" Hentikan! hentikan! jangan lakukan hentikan! kalian benar-benar jahat hentikan, mama, mama.. mama...mama....." teriak Aditya bangun dari tidurnya dengan rasa terkejut di tubuhnya. Aditya langsung duduk.
" Mama," lirihnya dengan napasnya tersengal-senggal. Keringat bercucuran membasahi wajahnya ketika sadar dari mimpi buruknya.
Aditya menutup wajahnya dengan ke-2 tangannya. Lalu menghapus kasar sampai kerambutnya. Beberapa kali Pria tampan itu membuang napas dengan perlahan.
Mimpi buruk yang sering menghampiri tidurnya. Ketika bangun dia hanya akan merindukan sosok yang di panggilnya tadi.
Tanpa berpikir lama-lama, tidak ingin larut dalam kerinduan. Aditya menyibak kasar selimut dari tubuhnya dan bangkit dari ranjang besar itu.
Aditya menuruni anak tangga menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil air mineral. Aliran air itu terlihat di tenggorokan Aditya. Aditya mengambil tisu dan mengusap Wajah tampannya yang masih berkeringat.
" Maaf, mama mungkin mama masih belum tenang," batin Aditya yang terus berpikiran dengan mamanya.
Aditya melihat jam yang menggantung dingding dan melihat masih pukul 7 pagi. Aditya menuju ruang tamu, duduk di sofa dan menghidupkan TV.
..." Pemirsa pengusaha Heriyawan seorang Pembisnis sukses di nyatakan sebagai tersangka kasus pencucian uang, selain itu Heriyawan juga di laporkan sebagi kasus pelecehan seksual terhadap beberapa karyawannya, dan polisi resmi menjadikan beliau tersangka. Pemutusan pengadilan akan di tentukan Minggu depan, Heriyawan akan di ancam hukuman mati atau penjara seumur hidup," tutur kata penyampai berita dengan lancar dengan wajah serius....
Aditya tersenyum miring. Bukan karena wanita cantik yang ada di layar televisi atau karena kelancaran pembawa berita tersebut.
Tetapi yang membuat Aditya tersenyum miring dengan informasi yang di sampaikannya. Aditya mengambil remote dan mematikan televisi tersebut.
" Hukuman mati dengan tersiksa itu yang adil untuk Pria bejat seperti mu," desis Aditya kembali meneguk minumannya belum terlalu puas dengan apa yang barusan di lihatnya.
" Tidak mama datang hanya ingin mengatakan itu, tenanglah ma, meski sangat terlambat. Tetapi mama akan segera mendapat ke adilan," batin Aditya dengan matanya yang memerah.
Setelah menenangkan dirinya sebentar Aditya memasuki kamar mandi. Menghidupkan shower mandi di bawah guyuran shower, sambil mencuci rambutnya dengan ke-2 tangannya.
Aditya sudah rapi dengan stelan kemeja putih dan jas hitamnya, Aditya memakai jam tangannya berdiri di depan cermin. Setelah merasa sempurna. Aditya langsung keluar dari kamarnya.
Aditya menuruni anak tangga, ternyata sudah ada seorang Pria yang menunggunya, dengan pakaian yang rapi juga.
" Selamat pagi tuan," sapa Bion menundukkan kepalanya.
" Hmm," sahut Aditya berdehem.
" Bagaimana kelanjutan beritanya?" tanya Aditya yang pasti Bion sudah tau apa maksud Aditya.
" Seluruh asetnya di sita, selain itu beberapa pengacara mundur dari kasusnya dan kemungkinan Heriyawan akan di hukum sesuai perbuatannya," jelas Bion, Aditya mendengus mendengarnya.
" Lalu apa ada orang yang terseret dalam kasusnya?" tanya Aditya.
" Polisi belum menemukannya tetapi mungkin ada," jawab Aditya.
" Wanita serakah itu, pasti bermain cantik, agar tidak ketahuan," desis Aditya.
" Kau terus awasi Rebecca dan juga putranya!' perintah Aditya.
" Baik tuan," jawab Bion.
