"Hendy! Hendy! Hendy!"
Terdengar teriakan siswa-siswi SMAN Nusa Dua di pinggir lapangan basket. Siang itu berlangsung pertandingan basket antar kelas sebagai salah satu kegiatan dari serentetan acara Dies Natalis.
Pertandingan yang mempertemukan antara kelas XII-A1 dengan XII-S3 berlangsung sangat meriah dan penuh sesak penonton yang mayoritas adalah cewek.
Mereka rela berdesakan bukan untuk mendukung kelas yang sedang bertanding melainkan untuk melihat Hendy, gitaris band Stars.
Bagaimana tidak, dengan garis wajah tegas, sorot mata tajam dan paras yang sangat tampan siapa cewek yang tidak akan jatuh hati padanya.
"Ppssttt.. Kayak nya fans lo tambah banyak Hen. Di sapa dulu sana.." kata Leo, sahabat Hendy sejak kecil.
Hendy hanya melirik sekilas ke kerumunan siswi lalu kembali fokus ke pertandingan. Setiap kali Leo membahas para siswi, pasti dia akan bersikap seperti itu.
"Lihat itu Kak Hendy! Ganteng banget ya.."
"Iya.. Tipe aku banget..Tapi kayak nya dia gak tertarik ya sama kita?"
"Yup! Cewek yang kayak gimana sih yang bisa buat dia jatuh cinta?"
Terdengar suara beberapa cewek sedang membicarakan Hendy. Leo tahu sebenarnya Hendy bisa mendengar mereka. Tapi Hendy tetaplah Hendy, dia bisa mengacuhkan apapun yang baginya tidak menarik.
Leo selalu bertanya-tanya mengapa Hendy tak pernah sekalipun pacaran dan cewek seperti apa yang diharapkannya. Setiap kali Leo mengenalkan nya ke seorang cewek, dia pasti menolak. Leo hanya berdoa semoga sahabatnya itu masih 'normal'.
Pertandingan siang itu dimenangkan oleh kelas XII-A1 yang tentu saja disambut suka cita terutama oleh penggemar Hendy.
Saat Hendy dan pemain lainnya akan meninggalkan lapangan, datanglah seorang cewek menghampiri Hendy.
"Kak Hendy, aku Lina. Sudah lama aku suka sama kakak. Kakak mau gak jadi pacarku?" ucapnya malu-malu sambil memberikan sepucuk surat.
"Maaf dek, kakak sedang tak ingin pacaran." jawab Hendy singkat sambil tersenyum simpul.
Senyum itulah yang membuat cewek terpesona dan hal itu sangat jarang ditunjukkan oleh Hendy. Biasanya dia hanya kan memasang wajah datar tanpa senyum yang membuatnya terkesan semakin misterius.
"Iya kak, gak apa-apa." jawab Lina dengan nada kecewa. Dia segera beranjak meninggalkan Hendy dan Leo yang masih bengong.
"Kok di tolak sih sob? Cantik lho.."
"Ambil aja."
Singkat, jelas, padat. Jawaban Hendy membuat Leo semakin gemas. Seharusnya dia sudah punya banyak mantan dengan wajah dan bakat seperti itu.
Lalu apa yang menahannya? Siapa pun yang nantinya bisa memikat Hendy pastilah cewek yang sangat spesial.
Setelah melepas lelah Hendy dan Leo bersiap-siap untuk melanjutkan penampilannya bersama Stars sore ini. Disela-sela persiapan, Leo membuka pembicaraan.
"Sob, udah lama gue ingin tanya ini sebenarnya."
"Apaan?"
"Lo suka cewek yang gimana sih?" lanjut Leo menyelidik. Pertanyaan ini sudah lama di pendam nya sejak kelas X. Dia ragu mengatakannya karena itu hal yang cukup sensitif bagi Hendy.
"Gak tahu juga." jawabnya singkat.
"Serius Hen..."
"Gue serius. Gue gak ngerti cewek yang kayak gimana yang gue suka. Gue merasa biasa aja sama cewek-cewek yang selama ini nembak gue. Gue juga gak ngerti kenapa gue gak tertarik sama mereka semua."
"Lo normal kan?" tanya Leo sambil menutupi dadanya.
Bletakk.. Sebuah pukulan kecil pun akhirnya mendarat di dahi Leo.
"Gue normal beg*!"
Disinilah Leo semakin bingung dengan sahabatnya. Haruskah dia kembali mengenalkan Hendy ke teman-teman ceweknya?
"Check sound, 1 2 3. Drum drum tek tek bass."
