NovelToon NovelToon

Terlanjur Sayang

Awal Pertemuan Syakira dan Rama

"Rama, perjodohanmu sudah diatur oleh nenek!" ujar ibu.

"Ibu, bagaimana bisa kalian mengatur perjodohan ini tanpa persetujuan dariku. Ibu kan tahu, aku tidak suka dengannya!"

"Kalau menunggu darimu, kapan kamu kawin?" kata ibu lagi melihat Rama sedang bersiap. " Rama kamu dengar ibu tidak! Rama, kembalilah! kamu mau kemana?"

***

"Panjang umur nih anak baru dibilangin sudah nongol.

Rama akhirnya menjawab panggilan Fajri, sahabatnya.

"Assalamualaikum pak bos," sapa Rama sambil tangannya merapikan ruang kerjanya.

"Wa'alaikum salam. Aku mau minta tolong jemput adikku Syakira. Ini perintah dari atasan! gue gak bisa. Terlanjur janji ajakin Laila pergi jalan," ucap Fajri.

"Apa?" Rama tidak habis pikir dengan sahabatnya. "Enak betul hidupmu bos, bisa berduaan dengan istri, hingga aku lagi yang yang jadi sasaran empuk, kan!" canda Rama.

"Tolonglah!" Fajri memohon dibalik percakapan telepon mereka.

"Baiklah aku akan ke sana, tapi ini sudah jelas, kan? awas saja pertengahan jalan tiba-tiba batal seperti kemarin. Bikin buang waktu istirahatku saja," ketus Rama.

"Iya. Jangan marah terus dong, nanti bujang lapuk gak laku-laku," Canda Fajri lagi meledek Rama dibalik telpon.

"Hei! gue bukan bujang lapuk ya ... awas saja ngatain orang, tertawa-lah di sana sepuas-mu, man."

"Kartunya masih sama kamu kan?" ujar Fajri memastikan kartu pengenal untuk menjemput Syakira masih berada di tangan Rama sambil menertawakan sahabatnya itu sekali gus sekretarisnya.

"Iya. Kartu itu masih dengan saya," jawab Rama.

Tut ... panggilan telpon terputus.

"Gila nih orang gak E gak O main putus saja sambungan telpon. untung kamu bos-ku. nasib emang ya ... jadi jomblo." Rama geleng kepala.

Setelah Rama merapikan ruangannya segera mengambil kunci mobilnya dan memakai kacamatanya lalu star menuju sebuah pondok tempat adik sahabatnya menimba ilmu.

Dengan memutar musik kesukaannya Rama tampak serius mengemudikan mobilnya. Rasa penasaran dengan sosok Adik sahabatnya yang bernama Syakira terus terlintas dibenaknya.

Menjelang sore. Rama melewati jalan yang berkelok-kelok dengan udara yang cukup sejuk. Begitu damai hatinya menikmati jalan yang yang penuh tumbuhan hijau. Terdengar suara ombak bersahut-sahutan sepanjang perjalanan.

"Boleh juga pemandangan disini," gumam Rama sambil mengemudi dengan santainya.

Tiba-tiba, tepat sebuah perkampungan mobilnya oleng.

Pers ... suara ban mobil milik Rama bocor.

Rama turun dari mobil lengkap dengan kacamata hitamnya membuat penampilannya cukup menarik perhatian sekitar.

Tertulis di belakangnya SALON KASMARAN tepat tempatnya berdiri.

"Ya ... ban bocor ... apes betul nasibku hari ini," keluh Rama sambil berkacak pinggang dan hendak berjongkok.

Seorang tampak begitu cantik menghampiri Rama. Rama berbalik cukup terpesona namun begitu suara itu keluar Rama menahan tawa.

"Sit! taunya setengah perempuan. Gila ... aku tertipu olehnya." Rama membatin sambil menahan tawa.

"Hei cowok ganteng ... mau Eike bantuin gak? tapi ada syarat nek ...."

"Jangan pegang-pegang, mau bantu bantu saja!" ketus Rama.

"O ala la .... galak banget nek ... jadi cowok," ucap setengah perempuan itu.

"Ah ... dari pada kelamaan tidak apalah terima bantuannya," gumam Rama.

"Ok. Cepat kerja!" perintah Rama.

Terlihat perempuan anggun dan Rama kembali menahan tawanya seketika itu.

Desi mengangkat ban mobil. Otot-ototnya terlihat jelas. Rama merasa terhibur dengan hal itu.

beberapa menit kemudian akhirnya kelar.

"Sudah selesai ya ... nek, jangan lupa syaratnya, ayo!" ajaknya pada Rama untuk berpose.

"Tersenyum dong nek ... eike mau ambil gambar nih .... "

Merasa beruntung karena syaratnya hanya foto bersama, namun Rama tidak menyangka mba Desi mencium pipinya

Cup.

klik.

"Selvi bersama selesai," ucap mba desi-nya tanpa dosa.

