"Mas menikahlah lagi," pinta Dara.
"Tidak, sampai kapanpun istriku tetap kamu Dara" tolak Alzam. Tanpa keraguan kata-kata itu terlontar. Dia tak mungkin memadu orang tercintanya.
"Tapi aku sakit, tidak bisa melayanimu sebagai seorang istri," ujar Dara.
"Aku menikahimu bukan hanya untuk itu, tapi hidup bersamamu sampai akhir nafasku," kata Alzam.
Seketika Dara menangis. Sudah lama dia menderita kanker rahim. Berbagai pengobatan sudah dilakukan tapi hasilnya nihil, tapi Alzam selalu mensupport Dara bahkan selalu sabar dan berada di sisinya. Seperti matahari yang tak lelah menyinari bumi. Dan bulan menerangi malam. Alzam sesosok suami idaman.
Kenapa idaman?
Tidak hanya tampan, Alzam pintar, kaya, baik hati dan setia. Wanita mana yang tak menginginkan lelaki seperti itu. Siapa saja yang mengenal Alzam pasti akan jatuh hati. Meskipun sikapnya sedingin es di depan wanita di luaran tapi tidak di depan Dara, dia hangat dan perhatian. Seolah Dara memiliki semuanya pada Alzam. Sebagai suami, sahabat, patner, orangtua dan tempatnya bersandar dari segala hal.
"Ku mohon kabulkan permintaanku ini, aku tidak bisa memenuhi kebutuhan batinmu," ujar Dara.
Alzam duduk di ranjang bersama Dara. Dia meraih tangan Dara, menciumnya sambil menangis. Hatinya begitu terluka mendengar perkataan istri tercintanya.
"Dara jangan meminta sesuatu yang tidak bisa ku kabulkan, aku tidak bisa menduakanmu."
"Aku tidak ingin melihatmu kesepian, kau butuh seseorang yang selalu ada untukmu, baik sebagai istri ataupun patnermu di atas ranjang."
Alzam hanya menangis tak henti. Tak pernah terlintas dipikirannya untuk menduakan Dara. Baik dia sedang sakit ataupun sedang sehat sekalipun. Alzam sangat memegang janji pernikahan yang selalu diyakininya sampai saat ini. Hanya maut yang akan memisah.
************
Alzam Mahendra memiliki seorang istri yang sedang sakit kanker rahim stadium 3. Istrinya bernama Dara Safira. Dia seorang wanita berhijab. Selama 5 tahun Dara hanya berbaring di ranjangnya. Jika dia ingin pergi keluar dari kamarnya harus menggunakan kursi roda. Dara sampai kesulitan untuk berjalan. Hari-harinya dihabiskan hanya dengan berbaring di ranjang atau duduk di kursi roda. Terkadang dia jenuh tapi dia tidak ingin menyusahkan suaminya. Sudah beberapa kali Alzam mencarikan orang untuk merawat Dara tapi jarang yang betah lama. Mereka tidak sanggup mengurus Dara. Terkadang hati kecil Dara menangis perih dengan keadaannya. Bahkan untuk ke toilet saja tidak bisa. Untung Dara memiliki suami yang baik, sabar, dan penyayang seperti Alzam. Sehingga dia tetap tabah menghadapi penyakitnya.
Alzam adalah CEO dari Perusahaan Mahendra Group. Perusahaan Mahendra Group menjadi salah satu perusahaan dibidang perhotelan dan pariwisata terbesar di kota Jakarta. Alzam terkenal pekerja keras, tidak mudah menyerah dan juga disiplin. Itu yang membuatnya menjadi semakin sukses. Dibalik kesuksesannya, dia begitu kesepian beberapa tahun ini. Istrinya sakit, dia sudah tidak memiliki teman berbagi lagi. Dia tidak pernah menceritakan hal-hal buruk pada istrinya demi menjaga kesehatannya, walaupun istrinya sakit Alzam sangat menyayanginya. Tak pernah sedikitpun dia menyinggung perasaan Dara. Dia selalu berusaha membahagiakan Dara meskipun untuk hal-hal kecil.
Alzam sudah membawa Dara berobat kesana kemari tapi belum ada hasil. Malah kondisi Dara semakin hari semakin memburuk. Alzam hanya bisa berdoa dan berusaha semampunya demi kesembuhan istrinya. Rambut Dara sampai botak karena proses kemoterapi. Dara yang dulu sangat cantik sekarang seperti mayat hidup dan kurus. Wajah Dara sangat pucat, semua aura diwajahnya seakan memudar.
Dara tidak berharap banyak pada kesembuhannya, dia hanya ingin melihat Alzam setiap harinya sebelum hari esok mungkin dia tak bisa melihat Alzam lagi. Alzam dan Dara sudah menikah selama delapan tahun. Tiga tahun setelah pernikahannya Dara divonis kanker rahim. Setelah itu cahaya dalam hidupnya seperti hilang. Hari-harinya dipenuhi obat dan jarum suntik, bahkan Dara sudah tidak tahu seperti apa enaknya makanan kesukaannya. Semenjak sakit hidupnya penuh aturan. Dia harus menjaga makanan, minuman, istirahat, pikiran, emosi, minum obat teratur dan selalu semangat untuk sercerca harapan kesembuhan.
Di rumah besar milik Alzam hanya ada bibi pelayan yang sudah lama bekerja dengannya, koki, supir, tukang kebun, dan penjaga keamanan. Beberapa pelayan pada keluar tak mau jika harus mengurus Dara juga. Hanya Bibi Nur yang setia menemani Dara disela-sela kesibukannya mengurus rumah besar itu.
