Perang baru saja dimulai, langit yang semula gelap menjadi temaram saat selubung kabut hitam menutupi langit. Mereka dikurung dalam sebuah bulatan hitam tipis yang begitu menakutkan.
Empat Unit Pengintai yang sempat mundur kembali bangkit saat melihat tanda-tanda itu.
"Tidak salah lagi, Pemimpin Empat Unit Pengintai!"
Bersamaan dengan itu semua, terlihat bayangan seekor naga hitam melintasi langit malam berkabut. Dia mengeluarkan suara jeritan, lalu turun menukik ke bawah sambil menyemburkan api biru. Tak ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu, terlebih lagi suara alunan seruling perlahan-lahan terdengar. Begitu pelan dan indah, tapi jika didengar di situasi seperti itu siapa pun akan bergidik ngeri.
Barisan Unit Satu kembali berdiri tegap saat merasakan kekuatan itu datang. Kekuatan yang melindungi markas Empat Unit Pengintai selama ini. Lan Zhuxian dan lainnya sudah mengetahui bahwa Xin Chen akan datang hari ini. Memastikan kemenangan berada di tangan mereka dengan segala persiapan besar yang telah dilakukannya bersama Jun Xiaorong.
"Akhirnya dia tiba."
Hujan tak berhenti turun saat selubung hitam menutupi langit. Malam benar-benar datang membawa angin dingin yang mencekik. Genangan air membasahi kaki para prajurit di kedua kubu yang sebentar lagi akan menjadi lautan darah tanpa ujung.
Jenderal-1 sudah mengantisipasi kekuatan pemimpin Empat Unit Pengintai sebelumnya. Tapi data yang didapatnya terlihat seperti sebuah kebohongan saat kekuatan yang begitu dahsyat menguasai satu tempat yang begitu luas seperti ini.
"Ini seperti kekuatan iblis ... Apakah dia benar-benar manusia?"
"Tidak, aku yakin kekuatan dewa telah berpihak padanya hingga menciptakan sesuatu yang gila seperti ini."
"Celaka ... Kekuatan ini, dia adalah marabahaya." Salah satunya kontan mundur saat mengetahui bahwa kekuatan roh mulai terasa pekat mengintai seluruh penjuru.
Suara di sekitar Wei Feng mulai ramai. Tak berapa lama mereka menengadah saat sebuah kegelapan muncul tepat di atas mereka.
Sosok yang berdiri paling atas itu mengucapkan sesuatu yang hanya terdengar samar-samar. Membuat Li Baixuan terdiam sesaat.
"Ini adalah tanahku, Kekaisaran Shang. Selamat datang di Neraka, Para Pendosa."
"Sial ... Dia pengguna roh?" Tanpa sadar salah satu jenderal bergumam, menghadirkan wajah-wajah cemas yang ketakutan akan kekuatan misterius yang sempat menjadi bencana terbesar di Kekaisaran Qing. "Sudah sampai sekuat itu tanpa diketahui siapa pun. Dia pasti musuh yang sangat berbahaya."
Semua orang mengantisipasi pergerakan satu-satunya sosok yang berada di atas mereka. Dan sesuatu yang paling ditakuti mereka muncul, hanya segelintir orang yang tahu akan tingkat tertinggi dari seberapa berbahayanya kekuatan roh. Yang pertama, jika si pengguna roh memiliki Kitab Pengendali Roh. Kedua, orang itu memiliki kekuatan yang besar. Dan terakhir, dia telah mencapai tingkat tertentu yang tak banyak diketahui orang-orang.
Sebuah Roh besar muncul dari balik kabut hitam. Suara-suara aneh muncul beriringan dengan hawa besar yang menghancurkan pikiran semua orang termasuk prajurit Empat Unit Pengintai.
Roh Dewa Perang tersenyum bengis. "Aku akan memastikan kalian sampai ke neraka dengan selamat."
*
Perang pecah di malam di mana hujan turun begitu derasnya, membawa aliran darah menuju genangan dalam yang disebabkan oleh ledakan. Dua kubu saling beradu diiringi teriakan-teriakan perang serta dentingan pedang yang seolah tidak ada habisnya.
Di tengah perang yang tengah berkecamuk, Li Baixuan yang memiliki julukan Satu Terkuat baru saja menyadari bahwa sosok yang sebelumnya berbicara di atas mereka telah menghilang. Dia tidak bisa merasakan hawa kehadiran yang sebelumnya terasa begitu kuat. Satu per satu musuh di depannya melompat menghunuskan senjata, puluhan kepala jatuh menggelinding dan bawah kaki Li Baixuan saat itu pula. Tak perlu melihat ke segala arah, dia dapat menebas serangan bahkan dari titik buta dengan sempurna.
