NovelToon NovelToon

Tatapan Manis Untuk CEO Milikku

BAB 1.

Gadis itu duduk di trotoar, tersenyum melihat setumpuk kantong gresek yang diletakkan di sampingnya.

Terlihat lusuh dan kusam, memberikan aroma menyengat hingga menusuk hidung. Namun apa pedulinya gadis yang telah terbiasa dengan semua bau busuk dan kotor pada sampah plastik yang ia kumpulkan setiap harinya.

Asalkan mereka bisa menghasilkan uang, itu sudah cukup. Dengan uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit, ia bisa menggunakannya bertahan hidup di kota besar yang mengerikan itu.

Bahkan uang dari benda menjijikkan di sebagian besar mata orang lain itu, masih dapat digunakan untuk membantu beberapa anak yatim.

Memikirkan itu saja, sudah cukup menjadi penyemangatnya, senyum dan tawa anak panti yang selalu ia kunjungi seperti vitamin yang dilemparkan padanya.

Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti karena sepertinya hujan memang tidak berpihak padanya. Ia bahkan telah lama menunggu disana dan tidak dapat pergi karena ia tidak punya pakaian ganti bila baju terakhirnya itu basah.

Terlalu lama menunggu dan hujan terus-terusan hingga air mulai mengalir di kakinya yang sedang duduk berjongkok. Kemudian ia berdiri dan menatap langit malam yang suram.

Tetes air hujan membasahi wajahnya yang melihat langit malam yang gelap tanpa bintang, bahkan lampu-lampu jalan di sekitarnya tak mampu menghilangkan kelamnya malam tanpa bulan itu.

Hujan semakin deras, tapi ia tidak mau berbalik. Seperti menikmati keindahan dan sentuhan titik-titik air, ia hanya terdiam meresapinya.

Meski ia berpikir untuk tidak basah, tapi ia larut dalam pikirannya yang dalam hingga lupa untuk menghindari air hujan.

Perlahan pakaiannya benar-benar telah basah, air mengalir dari wajahnya, turun ke leher memberi rasa beku pada kulit hangat yang tertutup baju kaos nan rapuh itu.

Namun, baru beberapa saat menikmati hujan, gadis itu malah merasa panas. Suhu tubuhnya meningkat cepat memberi rasa gerah dan sesak.

Perlahan tubuhnya lemas dan ia merasa pusing, bumi sepertinya bergerak, kakinya bahkan tak mampu lagi menopang tubuhnya yang kurus.

Gludukk!!

Suara itu membawanya jatuh dan bermimpi.

...

Di sebuah apartemen yang mewah, seorang pria duduk bersandar pada kepala ranjang sambil membaca berita.

Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnis, tapi harus di sambut dengan berita ayah dan ibunya yang akan berpisah.

Semua itu tertera pada layar benda pipih yang ia genggam. Ia memperhatikan kata-kata pada judul artikel itu, ia lalu mengerutkan dahinya dan menahan nafasnya yang kini seperti tidak ada lagi udara pada ruangan ia berada.

Praaaaaangkkkk!!!!

Tidak peduli hal apa pun, pemuda itu hanya ingin melampiaskan amarahnya. Ini adalah keadaan dimana ia sangat membenci orang tuanya, memikirkannnya saja sudah membuatnya muak.

Baru satu minggu saja mereka berbicara lewat panggilan video, dan ia dapat melihat ketulusan ibu dan ayahnya pada saat itu, tapi hanya sandiwara belaka, bahkan kini ia tidak lagi dapat menahan emosi dan amarah yang membuat hatinya bergetar tak terima, itu sangat menyakitkan.

Ditengah amarahnya dan suasana hati yang buruk, ia berpikir mungkin dengan sedikit alkohol akan membantunya melupakan masalahnya sejenak.

Pemuda itu selalu ingat saran temannya untuk menghilangkan beban dengan alkohol, tapi selama ini, ia tidak pernah mau berhubungan dengan sesuatu seperti itu, tapi kali ia harus mencobanya.

...

Pemuda dengan pikiran melayang berjuang menyusuri jalan dengan sempoyongan, pusing, hancur, panas semuanya melingkupinya.

Tidak peduli hujan yang deras dan tubuh yang berat karena pakaian tebalnya mengisap air hujan ia masih berjalan sambil berpegangan pada tiang yang ia jumpai.

Sesekali pemuda itu memeluk tiang dan melampiaskan keputusasaannya tapi apalah, bukan tiang yang akan berkata. Bahkan jika ia memukul, menendang dan membenturkan kepalanya pada tiang, tidak ada yang akan berubah, hanya akan menyebabkan dirinya terluka secara fisik.