Pada suatu hari Alzam janjian bertemu dengan seorang agen rahasia. Dia sengaja menyewa agen rahasia itu dari markas besar agen rahasia. Agen itu bernama Emira Dilara. Dia seorang agen rahasia level A. Emira belum tahu misi yang akan diberikan Alzam. Maka dari itu mereka bertemu di sebuah kamar hotel yang disepakati. Emira mengenakan baju serba hitam dan berpenampilan tomboy. Emira masuk ke dalam kamar hotel untuk menemui Alzam.
"Selamat siang, aku Emira Dilara, agen level A yang anda akan sewa." Emira mulai memperkenalkan diri pada lelaki didepannya.
"Aku Alzam Mahendra, silahkan duduk!" Alzam mempersilahkan Emira duduk di sofa depannya.
"Baik." Emira duduk di sofa menghadap Alzam.
"Oya, misi apa yang akan saya kerjakan?" tanya Emira.
"Misi ini bukan misi biasa," jawab Alzam.
"Apa misi membunuh orang?" Emira penasaran dengan misi yang akan diberikan Alzam padanya. Dia coba menebaknya.
"Bukan, aku ingin anda berpura-pura menjadi istri keduaku." Alzam langsung to the point pada agen Emira.
"Pura-pura jadi istri kedua?" Emira mempertanyakan kembali ucapan Alzam yang membuatnya hampir tertawa dengan misi yang aneh, bahkan Emira bingung dengan perkataan Alzam, dia biasanya mendapat misi memata-matai orang, mencari bukti, mengungkap kasus sulit, dan mencari informasi sesuai kasus yang diberikan padanya.
"Istriku sakit kanker rahim stadium 3, dia ingin aku menikah lagi tapi... , aku tidak bisa mengkhianati janji suci pernikahan kami, itu sebabnya aku memintamu untuk pura-pura jadi istri keduaku."
"Lucu! aku ini agen rahasia, bukan simpanan atau sugar baby yang bisa kau sewa sesukamu. Tidak ada hal seperti ini di dalam misiku. Maaf, anda cari orang lain saja."
"Saya akan bayar berapapun, kalau perlu setengah hartaku akan kuberikan untukmu." Alzam memberikan tawaran yang fantastis pada Emira. Dia berharap dengan itu Emira tertarik.
"Maaf, ini hanya buang-buang waktu."
Emira berdiri dan hendak pergi meninggalkan Alzam, tapi Alzam langsung berlutut di depan Emira. Dia memohon pada Emira agar dia mau berpura-pura jadi istri keduanya.
"Ku mohon tolong aku, aku tidak ingin menduakan istriku, aku hanya mencintainya." Mata Alzam berkaca-kaca saat memohon.
"Carilah orang lain! jangan aku."
Alzam menunduk. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"Kau bisa mencari orang lain yang bisa kau sewa untuk berpura-pura menjadi istri keduamu."
"Aku butuh orang yang bisa dipercaya dan menjaga rahasia ini. Aku tidak ingin terlibat konflik yang akan menyakiti Dara. Ku dengar agen rahasia selalu profesional dalam menjalankan misinya."
Emira terdiam. Dia berpikir apa yang dikatakan Alzam. Orang lain mungkin saja akan membuat Alzam dalam masalah. Apalagi Alzam itu tampan dan kaya, wanita manapun akan berusaha untuk memiliki seutuhnya. Lalu bagaimana dengan Dara? tentu dia akan terluka. Seketika Emira jadi ingat waktu ibunya sakit, Emira tak sempat menemaninya karena sedang dalam misi rahasia yaitu mencari bukti kasus korupsi di pemerintahan diluar negeri. Dia menyamar di sana cukup lama sampai 1 tahun. Dia tak sempat mengunjungi ibunya yang sakit. Sampai pada suatu hari ibunya meninggal. Emira tak sempat bertemu dengan ibunya untuk yang terakhir. Hanya penyesalan yang selalu muncul dihatinya. Sampai ayah dan adik perempuannya tidak ingin bertemu dengannya. Emira jadi kasihan melihat Alzam yang ingin mengabulkan permintaan istrinya, walaupun itu hanya sebuah kepura-puraan.
"Bangunlah! aku akan menerima misi yang aneh ini, semua ku lakukan demi istrimu yang sedang sakit."
"Terimakasih Emira."
Akhirnya Emira setuju berpura-pura menjadi istri kedua untuk Alzam, semua ini dia lakukan karena dia ingat almarhum ibunya. Mungkin dengan begitu dia bisa merawat Dara untuk membayar kesalahannya di masa lalu.
"Axel, Aisyah, duduklah di sini bersama kami!" ajak Amanda. Matahari seakan baru terbit dari wajah cantik nyonya rumah besar itu. Jagoan tampannya sudah memperjuangkan cintanya dan tidak lagi bermain-main dengan wanita. Dia membawa seorang wanita yang baik dan sholeha sesuai keinginan keluarganya. Tidak lagi berkelana seperti pengembara yang belum menemukan tempat yang ajan ditujunya.
"Iya Bun," jawab Axel lalu mengajak Aisyah duduk. Axel duduk di dekat Maxsimus. Sedangkan Aisyah duduk di dekat Elyana. Ini pertama kalinya Aisyah datang ke rumah keluarga Geraldo. Kesan pertama yang dirasakan Aisyah mereka terlihat hangat. Padahal mereka konglomerat tapi tidak sombong. Ramah dan sopan padanya.