"Oh astaga ... perawan pipiku hilang sore ini," gumam Rama sambil mengusap pipinya pakai tissue selepas masuk mobilnya.

"Bay ... nek ... jangan lupa mampir di SALON KASMARAN ye ... M ... M ... U ... A ...."

Rama bergidik.

"Hei ... tunggu eike boleh minta satu kali ciuman gak ....?"

"Gak boleh ... ! cukup lho rebut perawan pipi gue. Dasar minta hati mau minta ini ....!" Rama mengepalkan tangannya

"Oh ... la ... la ... ih ngeri deh ..." mba desi bergidik dan langsung masuk.

Rama hanya hanya geleng kepala, tidak menyangka ketemu orang aneh.Rama kembali melanjutkan perjalanannya hingga beberapa jam Rama memasuki lingkungan pondok yang begitu ramai.

Tampak sebagian wali santri sudah ada yang bertemu dan membawa pulang putra putrinya. dan sebagiannya masih sedang menunggu.

Rama mecoba bertanya tempat melapor untuk wali santri. Setelahnya Rama melangkahkan kaki jenjangnya menuju arah petunjuk dari penjaga di sana.

Rama duduk di sebuah ruangan. Dibalik sekat kaca seorang wanita berhijab nampak begitu cantik dengan beberapa barang dan satu koper di sampingnya terlihat sedang menunggu.

Rama sesekali melirik wanita itu terlihat serius membaca sebuah buku.

Tidak sengaja mata keduanya bertemu. Rama cukup terkesima melihat wajah malu-malu itu, namun sedikit terlihat wajah ketegasan dari wanita tersebut.

"Maaf tuan anda wali santri atas nama siapa?" tanya salah satu ibu ustazah yang melihat Rama tampak bingung.

Rama buyar dari diamnya.

"kok aku lupa namanya ya?" batin Rama menggaruk kepalanya tidak gatal.

terlihat perempuan dibalik kaca itu terkekeh melihat kelucuan Rama. Rama menarik napas.

"Maaf tuan apakah anda membawa kartu seperti ini?" tanya lagi ibu ustazah itu.

"Oh.... astaga aku lupa." Rama memukul jidatnya.

perempuan itu tertawa melihat laki-laki di luar sana.

"Ada, sebentar saya ambil di mobil," ujar Rama.

Perempuan dibalik kaca itu sudah tampak kesal menunggu penjemputnya belum tiba.

"Syakira belum dijemput?" tanya ibu ustadzah.

"Iya. padahal ayah mengatakan penjemputnya sudah kemari bahkan kak Fajri juga mengatakan seperti itu," ujar Syakira.

"Baiklah Syakira ibu tinggal dulu," pamit ibu ustazah.

"Seperti apa sih asisten kakak," gumam Syakira sambil Menggerutu.

semakin kesal menunggu.

"Sabar ya Syakira. gue duluan. aku tunggu kabar lho tempat kita kuliah nanti. ingat ya ...." ucap temannya yang baru lewat di depannya yang bernama Ana.

"Iya. InsyaAllah gue kabari." janji Syakira

Kembali Syakira duduk sudah hampir putus asa. Sedari tadi dirinya menunggu di ruangan itu.

Selang beberapa waktu namanya dipanggil.

Rama cukup terkejut melihat Wanita yang dilihatnya sedari tadi. Ternyata wanita itulah yang namanya Syakira.

sudah didepan mata.

"Mati gue." Batin Rama melihat raut wajah Syakira yang kesal.

"Syakira ini penjemputnya," ucap Ibu ustadzah.

"Jadi, Humaira ikut denganmu, Syakira?" tanya ibu ustadzah memastikan.

"Iya ustadzah. Apakah ummi-nya sudah WA ibu ustadzah?" tanya balik Syakira.

"Sudah. Mereka menitipkan Humaira denganmu. jaga dia baik-baik." ibu ustadzah memegang baby Syakira.

Selesai tanda tangan Syakira memberikan pulpen itu pada Rama yang sedari tadi melihatnya dengan menggunakan bahasa Arab yang mengartikan silahkan anda tanda tangan.

Rama tidak paham. ingin rasanya berkata tidak usah pakai bahasa asing.

"Ambil, nih. pulpennya." ulang Syakira menggunakan bahasa Indonesia.

"lain kali jangan buat orang menunggu kelamaan." lanjutnya

"Ck, parah nih cewek galak cuy..... "batin Rama.

"Ayo dek Humaira, Humaira ikut kaka ya," jelas Syakira.

"Kak, kok ayah bundaku tidak jemput aku?" tanya Humaira.

"Ayah sama bundanya Humaira sakit. oma sama opa gak bisa jemput," jelas Syakira.

"O ... gitu ya kak, ya sudah deh." Humaira mengalah.

"Jika gak ada Humaira oga juga sih kakak dijemput orang lain," lirih Syakira melihat Rama yang berjalan di depannya.

Rama mendengar itu menoleh dan seketika langkahnya terhenti.