" Kita kepemakaman! perintah Aditya.
" Baik tuan," jawab Bion menundukkan kepalanya.
Bion mengikuti langkah sang atasan sampai memasuki mobil. Sebelum memasukkan mobil Aditya menghentikan langkahnya.
" Kita menemui kakek," titah Aditya mengubah arah tujuannya. Dion menundukkan kepalanya. Aditya memasuki mobil sang asisten menutup pintu mobil.
***********
Jakarta di pagi hari penuh dengan kemacetan, suara bising klakson para pengendara yang tidak sabaran untuk melintasi.
Begitu juga dengan wanita muda yang berjalan terburu-buru. Felly gadis 22 tahun itu beberapa kali mengusap keringatnya dengan punggung tangannya yang sudah bercucuran di dahinya. Berjalan terburu-buru dengan banyaknya kantung plastik yang besar di pengangnya dengan isi yang penuh dan sepertinya sangat berat.
" Kenapa aku bisa kesiangan bagaimana jika aku di marahi," ucapnya berlari agar mempercepat langkahnya membawa barang-barang itu.
Felly menyebrang jalan dengan sembarangan karena yang dipikirannya hanya bagaimana caranya cepat sampai.
Chitttt suara rem mobil terdengar kuat. Saat tubuh kecil itu hampir tertabrak.
" Ahhhhh," teriak Felly menghentikan langkahnya tepat di depan mobil itu dengan ke-2 tangan menyilang di wajahnya.
Napasnya naik turun saat menyadari dirinya hampir kehilangan nyawanya.
" Syukurlah," gumamnya dengan wajah pucat.
" Sial, ada apa itu?" tanya Adita yang berada di belakang Bion dan kepalanya terbentur kebelakang jok mobil. Akibat rem mendadak.
" Maaf tuan, ada wanita yang nyebrang sembarangan," ucap Dion.
Aditya menggerakkan kepalanya ingin melihat siapa yang menghalangi jalannya. Dia hanya melihat wanita berpenampilan sederhana yang memegang dadanya dengan napas yang naik turun.
Karena merasa bersalah Felly menundukkan kepalanya seakan meminta maaf dan langsung pergi. Dia tidak punya waktu untuk meminta maaf dengan mengeluarkan suara.
Mata Aditya yang penuh kekesalan hanya melihat kepergian Felly.
" Dasar ceroboh, apa nyawanya sangat banyak," desis Aditya yang melihat Felly berjalan terburu-buru dan bahkan hampir tertabrak sepeda motor.
Aditya melihatnya mengelengkan kepala masih sambil mengusap dahinya sakit.
" Jalan!" Perintah Aditya.
" Baik tuan," jawab Bion langsung melajukan mobilnya.
***********
Mobil mewah berwarna biru itu memasuki gerbang utama. 2 penjaga membuka gerbang tinggi yang menjulang ke atas. Saat mobil yang pasti mereka kenal memasuki gerbang utama. Ke-2 penjaga itu menundukkan kepala.
Sangking luasnya kediaman Harison. Butuh waktu 2 menit sampai ke depan pintu utama. Di pintu utama sudah banyak para bodyguard yang berdiri tegap dengan headset masing-masing di 1 telinga.
Rumah besar bak istana itu memang di jaga ketat para bodyguard dan juga banyak para pelayan yang bekerja di sana.
Salah satu Bodyguard mengambil alih dan langsung membukakan pintu mobil. Agar tuan mereka keluar dari mobil itu.
Aditya merapikan jasnya lalu keluar dengan langkah Arrogant memasuki rumah tersebut. Beberapa pelayan yang berbaris menundukkan kepala.
Aditya langsung menghampiri meja makan. Terlihat kakek tua yang duduk di kursi utama dengan memegang tongkatnya sebagai bahannya berjalan.
Ada seorang wanita paruh baya yang memiliki tatapan tajam yang begitu menusuk. Wanita yang selalu berpenampilan mewah dan sangat berkelas.