"Axel perkenalkan siapa bidadari yang kau bawa ke rumah kita ini!" pinta Victor. Dia dan keluarganya ingin tahu siapa bidadari yang dibawa Axel. Gadis bercadar yang tampak santun dan lembut. Seperti Amanda saat seumurnya. Dulu Amanda juga seperti itu meski memiliki sisi kuat dan sangar saat menghajar preman.
"Iya Dad," jawab Axel. Ini kesempatan untuknya mengenalkan Aisyah pada keluarganya. Dia tidak akan disebut Playboy kelas teri lagi. Axel sudah membawa impian dan harapan keluarganya ke rumah itu.
"Semuanya ini Aisyah Nayyara Zahra. Calon istriku," ujar Axel malu-malu memperkenalkan Aisyah pada keluarganya. Padahal biasanya dia jadi playboy yang tidak tahu malu. Mengobral janji manis pada siapapun dan ngapelin cewek manapun. Asal dia suka dan perempuannya mau.
"Alhamdulillah," sahut semuanya. Akhirnya setelah sekian kemarau berlalu Axel mendapatkan pasangan yang pasti. Tidak bercabang apalagi kebanyakan lintasan. Sudah mendeklarasikan diri memiliki calon istri.
"Aisyah senang bisa bertemu Om, Tante, dan semuanya," ucap Aisyah.
"Kami juga senang bertemu denganmu Aisyah," sahut Victor. Sebagai ayah angkat Axel, Victor tidak pernah membedakan kasih sayangnya untuk Maxsimus ataupun Axel. Dia selalu berharap kedua jagoannya bahagia.
"Iya Aisyah," tambah semuanya. Mereka senang bisa mengenal Aisyah sebagai calon istri Axel. Mereka yakin Aisyah akan menjadi istri yang sholehah untuk pangeran tampan kedua di rumah besar itu. Wanita seperti itu yang dibutuhkan Axel untuk menuntunnya menjadi imam yang baik.
"Alhamdulillah," jawab Aisyah. Senangnya bisa diterima di keluarga calon suaminya. Tanpa drama dan perdebatan yang menyakitkan seperti di sinetron ketika wanita miskin datang ke rumah laki-laki kaya. Keluarganya akan menentang dan tidak menyetujui hubungan mereka.
"Aisyah, ini istriku Amanda Clarissa," ucap Victor memperkenalkan istrinya. Kemudian memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya termasuk Elyana sebagai calon istri Maxsimus. Nafisa anak bungsunya dan Jennifer ibu kandungnya Victor. Aisyah sudah mengenal beberapa dari mereka yaitu Maxsimus dan Elyana.
"Senang bisa mengenal Om dan keluarga. Semoga Allah senantiasa mempererat tali persaudaraan kita semua," ucap Aisyah. Kini dia berada di tengah-tengah keluarga yang begitu humble dan supel. Padahal mereka konglomerat yang kaya raya tapi tidak mempersulit urusan jodoh anak dan keturunannya.
"Amin," jawab semuanya.
"Oma, udah kan aku bawa calon istri. Berarti gak jadikan dideportasi ke Nusa Kambangan?" tanya Axel.
"Kau pikir selesai begitu saja. Awas kalau kau macam-macam. Oma langsung kirim ke Pluto. Biar hanya kau spesies yang ada di sana," sahut Jenifer. Meski sudah nenek-nenek dia tetap bersemangat. Tidak ada yang bisa mengalahkan. Semua cucu-cucunya patuh padanya kalau ada di dalam rumah.
"Serem," jawab Axel.
"Tuh Kak dengerin kata Oma. Jangan nakal! Cukup Kak Sisyah!" ucap Nafisa. Dia menambahkan apa yang disampaikan Jenifer biar Axel ingat terus dan tidak berani menyakiti Aisyah.
"Kalau kau berani menyakiti Aisyah, aku akan memberimu tinjuan maut!" ancam Maxsimus. Tak terima jika adik kesayangannya menyakiti wanita yang pernah ada di hati Maxsimus.
"Kalau Daddy sih udah pasti panggil tukang sunat," tambah Victor.
Amanda tersenyum mendengar ultimatum dari keluarganya pada Axel. Sedangkan Elyana mengepalkan tangannya pada playboy yang dulu obral janji pada gadis cantik di desanya. Kalau sampai Axel berani menyakiti Aisyah, siap-siap dihajar Elyana seperti sebelumnya.
'Aiayah udah baik dan sholeha jangan sampai jadi istri tersakiti. Aku harus melindunginya dari suami banyak cadangan seperti Axel. Kalau macam-macam biar gorila yang mengurusnya kaya Tarzan.'
"Iya Oma, Dad, Bang, Nafisa, dan Elyana. Aku tidak akan berpaling. Semoga, doakan ya?" sahut Axel.
"Iya," jawab semuanya.
"Oma sudah siapkan jamu anti pelakor genit. Ingat rasa pahitnya saat melihat pelakor yang bergentayangan," ucap Jenifer.
"Ampun Oma," sahut Maxsimus dan Axel. Jamu buatan Jenifer pahitnya gak ketulungan. Mereka sudah sering minum jamu itu dari dulu.
"Alhamdulillah Daddy gak akan minum jamu lagi. Secara Daddy udah tua," ucap Victor dengan pedenya tidak mungkin dia minum jamu lagi.
"Siapa bilang? Aku sudah membuatkan tiga gelas. Dua gelas jamu pahit dengan level 8. Dan satu gelas jamu dengan level 10," sahut Jenifer.