"Hei nona, asalkan anda tahu jika bukan bos sekaligus sahabat aku yang meminta menjemputmu, aku juga oga!" kesal Rama.

"Ini jam istirahatku dan karena kamu, jam istirahatku terbuang. juga, kalau bukan karena perintah dari bos-ku, kakak anda, gue juga tidak mau disini. dan, kalau tidak mau ikut, ya sudah aku tinggal. beres kan?" lanjut Rama lagi

"Nyebelin banget jadi orang. Astagfirullah," Lirih Syakira.

Rama tersenyum mendengar omelan Syakira.

mereka pun berjalan menuju parkiran mobil, Rama membukakan pintu mobil bagian depan, namun Syakira justru membuka pintu belakang.

"Aku duduk di belakang, anda bukan muhrim saya. Maaf," ucap Syakira dengan masih wajah kesalnya.

"Hei nona! jika marah ya marah saja tidak usah ditahan," kata Rama sambil geleng kepala.

"Ayo marah biar puas!" ledek Rama melihat Syakira dibalik kaca spion.

"Kenapa lihat kemari!" Syakira melihat Rama dibalik kaca spion.

"Bagaimana aku tidak marah, kenapa sih terlambat datang?" tanya Syakira dengan wajah kesalnya.

"Hei nona! asalkan anda tahu perjalanan menunjukkan kemari butuh waktu lama," jelas Rama dan kembali menceritakan peristiwa sebelumnya saat perjalanan.

Syakira menutup mulutnya tertawa mendengar cerita Rama. dan sangat jelas wajahnya Rama menceritakan perihal itu terlihat sangat kesal.

"Ya. Teruslah anda tertawa, merasa lucu kan? tapi aku yang korban," ucapnya

Rama kembali mengintip Syakira lewat kaca Spion dan Humaira melihat itu.

Humaira tersenyum. "Ih kakak supir, gak boleh ngintip. matanya nanti Allah tusuk. kalau lihat yang indah-indah ucapkanlah SUBHANALLAH.

Syakira dan Rama kembali berpandangan lewat kaca spion.

Dengan segera Syakira menundukkan pandangannya.

Rama hanya tersenyum dan terus melajukan mobilnya hingga beberapa jam

sampailah dikediaman Pak Ikhsan. ibu dan Ayah Syakira menyambut mereka.

Setelah menurunkan semua barang Syakira. Rama pamit dan bersalaman dengan pak Ikhsan dan Ibu Fatima.

Ibu Fatima meminta maaf karena merepotkan. Saat Rama hendak masuk mobil, Syakira menghampirinya

"Terimakasih dan maaf," kata Syakira.

Rama hanya mengangguk dan tersenyum kemudian pamit. Rama yang sudah hampir sampai di apartemen miliknya tidak sengaja melihat tas milik Syakira.

Sementara Syakira yang baru ingat tasnya ketinggalan, hanya bisa menghembuskan napas panjang.

"Kenapa Syakira?" tanya Ibu Fatima yang melihat Syakira baru pulang dari mengantar Humaira.

"Tas aku bu," jawabnya.

"Lalu?" kata ibu Fatima, ibu Syakira.

"Entahlah bu, tapi ponselku ada kok, hanya di tas itu ada barang penting, bu."

"Ya sudah. besok hari minggu, nanti kita telpon Fajri mengambil tasmu. kasihan kalau sekarang kita meminta mengantarkannya pasti dia juga lelah dari menjemputmu," jelas ibu Fatima.

Setelah makan malam Syakira masuk kamarnya dan melihat sebuah panggilan dari nomor baru.

"Assalamu'alaikum. ini siapa?"

Syakira melihat nomor baru masuk di ponselnya.

"Tasmu disini. Maaf aku tidak bisa mengantarkannya," ujar Rama dibalik telpon.

"ok. Lalu, kenapa anda tahu nomorku?" tanya Syakira heran.

"Nomormu aku dapat dari buku warna pink ini." Rama tersenyum sambil terus membaca buku diary milik Syakira.

"Hei! anda tidak sopan, ya. Jangan coba-coba lanjut membacanya jika tidak, aku akan mendoakan kamu tidak kawin-kawin seumur hidup. Mau?" ancam Syakira dibalik telpon.

Terdengar suara dibalik telpon seperti suara barang jatuh. Syakira menutup mulutnya tertawa. Membayangkan Rama terperanjat.

Dan benar saja diujung sana Rama tidak sengaja menjatuhkan buku itu dan segera mengambilnya.

"Jahat banget sih jadi cewek. kalau aku tidak kawin-kawin karena sumpah itu, tunggu saja aku akan datang melamar mu." tukas Rama.

"Ih oga, satu lagi jangan bongkar tas aku. simpan sekarang! kalau tidak ...." kata Syakira terpotong.

"Iya bawel, ini aku sudah simpan. Tadi tidak sengaja terjatuh, jadi sebagian barangnya keluar melihat dunia," ujar Rama.

tut.