Mata Li Baixuan yang merah menyala tajam, amarah memuncak hebat di dalam dadanya. Dia benar-benar ingin menghabisi si Pengguna Roh tadi. Selama ini baginya semua musuh terlihat sama saja, dia tidak pernah merasa akan bertarung sengit dengan siapa pun dan itu semua terbukti. Nyaris semua orang yang bertarung dengannya mati meregang nyawa.
Namun sosok itu, membuat insting bertahan hidupnya terancam.
"Ke mana kau, Pembawa Malapetaka?!"
Tidak ada sahutan, laki-laki itu berdecih. Kini hampir seluruh wajahnya dipenuhi noda darah-dari ratusan orang yang telah dipenggalnya dalam waktu yang tidak masuk akal.
Marah, Li Baixuan menyerang salah satu anggota Empat Unit Pengintai. Wajah yang sejak awal berdiri di pasukan terdepan peperangan, Lan Zhuxian.
Pemuda itu sama sekali tidak membaca gerakan di belakangnya, mata pedang berat dengan hiasan permata milik Li Baixuan menukik menyerang leher belakang Lan Zhuxian.
Gerakan yang begitu cepat itu sama sekali tidak disadari siapa pun, bahkan Shui yang berada di sampingnya sama sekali tidak tahu lelaki bernama Li Baixuan telah masuk ke pusaran mereka.
Arah tusukan pedang semakin mendekati leher Lan Zhuxian. Suara deritan pedang terdengar kencang setelahnya, lalu sebilah mata pedang patah dan terlempar hingga menancap ke tanah.
"Tuan Lan An-?" Lan Zhuxian terkejut dengan apa yang terjadi di belakangnya hingga dia melihat Lan An telah berada di sana, dengan pedang tanpa mata. Wajah laki-laki itu terlihat buruk. Terlebih dia tahu siapa yang berada di depannya saat ini.
'Jika bukan Pedang Iblis, aku tidak yakin ada yang bisa mengalahkan orang ini ...' batin Lan An berusaha mencermati wajah Li Baixuan di depannya. Laki-laki itu sama sekali tidak terkejut saat Lan An mematahkan serangannya. Melainkan tersenyum penuh ketertarikan.
"Pilar Pertama, heh? Kau bahkan tak pantas disandingkan dengan prajurit di Distrik-1."
Lan An tak ingin menggubris hinaan tersebut melainkan berbicara dengan Lan Zhuxian.
"Mundurlah, dia bukan tandinganmu."
"Tapi bagaimana Anda bisa di sini?"
Mata Lan An memicing melihat tanda-tanda pergerakan di depannya. Dia segera berteriak.
"Mundur!"
Lantas Lan Zhuxian menjauh. Pertarungan dimulai dengan sangat mengerikan. Li Baixuan langsung memojokkan Lan An tanpa sedikit pun kesusahan. Sementara Lan An bertahan dengan pedang tanpa mata, keseimbangannya jatuh di menit pertama. Beruntung Lan An segera menghindar sebelum pedang Li Baixuan memecahkan kepalanya.
Namun dia tidak cukup beruntung sebab Li Baixuan memang bukan tandingannya sama sekali. Jelas terlihat perbedaan kekuatan mereka sehingga satu tendangan biasa dari laki-laki itu cukup membuat tulang rusuk Lan An patah.
Lan An terpental menabrak batu besar, tertelungkup di atas genangan air. Li Baixuan melompat di atasnya dan langsung menginjak punggung laki-laki itu. Di tangannya dia baru saja memungut sebuah bendera Kekaisaran Shang.
Li Baixuan melempar kain itu ke bawah kakinya, lalu menginjak punggung dan bendera itu sambil tertawa remeh. Dilihat oleh prajurit-prajurit Kekaisaran Qing yang bersorak, menguasai situasi peperangan dan menjatuhkan mental lawan mereka dengan mudah.
"Sampah-sampah seperti kalian seharusnya mengalah sebelum mati memalukan seperti ini."
Dia meludah ke bawah. Seringainya semakin melebar. Dua tangan Li Baixuan mengangkat pedang berat tepat ke arah jantung Lan An.
"Kau tahu, kau akan cukup berguna di Kekaisaran Qing. Mayatmu akan kupotong-potong untuk kujadikan makanan para wanita dan anak-anak kelaparan di tempat kami."