Dengan pria yang duduk di sampingnya yang usianya lebih muda setahun darinya. Damar Harison. Anak dari wanita yang sekarang sarapan dengan santai.
Kedatangan Aditya membuat Damar melihat sebentar. Begitu juga dengan wanita yang memiliki rambut pendek tersebut. Tatapan wanita itu jelas sangat tidak suka melihat Aditya yang sudah berdiri di samping Kakek tua tersebut.
" Kau terlambat!" ucap sang kakek tersebut dengan santai meneguk kopi kesukaannya.
" Maaf kek, tadi jalanan macet," jawab Aditya menundukkan kepalanya dengan ke-2 tangan mengatup di bawah di bawah pinggangnya.
" Duduk lah!" Perintah kakek tua itu dengan nada yang berwibawa.
" Kenapa dia harus datang, seharusnya anak ini tidak pulang kerumah ini," batin wanita yang berpakaian serba hitam itu yang sangat tidak suka melihat kehadiran Aditya.
1 pelayan menuangkan Aditya teh. Aditya langsung meneguk dengan santai.
" Apa kabarmu Aditiya, kenapa pulang tidak memberitahu?" tanya wanita itu basa-basi sambil meneguk secangkir teh. Melihat Aditya sebentar dengan mata sinisnya.
" Apa dia sedang bertanya kepadaku," Aditya tersenyum di dalam hatinya. Ragu dengan wanita yang menjadi ibu tirinya itu.
" Kau tidak menjawab pertanyaan mamamu," sahut Harison.
Aditiya tersenyum miring saat di berikan suasana dari wanita ular di depannya. Wanita yang pintar bersandiwara dan wanita yang menghancurkan keluarganya.
" Aku baik-baik saja. Apa lagi ketika mendengar berita tadi pagi," jawab Aditya sinis.
Rebecca mendengar jawaban itu menghentikan minimumnya. Perkataan Aditya seakan membuatnya marah. Marah yang tidak bisa di lampiaskan saat itu. Tetapi jelas Aditya menikmati wajah yang dengan sekejap berubah eksperesi menjadi tegang.
Damar yang berada di samping Rebecca melihat sang mama sebentar. Lalu melihat ke arah Aditya yang melihat mamanya dengan ada kepuasan sendiri.
Bersambung.......
...Vote, Like, koment, aku selalu menunggu terima kasih....
Harison melihat Aditya sebentar lalu melihat ke arah Rebecca yang tampak kesal dengan Aditya. Terlihat dari sorot matanya yang sangat tajam melihat Aditya.
" Berita, sepertinya sangat penting, sampai membuat hari mu begitu bahagia?" tanya sang kakek. Aditya tersenyum mendengarnya sambil meneguk teh.
" Kakek benar, kakek harus menontonnya, berita tentang Heriyawan yang akan di hukum mati, karena kasus pelecehan seksual dan juga pencucian uang, dan satu persatu sekutunya akan menyusul," jawab Aditya menatap sinis Rebecca.
Sementara Rebecca sudah mengepal tangannya dan membalas tatapan Aditya. Anak dan ibu tiri itu tidak ada segan-segan saling menatap dengan tajam.
" Sial, seharunya dulu dia mati bersama ibunya, aku yakin pasti apa yang terjadi dengan Heriyawan ada campur tangan anak sialan ini," batin Rebecca dengan penuh kemarahan namun bisa di katakan dia sangat ketakutan.
" Lupakan soal beritamu, yang terpenting kakek senang melihat kau pulang kerumah ini. Dan kakek berharap kau akan tinggal di sini bersama keluargamu," ucap Harison yang penuh harapan.
" Kakek tidak perlu repot-repot. Aku punya rumah sendiri," sahut Aditya yang langsung menolak.
" Kakek tau, uangmu bisa membeli banyak rumah. Tetapi keluargamu ada di sini," sahut Harison, Aditya mendengus.
" Keluarga, bukannya kakek juga tau jika keluarga ku sudah berada di tempatnya di dalam tanah. Mati tanpa keadilan," ucap Aditya sinis yang terus melihat Rebecca. Aditya memang akan terus mengungkit hal itu.
