Dewi Sartika Gabriela Adijaya gadis yang berumur 21 tahun, terlahir dari pasangan Herman Syahputra Adijaya bersama dengan istrinya Ririn Abraham Adijaya, Dewi mempunyai seorang adik yang bernama Dinda Kirana Adijaya yang sedang duduk dibangku sekolah menengah atas.
Dewi berasal dari keluarga yang berada, orang tuanya mempunyai bisnis diberbagai bidang, sehingga membuat Dewi berpikir tidak perlu capek-capek cari uang, toh orang tuanya bisa memberikan uang kapan dan berpaa pun yang dia minta.
Tapi semua salah, sejak Dewi menduduki bangku SMA ayahnya tidak pernh lagi membiayai hidup dewi, bahkan uang sepeser pun tidak pernah ia terima dari keluarganya, yang mengharuskan Dewi bekerja paruh waktu disebuah restoran yang ada di kota Surabaya.
Dewi tidak tau apa alasan ayah tidak mau lagi membiayai hidup nya, karna pada dasarnya Dewi adalah perempuan yang mempunyai sikap cuek tingkat akut, prinsipnya selagi tidak menganggu kehidupannya ia akan merasa bodoh.
Perlakuan Herman kepada kedua putrinya sangat berbeda, kalau kepada Dewi sikap cuek, dingin, masa bodoh dengan keseharian Dewi, berbeda kepada Dinda, ia sangat hangat kepada putri bungkusnya, mulai dari segala aspek Herman yang mengurusi kebutuhan Dinda, sehingga membuat Dinda selalu merasa paling atas dari Dewi.
Dinda sangat irih kepada Dewi, Dewi yang memiliki kulit putih mulus halus, hidung mancung dan mata sipit di tambah dengan rambut Dewi yang hitam panjang dan tebal, membuat kecantikkan Dewi lebih sempurna, yang dimnaa banyak pria diluar sana yang tergila-gila kepada Dewi, sehingga membuat Dinda semakin membenci Dewi dari segala aspek.
"sayang hari ini kamu kemana?"tanya herman kepada Dinda.
"aku mau shopping sama teman-teman ku ayah, bisa kan..?"
"bisa dong, apa sih yang ngk bisa buat putri kesayangan ayah ini, nanti ayah transfer uangnya,"
"belanja sepuasmu sayang, asal kamu bahagia, mama sama ayah pasti bahagia"
Dewi mendengar obrolan keluarga hangat itu dari dapur hanya bisa mengelus dada, secara garis besar ia ingin bertanya kepada ayahnya kenapa sikapnya tidak pernh hangat kepadanya selama ini, tapi niatnya itu selalu ia kubur dalam-dalam, tugasnya saat ini harus tetap terlihat baik-baik saja sampai waktu yang belm ditentukan.
"sabar non, kamu harus kuat, anak pertama itu mempunyai punggung sekuat bajai"ucap bi Sumi mengelus bahu Dewi, bi sumi adalah pelayan sekaligus pengasuh Dewi sejak masih bayi, jadi tak heran jika Dewi lebih dekat kepada bi Sumi.
"ngk papa bi, Dewi biasa aja menanggapi akan hal ini, iyh sudh Dewi berangkat duluh"ucap Dewi.
Dewi berjalan melewati ruang makan, ia sekilas melihat orang tua sedang bercanda gurau disana.
"yah, ma, Dewi berangkat iyh, oo iyh nanti Dewi akan pulang telat, soalnya ada acara ditempat Dewi bekerja"ucap Dewi mencium kedua tangan orang tuanya.
"kamu mau pulang jam berapa kah, mau ngk pulang terserah"ucap Ririn ketus
"iyh, jika kamu membuat masalah diluar sana, jangan coba-coba membawa nama keluarga Adijaya, paham kamu, sudh sana berangkat"ucap Herman tanpa menyambut tangan dewi. Sedangkan Dewi hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan meja makan.
Di depan rumah sudh ada gojek yang sudah di pesan Dewi sejak tadi, dapat di perjelas lagi Dewi tidak mendapat fasilitas apapun dari ayahnya, sehingga membuat Dewi harus menggunakan angkutan umum ketika berpergian.