Di barisan lain, Nan Ran terpisah dari kawan-kawannya. Tanpa sadar dia berada di dalam pusaran musuh dan di sana dirinya merasa dalam bahaya.
Kekuatan para prajurit Kekaisaran Qing seolah-olah makin mengganas, mulut pemuda itu terkatup rapat dengan keringat membanjiri pelipisnya.
"Ada yang tidak benar dengan situasi ini, aku harus mencari Lan Zhuxian-"
Mata Nan Ran membelalak kuat, dia segera berlari kencang menuju tempat di mana adiknya berada, sedang meregang nyawa di samping seorang pendeta.
"Adik bodoh, apa yang kau lakukan?! Cepat lari!"
Jantung Nan Ran semakin memacu cepat, dia bisa melihat Nan Yin tapi tidak melihat tanda-tanda kehidupan lagi di sana. Gadis itu tertelungkup dengan wajah tertoleh ke samping bersimbah darah, tubuhnya menghitam pekat, tidak ada gerakan lagi selain rambutnya yang kini tertiup angin malam. Begitu diam.
Nan Ran menerobos kerumunan musuh, memutar senjata dengan ganas berharap mereka memberikan jalan agar dia bisa mendekati Nan Yin.
Tak sampai sepuluh meter dari tempat di mana Nan Yin terbaring, Nan Ran menghentikan langkah tiba-tiba.
Situasi ini membuat dirinya bingung, merinding dan juga gelisah. Tidak ada yang berbicara di sana, mereka hanya berkeliling membentuk pusaran di tengah-tengah Nan Yin dan pendeta itu. Bahkan Nan Ran yang saat ini sedang berada dalam situasi panik sampai melupakan apa yang dikejarnya. Dan hanya berdiri kaku ibaratnya batu yang tertancap di tanah.
Pendeta itu memiliki hawa yang sangat berbeda. Hawa itu sama sekali tidak menyentuh fisiknya, tapi menghentikan sesuatu di dalam dirinya.
"Kau adalah kakak yang baik."
Kata pertama yang keluar dari mulut pendeta membuat Nan Ran tersadar.
"Lepaskan Nan Yin! Dia sama sekali tidak terlibat perang ini! Dia masyarakat, kau akan dikenakan hukum jika sampai membunuhnya!"
Nan Ran menyesal mengapa Nan Yin harus mengetahui hari perang ini. Dia sudah menasehati Nan Yin mati-matian untuk tidak turun ke medan perang yang hanya akan membahayakan nyawanya. Sebelum pergi Nan Ran sempat memastikan gadis tidak akan pergi ke tempat ini. Namun Nan Yin memang sangat pandai mengelabui. Gadis itu pasti tadi sedang mencarinya dan berakhir terjebak dalam kerumunan musuh.
Di sisi lain dengan tetap tenang, pendeta itu menanggapi omongannya.
"Itu hanyalah peraturan di tempatmu. Lagipula gadis ini sudah terbunuh."
"Kau-" Nan Ran terkejut. Mencoba memahami apa maksud itu semua. Adiknya telah tiada. Kenyataan itu perlahan-lahan membuatnya sadar dan meneteskan air mata.
"Pembunuh!"
"Jika membunuh jiwa-jiwa pendosa adalah demi kebaikan, maka aku rela mengotori tanganku. Seberapa banyak pun itu."
Pikiran Nan Ran kacau di detik itu juga, dia mengangkat senjata setinggi-tingginya dan berteriak hingga siapa pun dapat mendengar. Suara yang putus asa dan kehilangan.
Lao Zi yang ternyata sudah tak jauh dari sana terkejut tak main-main. Nan Ran berdiri di hadapan seseorang yang bukan lawannya. Sebelum Nan Ran benar-benar memulai pertarungan Lao Zi lebih dulu menahan tubuh Nan Ran.
"Jangan ceroboh."
"Jangan ceroboh katamu?! Adikku telah terbunuh, bajingan!"
"Kau hanya akan mati jika berhadapan dengannya!"
"Kau menyuruhku kabur dengan tidak tahu dirinya di hadapan mayat adikku yang telah dia bunuh?!"
Tangan besar Nan Ran menepis Lao Zi keras, wajahnya semakin padam dilalap api kemarahan.