" Aditya, jangan membicarakan hal yang tidak penting. Keluargamu ada di depanmu dan itu satu-satunya keluargamu," jelas Harison. Aditya menanggapi dengan tersenyum miring dan mengambil pisau.
Mata Aditiya tidak lepas dari wanita di depannya. Aditya memutar mata pisau itu tepat ke arah jantung wanita wanita itu. Membuat Rebecca gemetar melihat pisau tersebut sehingga matanya hampir keluar.
" Apa yang kau lakukan?" tanya Damar ketika melihat Aditya menakut-nakuti mamanya.
" Aku hanya ingin memotong buah," sahut Aditya dengan santai mengambil apel dengan cara menusukkan pisau pada apel itu.
" Ada apa, apa kalian takut mati," ucap Aditya penuh sindiran.
" Hentikan omong kosong mu," ucap Damar kesal.
" Iya kalian tidak mungkin mati secepat itu, benar bukan?" tanya Aditya dengan senyuman palsunya.
" Anak ini benar-benar sialan, berani sekali dia mengancam ku di depan papa," batin Rebecca geram dengan Aditya.
" Kakek sudah mengatakan jangan membicarakan hal yang lain. Aditya kakek berharap kamu memikirkan saran kakek untuk tinggal di rumah ini," ucap Harison lagi.
" Iya kek, tapi aku akan tinggal di rumah ini setelah penghuninya benar-benar terhempas atau paling tidak sudah kembali ketanah," jawab Aditya yang mengupas buah seperti menguliti manusia.
" Aditya," geram Damar.
" Kenapa apa kata-kata ku salah?" tanya Aditya.
" Kau benar-benar," Damar seketika mulai emosi.
" Cukup! Kakek sudah mengatakan jangan membicarakan omong kosong seperti 17 tahun lalu," sahut Pria tua itu.
Mendengar kata 17 tahun lalu. Aditya memegang kuat pisau itu dan menghempas kasar di atas di atas meja. Sehingga sendok di atas piring berbunyi. Aditya langsung berdiri.
" Kakek selalu mengatakan omong kosong, kakek akan melihat omong kosong itu saat waktunya tiba," ucap Aditiya menatap tajam kakeknya.
Aditya yang tidak ingin berlama-lama langsung pergi. Dia bisa emosi jika harus berada dengan keluarga itu.
" Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia. Wanita ular, kau akan melihat betapa kejamnya dunia yang sebenarnya. Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu dan juga anakmu," batin Aditya mengepal tangannya penuh dendam sambil berjalan ke luar dari rumah itu.
17 tahun yang lalu.
Kekejaman harus di saksikan Aditya Sebastian Harison. Aditya memasuki rumahnya yang berantakan masih dengan pakaian seragam sekolahnya.
Suara teriakan seorang wanita membuat Aditya berlari menaiki anak tangga. Betapa kagetnya Aditya harus menyaksikan bagaimana kakak kandungnya Elia Anastasya yang di perkosa oleh 3 Pria.
Aditya melihat kakaknya di siksa dan di perlakukan seperti binatang untuk memenuhi nafsu Pria yang sangat kejam itu. Teriakan kakaknya yang lemah tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa meneteskan air mata dan menutup mulutnya.
" Kakak," lirih Aditya menyaksikan hal yang sangat keji.
Aditya mengepal tangannya ingin melawan dan menyelamatkan kakaknya. Tetapi tidak bisa di lakukannya.
Tidak tahan dengan apa yang di lihatnya Aditya meninggalkan kakaknya dan mencari mamanya ke semua ruangan.
Aditiya akhirnya menemukan sang mama terduduk di lantai dengan wajah yang lebam dan ke-2 tangan di ikat di belakang.
" Mama," teriak Aditya memeluk mamanya.
" Ngapain kamu di sini, cepat pergi nak, jangan di sini, kamu akan bahaya, pergilah nak, pergi," ucap sang mama dengan suara lemasnya mengusir anaknya agar menjauh darinya dan tidak menjadi korban.