"Alhamdulillah Xel kita level 8 sisanya satu gelas level 10 pasti untuk Daddy," ucap Maxsimus senang paling tidak ada yang lebih ngenes dari keduanya. Secara jamu pahit level 10 paling legend. Ketika minum semua masalah terasa ringan.
"Iya Bang, paling enggak pahitnya cuma sampai kerongkongan. Beda sama yang level 10 pahit terus sampai ke lidah. Seharian juga gak ilang-ilang pahitnya," sahut Axel. Untung dia dan Maxsimus selamat dari jamu ekstrak pahit itu. Biarkan saja Victor yang paling menderita.
"Astaga Mi, masa iya aku minum jamu pahit level 10. Hidupku sudah bahagia Mi. Biarkan mereka berdua yang baru menikmati indahnya cinta minum jamu legendnya. Lidahku udah pensiun Mi," jawab Victor.
"Pokoknya kalian minum! Biar Amanda yang mengambil jamunya di dapur," sahut Jenifer.
Amanda tersenyum. Lalu meninggalkan ruang keluarga untuk mengambil jamu.
"Mi, aku panas dingin. Bisakah dimuseumkan dulu jamunya?" tanya Victor. Mencari alasan agar tidak minum jamu. Dia sudah membayangkan betapa getirnya pahit itu ketika masuk mulutnya. Sampai Victor mesti mencuci lidahnya.
"Kau sakit Victor? Berarti levelnya harus ditambahin jadi level 20 puluh," jawab Jenifer. Bukannya selamat dari jamu justru levelnya ditambah.
"Kami sehat Oma," ucap Maxsimus dan Axel mencari aman. Dari pada kaya Victor pengen kabur malah ditambah pahitnya.
"Kirain kalian sakit juga. Baru Oma mau tambah level pahitnya," sahut Jenifer. Siapapun yang sakit mesti minum jamu legend. Turun temurun dari zaman Victor masih kecil.
"Aduh, lidahku mesti di laundry lagi," keluh Victor.
"Sabar ya Dad, semangat minum jamunya!" ucap Nafiza menyemangati Victor agar ayahnya semangat minum jamu legend.
Mau tak mau Victor minum jamu pahit. Padahal seharusnya minum jamu pahit level 10 tapi karena pura-pura sakit mau gak mau minum jamu level 20.
Bruuug ...
Victor teler di atas meja meminum jamu yang begitu pahit dan getir.
"Dad belum sembuh?" tanya Maxsimus.
"Mungkin Daddy-mu masih sakit. Dia membutuhkan satu gelas lagi," jawab Jenifer.
"Satu gelas lagi?" Victor yang teler setelah minum jamu mau tak mau bangun lagi.
"Mi, sehat. Gak sakit. Lihat, aku sudah bugar lagi," sahut Victor. Satu gelas sudah membuat ko apalagi satu gelas lagi.
Amanda dan yang lainnya hanya tertawa kecil melihat Victor.
"Max, jamumu belum diminum," ucap Elyana.
"Bisakah kau minum otak kecil. Mumpung yang lain sibuk," pinta Maxsimus.
"Gak ah, hidupku sudah sangat pahit semenjak jadi babumu. Jadi kau saja yang minum," jawab Elyana.
"Ayolah otak kecil! Jamunya pahit banget. Seteguk aja lidahku getir," pinta Maxsimus. Meminta tolong Elyana untuk meminum jamu miliknya.
"Oke," jawab Elyana. Dia mengambil gelas Maxsimus dan meminum jamu miliknya.
"Habis," ucap Elyana.
"Bagus, gak salah aku memilihmu jadi istriku. Setidaknya setiap Oma memberiku jamu ada kau yang meminum jamunya," sahut Maxsimus. Senang jamunya sudah dihabiskan Elyana. Namun Axel menuang jamunya ke gelas Maxsimus.
"Bang, habiskan ya?" ucap Axel.
Elyana tertawa kecil bersama Aisyah. Ujung-ujungnya Maxsimus harus minum jamu juga.
"Minum Max!" titah Elyana.
"Baru cuci tangan dari masalahku kenapa ketiban masalah lain," keluh Maxsimus.
"Sabar Bang, aku tahu kau pasti bisa," sahut Axel merangkul Maxsimus.
"Kau tega sekali padaku. Jamu Oma pahit banget," sahut Maxsimus.
"Setidaknya tidak sepahit hidupmu," jawab Axel.
Maxsimus geleng-geleng. Mau tak mau dia juga harus menghabiskan jamu di gelas miliknya.
Setelah itu mereka semua makan bersama. Amanda sudah masak banyak untuk mertua, suami, anak dan calon istrinya.
"Max, kau mau udangnya?" tanya Elyana.
"Kau manis sekali otak kecil," jawab Maxsimus.
"Aku ingin belajar jadi istri yang baik," sahut Elyana.
Maxsimus mengangguk. Kemudian Elyana mengambilkan udang untuk Maxsimus.
"Loh kok kepalanya, badan udangnya malah di piringmu?" tanya Maxsimus melihat badan udang di atas piring. Sedangkan kepala udang di piringnya.
"Biar romantis. Kelapa udang untukmu karena kau pintar. Dan badan udang untukku karena aku kurus," jawab Elyana. Padahal dia takut diomelin mertua kalau kepala udangnya tidak dimakan.
"Oke," jawab Maxsimus.
"Elyana, kau mau telor rebus?" tanya Maxsimus.
