NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah

Awal yang buruk

Nama gue Anindira Alexcander, umur gue 17 tahun gue masih 3 SMA, Mommy gue seorang model terkenal dan mantan lady bikers Clara Alexcander, dan daddy gue pengusaha sukses dalam sepuluh besar se Asia Dean Alexcander.

Gue anak tunggal tentunya pewaris tunggal kekayaan orang tua gue.

Karena pergaulan gue yang terlalu bebas di belakang orang tua, gue terpaksa harus nikah dengan cowok yang gue gak cinta

Bahkan gue sama sekali gak kenal sama tuh cowok, gue bertemu dengannya saja baru malam ini di klub, entah bagai mana ceritanya tiba tiba saat gue terbangun di pagi hari dia sudah berada di samping gue tanpa menggunakan baju.

Fikiran gue langsung kacau saat itu gimana dengan masa depan gue, gimana gue harus menghadapi bokap nyokap, mereka pasti marah besar kalo tahu anaknya tidur satu kamar dengan seorang cowok

*****

Nama gue Axelle Angkasa pewaris keluarga Angkasa, umur gue 23 tahun.

Gue masih kuliah dan sedang mengerjakan skripsi. Mommy gue orang paling cantik dan paling gue sayangi Alkamora Alcander Angkasa dan daddy gue Kaisar Angkasa pengusaha sukses dalam urutan sepuluh besar se Asia.

Gue terlibat masalah dengan seorang gadis SMA yang gue gak cinta bahkan kenal juga engga, hingga terpaksa harus menikahinya demi menjaga nama baik keluarga. Karena dia masih sekolah jadi terpaksa pernikahan kita dirahasiakan lebih dulu sebelum dia lulus

*****

Semalam gue pergi ke klub bersama kawan kawan kampus gue, karena sebulan belakangan gue sibuk mengerjakan skripsi jadi malam ini gue pengen nge refresh otak lebih dulu sebelum melanjutkan kerjaan gue

Tapi gue gak tahu apa yang terjadi saat gue bangun gue denger seorang cewek nangis di samping gue, gue mencoba mengingat apa yang terjadi tapi gue bener bener lupa gimana ceritanya tuh cewek udah ada dikamar gue parahnya lagi tidur seranjang bareng gue

Saat gue masih pusing mikirin apa yang terjadi bel apartemen gue bunyi, pas gue buka ternyata asisten bokap gue datang dan main asal masuk aja, dia langsung kek kamar melihat cewek yang masih tidur di ranjang gue

Tanpa berkata apa pun om Aldo yaitu asisten bokap langsung pergi, sebelum dia benar benar keluar dari apart gue, dia berkata gue disuruh pulang ke rumah beserta cewek itu

WTF gue harus gimana menghadapi bokap dia pasti bakal marah besar, gue bener bener bingung Tuhan. Tapi gue emang gak mungkin menghindar dari masalah ini, perlahan gue mendekati cewek itu hendak menanyakan keadaannya.

"Sorry nama lo siapa? " gue beranikan diri nanya dia yang kini sudah duduk ditempat tidur sambil memeluk lututnya

Gadis itu gak menjawab dia cuma nge lirik gue sekilas, kemudian tangisannya makin keras. Gue jadi bingung harus berbuat apa? Gue dekati dia perlahan gue sentuh tangannya tapi ditepis kasar sama dia

"Gue ngerti perasaan lo, tapi kita disini sama sama ke jebak, gue gak inget semalam kita ngapain aja dan kenapa tiba tiba lo ada di kamar apart gue." Gue berusaha ngomong halus sama dia

Dia mengangkat wajah nya sambil menyeka air matanya kasar, matanya sembab banget mungkin karena kelamaan menangis

"Kamar lo?" tanya nya ambigu

Gue mengangguk

"Tapi semalam ke kamar gue kok," jawab nya pelan ia terlihat berfikir.

"Kamar lo no berapa?" tanya gue lagi.