Lao Zi tak bisa menjawab apapun. Dia tahu Nan Ran sedang kehilangan. Tapi sosok Pendeta di hadapan mereka mustahil untuk mereka kalahkan. Dia adalah mantan dari Sepuluh Terkuat, Zhaohuo. Pendeta yang memiliki ilmu bermeditasi tingkat tinggi. Ketenangan di dalam dirinya ibarat pisau tajam yang bisa menghancurkan sekitarnya. Tanpa perlu dirinya menyentuh.
Para kerumunan musuh mendadak mundur tiga langkah. Keduanya memerhatikan gerak-gerik itu tanpa bisa menebak apa yang selanjutnya terjadi.
Zhaohuo duduk bersila layaknya bunga Lotus. Tangan ditangkupkan di depan, sekitarnya menjadi tenang kembali. Satu menit tidak terjadi apa-apa hingga Nan Ran yang gelap mata berteriak.
"Kau lihat itu?! Dia hanya menggertak! Aku akan membunuhnya!"
Saat Nan Ran berlari ke arah laki-laki itu api besar keluar yang langsung mengejar sekitarnya. Nan Ran yang kaget mundur secepatnya, tetapi api itu masih dapat menjangkaunya. Dan lebih mengejutkan lagi saat api tersebut dapat mencengkram kakinya.
Di depan mata Lao Zi, Zhaohuo terlihat begitu mengerikan. Seorang pendeta yang di sekelilingnya dipenuhi kobaran api. Api-api dari tubuhnya membuat jalan mereka sendiri dan mengincar para prajurit terdekat yang langsung mati terbakar. Semakin banyak yang mati, semakin besar pula api itu.
Nan Ran tidak dapat melepaskan diri, dia digantung begitu saja di udara dengan cengkraman api tersebut. Tubuhnya seperti sedang dipanggang dalam bejana besi. Lao Zi berusaha memanah api-api tersebut tapi hasilnya nihil, api tersebut kembali bersatu dan mengikat Nan Ran semakin keras.
Api milik Zhaohuo mengangkat tubuh Nan Yin yang telah menghitam pekat. Kini Nan Ran tahu bahwa adiknya telah mengalami hal yang sama. Mati terbakar di tangan pendeta iblis. Tangannya terkepal tak berdaya. Di situasi ini pun, Nan Ran bahkan tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
"Aku bukan kakak yang baik ..."
Keputusasaan di wajah Nan Ran terlihat amat menyakitkan. Jika mengingat semua kenangan buruk yang mereka lalui dulu. Bertahan hidup mati-matian di tengah dunia yang begitu ganas. Hanya Nan Yin alasannya hidup. Nan Ran begitu mengingat saat kecil dulu mereka dipukuli habis-habisan karena mengutip butiran beras yang jatuh di tanah. Atau tidur di jalanan bersalju hanya dengan berselimutkan daun jerami yang hampir membusuk.
Tubuh Nan Yin kembali terbakar dan hanya menampakkan siluetnya. Detik demi detik di mana tubuh itu menghilang, berganti menjadi debu.
Nan Ran menunduk lalu berteriak, dia menangis. Tangisan yang hampir sepuluh tahun di tangannya karena takut membuat Nan Yin sedih. Keputusasaan yang dipendamnya karena dia tak ingin melihat adiknya putus harapan. Mereka ingin hidup. Namun mengapa saat mereka telah menemukan rumah yang nyaman, salah satunya harus tiada?
Lao Zi mematung sesaat. Ini tidak bisa terus dibiarkan, pikirnya. Satu-satunya cara adalah dengan membunuh Zhaohuo. Laki-laki itu tidak terlihat seperti makhluk hidup lagi saat ini. Dari lubang matanya kobaran api berkecamuk. Jubahnya tetap berkibar meskipun api seolah-olah sedang membakar tubuh laki-laki itu. Dan pada akhirnya, terdengar suara mengerikan dari Zhaohuo.
"Jika dengan bersatu bersama iblis aku bisa membunuh manusia kotor seperti kalian, maka aku rela membuang semuanya. Demi kebaikan."
Api-api menyebar ke segala arah. Diiringi teriakan-teriakan yang tak berkesudahan. Satu per satu nyawa melayang. Namun laki-laki itu sama sekali tidak menampakkan wajah bersalah.
Yang lebih mencengangkan lagi adalah bahwa api di tubuh Zhaohuo tidak padam meskipun hujan tak henti-hentinya turun di atas mereka.