Terus berjalan, tiba -tiba ia tersandung sesuatu lalu jatuh dan berguling di atas trotoar yang penuh genangan air.

Wajahnya dipenuhi air berpasir, membuat ia mengumpat lalu memukul dan menendang sembarang arah, namun, ia terkaget setelah memukul suatu yang hangat dan lembut.

Pikirannya masih sedikit sadar bahwa malam itu sangat dingin apa lagi dengan air yang menggenang di tempat ia jatuh pastilah semakin membuat rendah suhu di situ.

Ia meraba berapa saat sambil mengusap wajahnya yang berlumuran air kotor jalanan dan menyadari bahwa apa yang ia sentuh itu adalah manusia

Ia mengerutkan dahinya sekali lagi sambil berusaha memenangkan pertempurannya dengan kepusingan yang melandanya lalu memeriksa lebih jelas dan benar ia menemukan manusia tidur di bawah genangan air.

Namun, pemuda itu heran bahwa manusia itu sangat panas di bawah genangan air yang dingin itu. Tak berpikir lama ia dengan sedikit kesadarannya membopong manusia itu menuju apartemennya.

Pemuda yang masih di bawah pengaruh alkohol itu bergidik tersentuh sesuatu yang kenyal dan hangat di punggungnya. Entah kenapa ia merasa dirinya panas terbakar sambil terus berjalan dengan sempoyongan.

Tak lama, mereka tiba di lantai dasar apartemennya dan masuk ke lift meninggalkan jejak basah di sekujur lantai yang terlewati.

Apartemen pemuda itu berada di kawasan elit dengan penjagaan yang ketat. Namun, karena penjaga di sana sudah terbiasa dengan pemuda itu, maka mereka tak lagi menghentikannya.

Hanya kebingungan yang terlintas di benak mereka, melihat Tuannya datang dengan tampilan seperti itu, apalagi melihat di punggungnya ada seorang gadis dengan pakaian yang sangat kotor dan lusuh.

Sungguh kejadian aneh, pikir mereka.

Sesampainya di apartemennya, pemuda itu langsung menuju ke kamar utama dan meletakkan gadis itu pada ranjang. Pandangannya masih kabur hingga ia menuju kamar mandi dan membasuh muka berharap pengaruh alkohol akan sedikit hilang.

Tak lama, pemuda itu keluar dari pintu dan menuju melihat gadis yang tengah berbaring.

Pemandangan di depannya membuat pemuda itu tersentak, bergairah. Rasa panas kembali menyerangnya membangkitkan gairah yang yang selama ini tidak pernah ia rasakan.

Bagaimana tidak, wanita itu memiliki baju yang telah robek dan tidak beraturan bahkan telah terkoyak begitu besar dan posisi yang tidak disengaja itu memperlihatkan bagian sensitifnya

BAB 2

Bagaimana tidak itu terkoyak ketika pemuda itu hendak menolongnya ia tidak menyangka bahwa baju milik gadis itu sangat rapuh. Terlihat jelas bahwa baju itu sudah lama dipakainya dan mungkin saja itu baju satu-satunya milik gadis itu.

Gairah yang kini tak tertahankan membuat pemuda itu tanpa sadar mendekat dan meraih wajah yang pucat dan polos tersebut.

Meski terlihat tampak kotor namun masih tidak dapat menyembunyikan wajah yang manis milik gadis itu.

Cup.

Sebuah ciuman mendarat di bibir mungil gadis itu, namun itu tak cukup membangunkannya. Rasa lembut, manis dan hangat membuat ia semakin candu dan memperdalam ciumannya.

Ada sensasi aneh yang dirasakannya sensasi yang belum pernah dialaminya namun itu sangat membuat candu, gairahnya semakin naik hingga tidak dapat lagi menguasainya.

Bahkan ia melupakan emosi yang membuat ia sampai pada titik dimana ia saat ini.

Sampai larut malam berjanjut dan beberapa desahan panjang melenyapkan sunyi malam itu, dimana hanya ada saksi bisu antara mereka.

...

Sinar surya mencapai bumi menyilaukan mata di pagi hari membuat gadis itu terbangun dengan muka yang masih pucat dan bibir yang teramat kering.

Rasa sakit di sekujur tubuh tak terelakkan ketika ia menggerakkan badannya. Mata yang sayu dan pikiran yang tidak jelas melengkapi kepedihannya di pagi itu.

Sadar ia berada di ruangan besar yang sekali pun belum pernah gadis itu temui. Indah dan menenangkan, sebuah ruangan yang bernuansa biru putih.