" Tidak ma, kita akan pergi sama-sama, ayo ma, kita pergi kita tolong kakak," ajak Aditya mencoba membantu mamanya yang lemah. Tetapi suara hentakan heels langsung terdengar mendekati kamar itu.
" Cepat keluar nak, cepat!" usir wanita yang sudah lemah pada Aditya.
Aditya yang tidak ingin meninggalkan mamanya tetap bertahan.
" Ayo cepat Aditya pergi, jangan di sini, pergi lah!" usir wanita itu terus mendesak.
Dengan desakan sang mama, akhirnya Aditya dengan berat hati keluar dari jendela ruangan itu. Sesaat hentakan heels itu semakin dekat.
Tetapi Aditiya tidak langsung pergi. Dia mengintip di jendela dan melihat orang yang datang siapa.
Betapa kagetnya Aditya saat melihat wanita yang memasuki kamar itu ternyata Rebecca istri kedua papanya dan juga ibu tirinya. Aditya melihat bagaimana Rebecca berjongkok dan menampar mamanya.
" Aku tidak ingin hidup berbagi suami denganmu," ucap Rebecca dengan sinis dan menampar wanita yang sangat lemah itu.
Aditya harus menyaksikan bagaimana mamanya di perlakukan seperti binatang oleh wanita yang juga di panggilnya sebagai mama. Aditya hanya menangis tanpa suara saat tidak bisa melakukan apa-apa.
Kejadian yang menyeramkan itu adalah sebuah rencana Rebecca yang ingin menjadi penguasa dan menjadi satu-satunya.
Rebecca menjalankan aksinya saat papanya dan kakeknya melakukan perjalanan bisnis ke luar Negri. Tega menyuruh orang untuk memperkosa kakaknya yang masih 17 tahun dan menyiksa mamanya yang sudah sangat lemah.
Di saat papa dan kakeknya pulang. Skenario malah di atur dengan rapi. Di mana mamanya di fitnah selingkuh. Tubuh mamanya yang lemas kedapatan sang papa berada di dalam kamar dan tidur berpelukan dengan pria lain.
Sontak hal itu membuat papanya murka dan tidak segan-segan mengusir istrinya. Melihat sang ibu memohon membuat Aditiya tidak tahan dan mengatakan apa yang di lihatnya.
Tetapi sayang perkataan ibu tiri lebih baik di bandingkan ucapannya yang sama sekali tidak di percayai oleh papa dan kakeknya di anggap omong kosong karena usia Aditya yang masih kecil.
Aditya juga memohon kepada kakeknya untuk mempercayainya. Tetapi kakeknya tidak percaya dan menganggap apa yang di katakan Aditiya tidak masuk akal.
Akhirnya sang mama di usir, Aditiya yang ingin ikut dengan mamanya dilarang keras oleh kakeknya, karena Aditiya merupakan cucu kesayangan kakeknya.
Bersambung...
Sang kakek Tuan Harison memegang Kevin Memeluk cucu kesayangannya itu agar tidak mengikut pada mamanya.
" Mama...." teriak Aditiya saat melihat mamanya di seret beberapa bodyguard untuk keluar itu.
Aditiya hanya bisa menangis di pelukan sang kakek, meronta-ronta ingin ikut mamanya. Tetapi sang kakek tidak memberi izin.
Mata Pria 10 itu menoleh ke arah sang ibu tiri yang berdiri di samping kakeknya. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan tanpa merasa bersalah sama sekali.
Saat itu Aditiya mengepal tangannya dan ingin membunuh wanita yang menghancurkan keluarganya itu. Tetapi dia masih kecil bahkan kata-katanya saja tidak dipercayai.
Hanya dendam yang mulai tertanam di dalam diri Aditya. Dendam yang selama belasan tahun yang ingin di balaskan nya, sangat jelas orang-orang yang berkaitan dengan kejadian itu masih sangat teringat di otaknya.
Flass on.
Air mata Aditya jatuh di pusaran makam sang mama. Aditya menghapus mesan yang bertuliskan. Mariyati Saraswati. Yang meninggal 15 tahun lalu.