Terdengar suara panitia yang melakukan cek alat musik di panggung. Acara puncak Dies Natalis akan dimeriahkan oleh berbagai macam hiburan. Mulai dari teater, dance, dan band lokal termasuk Stars.
Hampir semua siswi SMAN Nusa Dua menunggu penampilan band ini.
"Semuanya fit ya?" tanya Candra, vokalis sekaligus leader Stars. Selain Hendy, dia juga cukup populer.
Bertubuh jangkung dan memiliki suara khas yang sangat merdu. Mereka berdua lah yang menjadi daya tarik Stars selama ini.
Semua personil berada dalam kondisi prima walaupun siang tadi tenaga mereka cukup terkuras untuk mengikuti pertandingan basket.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 dan acara pun dimulai. Satu persatu siswa dan siswi dari berbagai kegiatan ekstrakulikuler menunjukkan kemampuan nya di atas panggung.
Sorak sorai penonton pun mulai bergemuruh mengundang para pengguna jalan untuk berhenti sejenak ikut menikmati acara. Akhirnya tiba saatnya Stars berunjuk gigi.
"Ya ampun.. Lihat tuh Hendy gue.. Ganteng banget.." teriak Tya.
Dia salah satu fans fanatik Hendy. Tidak pernah sekalipun dia melewatkan penampilan Stars walaupun itu di luar sekolah.
Maklum saja, sejak kelas X dia jatuh cinta pada Hendy. Sudah 6x dia menyatakan cinta, 6x juga selalu ditolak. Namun dia pantang menyerah dan ingin mencoba lagi.
"Bedak gue masih oke kan Van?" tanya nya pada Vanda, sahabatnya.
"Oke kok.." jawab Vanda.
Mereka pun beranjak maju ke barisan paling depan. Tya sudah seperti orang gila jika melihat Hendy manggung.
Stars tampil membawakan beberapa cover lagu melankolis. Penonton yang hadir pun larut dalam lagu.
Terlihat Hendy lah yang paling menonjol dari personil yang lain. Dia sangat piawai memainkan jari-jarinya mengikuti ritme.
Namun pandangannya tiba-tiba tertuju pada satu titik. Jauh di belakang sana dekat ruang guru, terlihat seorang cewek tengah memandangnya.
Cewek cantik berkulit putih dengan rambut bergelombang sebahu. Matanya yang sipit menambah kesan oriental, begitu tenang.
Tanpa sadar Hendy terhipnotis beberapa saat sebelum Leo menyenggol bahunya.
"Fokus." bisik Leo.
Hendy berusaha kembali fokus ke permainan gitarnya. Namun dia tidak bisa menyangkal bahwa dia tertarik dengan cewek itu.
Beberapa kali dia mencuri pandang dan cewek itu masih berada di sana, memandangnya. Entah mengapa Hendy merasa begitu damai hanya dengan melihat matanya.
"Lo mikir apaan sih? Hampir aja permainan kita kacau." kata Leo selepas mereka turun dari panggung.
"Sorry.." jawab Hendy singkat.
"Ya tapi.."
"Udahlah.. Toh baru hampir kan." ucap Candra menengahi.
Leo menghela napas panjang. Dia menarik Hendy sedikit menjauh dari teman-temannya yang lain.
"So, ada apa?"
"Gak ada apa-apa kok."
"Come on.. Kita bersahabat udah dari orok. Lo masih aja main rahasia sama gue." protes Leo.
Hendy tahu dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Leo. Dia tidak yakin, namun akhirnya dia bercerita.
"Gue tadi lihat cewek di deket ruang guru, cantik banget."
"Manusia?"
"Dengerin dulu kenapa.." Hendy gemas setiap kali Leo memotong ucapannya.
"Nih cewek beda banget sama yang lain."
"Beda gimana?"
"Lo tahu kan setiap kali kita manggung pasti semua cewek histeris teriak-teriak gak jelas, tapi dia enggak. Dia hanya lihat dari jauh. Gak ada reaksi yang berlebihan, kalem banget."
"Serius? Emang dia siapa?"
"Gue gak tahu. Tapi kayaknya gue pernah lihat entah dimana." jawab Hendy.
Dia yakin pernah melihat cewek itu di suatu tempat. Leo lalu berpikir dia harus mencari tahu siapa cewek ini. Hanya dia satu-satunya cewek yang dibicarakan Hendy sejak mereka bersahabat. Mungkin dia juga bisa membuat Hendy akhirnya sedikit tertarik.
Sudah 30 menit Leo menggunakan bukunya sebagai kipas angin sampai-sampai membuat bentuk buku itu kusut tak berbentuk.
"Ya ampun.. tumben banget sih siang ini panas banget!"