"2864... "

"Ini 2863, berarti lo yang salah masuk kamar." seru gue.

Gue lihat gadis itu terperanjat kaget "Whatt lo bilang gue salah kamar gitu?"

"Iya lah, atau lo sengaja masuk kamar gue karena ingin tidur sama gue!"

"Enak banget lo ngomong, emang gue cewek apaan?"

"Ya kali secara lo masih kecil aja tempat main lo di klub malam..."

"Heh gue bukan anak kecil ya, lagian meski gue sering ke klub dan minum gue gak pernah tidur sama cowok." ucapnya kasar.

"Gue gak percaya paling ini salah satu trik lo buat meres gue iya kan! " jawab gue kesal.

"Duit gue banyak ya, ngapain gue meres lo. Udah lah pokoknya lo harus tanggung jawab sama gue! " ucapnya sambil berdiri turun dari ranjang.

"Tanggung jawab apa, gue gak ngelakuin apapun sama lo,lagian_ " Sebelum ucapan gue selesai gue denger ponsel gue bergetar.

Gue lihat nama daddy yang tertera dilayar hp, gue menyuruh cewek itu buat diam

"Iya dad? "

....

"Tapi dad_? "

.....

"Iya iya Ax pulang. "

Axelle melihat gadis itu sedang mengambil barang barangnya yang berserakan dilantai.

"Eh lo ikut gue, bokap gue mau ketemu lo! " Ucap Axelle.

"Ngapain kenal juga engga? " Sahut Anin, ia mengedikan bahunya acuh.

"Orang tua lo udah di rumah gue, cepetan ganti baju gue tunggu 10 menit! kalo engga gue seret!! "

"Mana bisa 10 menit, mandi aja 30 menit, " Anin mendelik pada pemuda di sampingnya.

"Gue bilang 10 menit atau gak usah ganti baju!!! " Tegas Axelle tak menerima bantahan.

"Iya iya..." jawabnya sambil pergi keluar dari apartemen.

"Tuhan kenapa gue harus terjebak dengan orang nyebelin kayak dia sih. " gerutunya sambil tetap jalan.

Dengan langkah malas ia keluar dari apartemen Axelle dengan mulut komat kamit menyumpah serapahi pemuda tampan namun nyebelin itu. Menurut Anin.

Selesai berganti baju Anin berangkat bersama Axelle Menuju rumah orang tuanya menggunakan satu mobil yang sama. Selama di perjalan tak ada satu pun yang membuka suara, mereka sibuk dengan pemikiran nya masing masing.

Terlebih saat mereka tiba di depan mansion orang tua Axelle di sana sudah ada mobil yang sangat Anin kenali, yaitu mobil orang tuanya. Perasaan nya makin tak karuan, ia takut jika nanti daddy nya marah akan kelakuannya.

"Ngapain lo bengong di situ? " Tanya Axelle yang melihat Anin tidak bergerak dari tempatnya "Ayo masuk. " Sambungnya.

"Gu-gue_ " Anin terlihat ragu untuk melangkahkan kaki nya.

"Jangan bilang lo takut? Terus mau kabur?, " Axelle memicingkan matanya.

"Ya- engga lah, " Anin mengerucutkan bibirnya "Gue cuma deg-degan aja. "

"Lo fikir gue enggak?, " Axelle menatap gadis cantik di hadapannya "Tapi bagaimana pun kita harus hadapin ini. "

"Ya udah deh. " Ucap Anin lesu.

Setelah berusaha menguatkan dirinya Anin melangkah mengikuti Axelle masuk ke dalam rumah. Walau dengan perasaan harap harap cemas. Apa yang akan orang tuanya lakukan pada mereka berdua sebagai hukuman? Kenapa pagi pagi orang tuanya juga udah ada di kediaman orang tua Axelle?

Ahh.. Anin bahkan tak dapat berfikir apapun saat ini. Fikiran nya seakan bleng. Mungkin jalan yang tepat saat ini ia hanya bisa pasrah apapun yang akan terjadi di dalam nanti.