"gue ngk tau sampai mana garis finis ini semua, huhh" batin Dewi
Ia menatap jalan raya yang sudh di padati oleh parah manusia, jadi tak heran jika sepagi ini kota Bandung sudh macet.
"pak lebih cepat iyh, kalau bisa nyelip deh, soalnya sya sudh telat pak"ucap Dewi setengah berteriak.
"iyh neng, sabar neng, didepan ada orang kecelakaan jadi macet"ucap bang ngojek
Sedangkan Dewi hanya bisa menarik napas kasar, sudh dipastikan kalau di bakal telat masuk kuliah hari ini.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30menit akhirnya Dewi sampai dikampus ternama di kota itu, tanpa menunggu lama ia langsung berlari ke fakultas ekonomi, karna pasti kelas pagi ini sudah dimulai.
Bersyukur sang semesta masih memberikan kesempatan baik buat Dewi, dosen yang mengajar pagi ini izin terlambat masuk karna ada suatu urusan.
"heran gue wi, bokap pengusaha sukses, punya berbagai jenis merek mobil, tapi Lo kok bisa-bisanya memakai jasa angkutan umum, pake acara kerja lagi, Lo anak kandungnya bukan sih..?"ucap suci yang miris melihat nasip Dewi.
"anak kandung lah, gue cuma pengeng aja merasakan berdesak-desakan di jalanan sana,"ucap Dewi seadanya, sedangkan suci hanya bisa mengeleng melihat ketegaran Dewi.
"hey ci, Lo tau ngk..berkas beasiswa gue di acc, jadi tahun ini gue lolos beasiswa sayang, yang artinya tanggungan gue soal kuliah beres "teriak dewi bahagia.
"selamat syang"ucap suci sambil memeluk Dewi erat.
Yap Dewi adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa dikampus itu, selain cantik Dewi juga merupakan mahasiswa berprestasi
sementara disebuah gedung yang menjulang tinggi, lebih tepatnya disebuah perusahaan ternama di kota itu, seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, tangan sedang asik mengetik di keyboard komputer nya.
Dia adalah Kevin Mahendra, seorang pria tampan dan mudah yang di gilai banyak wanita, memiliki wajah sempurna dan kedudukan yang tinggi, Kevin mempunyai sikap dingin, tegas, kejam, tak lupa dengan tatapan mematikannya, yang membuat semua lawan bisnisnya menciut.
"permisi tuan, perintah sudh dilakukan, 60% sahamnya sudh berada dalam genggaman kita" ucap Daffa asisten Kevin
"kerja bagus, trus bagaimana reaksinya ketika mengetahui hal itu.?"
"pihak mereka langsung mengajukan kerja sama kepada perusahaan kita, dan ini dokumen permohonan kerjasamaanya tuan"
"terima permohonan mereka, tapi sebelmnya saya harus bertemu langsung dengan pihak mereka, dan jangan lupa persiapkan syarat yang saya minta" ucap Kevin tanpa membuka dokumen yang diberikan Daffa.
"baik tuan, saya sudh merencanakan pertemuan kedua belah pihak, dan malam ini kita akan bertemu di restoran ******"ucap Daffa, sedangkan Kevin hanya mengangguk.
"kau harus membayar semua yang telah diterima ayahku semasa hidupnya Herman, akan saya hancurkan kamu sampai ke akar-akarnya"batin Kevin tersenyum licik
Setelah beberapa saat bergulat dengan dokumen, kini saat Kevin berangkat ke kampus karna ada jam kuliah siang, Saat ini ia sudh berada di mobil perjalanan menuju kamu, sebelmnya ia sudh mengganti pakai seperti mahasiswa pada umumnya.
Banyak tidak mengetahui seorang Kevin adalah mahasiswa sekaligus CEO, yang mengetahui itu hanya lah teman2 dekatnya dan juga ibunya, semua itu ia lakukan untuk menggantikan posisi ayah, yang dimana setelah ayahnya meninggal dunia, ia langsung terjun bebas ke dunia bisnis, tak diragukan lagi nyatanya bakat bisnis Kevin turunan dari ayahnya yang memang tidak diragukan lagi di dunia bisnis.