"Gak usah bawel deh." timpal Hendy sambil menyodorkan setumpuk buku.
"Apaan nih?"
"Ini bahan referensi buat tugas kita."
Leo hanya bisa menatap tumpukan buku di hadapannya dengan wajah suram. Ingin rasanya dia susun buku-buku itu sedemikian rupa lalu berbaring di atasnya.
"Lo bakal rematik kalau tidur di atas buku." ucap Hendy tiba-tiba.
"Lo mantan dukun ya Hen?" Leo takjub dengan Hendy yqng bisa membaca pikirannya.
Sebelum Leo semakin ngelantur, Hendy mengajak nya ke kantin agar pikiran nya kembali sehat. Mungkin sudah terlalu lama dia membiarkan Leo dehidrasi.
Deg!
Jantung Hendy seakan berhenti berdetak. Beberapa meter di depannya ada seorang cewek yang tidak asing lagi baginya.
Dialah cewek yang memandang nya dari jauh saat Dies Natalis minggu lalu.
Semakin lama cewek itu semakin mendekat. Anehnya Hendy tak bisa melepaskan pandangan nya sama sekali. Cewek itu benar-benar mempesona.
"Ran.. tungguin gue dong.." terdengar seseorang memanggil dari kejauhan. Sepertinya ada sedikit masalah dengan sepatunya.
"Buruan.." sahut cewek itu. Hanya satu kata yang keluar darinya, tapi bagi Hendy itu sudah cukup membuat nya semakin mematung.
Melihat Hendy seperti itu, Leo menyadari ada yang berbeda. Perlahan cewek itu melewati Hendy dan Leo begitu saja, seakan dia tak melihat mereka berdua.
"Dia Hen?" tanya Leo setelah cewek itu berlalu.
Hendy mengangguk, dia memegang dadanya untuk memastikan jantungnya tak bermasalah. Leo pun menghela napas sebelum melanjutkan.
"Namanya Rani, anak kelas XII-A3."
"Lo kenal dia?"
"Kagak.. Cuma tahu aja dari yang lain. Susah Hen kalau mau deketin dia, cuek anaknya."
Hendy berpikir mungkin apa yang dikatakan Leo benar. Tapi bagaimana, dia sudah terlanjur tertarik.
Sejak Dies Natalis sampai sekarang dia masih mengingat Rani. Dia sudah mencoba mengacuhkan tapi tetap masih terbayang jelas di ingatannya.
Apakah mungkin cinta pandangan pertama itu memang ada? Atau itu hanya ketertarikan sesaat? Apapun itu Hendy sudah memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh tentang Rani dan mau tak mau Leo harus turun tangan.
**
Leo baru saja kembali dari petualangan nya mencari informasi tentang Rani. Terlihat dia begitu antusias menceritakan apa yang dia dapatkan.
"Lo pasti kaget apa yang bakal gue omongin."
Hendy memasang wajah serius mendengarkan setiap ucapan Leo sampai akhirnya dia tahu kenapa Rani terlihat familiar.
Dia baru menyadari sesuatu. Beberapa minggu belakangan ini Rani selalu datang ke studio untuk melihat Stars berlatih.
Cewek itu selalu duduk di kursi paling belakang, tersenyum setiap kali Hendy memainkan gitar. Tidak pernah berusaha berkenalan dengannya dan tak ada reaksi yang berlebihan. Dia hanya menonton sesi latihan sampai selesai setelah itu pergi.
Tentu saja Hendy semakin penasaran setelah mengetahui hal ini. Ingin sekali dia bertanya langsung, tapi bukankah aneh jika tiba-tiba dia melakukan nya?
Hendy pun mengernyitkan dahi. Ketertarikannya pada Rani semakin besar.
"Gue mesti gimana? Apa gue coba kenalan aja." katanya sambil mengusap wajah nya.
"Lo tahu kan resiko nya kalau ngelakuin itu mengingat fans lo banyak yang gesrek." Leo tahu betul apa yang akan Hendy lakukan bisa membuat Rani dalam bahaya.
Pernah suatu hari Hendy mendatangi seorang cewek untuk mengembalikan kunci motornya yang jatuh. Akibatnya si cewek di teror habis-habisan sampai dia memilih pindah ke sekolah lain.
"Gue harus tahu kenapa dia kayak gitu. Lo sering bilang ke gue buat mulai kenalan sama cewek. Sekarang saat gue mau kenalan, lo gak support. Gimana sih.."
Leo pun akhirnya memilih untuk mendukung sahabat nya. Mungkin memang Rani yang bisa membuat Hendy tertarik untuk mengenal cewek atau bahkan membuat Hendy jatuh cinta pada akhirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!