" Maaf," kata yang selalu di ucapkannya jika berkunjung ke makam wanita malang itu.
Sang mama memang akhirnya meninggal 2 tahun setelah diusir dari keluarga Harison. Di usir dengan keji dengan fitnah dari Rebecca. Mulut Rebecca yang berbisa membuatnya kehilangan sang mama.
Mamanya meninggal Karena menderita penyakit leukimia. Karena tidak memiliki biaya dan memang mamanya berasal dari keluarga sederhana. Mamanya tidak mendapatkan perawatan dan akhirnya meninggal.
" Ma, satu persatu mereka akan menemui mama. Aditya sudah kembali dan itu artinya mama akan mendapat keadilan. Mereka semua 1 persatu akan merasakan apa yang mama rasakan. Bahkan lebih parah dari perbuatan mereka," ucap Aditya yang memiliki dendam besar kepada wanita dan anaknya yang tadi berada di hadapannya.
" Bersabarlah ma, semuanya akan selesai," ucap Aditya dengan penuh keyakinan.
Setelah cukup memberikan janji kepada mamanya. Aditya langsung pergi dari pemakaman itu.
*********
" Sialan kenapa anak itu kembali, seharusnya dia mati saja pada saat itu, seharusnya aku membunuh nya," ucap Rebecca yang berada di kamarnya mengepal tangannya dengan penuh kemarahan.
Jujur mendapat tatapan seperti itu dari Aditiya membuat Rebecca takut. Apa lagi Rebecca juga melihat berita Heriyawan yang masuk penjara. Heriyawan adalah temannya yang memperkosa Elia kakak Aditya.
Dulu Aditya masih kecil dan dia tidak takut sama sekali walau Aditya mengetahui apa yang terjadi. Rebecca juga dulu terus berpura-pura baik kepada Aditya agar Aditya melupakan kejadian itu.
Setelah menyelesaikan pendidikan dan belajar bisnis di Luar Negri. Aditya kembali setelah 12 tahun berada di Luar Negri.
Bagaimana Rebecca tidak ketakutan Aditya kembali dengan penuh dendam. Sangat jelas terlihat dari mata anak tirinya itu yang memang memiliki dendam padanya.
Belum lagi Aditya sudah mulai memasuki Perusahaan. Dia akan takut jika putranya akan tergeser. Karena Aditya seorang Pembisnis hebat.
" Tidak bisa, aku tidak akan membiarkan semuanya terjadi, aku tidak bisa menganggap anak itu remeh, aku harus hati-hati dengannya. Aku yakin masuk nya Heriyawan kepenjara. Pasti ada hubungannya dengan Aditya," batin Re Rebecca menggigit ujung kukunya. Dengan wajah yang panik.
" Mah," tegur Damar dengan tiba-tiba yang membuat Rebecca tersentak kaget sampai jantungnya mau copot.
" Damar kamu bikin kaget aja," sahut Rebecca memegang dadanya.
" Mama kenapa?" tanya Damar heran.
" Tidak mama tidak apa-apa, mama hanya mengingatkan kamu. Bekerja jangan sembarangan. Jangan melakukan kesalahan sedikitpun. Jika tidak posisi kamu akan tergeser oleh anak sialan itu," ucap Rebecca mengingatkan.
" Sudahlah ma, jangan memikirkan itu dulu. Mama harus mempersiapkan semuanya kerena besok Damar akan membawa Felly kerumah ini. Kita akan memulai membicarakan pernikahan," ucap Damar dengan senyum di wajahnya. Membuat Rebecca berdecak.
" Kamu ini. Kamu benar-benar yakin akan menikahi wanita itu?" tanya Rebecca ragu. Damar langsung memegang ke-2 tangan mamanya.
" Damar yakin, karena Damar mencintainya jadi Damar akan menikahinya," ucap Damar meyakinkan mamanya yang memang kurang setuju dengan wanita pilihannya.