####
Sampai dikampus tak di heran kan lagi bahwa Kevin akan menjadi pusat perhatian, selain wajahnya yang tampan ditambah lagi dengan sikap dingin nya membuat kaum wanita semakin tertantang untuk memikat Kevin, tapi bukan Kevin namanya kalau tidak mencuekin hal itu.
Setelah selesai jam kuliah saat ini Kevin dan juga teman2nya sedang berada di kantin, mereka hanya memakan makanan ringan di Seligi dengan bercanda.
Seketika kampus menjadi heboh, banyak kaum pria yang bersorak, mereka bahagia akan kedatangan seseorang yang sedari mereka tunggu.
"kenapa sih heboh banget.?"tanya Remon
"biasalah si bunga kampus, masuk kantin.."jawab Ryo
"maksudnya bunga kampus yang mana.?" tanya Remon
"itu Lo si Dewi anak bisnis, dia kan dikagumi banyak pria, jadi dia dinobatkan sebagai bunga kampus.."jawab Ryo menata kedatangan Dewi memasukin kampus.
"ngk salah sih kalau mereka sebut Dewi bunga kampus, orang cantiknya begitu, body bagus, kulit putih mulus, sempurna dah pokoknya" jawab Remon, sedangkan Ryo hanya mengangguk membenarkan ucapan Remon.
"siapa namanya..?"tanya Kevin
"Dewi Sartika Gabriela Adijaya, si bunga kampus yang cantik dan baik hati" jawab Ryo, sedangkan Kevin hanya ber o riah saja.
"jadi dia anak pertama bapak Herman, lumayan juga, ternyata permainannya semenarik ini, kenapa tidak dari duluh aja gue mulai"batin Kevin tersenyum licik sambil menatap Dewi, ia akui bahwa Dewi mempunya paras yang cantik,
"kalau gue pacaran sama Dewi cocok kali iyh, yang satu cantik dan yang satu ganteng"ucap Remon
"kalau mimpi tuh jangan ketinggian, kamu mau jadi pacarnya Dewi, tapi dewi nya mau ngk sama Lo"ucap Ryo melempar Remon kulit kacang.
"iyh ngk papa mimpi duluh, siapa tau pas bangunnya mimpinya jadi nyata, kamu pernh dengar, bermimpi lah setinggi-tingginya, sampai tak seorang pun yang mampu menyaingi mimpimu"ucap Remon.
"iyh, tapi tidak seperti itu konsepnya jamet,"
"heran dah, coba kalau mimpi itu yang berbobot dikit lah"ucap Ryo yang kesal dengan mimpinya Remon.
"gue yang mimpi kok Lo yang ribet sih"ucap Ryo kesal, sedangkan Kevin hanya mengeleng melihat kelakuan para sahabatnya yang tiada habisnya.
"ehh Dewi, makin cantik aja nih, nanti malam ada waktu kosong ngk, kalau boleh kita nonton yuk"ucap Remon, sambil menahan dewi, karna kebetulan Dewi melewati meja mereka.
"gue kerja, jadi ngk ada waktu"ucap Dewi cuek, hendak berjalan meninggalkan mereka.
"Lo kapan ada waktu, aku tungguin deh, kalau perlu aku tungguin sampai kamu selesai kerja ngimna"ucap Remon menahan tangan Dewi.
"gue kerja sampai malam, maaf iyh, saya sedang sibuk, dan terima kasih ajakannya,"ucap Dewi menghempaskan tangan Remon, lalu ia berjalan meninggalkan mereka tanpa menatap mereka bertiga.
Dan semua itu tidak luput dari perhatian Kevin, yang menyadari akan sikap cueknya Dewi.
"di cuekin kan Lo, belm tidur aja mimpi Lo sudh pupus"ucap Ryo mengejek Remon.
"Di*m Lo, lagian gue heran dah, putri konglomerat tapi kok malah kerja paruh waktu sih, itu ada ngk di kasih uang bulanan sama bokapnya apa ngimna"ucap Remon.
"sama gue juga bingung, dia kerja di restoran **** sebagai kasir"ucap Ryo.
Sedangkan Kevin masih menatap Dewi, tatapan itu terputus ketika punggung Dewi mulai menghilang.