"Mau," jawab Elyana.
Maxsimus mengambil telor rebus. Dia meletakkan kulit telur rebus di piring Elyana dan telornya di piringnya.
"Loh kok kulitnya yang diberikan padaku Max?" tanya Elyana melihat kulit telor di piringnya.
"Biar romantis. Kulit udang untukmu karena kau suka yang renyah-renyah. Kulit telor kaya keripik coba aja kau makan pakai cabe setan," jawab Maxsimus.
'Es balok mengajakku bercanda. Dia lupa aku spesies pemakan segalanya. Jangankan kulit telur, nasi kemarinpun ku makan kalau tidak punya apa-apa lagi yang bisa ku makan. Selama perutku gak gila selama itu aku waras.'
Elyana memakan kulit terus menggunakan cabe setan yang biasa disebut cabe kebul. Dia sengaja makan dengan nikmatnya.
Kriiuuk ... kriiiuuk ...
"Enak, tak ku sangka kulit telur seenak ini kalau udah dicabein. Rasanya mengalahkan steak dengan mozarella," ucap Elyana.
Maxsimus jadi penasaran dengan kata-kata promo menjanjikan dari mulut Elyana. Dia mengambil beberapa kulit telur dari piring Elyana tanpa minta izin dulu.
'Es balok kemakan promo ala SPG jualan baskom serebu tiga. Gak tahu aja rasanya kaya pasir. Ternyata mudah membawa buaya masuk longkap.'
"Ra-ra-rasanya kaya pasir pantai," ucap Maxsimus. Tak disangka Elyana nge-prank. Siapa suruh buaya dikadalin. Udah tahu soal konyol-konyolan Elyana jagonya.
"Enakkan, renyak kaya keripik. Kriiiuuk ... kriiuuuk ..." balas Elyana.
"Sial aku temakan tipuan otak kecil. Kulit telornya rasa pasir," bain Maxsimus.
Namun Elyana baik. Dia meletakkan ayam panggang di piring Maxsimus.
"Untukmu calon suamiku," ucap Elyana.
Maxsimus tersenyum tipis. Hatinya sedikit berbunga-bunga. Paling tidak Elyana manis juga. Tak hanya Elyana dan Maxsimus, Axel pun menjalin kedekatan dengan Aisyah. Meski mereka masih malu-malu.
"Ya elah Xel, pinteran dikit. Ngapain jengkol segala kau taruh di piring Aisyah?" celetuk Jenifer. Katanya playboy tapi tumpul seketika saat berdekatan dengan Aisyah. Bukannya dikasih daging sapi kualitas tinggi malah jengkol mentah yang diberikan. Auto syok Aisyah, gak dimakan gak enak di rumah mertua. Dimakan takut bau mulut. Di diemin takut mubadzir.
"Iya nih kakak. Romantis sedikit. Kaya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang menyuapi istrinya Aisyah dengan tangannya," tambah Nafisa.
"Astaga, mesti gitu menyuapi Aisyah jengkol?" batin Axel.
Aisyah hanya geleng-geleng. Takut dikasih jengkol.
"Udah pucet muka Aisyah melihat jengkol. Sini aku aja yang makan. Jengkol favoritku," sahut Elyana.
"Apa?" Maxsimus terkejut. Calon istrinya bar-bar sampai doyan jengkol mentah segala. Padahal itu lalapan favorit neneknya.
"Kau ingin juga calon suamiku?" tanya Elyana.
"Eee ..." Maxsimus syok.
"Mau pasti, suami istri harus kompak supaya menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah," kata Nafisa.
"Betul itu, Abang harus kompak," tambah Axel.
"Sialan Axel, kenapa dia memprovokasi suasana? Mau tak maukan aku makan jengkol mentah," batin Maxsimus. Dia tidak punya pilihan selain bilang iya dan menikmati jengkol segar fresh dari pohon itu.
Maxsimus dan Elyana kompak nyemil jengkol mentah.
"Bang, kau kerasukan setan?" tanya Axel melihat Maxsimus bengong.
"Apa setan di pohon jengkol ya? Oma lupa baca bismillah saat mengambilnya," jawab Jenifer. Pohon jengkol sengaja ditanam di belakang rumah mereka. Jadi Jenifer bisa makan jengkol yang fresh.
"Apa mau dipanggilkan Pak Ustad biar diruqiyah?" tanya Nafisa.
"Itu kesan pertama makan jengkol. Bunda pernah gitu juga," jawab Amanda.
"Alhamdulillah Papi udah move on dari jus jengkol. Jadi gak kesurupan saat nyemil jengkolnya," sahut Victor.
"Ternyata enak. Beban di kepalaku terasa plong," kata Maxsimus.
Semua orang heran kenapa Maxsimus berkata seperti itu.
"Apa dia demam dan mengigau?" tanya Jenifer.
"Mungkin jengkol bikin kakak bersyukur Oma," jawab Nafisa.
"Seberat-beratnya masalah lebih berat makan jengkol mentah," ujar Maxsimus kemudian makan kembali dengan bersemangat.
'Es balok menemukan filisofi dalam jengkol ini. Seberat-beratnya masalah lebih getir rasa jengkol ini. Begitulah filisofinya.'
"Kalau gitu aku makan jengkol juga deh. Biar masalahku hilang," ucap Axel. Dia mengambil satu jengkol dan memakannya.
"Astaga, getir sekali. Pantes masalahku hilang," keluh Axel.
Amanda dan yang lainnya tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan Axel.