Tanggung jawab

"Dad, mana bisa gitu, Ax gak ngelakuin apapun sama ni cewek." ucap Axelle lantang.

"Ax duduk! daddy gak pernah ya ngajarin kamu jadi orang yang lari dari tanggung jawab! " bentak Kaisar dengan suara tinggi.

"Tapi dad_ Mom, " Axelle melihat mamanya meminta pembelaan dan Mora hanya menggeleng lemah.

"Dad, Anin gak ngelakuin apapun sama Ax, Anin cuma_" rengek Anin.

"Cuma apa? Cuma tidur sekamar gitu? " sela Dean cepat, sementara Anin menunduk sedih.

"Lagian kalo kalian gak ngelakuin apa apa, kenapa bisa tidur satu kamar tanpa busana? " tanya Kaisar lagi.

"Itu.. Itu.. Ax juga gak tahu dad, lo jelasin donk, kan lo yang salah masuk kamar! " Axelle menunjuk Anin yang duduk di hadapannya.

"Ya gue juga gak inget apa apa, semalam yang gue inget masuk kamar gue, yang mungkin itu kamar lo, lagian salah lo sendiri kamar gak dikunci. " jawab Anin ketus.

"Sudah sudah, pokonya kalian akan segera menikah." Ucap Dean menghentikan bibit pertengkaran di antara Anin dan Axelle.

"Tapi dad, Anin masih sekolah, gimana sekolah Anin? " rengek Anin sambil memegang tangan Dean.

"Harusnya kamu berfikir sebelum melakukan itu, sekarang penyesalan kamu tidak berarti apapun. " jawab Dean tanpa sedikit pun melihat ke arah anaknya.

Anin melihat sang mommy yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan mereka.

"Mom_ "

"Sudah Nin, ikutin aja apa kata Dadd. maaf untuk kali ini mommy gak bisa ngebantuin kamu, karena memang kamu yang salah. " jawab Clara sambil mengusap lengan anaknya lembut.

"Dad, Axelle gak mau nikah sama dia, apalagi dia masih bocah. " Ucap Axelle dengan nada suara yang tinggi.

"Lo fikir gue mau nikah sama lo, gue bukan bocah. " Sahut Anin tak kalah meninggikan suaranya.

"Kalian harus mempertanggung jawab kan perbuatan kalian! " bentak Kaisar menghentikan perdebatan keduanya.

"Kalo kalian tidak macam macam pernikahan ini tidak akan terjadi. " Imbuh Dean.

Axelle dan Anin pun diam dan memilih mendengarkan kedua Daddy yang sudah marah itu.

"Pernikahan kalian akan dilakukan seminggu lagi. " Ungkap Kai.

"What_ " seru mereka berdua.

"Saya setuju pak Kaisar. Dari pada ini anak dua malah semakin membuat kita malu, " jawab Dean menyetujui ucapan Kaisar.

"Iya pak Dean, biar istri kita yang mengurus pernikahan mereka berdua. " imbuh Kai lagi dan Dean mengangguk setuju begitu pun istri mereka.

"Dad, Anin akan menikah dengan Ax tapi ada syarat nya, " ucap Anin dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Apa syaratnya? " tanya Dean sambil melihat anak gadisnya.

"Boleh gak kalo nikahnya hanya sekedar akad dan pernikahannya untuk sementara disembunyikan. Karena Anin masih ingin sekolah dengan nyaman. "

Sebenarnya Dean dan Kai sebelum mereka berdua sampai di rumah sudah membahas pernikahan kedua anaknya tersebut dan sudah berencana menyembunyikan pernikahan mereka untuk sementara waktu.

Mereka sebenarnya kecewa pada kelakuan anaknya tapi tak dipungkiri ada rasa bahagia juga karena akan ber besan dengan rekan bisnis sekaligus temannya itu. Terselip ide jahil di otak Kai saat mendengar ucapan Anin barusan.