"itu si bunga kampus yang kalian bilang, biasa aja tuh, ngk ada yang menarik sedikit pun"ucap Kevin.
"ngk menarik apanya, makaya Lo jangan menatap huruf-huruf yang ada di berkas aja tiap hari, sekali-kali Lo cuci mata"ucap Remon
"au ahh, gue duluan, masih ada meeting nanti malam"ucap Kevin sambil berjalan meninggalkan mereka.
Ketika sampai di parkiran Kevin sekilas melihat Dewi yang sedang menaiki gojek, mungkin mau berangkat bekerja pikir Kevin.
Terimakasih 🙏🙏
Saat ini Kevin kembali ke kantor, ia akan bersiap-siap untuk melakukan meeting bersama Herman, ia kan bersikap prihatin kepada Herman guna melancarkan rencananya yang sedari duluh ia rencanakan.
Sampai di kantor seperti biasa Kevin akan selalu memasang wajah dinginnya, tak lupa ia menyematkan tatapan tajamnya.
"Daffa siapkan dokumen sekrng, suruh pihak mereka kalau saya ingin melakukan pertemuan sekrng"
"baik tuan, dokumen sudah syaa siapkan, tiga puluh menit lagi kita akan berangkat ke restoran *****"
"tidak perlu menunggu tiga puluh menit, kita berangkat sekrang"
"baik tuan, mari, mobil sudh saya siapkan"
Kini Kevin sedang perjalanan menuju restoran tempat mereka pertemuan.
"kamu sudh siapkan syarat yang saya minta kan, jangan sampai ada poin yang merugikan kita.."
"sudah tuan, saya pastikan tidak ada poin yang merugikan kita"
Kevin dan Daffa sudah sampai di restoran tempat mereka melakukan janji, mereka langsung berjalan menuju ruangan VIP, disana sudh ada Herman dan juga asistennya menunggu mereka.
"selamat sore tuan Kevin, senang bertemu dengan anda"ucap Herman berdiri menyambut kedatangan kevin
"hmm" jawab Kevin
"sebelum kita makan duluh, baru membicarakan perihal kerja sama kita" ucap Herman sekedar mengurangi kecangguan
"silakan" jawab Kevin tersenyum tipis
"pelayan.." teriak Herman
Seorang pelayan memasuki ruangan itu, sejenak ia memandang wajah yang ada di ruangan itu, ia terkejut bukan main, ia tidak pernh kepikiran akan melayani ayahnya sendiri.
"tenang Dewi, semua akan baik-baik saja"guman Dewi menangkan jantungnya.
Lain hal Dewi, Herman terlihat biasa saja, tidak terkejut, ia seakan tidak mengenali Dewi saat ini, ia terlihat biasa saja di depan Dewi dan Kevin, sedangkan Kevin sedikit terkejut mengetahui Dewi bekerja di restoran itu, tapi segera menyembunyikan keterkejutan lalu ia tersenyum licik.
"selamat sore menjelang malam tuan, ini buku menunya"ucap Dewi sedikit gugup.
"saya pesan makanan berat di restoran ini"ucap Kevin tanpa membuka buku menujunya.
"saya makanan ringan saja"ucap Herman.
"baik pak, pesanan sudh saya catat, mohon di tunggu sebentar, permisi"ucap Dewi gugup.
"bisa-bisanya anak sendiri tidak di hiraukan, dasar manusia ngk punya ot*k"batin Kevin
"kasihan nona ini, orang tua pengusaha tapi harus bekerja keras"batin Raffa
Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya pesanan mereka pun datang, Dewi dengan hati-hati meletakkan setiap pesanan diatas meja, sebisa mungkin ia tidak melakukan kesalahan sedikit pun.
"pesanan sudh semua tuan, selamat menikmati mohon maaf jika ada yang kurang"ucap Dewi tersenyum semanis mungkin.
Sejenak Kevin menatap senyum manis Dewi, untuk sepersekian detik nya ia terpana, senyum manis Dewi yang di lapisi dengan lesung pipi di kedua pipinya.
Setelah dirasa tidak ada yang kurang Dewi langsung undur diri, ia bersyukur semesta berpihak kepadanya karna ia tidak melakukan kesalahan sedikit pun.