Aisyah meninggalkan kontrakan yang beberapa hari ini ditempatinya di Jakarta. Dia membawa tas miliknya berjalan meninggalkan tempat itu menuju ke halte yang berada di tepi jalan raya. Tak lama sebuah bus jurusan Jakarta-Bandung berhenti di depannya. Aisyah menaiki bus itu. Dia duduk di kursi tengah. Kebetulan kursinya kosong hanya Aisyah yang duduk di kursi itu. Tatapan wajahnya sendu. Semalam dia sempat menangis memikirkan masalahnya. Aisyah membuang muka ke arah kaca bus. Mengalihkan pikirannya pada pemandangan yang ada di luar kaca.
Aisyah sudah bertekad untuk meninggalkan kota Jakarta. Dia tidak ingin mengingat apapun yang berhubungan dengan Maxsimus. Aisyah bertekad untuk melupakannya dan mengubur dalam-dalam semua rasa yang pernah disimpannya selama ini untuk laki-laki berambut gondrong itu. Kisah cinta yang disimpannya dari pertama mereka bertemu di tepi jalan raya sampai saat ini harus dihapus Aisyah dan membiarkan semua menghilang tak pernah kembali apalagi berada di tempat yang sama.
"Maxsimus, apa kita memang tidak berjodoh? Apa pertemuan itu tidak berarti untukmu? Apa hanya aku yang merasakan cinta ini sendirian?" batin Aisyah. Apa mungkin selama ini Aisyah terlalu percaya diri sampai dia lupa kalau Maxsimus bisa saja mencintai oranglain.
Aisyah mencoba untuk berdamai pada dirinya sendiri. Meskipun berat tapi dia harus berusaha melakukan itu agar bisa melangkah ke depan. Tanpa harus mengingat luka itu lagi.
"Ya Allah aku sedang berusaha ikhlas. Meski rasanya menyakitkan," batin Aisyah. Impiannya untuk bisa melihat lagi adalah ingin bertemu dengan Maxsimus. Kini tak ada lagi alasan untuk pergi ke Jakarta. Dia sudah melihat semuanya. Maxsimus dan orang yang kini dicintainya. Bukan Aisyah tapi Elyana.
Aisyah menyandarkan kepalanya di kursi. Berusaha untuk menenangkan diri sambil berzikir dan berdoa. Semua yang ada di dunia ini milik Allah subhanallahu wa ta'ala. Aisyah harus ikhlas jika Allah ingin mengambilnya kembali.
Di sisi lain, Axel baru saja sampai di kontrakan Aisyah. Dia memarkirkan motornya tepat di depan kontrakan wanita bercadar itu. Sepagi itu Axel datang ke kontrakan. Padahal dia memiliki jadwal podcast dengan temannya di salah satu channel YouTube. Axel terpaksa meng-cancelnya terlebih dahulu demi bertemu dengan Aisyah.
"Semoga Aisyah mau diajak ngomong," ucap Axel. Dia berharap wanita bercadar itu mau diajak bicara olehnya. Kemarin Axel membiarkan Aisyah menenangkan dirinya agar Aisyah bisa berpikir dengan jernih. Pasti butuh waktu untuk bisa menerima semuanya. Aisyah pasti sangat kecewa atas identitas yang selama ini tidak sesuai yang diyakininya. Axel sudah menjadi tameng untuk Maxsimus lama bertahun-tahun sehingga Aisyah tidak tahu ternyata laki-laki yang dicintainya itu adalah Maxsimus bukan Axel.
Tok! Tok! Tok!
Axel mengetuk pintu itu tiga kali. Sambil mengucapkan salam. Namun tak ada jawaban dari dalam. Sampai dia menunggu beberapa saat di tempat itu. Untung saja pengurus kontrakan datang menghampirinya.
"Den Axel!" ucapnya. Laki-laki itu tampak senang bisa bertemu pemilik kontrakan yang jarang datang ke tempat itu. Apalagi menampakkan batang hidungnya sebagai pemilik kontrakan ribuan pintu yang kini diserahkan tanggungjawabnya pada dirinya.
"Pak Nurdin," sahut Axel pada laki-laki yang mengenakan sarung dan peci. Namanya Nurdin, orang yang dipercaya Axel untuk mengurus kontrakan. Dialah yang memegang kunci kontrakan dan mengurus apapun yang berhubungan dengan keamanan, kenyamanan, dan tata tertib di tempat itu. Axel terlalu sibuk untuk mengurus semua itu. Dia sudah sibuk dengan jadwal manggung on air maupun off air. Belum pagi menjadi bintang tamu, model, artis film atau sinetron yang terkadang dilakukannya.
"Den Axel mau mencari siapa?" tanya Nurdin. Dia tahu Axel sedang mendekati wanita bercadar yang belum lama ini tinggal di kontrakan itu.
"Aisyah yang tinggal di sini," jawab Axel. Tentu Nurdin pasti tahu karena Axel pernah menyuruhnya untuk mempersiapkan kontrakan untuk Aisyah. Lagi pula Aisyah adalah penghuni kontrakan spesial yang dititipkan Axel pada Nurdin.
"Non Aisyah baru saja keluar dari kontrakan. Dia memberikan kuncinya pada saya. Katanya Non Aisyah mau pulang ke Bandung," jawab Nurdin menjelaskan pada Axel tentang kepergian Aisyah. Sebelum pergi Aisyah memberikan kunci kontrakannya pada Nurdin selaku pengurus kontrakan itu.