" Ya sudah, mama tidak akan melarang kamu. Tapi kamu harus ingat. Kamu harus berjanji pada mama berhati-hati dalam bekerja. Mama tidak mau posisi kamu di rebut oleh anak sialan itu," tegas Rebecca.
" Iya mama sayang, tenanglah," sahut Damar meyakinkan.
Rebecca menatap anaknya dengan tidak yakin. Damar sangat santai menghadapi Aditya sementara dirinya sangat ketakutan menghadapi Aditya yang bisa di lihatnya Aditya penuh dengan rencana.
" Hey, mama sayang," Damar meletakkan 1 tangannya di pundak sang mama, menoleh kearah mamanya dengan senyuman lebar. " Mama tidak percaya sama Damar, tenang semua akan baik-baik saja,"
Damar terus meyakinkan Rebecca dengan gayanya yang benar-benar santai.
" Bagaimana mama bisa tenang. Kamu lihat saja anak perusahaan yang ada di Luar Negri di pegang olehnya. Sahamnya di Perusahaan semakin tinggi. Sebentar lagi sahamnya akan melebihi kamu. Dan satu persatu dia akan mengambil semua milik kita," ucap Rebecca yang merasa khawatir.
Berkata soal milik kita. Entah kapan Rebecca memilikinya. Karena sesungguhnya Rebecca lah yang sudah merebut semua dari Aditya.
Jadi kata memiliki sangat tidak pas di ucapkan Rebecca dan jika Aditya mendengar mungkin Aditya akan mengeluarkan kata-kata lembutnya tetapi menyakitkan untuk menyadarkan Rebecca mengenai kepemilikan.
" Damar mengerti tentang kekhawatiran mama. Damar tau cara bekerja yang baik. Mama harus tau. Dari dulu Aditya tidak pernah suka melihat kita. Dia sengaja menunjukkan dirinya untuk menakut-nakuti mama, agar mama terkecoh dan akhir steres," jelas Damar mengerti kondisi sang mama.
" Jangan terpancing ma dengan semua ini. Dia tidak bisa Menyinggirkan Damar, percayalah," lanjut Damar terus meyakinkan sang mama.
" Baiklah!" tapi kamu jangan lupa, Aditya adalah lawan yang sulit," ucap Rebecca dengan tegas. Memperingati putranya agar lebih hati-hati.
" Iya Damar tau. Tetapi sekarang Damar hanya ingin Fokus dengan pernikahan damar dan Felly," sahut Damar tersenyum.
Menyebut nama sang calon istri saja membuatnya bahagia. Bagaimana nanti jika Felly menjadi istrinya dia akan terus bahagia.
" Terserah kamu?" sahut Rebecca melepas tangan Damar dari pundaknya lalu pergi.
" Terima kasih mama sudah memberi restu," teriak Damar dengan wajah penuh kebahagiaan.
" Apa tidak ada gadis lain," decak Rebecca yang masih ragu dengan pernikahan putranya dengan Felly.
Tetapi dia juga tidak mungkin melarang Damar. Semenjak mengenal Felly Damar memang terlihat sangat bucin. Dan juga sering tertawa.
Jika aura Felly membuat putranya bahagia. Ya dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dari pada dia melarang dan Damar drop.
Lalu berpengaruh pada pekerjaannya. Yang ada anak tirinya mendapat kesempatan banyak dalam hal itu. Jadi mau tidak mau dia menerima Felly sebagai menantunya.
***********
Felly masih berada di Restauran tempatnya bekerja. Felly mematikan keran air. Pertanda pekerjaannya sudah selesai.
" Ahhhhhhh, akhirnya selesai juga," ucap Felly dengan napasnya yang ngos-ngosan setelah selesai mencuci semua piring di Restauran mewah itu.
Felly melap tangannya. Melihat telapak tangannya yang lembab dan juga terdapat luka.
" Salapnya belum kering sudah kenak air lagi," ucapnya meniup-niup telapak tangan itu.
Memang resiko sebagai pencuci piring harus mendapat luka seperti itu. Tetapi tidak apa-apa dia bahagia.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!