"Kenapa harus disembunyikan Nin? bukankah akan lebih bagus jika semua orang tahu kalo kalian sudah menikah? " jawab Kai sambil menatap Anin.

"Tapi om, Anin malu masih sekolah sudah menikah. " Anin menundukkan kepalanya.

"Loh lebih malu lagi kalo nanti tiba tiba kamu hamil dan tidak ada yang tahu bahwa kamu sudah menikah, " Ucap Dean dengan nada sedikit menggoda.

"Anin gak bakal hamil kok, orang Axelle gak ngapa ngapain Anin, " jawab Axelle cepat.

"Masa! Terus tadi pagi om lihat kalian bangun tidur tanpa baju. " Sahut Aldo tiba tiba yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan tersebut.

"Om, Ax bangun masih pake celana. Anin juga pake baju kok, lagian om tahu dari mana sih kalo ada cewek di apart Ax? " tanya Axelle pelan. Sebenarnya tanpa di tanya pun Axelle tau jawabannya.

"Om tahu semua tentang anak anak om. " Jawab Aldo singkat.

Axelle menghela napas pelan memang orang kepercayaan daddy-nya yang sudah dianggap pamannya sendiri itu selalu tahu apa yang ia lakukan di luaran.

"Jadi gimana nih pernikahannya?, masih tetap mau disembunyikan? " tanya Kai.

"Iya dad, om. " jawan mereka berdua.

"baiklah, tapi selebihnya biar kita yang urus, tidak ada syarat syarat lagi oke! "

"Iya dad. "

Selesai dengan kedua perbincangan yang penuh drama itu. Anin beserta orang tuanya pamit pulang dengan tanggal dan hari pernikahan sudah di sepakati ke dua keluarga itu.

Anin yang tidak lagi di perbolehkan pulang ke apartemen nya kini hanya bisa pasrah pulang ke mansion orang tuanya. Sampai hari pernikahan mereka tiba baru Anin akan ikut Axelle kembali ke apartemen.

Sesampainya di rumah Anin lebih dulu turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia sangat kesal dengan keputusan orang tuanya walau ia juga sadar di sini dirinya lah yang seharusnya di salahkan.

Clara menatap kepergian putrinya dengan perasaan sedih.

"Kenapa sayank? " Tanya Dean seraya melingkar kan tanganya di bahu sang istri.

"Dad, apa kita tidak keterlaluan sama Anin? " Balik Clara bertanya tanpa melihat suaminya.

"Tentu tidak sayank. Anin juga pasti tau apa kosekuensi atas perbuatan nya. "

"Ya aku tau. Tapi aku takut kalau nanti rumah tangga nya tidak akan_"

"Sstt_ " Dean meletakan telunjuknya di bibir Clara, "kamu jangan ngomong yang tidak tidak dong. Sebagai orang tua lebih baik kita mendoakan yang terbaik untuk mereka. "

Clara mengangguk, ia menghembuskan nafas pelan kemudian tersenyum pada suaminya.

Di kamar

Anin yang masih termenung di atas tempat tidurnya. Matanya menatap kosong pada langit langit kamar yang berwarna putih polos itu. Ia masih memikirkan kejadian semalam bagaimana dirinya sampai berakhir di kamar Axelle.

"Kenapa gue bisa ada di kamar dia sih?. " Gumam Anin.

"Kenapa gue gak inget sama sekali. " Ia memukul mukul kepalanya dengan tangan kanannya.

"Oh atau jangan jangan_" ia bangkit merubah posisinya menjadi duduk.

"Ini kerjaan si laki laki nyebelin itu? Ah iya pasti ini kerjaan nya dia yang sengaja menjebak gue."

"Aahh.. Gue gak mau nikah sama dia?" Anin kembali menghempaskan badannya "Gue kan gak cinta sama si_" Anin menghentikan ucapannya.

"Si_ siapa ya tadi namanya? Tuh kan namanya aja gue gak tau gimana bisa gue nikah sama dia? "

"Gak ke bayang gue harus hidup dengan laki laki nyebelin kayak dia. " Anin bergidik ngeri membayangkan nya saja rasa nya ia tidak mau apalagi menjalaninya.