Syakira memutuskan sambungan telponnya dan Rama hanya geleng kepala.

"Tidak adik, tidak kakak sama saja, seenaknya matikan telpon." Rama langsung merebahkan tubuhnya sambil menatap buku diary milik Syakira.

Jangan lupa berikan dukungannya ya.... 😍😍😍🤗🤗🙏🙏🙏🙏

...BERSAMBUNG...

Di Desak Untuk Kawin

Rama, masih tidak terjaga dari tidurnya. Seakan mimpi itu benar nyata. Seorang menertawakannya karena bibirnya di monyongin.

"Dasar anak pemalas. Pantas saja selama ini tidak pernah pulang ke rumah. nih cium itu es batu."

Rama yang matanya masih terpejam sedikit heran mengapa bibirnya dingin seperti dinginnya es batu.

ibunya menertawakannya.

Dengan pelan Rama mulai membuka matanya dan langsung meloncat turun dari ranjangnya.

"Astaghfirullah ... Ibu! ibu kok tega sekali dengan anak sendiri sih! kalau bibir Rama membeku bagaimana?" pekik Rama memegang bibirnya.

"Makanya jadi anak cowok itu cepat bangun," ujar ibu Rama memukul bahu anaknya.

"Astaga, Rama!" teriak ibunya melihat Rama kembali tidur. "Usai shalat subuh bukannya bangun mala kembali tidur. ibu heran deh. juga, ini nih suka tinggal sendiri biar tidak diomelin sama ibu. Iya kan?" omel ibu Rama lagi.

"Rama kamu itu sudah tua, bahkan seumuran kamu sudah ada yang memiliki anak dan kamu kapan kawinnya, Rama?" lanjut Ibu Rama.

Rama pun akhirnya bangun sambil menatap ibunya yang sedari mengomel. Rama merapikan tempat tidurnya tidak menggubris perkataan ibu paruh baya itu.

Keluarga Rama tinggal Ibunya dan satu kakak perempuannya juga sudah menikah. Ayah Rama sudah lama meninggal semenjak Rama masih kecil.

Rama sebenarnya dari keluarga yang cukup mapan namun untuk menghindari keluarganya dari perjodohan itu Rama memilih tidak pulang kerumahnya.

"Rama, dengar ibu gak sih? Bahkan, nenekmu sudah mendesak ibu. Makanya, ibu sekarang menemui-mu," ucap ibu Rama yang terus mengikuti Rama dari belakang.

"Iya, Ibu. Bawel banget sih," ketus Rama lalu mengambil handuk untuk mandi.

"Tapi, kapan Rama?" desak ibu Rama.

Rama mendorong ibunya untuk keluar dari kamarnya.

"Sekarang ibu keluar dulu. Aku mau mandi," Rama mengusir ibunya keluar dari kamarnya.

Ibu Rama pun keluar dari kamar anaknya dan melihat-lihat isi apartemen putranya itu.

Sebuah pemandangan menarik perhatiannya. Ibu Rama sangat bahagia melihat di atas sofa ada sebuah tas cewek.

Rama keluar dan melihat ibunya membongkar tas milik Syakira.

"Astaga, apa yang ibu lakukan? Jangan dibongkar dan jangan dibuka buku diary itu, ibu!" Rama berlari mencegah ibunya.

"Memang kenapa sih? Ibu cuma mau lihat. Siapa tahu didalam tas cewek kamu itu ada fotonya," ujar ibu Rama menatap putranya.

"Ibu jangan sampai karena tas ini aku tidak kawin-kawin." Rama teringat dengan perkataan Syakira yang menyumpahinya.

"Hei, anda tidak sopan. Jangan coba-coba lanjut membacanya jika tidak, aku akan mendoakan kamu tidak kawin-kawin seumur hidup. Mau?"

Rama bergidik ngeri sendiri mengingat sumpah itu.

"Apa? jadi kamu ada filing untuk kawin?" tanya ibunya merasa sedikit lega

"Ibu saya ini anak cowok. Ya ... adalah ibu." ujar Rama. "Masa sih tidak mau kawin," jelas Rama sambil memasukkan barang-barang milik Syakira pada tempatnya.

"Alhamdulillah ... Ibu pikir kamu tidak mau kawin-kawin," kata ibu Rama melihat putranya.

Ibu Rama mendengar itu sedikit bahagia. namun, kembali murung setelah Rama melanjutkan perkataannya.

"Tapi, belum waktunya, ibu." ucap Rama berdiri dari tempat duduknya.

"Apa?" pekik ibu Rama. "Lalu ini tas siapa?" jangan katakan bukan lagi tas pacar kamu, Rama." Ibu Rama menatap putranya.

"Waduh ... gimana ini? Jika, aku katakan bukan. Yang ada urusannya tambah rumit nih. Maaf ya ... Syakira saya harus berbohong," batin Rama

"Iya. ini tas cewek aku, Ibu." Rama melirik ibunya.