Kegentingan terjadi di mana pun. Dari berbagai sisi pihak mereka terpojok oleh kekuatan Kekaisaran Qing. Lan An, Pilar Pertama telah terjatuh di medan perang. Yun Shan salah satu anggota inti Empat Unit Pengintai mengalami sobekan besar di perutnya dan kini hanya terbaring sekarat di jalanan yang penuh dengan langkah kaki manusia. Nan Yin tewas, Nan Ran mengalami luka bakar hebat di sekujur tubuhnya dan begitu banyak lagi yang terjadi hingga salah satu prajurit dari Kekaisaran Shang mundur. Kemudian lari begitu saja membuat rekan-rekannya bingung dan mulai mengalami ketakutan yang sama.
Orang-orang Kekaisaran Qing terlalu kuat.
Di sisi lain Wei Feng menjerit kencang, marah berapi-api tampak jelas di kedua bola matanya. Dengan sebuah tombak yang telah dipenuhi oleh darah di tangan dia mencoba melawan orang-orang prajurit Kekaisaran Qing.
Satu teriakan lainnya menggema hingga beberapa mata sempat menoleh ke arahnya.
"KECAMBAH KEPARAT! DI MANA KAU?!"
Sialnya saat sedang berteriak seseorang menebas punggungnya hingga cucuran darah merembes keluar dengan cepat. Wei Feng sama sekali tidak ambruk dan berteriak lebih keras lagi.
Kemarahannya semakin menjadi-jadi saat dirinya bahkan tidak bisa keluar dari pusaran musuh, sedangkan Yu Xiong tengah meregang nyawa di tangan Jenderal-1. Orang yang sebelumnya sempat mencurigai mereka. Dan benar saja, orang yang pertama kali diincar laki-laki itu adalah mereka.
Yu Xiong nyaris tidak bisa bernapas. Kakinya terangkat ke atas. Jenderal-1 mencengkram erat lehernya.
Sebilah pedang tajam kemudian terangkat sejajar di jantungnya. Lalu tanpa mengatakan apa-apa benda itu bergerak menembus jantung Yu Xiong.
Apa yang Wei Feng lihat selanjutnya adalah tubuh Yu Xiong ambruk di atas tanah yang mulai tergenang oleh darah. Tidak ada gerak-gerik dari Yu Xiong lagi. Dari kejauhan Wei Feng bisa melihat Youji berlari ke arah anak itu. Mereka sama-sama pucat melihat salah satu rekan mereka mati.
Perang semakin mengganas setiap detiknya. Kuda-kuda perang saling berpacu, menginjak mayat Yu Xiong yang tergeletak tak bernyawa di atas tanah. Youji terlempar saat hendak menyelamatkannya.
Wei Feng sampai tak menyadari bahwa seseorang hendak menebas lehernya dari belakang.
Semuanya mendadak gelap. Wei Feng ambruk.
**
Usai mengalahkan Lan An, Li Baixuan menghabisi ribuan prajurit dengan jurus mematikan. Belum lagi korban jiwa yang di makan Lima Terkuat selainnya. Bukan mustahil lagi, hanya dalam kurun waktu beberapa jam pasukan Kekaisaran Shang dibantai habis-habisan.
Li Baixuan tertawa miris, "Mana Sepuluh Pilar Kekaisaran terkuat yang kalian bangga-banggakan itu?! Aku hanya melihat seorang laki-laki lemah yang begitu pecundang! Lihatlah Pilar Pertama kalian, dia kalah di awal pertarungan!"
Matanya membelalak seakan-akan memberikan tekanan kepada lawan-lawannya.
"Kalian cukup tidak sadar diri! Mengandalkan sampah-sampah seperti dia untuk menopang sebuah Kekaisaran besar?! Kalian sedang bercanda?!"
Dia meludah ke samping, muak. "Tidak ada lagi Kekaisaran Shang yang ditakuti. Kalian sudah hancur luar maupun dalam, tidak ada gunanya memberontak. Tunduklah dan berikan kepala kalian dengan begitu aku pastikan kematian kalian tidak begitu menyakitkan."
Prajurit Kekaisaran Shang mulai menggigil ketakutan saat Li Baixuan memegang bilah tajam pedangnya. Jurus itu akan muncul kembali. Jurus dengan satu gerakan yang dapat membunuh seratus orang dalam satu tarikan napas.
Laki-laki itu menghilang begitu cepat, tidak ada yang bisa melihat pergerakannya. Namun saat mereka dapat melihat wujud Li Baixuan kembali, semuanya bergidik ngeri.
