeli senjata yang dapat ia gunakan besok.

Kata Blacky, dia harus bersiap-siap, bagaimana pun juga ini adalah sesuatu yang cukup bahaya. Aster yang tidak mau memulai perdebatan setuju-setuju saja.

Hanya saja dia butuh uang untuk membeli senjata, dan dia sama sekali tak punya uang. Tidak mungkin untuknya meminta uang kepada Pic.

Pic adalah seorang biarawati yang sudah menjaganya bersama anak-anak lainnya di panti asuhan ini.

Dia tidak mau membebani Pic lagi, mungkin dia harus menjual sesuatu atau bekerja untuk mendapatkan uang lebih untuk membeli senjata.

Panti asuhan ini sudah banyak berjasa bagi Aster, sudah memungutnya dan membesarkannya, juga membiarkan dia tinggal secara gratis saja sudah membuatnya sangat berterima kasih, ia tidak mau semangkin merepotkan Pic untuk memberinya uang.

Ditambah dengan keperluan anak-anak lainnya, juga untuk makan saja mereka sudah sangat kesusahan.

Setelah berpikir panjang, ia hanya dapat satu ide. Katasya. Mungkin gadis itu bisa meminjaminya beberapa koin.

"Kau mau kemana?" Suara Blacky membuat Aster menghentikan langkahnya. Dia menutup matanya agar bisa masuk ke lautan spiritualnya dan bertemu dengan Blacky.

"Kau masih terlalu lemah untuk melakukan itu," potong Blacky cepat. Membuat Aster dengan segera menjadi sebuah patung, cukup memalukan rasanya.

"Blacky apa kau bisa membantu ku mendapatkan beberapa uang untuk membeli senjata?" tanya Aster, mungkin saja si Blacky ini punya sesuatu yang bisa ditukarkan dengan uang atau sebuah kemampuan yang bisa membuat uang.

"Kau pikir aku adalah semacam sistem, hah? Aku adalah sebuah spirit yang hebat yang malah terperangkap di tubuh lemah mu ini. Dan apaan nama Blacky itu, sepertinya kau sudah tidak sayang dengan nyawa mu lagi ya?!"

"Baiklah-baiklah. Sepertinya tidak ada cara lain." Arai bergegas keluar kamar. Ia memutuskan untuk mencari Pic dan meminta bantuannya.

...✨✨✨...

Pasar terlihat cukup ramai, mungkin karena ini adalah musim panen, jadi semua orang sedang berada di pasar menjual hasil panen mereka.

Ada juga beberapa orang dari luar desa Batalion, mereka membeli banyak sekali hasil panen penduduk untuk kembali dijual di kota. Hal inilah yang membuat desa Batalion bisa bertahan hidup meskipun desa mereka kecil dengan penduduk yang sedikit.

Mereka memanfaatkan kondisi tanah yang sangat cocok untuk bercocok tanam untuk bertahan hidup. Hasil panen akan mereka jual ke kota dan sisanya di jual di desa.

Saat ini Aster sedang berbelanja untuk malam malam, karena Pic sangat sibuk jadi dia meminta Aster untuk membeli beberapa bahan makanan.

Aster bahkan tidak sempat mengatakan kalau dia ingin meminta bantuan, karena gadis berusia dua puluh tahunan itu, terlihat cukup kerepotan mengurus anak-anak.

Uang koin ditangannya yang begitu sedikit, Aster merasa sedikit iba. Dia lalu memutuskan untuk meminta bantuan Katasya saja, mengingat hubungan mereka cukup dekat.

Setelah berbelanja beberapa sayuran untuk makan malam, fokus Aster teralih ke seorang pedagang yang menjual beberapa barang lama.

Dia menghampiri pedagang itu dan melihat-lihat apakah ada sesuatu yang berguna. Dia lalu tertarik untuk membeli sebuah pedang yang sudah berkarat.

Pedang itu terlihat sudah tidak dapat digunakan lagi. Namun, ada sesuatu yang menarik Aster untuk memiliki pedang itu.

"Nak kau memiliki penglihatan yang bagus," ucap pedagang itu. Aster tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya karena dia memakai tudung yang menutupi wajahnya.

"Pak aku akan mengambil pedang ini."

Pedagang itu mengangguk, "Tentu, harganya hanya 100 koin tembaga."

Aster terkejut, bagaimana bisa pedang yang sudah tidak bisa digunakan lagi harganya 100 koin tembaga. Itu sama saja dengan 1 koin perak. Sekarang uang yang dimilikinya hanya 3 koin tembaga.

Apakah dia harus berhutang, sangat tidak lucu bukan?

"Apa pendapatmu tentang Aster, Katasya."