"Lalu, kapan kamu bawa dia ke rumah? semua keluarga kita harus tau," ucap ibu Rama memastikan.

"Aduh ... parah nih emak-emak. Rumit juga urusannya." Rama kembali membatin mencari jawaban yang pas.

"Rama?" tegur ibu Rama.

Belum sempat Rama menjawab, sebuah panggilan dari Syakira masuk di ponsel miliknya yang kebetulan ponsel milik Rama berada tepat didekat ibunya. Ibu Rama melihat nama, 'Syakira memanggil'.

"Oh ... namanya 'Syakira'? biar ibu yang angkat," ucapnya dengan wajah berbinar.

"Ibu jangan!" cegah Rama.

"Sudah, biar ibu yang angkat! kamu, diam disitu!" kata ibu Rama.

"Mampus aku!" batin Rama sambil menepuk jidatnya.

"Halo ... nak Syakira, ya? ini ibunya Rama. Kamu pacar Rama, kan?" ucap ibu Rama tanpa jeda.

"What?

emang itu orang ya ... ngaku lagi sama ibunya aku pacarnya? batin Syakira. kemudian kembali berucap. " Maaf tante tapi saya ...."

"Sudah, jangan malu-malu. Rama sudah kasi tahu saya. Jadi, kapan kalian ke rumah?" tanya ibu Rama dibalik telpon.

"Eh... maaf tante, tapi saya bu ...." ucapan Syakira kembali terpotong.

"Baiklah kalian bicara berdua. Ibu tunggu di rumah," ucap ibu Rama sambil meyerahkan kembali ponsel milik Rama.

Rama menerima ponselnya lalu menjauh dari ibunya. Begitu ponsel itu pas di telinganya suara Syakira sudah menggoroknya.

"Apa maksud anda berkata seperti itu, hah? Jawab!" teriak Syakira.

"Ya ... Maaf aku terpaksa." Rama menutup sebelah telinganya.

"Apa, terpaksa? gila ya ... Astagfirullah ...

Itu namanya, kamu menjual harga diriku. Kenal juga enggak. Enak saja!

asal Anda tahu aku menelpon-mu untuk mengingatkan mengembalikan tasku." ucap Syakira dan memutuskan telponnya dengan salam.

tut.

Rama melihat ponselnya.

"Jadi, bagaimana? kapan kalian akan ke rumah?" tanya ibu Rama.

Rama terdiam. Entah jawaban apa lagi yang harus disampaikan pada ibunya.

*****

Fajri dan Laila saling menatap melihat adiknya pagi-pagi sudah dengan muka cemberutnya setelah menelpon seseorang.

Laila menghampiri Syakira dan mengajak Syakira duduk diluar. "Kenapa muka cantik adiknya kakak cemberut seperti itu?"

Syakira melihat Fajri dari jauh. kemudian, menjelaskan apa yang terjadi. Laila tertawa merasa lucu.

"Jangan kencang tawanya dong kak!" Syakira menutup mulut Laila, kaka iparnya. Janji ya. Jangan bilang pada kak Fajri," ujar Syakira.

"Baiklah kakak janji," kata Laila yang masih tertawa.

Setelah Fajri berlalu menuju kantor, Rama datang mengantarkan tas Syakira. Syakira keluar dengan perasaan yang masih kesal.

Rama turun dari mobil. Seperti layaknya suami istri menunggu suaminya, Syakira berdiri di teras rumah melihat Rama menenteng tasnya.

Rama menyerahkan tas milik Syakira. "Nih, tasmu."

Dan Syakira langsung menyambar tasnya. Tidak lupa memeriksa barangnya satu persatu.

"Tidak ada yang hilang kan? dan mengenai tadi pagi aku minta maaf, tapi aku sangat berterima kasih jika kamu mau membantuku. Dan aku janji aku juga akan membantumu masuk di Universitas itu," sungut Rama.

Dengan tatapan penasaran Syakira angkat bicara, "Dari mana anda tahu hal itu?"

"Sekali lagi aku minta maaf. Tidak sengaja melihat buku diary milikmu dan di sana aku sempat membaca keinginanmu itu," jujur Rama.

"O... jadi, kamu melanjutkan membaca buku diary aku semalam?

Aku akan me...."

"Jangan ucapkan itu. Sumpah, aku tidak membukanya kok. Sudah aku katakan tidak sengaja. buku-mu jatuh, dan terbuka tepat dihalaman itu," ujar Rama.

Syakira ingin rasanya tertawa melihat Rama begitu takut dengan ucapannya.

"Eh ada nak Rama? Fajri barusan pergi, nak," kata ibu.

"Syakira, kenapa nak Rama kau tidak suruh masuk,nak?" lanjut ibu Fatimah.

"Gak usah bu. Dia sudah mau pulang kok."

"Tega benar sih sama aku. Masa diajak masuk minum teh tidak boleh," ujar Rama.

Syakira melototi Rama.