Satu detik yang amat mengerikan di mana semua orang terpenggal dalam keadaan berdiri. Tidak ada yang sempat menjerit atau berlari. Seratus tubuh ambruk dengan mata melotot, seperti terlalu terkejut untuk mati.
Meskipun sudah menggunakan kekuatan sedemikian banyak, Li Baixuan justru terlihat semakin kuat. Garis-garis merah mulai terlihat di tubuhnya membentuk pola-pola tertentu.
"Aku bahkan belum mengeluarkan satu persen kekuatanku dan kalian sudah akan jatuh?" Kini dia berhadapan dengan Shui yang sedang berada di tubuh setengah siluman. Sisik-sisik biru muncul di kulit wajahnya yang seputih salju. Bagian belakang tubuhnya terdapat ekor naga dan kedua tangannya juga berwujud siluman. Saat dia kedatangan sosok tersebut, Shui langsung memasang sikap waspada.
'Orang ini sama sekali tidak boleh diremehkan.' batin Shui mengamati setiap pergerakan laki-laki itu.
"Jadi kau adalah Siluman Penguasa Air?"
Saat kalimat itu keluar, Shui dapat melihat Li Baixuan begitu tertarik. Insting Shui mulai merasakan ancaman yang sama seperti dahulu kala. Ketika dia masih mengelana ke seluruh penjuru bumi dan bertemu dengan orang-orang serakah yang hendak mengambil kekuatannya demi keuntungan pribadi. Tanpa Shui sadari, tanduk mulai tumbuh di kepalanya. Dia ingin segera memangsa manusia itu sebelum dirinya yang dimangsa lebih dulu. Karena begitulah hukum alam yang dia pahami sejak dulu.
Melihat pergerakan Shui, Li Baixuan tak mau banyak berbicara lagi. Siluman itu tentu tahu apa maksudnya.
Mengambil permata siluman dan kekuatan spesialnya. Itu adalah hal lumrah bagi orang-orang Kekaisaran Qing. Mengambil kekuatan siluman atau hanya sekedar membunuh mereka. Karena bagi mereka, siluman tidak pantas untuk hidup dan hanya mendatangkan bencana serta masalah.
"Dan kau juga mempelajari perubahan wujud seperti ini? Apa kau pikir ... Dirimu sudah setara dengan manusia?" ucap Li Baixuan yang langsung membuat mata Shui melotot.
Cakar Shui dan pedang Li Baixuan saling beradu, menimbulkan angin tipis yang begitu kuat. Kini Li Baixuan dapat melihat jelas wajah Shui.
"Kau tak lebih dari seonggok sampah yang merangkak di bawah kaki manusia. Kau bahkan tak pantas untuk hidup. Yang berharga darimu hanyalah permata itu, binatang!"
Hempasan dari cakar Shui nyaris menghabisi kepala Li Baixuan tapi laki-laki itu menangkisnya kuat dan langsung membalikkan serangan.
"Terlalu lama berada di sekitar manusia baik membuatku lupa bahwa manusia busuk sepertimu ada. Seharusnya aku tidak terkejut lagi-"
Shui tak sempat menyelesaikan perkataannya. Tubuhnya dipukul kuat hingga Shui memuntahkan darah, saat terjatuh Li Baixuan langsung mencekiknya. Cekikan biasa yang membuat Shui seperti dililit besi tebal, tenggorokannya sakit. Jika Li Baixuan serius mungkin saja leher Shui benar-benar akan hancur.
"Tidak ada manusia yang baik di dunia ini."
"Mereka ada!" Shui berusaha membalas cengkraman tangannya.
"Kau membual apa?! Semua orang hanya menginginkan kekuatanmu, tidak ada yang benar-benar menginginkanmu!"
Detik itu Shui sampai bisa mendengar bunyi detak jantungnya sendiri. Cengkramannya tangan Li Baixuan sama sekali membuatnya tak bisa bernapas. Tangan Shui jatuh menggantung di samping tubuhnya, tidak bisa melawan.
"Kau hanya akan dibuang saat kau menjadi lemah, saat itu tiba kau tak lebih dari seonggok daging yang dihina!"
Beberapa orang yang menyadari Shui berada dalam bahaya hendak menolong tapi justru mereka terbunuh oleh kekuatan yang keluar dari tubuh Li Baixuan. Dia memang belum membunuh Shui. Matanya yang sejak awal begitu ganas mulai meredup.
"Ternyata kau hanya takut dibuang, heh?"
Li Baixuan menoleh terkejut. Dan dalam hitungan detik selanjutnya, tangannya yang mencengkram Shui telah terputus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!