"Ke Bandung?" Axel terkejut mendengar penjelasan dari Nurdin. Dia tidak menyangka Aisyah akan pergi meninggalkan Jakarta karena masalah itu. Padahal Axel baru saja ingin berbicara dengan Aisyah dan meyakinkan wanita bercadar itu untuk menerima cintanya. Dan mau menjadi calon istrinya.
"Iya Den, memang gak bilang ke Aden?" tanya Nurdin. Seharusnya Axel tahu. Dialah yang membawa Axel ke tempat itu.
Axel menggeleng. Aisyah tidak memberitahu apa-apa padanya. Bahkan Axel coba menelpon dan chat padanya tapi handphonenya tidak aktif. Seakan Aisyah sengaja membiarkan orang lain tidak perhatian dan peduli padanya. Dia ingin sendiri dan menenangkan pikirannya dari apapun.
"Jam berapa dia pergi Pak?" tanya Axel. Dia ingin tahu jam berapa Aisyah meninggalkan tempat itu. Mungkin Axel masih punya waktu untuk menyusul atau membawa Aisyah kembali.
"Barusan, lima belas menit lalu," jawab Nurdin. Belum lama Aiayah pergi. Sebelum Axel datang.
Axel langsung berpamitan pada Nurdin dan mengucapkan salam. Dia bergegas mengenakan helmnya kembali lalu naik ke motornya. Axel mengendarai motornya meninggalkan kontrakan. Dia harus menyusul Aisyah dan membawanya kembali. Kali ini Axel tidak bisa tinggal diam. Ada seseorang yang harus diperjuangkannya.
"Aisyah kenapa harus pergi? Aku tahu kau mencintai Maxsimus tapi kau juga berhak bahagia bukannya membiarkan dirimu hanyut dalam duka," batin Axel sambil mengendarai motornya di jalan raya. Dia tidak tahu harus ke mana mencari Aisyah. Mungkin naik bus atau kendaraan lainnya. Yang ada di pikirannya adalah pergi ke Bandung yang entah di mana tempatnya.
"Aku harus mencarimu kemana Aisyah? Aku ingin kita belajar bersama. Aku belajar untuk setia dan kau belajar melupakan Maxsimus," batin Axel lagi. Dia berharap bisa menemukan Aisyah. Axel tidak ingin menyesal. Aisyah wanita yang pantas diperjuangkan. Dia baik dan sholeha.
Di dalam bus Aisyah hanya diam dan tampak lemas. Dari tadi berusaha sarapan tapi tidak ada yang bisa masuk ke perutnya. Aisyah hanya diam mendengarkan beberapa orang berbicara dan keramaian yang ada di dalam bus itu. Pedagang asongan silih berganti naik turun bus, begitupun dengan pengamen dan penumpang yang hanya naik ke pemberhentian berikutnya.
"Assalamu'alaikum. Selamat pagi bapak-bapak dan ibu-ibu." Terdengar suara seseorang menyapa penumpang bus jurusan Jakarta-Bandung. Orang-orang itu fokus melihat ke arah laki-laki yang berdiri di tengah lorong. Sedangkan Aisyah hanya diam melihat ke arah kaca bus. Dia tidak menyadari ada orang di tengah lorong bus itu.
"Wassalamu'alaikum." Semua orang menjawab. Meskipun mereka kembali acuh dan cuek. Orang itu dianggap pengamen seperti biasanya.
"Pagi!" sapa Axel kembali biar suasana lebih hangat dan bersahabat.
"Pagi!" jawab semuanya.
Sorak orang-orang menjawab salam dan sapaan dari laki-laki yang ada di tengah lorong bus. Mereka tidak tahu kenapa laki-laki di tengah lorong bus itu berdiri dan memegang gitar di tangannya. Dia tampak misterius dan aneh.
"Pagi ini saya akan bernyanyi untuk kalian semua. Khususnya Nona cantik itu." Laki-laki mengenakan topi dan masker itu menujuk ke arah Aisyah yang duduk dan diam bahkan pandangannya hanya ke arah kaca bus. Aisyah tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang itu. Pikirannya ada di tempat lain. Meskipun tubuhnya ada di tempat itu.
Para penumpang masih tampak cuek dan tidak memperdulikan orang itu karena dianggap pengamen seperti biasanya yang naik ke dalam bus.
"Mau lagu apa?" tanyanya. Dia ingin tahu lagu apa yang diinginkan penumpang. Setiap orang beda pendapat. Namun kebanyakan suka hal yang sama.
"Lagu Cinda Dan Rindu dari Leo Band!" Seseorang menjawab. Leo Band group band ternama di Indonesia. Itu sebabnya mereka suka lagu-lagu hit milik mereka. Lagu-lagu yang menggambarkan suasana hati seseorang. Baik yang jatuh cinta sampai patah hati.
"Iya!" Yang lainnya setuju. Mereka juga ingin mendengarkan lagu Cinta Dan Rindu dari Leo Band. Lagu yang sedang populer di kalangan pemuda.
Orang itu langsung bernyanyi dan membawakan lagu Cinta Dan Rindu dari Leo Band. Lagu itu begitu mendalam dan menggambarkan betapa indahnya Cinta Dan Rindu seseorang pada kekasihnya. Sampai para penumpang baper mendengarkan lagu itu. Mereka merasa mendengarkan lagu Cinta Dan Rindu live di tempat itu. Mereka ikut hanyut dan fokus pada orang yang menyanyikannya. Padahal tadi mereka sempat cuek.
"Terimakasih," ucapnya.