"Tidak usah ibu, terimakasih. Rama pamit."

"Bagus," ucap Syakira.

Syakira yang hendak masuk,

tiba-tiba Rama langsung menghalangi jalannya.

Memohon agar Syakira mau membantunya. Rama pun menceritakan bagaimana kejadian pagi tadi.

Syakira berfikir cukup lama.

"Baiklah. Tapi, ingat ya. Hanya sekali ini."

Rama tampak terlihat bahagia setelah Syakira mau membantunya. Rama pamit pergi ke kantor. Namun, kakinya berhenti setelah Syakira memanggilnya.

"Jam berapa besok saya harus menunggumu. Ingat ya, saya tidak mau jika harus pergi malam dan juga pulang dari sana. Jangan sampai malam," ujar Syakira.

"Baiklah. Besok aku akan menjemputmu tepat jam 09.00. aku pastikan kita pulang sebelum malam," Janji Rama.

"Baiklah," pungkas Syakira.

Rama pun berlalu dan Syakira masuk dalam rumah dan menemukan Laila, kakak iparnya melihat dirinya sambil tersenyum.

"Kakak kenapa?" tanya Syakira dengan heran.

Namun Laila hanya mengeluarkan deham.

"Kakak jangan salah paham. Aku lakukan itu karena terpaksa," sela Syakira.

"Ok. tidak jadi masalah. Lalu, apakah ibu tahu hal ini?" tanya laila.

"Itu sudah yang aku pikirkan kak. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku jujur saja agar ibu tidak salah paham? Lalu, kak Fajri bagaimana, kak?" Syakira bingung.

Laila dan Syakira sama-sama terdiam memikirkan jalan keluarnya. Mereka sama-sama bingung. Akhirnya, Syakira memutuskan untuk jujur saja.

Jangan lupa berikan dukungannya ya.... 😍😍😍🤗🤗🙏🙏🙏🙏

...BERSAMBUNG...

Bertemu Keluarga

Hai, Kembali author menyapa.

jika suka cerita ini tambahkan ke daftar favorit, jangan lupa Like dan komentarnya.

Author sangat berharap dukungan dari kalian. Author usahakan update setiap hari... doakan author sehat terus😍😍😍

Esok harinya Rama datang menjemput Syakira. Sebelumnya, Rama sudah memberitahu Fajri di kantor tentang masalahnya dan

Sebagai sahabat Fajri akhirnya memberi izin pada Rama untuk menjemput Syakira di rumah ibunya.

"Awas adik gue lecet. Bila sesuatu hal terjadi pada adik gue, aku pastikan kau tidak akan melihat hari esok," ucap Fajri.

"Tenang man, kau bisa percaya sama aku. Adik kamu juga Sudah ku-anggap adik gue," Rama menekankan Fajri.

"Ok. Aku percaya sama kamu. Tapi ingat, jangan sampai malam baru pulang," pesan Fajri lagi.

***

Selang beberapa waktu Syakira keluar dengan penampilan yang berbeda. Laila menyulap adik iparnya dengan tangan terampilnya. Sore itu Syakira terlihat sangat cantik membuat Rama tidak sadar.

"Subhanallah ... Cantik," lirih Rama.

Syakira berbalik melihat Rama. Rama menutup mulutnya.

Ibu Fatima melihat putrinya terlihat sangat cantik dan mengecup kening Syakira. Lalu, berbalik melihat Rama.

"Nak Rama, sebaiknya nanti di sana nak Rama jujur dengan nenek. jika, ini hanya salah paham. Jangan membuat mereka berharap lebih. Kasihan neneknya," pesan ibu Fatima.

"Baik ibu. Rama pamit."

Rama membukakan pintu mobil itu. namun, Syakira seperti biasanya Syakira memilih duduk di belakang. Rama tidak bisa berbuat apa-apa selain mengalah.

"Ingat pesan ibu. Akar masalahmu dengan saya hari ini harus selesai," sahut Syakira.

"Iya bawel, aku tahu apa yang harus aku lakukan di sana," jawab Rama melihat Syakira dibalik kaca spion.

"Baguslah," lanjut Syakira lagi dan melihat kearah luar.

Rama terus berfikir apa yang akan dijelaskannya nanti di sana. Rama benar-benar dalam dilema.

"Jangan menghayal. Fokus mengemudi," Sahut Syakira dari belakang.

Seekor kucing lewat didepan mobil mereka, membuat Rama seketika menekan remnya

cit ....!

Syakira hampir saja terperosok ke depan dan untungnya Syakira bisa mengimbangi.

"Maaf," ucap Rama yang ikut terkejut.

Satu jam perjalanan mereka tempuh, sampailah di sebuah rumah elit nan tampak begitu besar.

Syakira tidak percaya, jika Rama dari keluarga terpandang. Selama ini yang Syakira dengar dari kakaknya, Rama adalah dari keluarga sederhana. Syakira masih termangu ditempatnya.