Tersadar bahwa dirinya telanjang ia segera menoleh ke arah samping dengan semua tenaga yang ia miliki, sangat berat namun akhirnya ia berhasil juga, ia mendapati seorang lelaki yang masih tertidur pulas.

Bau alkohol menyengat masuk ke dalam hidungnya. Bahkan bau itu pun sebagian berasal dari tubuhnya dibawah selimut namun ia bahkan tidka dapat menyadari hal itu.

Gadis itu terkaget dan berusaha bangun namun rasa sakit di antara selangkangannya membuat ia menggigit bibirnya. Seakan tak bisa menerima kenyataan gadis itu telah kehilangan sesuatu yang dijaganya selama ini.

Ranjang itu berantakan, sobekan pakaiannya masih berdebar tak karuan di sana. Rasa pedih menghampiri masuk kedalam hatinya mendorong air matanya membanjiri mata dan tumpah rua pada kedua pipinya.

Ia tak berani bersuara, hanya ia berharap sebuah pertolongan datang padanya. Namun siapa yang peduli pada yatim piatu seperti dirinya.

Sejak kecil ia bermimpi akan ada pangeran yang datang dan menyelamatkannya, pangeran yang perkasa dan berhati mulia serta memberikan segala yang ia miliki. Tapi kini impian itu tak akan terwujud lagi. .

Sekarang umurnya sudah 18 tahun namun menanggung rasa malu pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak kehormatannya telah hilang apa lagi yang bisa ia banggakan sekarang.

Tersadar dari lamunannya gadis itu segera bergerak menarik selimut berusaha turun dari tempat tidur namun tak ada kemampuan bahkan untuk bergerak sedikit pun.

Mhhmmnn

Pemuda itu tersadar seketika merasakan pergerakan kecil gadis disampingnya. Perlahan membuka mata dan melihat pemandangan disampingnya seorang gadis yang menatapnya dengan wajah pucat serta air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.

Mata yang hitam dan jernih, mata seorang gadis yang polos dan memperlihatkan kepribadian yang tenang. Bahkan ia langsung mengetahui bahwa gadis di sana adalah seorang yang penurut dan terlebih wajahnya sangat manis.

Beberapa saat terpesona ia kemudian sadar dan tersentak pemuda itu bangun dan mengumpat keras menyibak rambutnya dengan kasar. Emosinya kini kembali menguasai dirinya bahkan sedikit pun ruang untuk ketenangan tak tersisa.

Dengan keras pemuda itu mendekati gadis disampingnya memandang dengan tatapan benci, namun melihat wajah gadis yang pucat dan mata yang penuh air mata mengurungkan niatnya untuk mengasarinya.

Pemuda itu memegang wajah gadis itu sejenak terpukau oleh kecantikannya, membuat ia terbayang akan apa yang terjadi semalam dimana ia meniduri gadis itu dan merebut paksa kehormatannya.

Tak lama ia kembali menyadari suhu tubuh gadis itu yang kini sangat tinggi. Ia meraih ponsel dan segera menelpon seseorang untuk datang ke apartemennya.

Pemuda itu jadi iba karena melihat gadis yang tak bisa bergerak karena lelah, tubuhnya demam dan juga karena ulah pemuda itu semalam.

Akhirnya ia membawa gadis itu masuk ke kamar mandi dan meletakkannya di bath up untuk berendam air panas bersama. Sementara gadis itu masih lemah tak dapat berbuat apa-apa dan hanya menerima perlakuan pemuda itu.

Tak lagi ada rasa jijik hanya setahunya gadis itu akan menjadi miliknya selamanya karena ia pun telah menodainya.

Bahkan saat itu masih juga ia terpesona oleh tubuh gadis yang sementara dimandikannya. Keelokan tubuh yang putih mulus dan berisi padat serta gundukan pada dadanya yang akan membangkitkan gairah setiap orang yang melihatnya.

Sementara pemuda itu memandikan gadis yang kini terlelap kembali ia juga berjuang menahan nafsunya karena gadis itu.

Tak lama ia mereka selesai mandi dan pemuda itu memakaikan pakaian yang telah disiapkan pembantunya untuk hadis itu.

Segera gadis itu dibaringkan di tempat tidur dan menunggu dokter datang memeriksanya.

BAB 3

Pemuda itu bernama Geri Santoso, seorang CEO dari perusahaan yang ia bangun sendri juga merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Morgan Winara dan Wira Santoso.

Seorang pemuda dengan emosi meledak-ledak namun tetap memiliki hati yang lembut, hangat serta seorang dengan kejujuran dan tanggungjawab yang tinggi.

Geri juga merupakan seorang CEO idaman

setiap wanita yang melihatnya bagaimana tidak, dengan keperawakan yang sempurna dan wajah yang elegan serta lembut dan hangat membuatnya menarik setiap pasang mata gadis maupun pria yang memandangnya.