Suara yang sangat dikenalnya membuat Aster dengan segera berbalik. Itu Katasya dan Rachel. Saat upacara kebangkitan itu, hanya mereka berdua yang berhasil memiliki spirit yang hebat. Mereka berdua adalah seorang jenius di desa Batalion.

"Pak tunggu sebentar, biarkan aku menghampiri temanku." Aster melepaskan pedang yang dia pegang dan menghampiri Katasya dan Rachel. Pedagang itu sedikit mengintip dari balik tudungnya untuk melihat kemana Aster pergi.

"Anak yang cukup sopan," gumamnya.

Tangan Aster yang terangkat untuk menyapa Katasya seketika jatuh, senyumnya yang lebar itu menghilang seketika.

Langkahnya terhenti dan tatapan matanya seketika kosong. Apa yang gadis itu katakan benar-benar menghancurkan hatinya.

"Maksudmu sampah tidak berguna dengan spirit cacat itu? Huh, apa bagusnya dia. Sia-sia saja aku berteman dengan seorang sampah dan menghabiskan waktu bersamanya. Jika, waktu bisa diulang aku pasti akan mendengarkan kakekku untuk tidak berteman dengan orang seperti itu."

Rachel tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari bibir manis Katasya. Mereka baru saja selesai dari latihan khusus dan memutuskan untuk jalan-jalan ke pasar.

Rachel tidak sengaja melihat Aster yang sedang melihat barang-barang rongsokan yang dijual oleh seorang berjubah hitam.

Sebelumnya, Rachel sangat iri dengan Aster karena bisa begitu dekat dengan Katasya. Bagaimanapun Rachel mencoba mendekatinya, Katasya tetap saja memilih Aster dan bukan dirinya.

Tapi, sekarang berbeda. Aster yang merupakan sampah itu sudah menjadi semangkin sampah dengan spirit cacat yang dimilikinya.

Hal ini tentu saja membuat Katasya perlahan menjauh darinya.

Namun, sekarang berbeda. Katasya sekarang sudah bukan lagi milik Aster, dengan sentuhan terakhir akhirnya Rachel berhasil membuat mereka semakin saling membenci.

"Kau sudah dengar, Aster. Seperti itulah dirimu di mata Katasya," ucap Rachel kepada Aster yang memang sudah berada dibelakangnya.

Sontak, Katasya dengan segera berbalik. Begitu terkejutnya dirinya mendapati Aster yang sudah berada di belakangnya.

"Aster... A-Aku tidak bermaksud untuk...." Gadis itu berbicara dengan gugup, seolah-olah baru saja tertangkap basah karena selingkuh.

Aster mengepalkan tangannya kuat-kuat, hatinya benar-benar terluka karena ucapan gadis itu. Aster pikir, Katasya berbeda dengan orang-orang yang hanya tahu menjilat orang-orang kuat.

Tapi, kenyataannya sama saja. Aster berusaha tersenyum kepada mereka, "Aku hanya ingin menyapa dan mengungkapkan selamat untuk kalian."

Setelah mengatakan itu, Aster segera berbalik pergi.

...✨✨✨...

"Ugh!" Aster membaringkan tubuhnya dengan kasar ke kasur membuatnya sedikit merintih karena kasur yang keras telah melukainya.

Namun, dia tidak mengambil pusing. Rasa sakit itu tidak seberapa dengan rasa sakit dihatinya. Dia tidak pernah berpikir kalau sehina itu, dirinya di mata Katasya.

Aster pikir Katasya adalah seorang yang polos dan baik hati, dia adalah orang yang sangat baik dengannya. Meskipun Kakeknya selalu menentang dia berteman dengan Aster, tapi Katasya dengan sembunyi-sembunyi selalu menemuinya dan mengajaknya untuk bermain bersama.

Plak!

Aster menghela napas panjang, dia bangun dan menepuk kedua pipinya keras sehingga meninggalkan bekas merah di kedua pipi itu.  Tidak ada gunanya menangis, sekarang yang harus dia lakukan adalah menjadi kuat secepat mungkin.

Jika dia kuat, maka semua orang akan menghormatinya.

Aster meletakkan selembar kertas di atas nakas, meninggalkan pesan untuk Pic dan anak-anak. Aster tidak berani untuk meminta izin secara langsung, jadi hanya dengan pergi diam-diamlah jawabannya agar dia bisa pergi ke evil forest.

Tidak ada yang istimewa dari bekal yang dibawanya saat ini, hanya beberapa roti keras untuk mengisi perut dengan satu pakaian ganti, juga sebuah pedang rongsokan yang entah sejak kapan berada di kantong belanjaannya.

...~To Be Continued~...

Jangan lupa, tinggalkan jejak😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!