Kini pihak Kevin dan pihak Herman melakukan diskusi tentang kerja sama mereka, Herman sangat berharap Kevin mau membantu perusahaanya saat ini.
"begini tuan, sebelmnya pihak kami akan menyunting dana kepada perusahaan anda sebesar 80% dan pihak kamu juga akan menerima kerjasama yang pihak kalian ajukan, dan sekrang kita akan melakukan tanda tangan kontrak"ucap Daffa dingin.
mendengar hal itu sejenak Herman bisa bernapas lega, ia seakan mendapat angin segar malam ini, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, mendapat penyuntingan dana dan mendapat menantu kaya raya.
"Tapi sebelmnya kami ada sedikit syarat, yang kami pikir kalian tidak akan merasa kesulitan mengabulkannya"ucap Kevin.
"baik tuan, apa syarat, sebisa mungkin pihak kami akan mengabulkannya"
"bukan pihak kalian pak Herman, tapi pak Herman sendiri"
"saya ingin menikahi salah satu putri anda,"ucap Kevin menatap Herman.
"tapi tuan putri saya masih SMA, dan ia masih terlalu mudah untuk menikah tuan"
"bukannya putri anda ada dua, dan saya mau putri pertama anda"
"ohh baik tuan, itu tidak sulit bagi saya, saya akan serahkan putri pertama saya kepada anda, asal bisa memperlancar kerja sama kita"
"baik, saya harap dalam waktu dekat syaa bisa bertemu empat mata kepada putri anda, saya harap anda tidak akan mengecewakan saya"
"baik tuan, terimaksih atas waktunya"
"akhirnya perusahaan saya terselamatkan juga, saya akan memaksa Dewi untuk menikahi Kevin, selain mendapat penyuntikan dana saya juga mendapat menantu kaya raya"batin Herman tersenyum bahagia.
Saat ini Herman sedang berdiskusi dengan istrinya, ia juga sudh menceritakan tentang perusahaan yang sedang diambang kehancuran.
"apa Dinda mau dijodohkan yah..?"tanya Ririn
"bukan Dinda sayang, tapi Dewi, aku juga tidak mau Dinda menikah sama Kevin yang mempunyai sikap kejam itu"
"baik yah, besok pagi kita bicarakan smaa Dewi, mungkin hari ini ia belum pulang"
Sedangkan ditempat lain, dewi saat ini telah menyelesaikan jam kerjanya dengan baik, saat ini ia akan bersiap-siap mau pulang, karna hari ini sangat melelahkan baginya, dan ia butuh air dingin untuk menyegarkan badan dan otakknya.
Saat ini Dewi sedang menunggu taksi di pinggir jalan, sesekali ia melirik jam yang melingkar ditangannya
"udah jam set dua belas, fix manjat gerbang lagi ini"batin Dewi
"ehh Dewi, mau pulang iyah, smaa kita aja sekalian diantar"ucap Remon tersenyum ramah kepada Dewi, yang kebetulan Kevin, Ryo dan Remon baru pulang nongkrong dan satu mobil.
"maksih, saya naik taxsi aja"ucap Dewi tersenyum manis, dan lagi-lagi memperlihatkan lesung pipinya.
"ngk ada taksi jam segini wi, ikut aja"ucap Ryo
"itu ada taksi, maksih tawarannya saya duluan"ucap Dewi
"Dewi...gue bisa pinjam lesung pipi kamu kah, manis banget"teriak Remon yang membuat langkah Dewi terhenti.
"lesung pipinya sudh nempel dari sananya, jadi ngk bisa di cabut lagi"ucap Dewi tersenyum tipis menatap mereka, untuk sepersekian detiknya tatapan Dewi dan Kevin saling bertemu, Kevin yang menatap Dewi dengan tatapan penuh arti, tapi Dewi langsung memutuskan tatapan itu secara sepihak, lalu ia menaiki taksi
"gue baru sadar kalau Dewi punya lesung pipi bah,"ucap Remon
"ikuti taksi Dewi Mon"ucap Kevin,
"kita cuma pastikan aja gadis itu sampai ke rumahnya dengan selamat"jelas Kevin, supaya temannya tidak salah paham.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!