"Apa kak Fajri tau ya...." batinnya.

"Ayo turun!" ajak Rama membuyarkan lamunan Syakira.

Rama disambut baik oleh para pelayan di sana. Syakira mengekor dibelakang Rama.

Rama berhenti menunggu Syakira yang jalannya seperti siput. "Mau pulang jam berapa kalau jalanmu seperti itu?"

Rama menarik lengan Syakira dan Syakira berusaha agar melepaskan genggamannya hingga sampai mereka di sebuah ruangan.

Keluarga Rama sudah tampak berkumpul di sana. Tangan Syakira mulai dingin melihat keluarga Rama ada begitu banyak seperti sudah mau bertunangan saja.

"Oh... astaga, kenapa aku gugup seperti ini? " batin Syakira.

"Lihat siapa yang datang." Tunjuk salah satu keponakan Rama yang masih terlihat muda belia.

Keluarga Rama melihat kedatangannya. Ada yang kaget, ada yang bengong, ada yang tidak jelas. Termasuk tante dari saudara ayah Rama yang bernama tante Meli.

Ada rasa tidak suka dan curiga dengan kehadiran Syakira. Menurutnya penampilan Syakira sangat jelek. Dan baginya, jika dibandingkan keponakannya lebih cantik dan lebih pantas untuk Rama.

Ibu Rama menghampirinya dan menarik tangan Syakira duduk di dekat Neneknya. Nenek Rama begitu bahagia Rama membawa calon mantu untuknya.

Nenek menggandeng tangan Syakira menuju meja makan. Syakira merasa tidak enak hati nenek Rama memperlakukannya seperti itu. Pikiran Syakira mulai berputar kemana-mana.

Nenek meminta Rama berprilaku romantis pada calon istrinya. Rama tidak tahu apa yang harus dilakukannya begitu juga Syakira.

"Tenang saja semua akan berakhir. Kita makan dulu," bisik Rama, lalu menarik satu kursi untuk Syakira.

Syakira mengangguk. Jantung keduanya berdegup.

Nenek Rama terlihat cukup senang. Sangat terlihat di raut wajahnya mengukir senyum serta matanya melengkung.

Makan malam itu cukup menegangkan bagi Syakira. Dimeja itu selain ada nenek, juga kedua ibu Rama dan kakak perempuan serta kakak iparnya. Selain itu, juga ada tante dan paman Rama serta ponakan Rama, semuanya keluarga inti.

Sisanya keluarga yang tidak begitu terlalu dekat duduk dimeja lain. Tidak bisa Syakira pungkiri keluarga Rama adalah keluarga besar.

Keluarga Rama paling dekat sisa ibu dan kakak perempuannya juga sudah bersuami, namun belum dikaruniai seorang anak.

Nenek terus melihat Syakira. Pertama dari penampilan Syakira yang tertutup dengan hijab, nenek sangat puas. Nenek sudah sangat yakin Syakira perempuan sholeha dan cocok untuk cucunya. Bukan hanya sholeha Syakira juga cantik dan sangat sederhana dan itu membuat nenek sangat suka.

"Rama, coba lihat Syakira. Belum sama sekali piringnya terisi. Cepat ambilkan untuknya!" Nenek memerintahkan Rama.

"Tidak usah Nek, saya bisa sendiri," tolak Syakira dengan tutur kata begitu sopan.

Rama yang hendak mengambilkan nasi ditolak oleh Syakira karena merasa tidak enak hati.

"Tidak usah kak," ucapnya.

Entah mengapa di panggil kata KAK, Rama seperti suka kata itu.

"Kenapa nih orang lihat aku seperti itu," batin Syakira.

Selesai makan malam, tante Meli menanyakan pendidikan Syakira juga mengenai keluarganya. Rama merasa tidak enak hati pada Syakira.

"Apaan coba tanya masalah pribadi saya. Astagfirullah," batin Syakira.

"Oh, jadi kamu baru lulus SMA kemarin. Tidak menyangka ya ... Rama suka perempuan alumni pondok pesantren. kirain selera Rama seperti model."

"Siapa yang mau sama ponakan tante. saya disini juga karena terpaksa," batin Syakira lagi.

Entah mengapa Syakira merasa muak mendengar dirinya dikatai seperti itu. Rama akhirnya meminta Syakira meninggalkan tempat itu.

Nenek memanggilnya duduk di sampingnya lalu bertanya. "Siapa nama lengkap mu, cu? kau sangat cantik." nenek Rama kembali melihat Syakira sampai tidak berkedip.

"Syakira, Nek," jawab Syakira sambil tersenyum.

Mata Syakira beralih pada Rama seakan memberi kode pada Rama untuk menjelaskan kesalahpahaman ini pada keluarganya.

"Dasar cucu nenek. Calon mantu cantik begini kamu sembunyikan dari kami, huh!" tukas nenek.

"Kalian bertemunya dimana?" lanjut Nenek.