Semua orang di dalam bus itu bertepuk tangan kecuali Aisyah yang masih terdiam dan menatap ke arah kaca bus. Mereka merasa terhibur dengan lagu yang dibawakan orang itu. Kemudian orang itu berjalan menuju kursi yang diduduki Aisyah karena tidak ada kursi kosong lainnya di dalam bus. Dia duduk tepat di samping Aisyah.
"Kalau patah hati obatnya cinta. Bukan air mata," bisiknya.
Aisyah tidak menggubris dengan apa yang dikatakan orang itu. Dia tetap terdiam dan mengacuhkannya.
"Mau kemana?" tanyanya.
Aisyah tetap diam. Suasana hatinya sedang tidak nyaman dia butuh untuk sendiri.
"Bandung kayanya tempat yang indah untuk menenangkan diri dan bertemu pangeran lainnya."
Aisyah menarik nafas panjangnya dan menghembuskan perlahan. Dia merasa terganggu dengan laki-laki yang mengajaknya bicara dari tadi.
"Assalamu'alaikum," sapa Aisyah pada laki-laki yang mengenakan topi dan masker itu.
"Wa'alaikumsallam," sahutnya.
"Maaf Mas, saya sedang tidak ingin mengobrol. Nanti kalau tidak saya jawab Masnya kecewa," ucap Aisyah.
"Gak papa, saya hanya ingin mengajak bicara. Terserah Nona ingin menjawab atau tidak," balasnya.
Aisyah memutar bola matanya kemudian kembali menoleh ke arah kaca bus. Membiarkan orang itu berbicara sendiri sepanjang perjalanannya ke Bandung.
Beberapa jam kemudian sampai di Bandung. Aisyah turun dari bus begitupun orang itu. Dia terus membuntuti Aisyah. Membuat wanita bercadar itu merasa diteror. Di bus ngomong terus padahal Aisyah tidak menjawab. Dia terus bercerita ke sana ke mari seperti orang yang sedang mendongeng.
"Mas ngapain ngikutin aku?" tanya Aisyah. Dia menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.
Orang itu maju ke depan sejajar dengan Aisyah.
"Aku ingin pergi ke rumah teman," jawabnya.
"Tapi gak usah ngikutin saya juga kali Mas," sahut Aisyah.
"Ah Mbak cantik aja yang kepedean. Rumah teman sayakan didaerah sini," balasnya.
Aisyah malas berdebat laki-laki itu dari tadi pintar mencari alasan dan terus membuntutinya seperti ekor. Dia memilih melangkahkan kembali kakinya ke depan. Membiarkan orang itu terus membuntutinya. Kaki Aisyah melangkah lebih cepat dari orang itu. Dia merasa dirinya dibuntuti terus membuat dia merasa tidak aman.
"Aku harus segera sampai ke rumah Rahma," batin Aisyah. Dia melangkahkan kakinya lebih cepat menuju rumah sahabatnya yang kebetulan ada di tepi jalan. Rahma Azizah sahabatnya saat di pesantren dulu. sebelum ke Jakarta Aisyah sempat tinggal bersama Rahma di Bandung. Rahma menjadi sahabat satu-satunya Aisyah yang sangat mengerti dirinya.
Aisyah bergegas menghampiri rumah Rahma dan mengetuk pintunya lebih intens. Tak lupa mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsallam. Aisyah," sahut Rahma. Tampak senang melihat Aisyah datang.
Aisyah langsung menarik tangan Rahma masuk ke dalam rumah dan menutup pintu itu. Seolah dia ketakutan dengan laki-laki yang dari tadi mengikutinya.
"Kamu kenapa sih Aisyah?" tanya Rahma.
Aisyah mengatur nafasnya yang sempat ngos-ngosan karena berjalan dengan cepat. Dia berusaha menenangkan dirinya.
"Ada orang yang ngikutin aku dari bus sampai tempat ini," jawab Aisyah.
"Masa sih? Ku lihat kau datang sendiri," sahut Rahma. Dia tidak melihat ada seseorang yang mengikuti Aisyah dari belakang.
"Tadi dia ngikutin aku. Beneran Rahma!" jawab Aisyah.
Rahma yang tidak percaya dengan ucapan Aisyah langsung membuka gorden yang ada di ruang tamu dan memperlihatkan pada Aisyah kalau di luar tidak ada siapapun.
"Tuh! Gak adakan?" ucap Rahma.
Aisyah mendekat dan melihat ke arah luar. Tidak ada satu orang pun yang ada di luar rumah Rahma.
"Tadi dia ngikutin aku," ucap Aisyah. Heran melihat di luar tidak ada siapapun padahal Aisyah ingat betul laki-laki tadi mengikutinya.
"Ya udah sekarang kau minum dulu dan makan! Baru kita ngobrol lagi," ucap Rahma.
Aisyah mengangguk. Kemudian bersama Rahma masuk ke ruang makan dan melupakan laki-laki yang tadi mengikutinya.
Di luar, Axel duduk di atas dahan pohon mangga. Dia langsung naik ke atas pohon saat Aisyah masuk ke dalam rumah.
"Demi wanita yang bernama Aisyah aku harus naik pohon mangga," batin Axel.
Kriiing ... kriiing ... kriiing ...
Bunyi handphone milik Axel berdering. Membuat laki-laki tampan itu mengeluarkan handphone miliknya dan melihat panggilan dari Jennifer.
"Sial, Oma udah mengabsen lagi. Mati aku kalau gak bisa bawa Aisyah," batin Axel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!