Meski demikian Geri adalah seorang pemuda yang anti pada gadis, alkohol dan rokok. Ia menjalani gaya hidup sehat dengan olahraga dan pengaturan pola makan yang sehat membuat ia memiliki tubuh sempurna.

...

Geri sedang duduk di balkon kamarnya memikirkan peristiwa yang menimpanya semenjak kepulangannya dari luar negri. Semuanya begitu tiba-tiba bahkan membuat ia melakukan kesalahan dengan merusak seorang gadis yang kini sedang berbaring dengan cairan infus di ranjangnya.

Selesai dengan pemikirannya ia beranjak dari balkon meraih HP di samping tempat tidurnya lalu menelpon asistennya.

"Selidiki beberapa hal untukku" satu kalimat dan langsung mematikan panggilan itu.

"Nggghh"

Gadis itu terbangun dan membuka matanya yang sayu. Melihat itu Geri langsung menghampirinya dan memeriksa suhu badannya ternyata telah membaik.

Ia segera membantu gadis itu bangun dengan hati-hati seperti menjaga sebuah kaca yang tipis.Lalu membantunya bersandar pada kepala tempat tidur yang dialasi bantal.

"Kau bisa mendengar ku?

Bagaimana perasaanmu?"

Gadis itu mengangguk pelan.

"Tubuhmu sangat lemah kau harus makan agar dapat pulih kembali"

Geri lalu meraih bubur yang telah disiapkan pada meja samping tempat tidur, namun ia malah terkejut mendapati gadis itu kini menangis.

Suaranya tertahan di tenggorokan namun jelas terlihat bahwa kesedihan yang ada pada gadis itu sangat menyiksanya.

Dengan meletakkan kembali bubur yang telah ia raih, Geri mengusap air mata gadis itu dengan lembut.

"Tenanglah, aku bukan orang jahat, kemarin aku minta maaf karena melakukan sesuatu yang menyakitimu, tapi aku akan bertanggungjawab"

Gadis itu berhenti menangis lalu menenangkan dirinya sendiri dan memandang Geri dengan tatapan bingung.

"Aku tidak bermaksud melukaimu, kemarin aku mabuk dan menemukanmu di pinggir jalan sedang berbaring di genangan air" sambil mengatakan itu matanya berusaha meyakinkan gadis itu.

"Aku berniat menolong mu, namun aku minta maaf aku kehilangan kendali tapi aku janji aku akan bertanggungjawab dan tidak akan membiarkanmu terluka lagi"

Gadis itu menatap kesungguhan pada mata Geri dan entah mengapa hatinya menyuruh untuk yakin pada pemuda itu.

Dengan perlahan ia mengangguk dan membiarkan geri menyuapinya dengan bubur.

Setelah selesai menyuapi gadis itu Geri kemudian membantunya berbaring kembali lalu pamit pada gadis itu untuk mengurus sesuatu.

Perkerjaa Geri kini sangat menumpuk hingga ia kembali menuju ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya.

Geri telah berpesan agar pembantu rumahnya tetap memperhatikan gadis yang ada di kamarnya.

Sesampai di kantor Geri disambut oleh sekertarisnya dengan senyum cerianya.

Sekertarisnya bernama Vina.

Merupakan seorang dengan kepribadian riang dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Itulah mengapa Geri mempekerjakannya pada bagian kepala sekertaris.

Vina menyerahkan semua laporan dan dokumen yang perlu ditangani Geri dan kemudian berlalu meninggalkan ruangan atasannya dengan senyum penuh arti.

Carri terbangun malam hari ketika mendapati gelap di luar kamar itu, ia merasa lebih baik sekarang.

Dengan memandang ke luar jendela ia memikirkan bagaimana kehidupannya yang telah ia lalui. Dimana kenyataan ia adalah seorang pemulung yang tinggal di pemukiman kumuh penuh dengan sampah.

Carri tidak menyangka akan bertemu seorang pemuda kaya yang akan membawa bencana padanya. Bagaimana tidak, pemuda itu telah merebut mahkotanya.

Seperti tidak ada lagi masa depan yang cerah menantinya. Seperti hari kedepannya akan ia lalui tanpa senyuman lagi.

Tapi memikirkan itu ia seperti orang konyol mengharapkan masa depan cerah sedangkan dirinya yang lalu adalah seorang pemulung yang tidak memiliki apa pun untuk dibanggakan.

Lalu dan kini sama saja tidak akan memberi masa yang lebih baik. Hanya ia perlu untuk melanjutkan hidupnya dan mencari orang tua kandungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!