"Dia adik sahabat saya Nek. Naufal Fajri ikhsan," jelas Rama mewakili.

"Dasar cucu tidak tau diri. Calon cantik begini disembunyikan. Harusnya dari dulu kamu kenalkan dengan kami." Nenek tersenyum bahagia.

"Nek, dengarkan dulu penjelasan saya. bukan seperti itu. Tapi...."

"Tapi apa, tidak ada tapi-tapi. Pernikahan kalian harus segera di bicarakan. Tidak baik terlalu lama menunda-nunda. Untuk pendidikan Syakira kita bisa bicarakan.

Deg!

Mata Syakira melebar serta jantungnya berdenyut cepat dan tubuhnya yang mulai menegang mendengar kata MENIKAH.

Rama melihat raut wajah itu ada ketakutan bercampur dengan amarah melihat dirinya.

Rama kembali angkat bicara. "Nek sebenarnya ini salah paham." Pikiran Rama mulai kalut melihat wajah senyum Nenek berubah menjadi serius.

"Apa maksudmu?" suara Nenek mulai terdengar dingin.

Sementara ibu Rama, menyipitkan matanya. Ada rasa curiga mendengar kata SALAH PAHAM.

Syakira menggigit bibir bawahnya. Rasa takut mulai menyerbunya melihat Nenek Rama.

"Sebenarnya aku dan Syakira tidak ada hubungan apa-apa, Nek," jelas Rama dengan sedikit ragu.

"Apa?" ibu Rama membelalakkan mata. Tubuh mulai menegang, sementara nenek terhenyak.

Rama mencoba merilekskan diri. Bagaimana cara menyampaikan agar nenek tidak syok. Rama menghela napas panjang. Menundukkan kepalanya dalam, lalu berkata,

"Iya. kemarin ibu salah paham. Juga, aku minta maaf pada ibu sudah berbohong. Aku hanya kebetulan bertemu dengan Syakira dan tasnya ketinggalan di mobil."

Bibir tante Meli mendengar itu, melengkung membentuk sebuah senyum kemenangan.

"Rama! Apa dengan drama ini kamu anggap lelucon?" ibu Rama berdiri menatap putranya sambil berkacak pinggang.

"Dasar anak tidak bisa dibanggakan! Apa kamu tahu pertemuan ini sangat penting bagi Nenekmu. Dan hari ini, kamu kembali memberikan harapan palsu! Ibu sangat kecewa denganmu, Rama!" geram ibu Rama.

Syakira merasa iba melihat Rama, namun apa daya. Syakira bukan siapa-siapa Rama.

Nenek bangkit dari tempat duduknya kemudian mengambil tongkatnya. Rama ingin membantu nenek, tapi tangannya ditepis.

Sangat jelas terlihat rasa kecewa di raut wajah yang sudah berkerut itu. Entah mengapa perasaan Syakira tidak enak melihat nenek bersedih.

"Lihat! Nenek sangat kecewa denganmu!" tegas ibu Rama penuh penekanan pada Rama.

Ibu Rama serta nenek meninggalkan tempat itu. Rama terlihat sangat sedih. tante Meli mendekat.

"Sudah kuduga, diantara kalian tidak ada hubungan apa-apa dan kau.

Tunjuk tante meli pada Syakira. "Rama tidak mungkin memilihmu."

"Tante stop! jaga ucapan anda!"

Tante Meli terkesiap mendengar bentakan ponakannya. Matanya berkaca-kaca.

"Rama, kau membentak tante demi perempuan ini? Sungguh tante kecewa denganmu!" tante Meli pun melenggang pergi.

Rama melihat Syakira yang terlihat diam dan menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku sudah membawamu dalam masalah ini," sesal Rama.

"Aku mau pulang. Sekarang!" tegas Syakira.

Di pintu utama, kakak perempuan Rama memanggilnya.

"Tunggu! ucapnya dan langsung memeluk Syakira. " Maafkan keluargaku. Kuharap kau tidak memikirkan yang telah lewat. Jangan pikirkan apa yang kamu saksikan dan yang kamu dengar. Sekali lagi Maafkan kami," kata kak Rama penuh iba.

Syakira mengangguk.

"Tapi, aku sangat berharap jika kau menjadi adik ipar ku. sungguh," lanjut kakak Rama yang bernama Marwa.

"Kak, stop. Cukup! jangan lagi dilanjutkan. Aku pergi." Rama mengucap salam, lalu menarik tangan Syakira.

Rama membukakan pintu mobil untuk Syakira. Sepanjang perjalanan Rama maupun Syakira terdiam. Rama melihat Syakira dibalik kaca spion.

"Maafkan aku" ucap Rama lagi.

"Sudah berapa kali kau meminta maaf padaku. Semua sudah terjadi.

Hidup menyajikan banyak pilihan, pilihan yang kita buat akan menentukan masa depan kita."

Jangan lupa berikan dukungannya ya.... 😍😍😍🤗🤗🙏🙏🙏🙏

...BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!