"Aarrgggghhh.. mommy daddy Anin gak mau nikah sama dia! "

Anin menutup wajahnya dengan bantal agar teriakan nya tak terdengar semua orang yang berada di rumahnya.

Bisa Mati

"Nih kamar lo, disebelah kamar gue. Lo jangan ganggu privasi gue karena pernikahan kita hanya sebuah kesalahan jadi mulai_" Axelle menunjukan kamar buat Anin.

Setelah akad nikah kemarin mereka kini tinggal di apart Axelle.

"Faham gue gak usah lo ingetin terus, lagian kalo bukan terpaksa ogah banget gue tinggal sama lo. " Gerutu Anin sambil masuk ke kamar meninggalkan Axelle yang masih terus mengoceh.

"Oi bocah gue belum kelar ngomong! " seru Axelle kesal karena ucapannya tidak didengar oleh Anin.

"Bodo amat gue cape mau tidur. " Teriak Anin dari dalam kamar.

Sore harinya Anin terbangun sambil mengusap perutnya karena keroncongan sejak dia sampai ke apart perutnya belum di isi apapun. Dia membuka kulkas dan isinya cuma telor sebutir dan beberapa air mineral.

"Tuhan, gue bisa mati kalo kayak gini. Ni orang makan nya apa sih? kulkas aja kosong melompong kayak gini. " Gerutu Anin kesal karena tak mendapat satu pun sesuatu yang bisa di makan saat ini.

Anin mengambil dompetnya kemudian berjalan keluar apart ingin ke minimarket untuk membeli makanan, yang tidak jauh dari apartemen nya saat ini . Ya se enggak nya dari pada dia kelaparan dia akan membeli apa saja untuk mengganjal perutnya dan ia juga yakin kalo pemuda yang saat ini sudah ber setatus suaminya pun pasti lapar. Mengingat terakhir mereka makan adalah tadi pagi di rumah orang tuanya.

****

"Woi bocah bangun lo! Masak gue laper. " Axelle mengetuk pintu kamar Anin kasar.

"Bocah. Kebo banget lo tidur. " Axelle membuka pintu kamar Anin tapi tidak menemukan penghuninya kemudian dia mencari Anin ke kamar mandi sampai ke dapur tapi tidak kunjung menemukan Anin.

Axelle mulai panik. Jangan jangan tuh bocah kabur? bisa habis gue dimarahin bokap. Gumamnya dalam hati.

Dia lari keluar apart bahkan sampai lantai bawah pun dia tidak kunjung menemukan Anin namun saat di parkiran Axelle melihat seorang gadis yang sedang menenteng plastik belanjaan ditangannya.

"Dari mana lo? " tanya Axelle saat Anin sudah berada di hadapannya.

Anin hanya menengok kemudian berjalan kembali masuk kedalam apartemen.

"Aish. Kebiasaan banget gak pernah dengerin kalo orang ngomong. " Gerutu Axelle sambil mengikuti Anin.

****

Anin mengeluarkan satu persatu belanjaannya di atas meja pantry.

"Dari mana lo? " Axelle mengulangi pertanyaannya

"Lo gak lihat gue abis belanja? Nih rumah gk ada isinya sama sekali. Gue bisa mati kelaparan. " Jawab Anin ketus.

"Ya gue kan belum sempet belanja kan kita sibuk kemaren. "

Anin diam saja tak merespon ucapan Axelle karena dia sudah kelaparan dia memilih memasak mie instan yang barusan dia beli, tidak lama mie rebus ala Anin pun siap di sajikan dia memberikan satu mangkok ke hadapan Axelle.

Axelle menatap mangkok mie dihadapannya

"Kenapa lo gak suka ya udah gak usah di makan. " Ucap Anin sambil fokus makan mie dihadapannya.

"Lo cuma bisa masak mie doank? " Axelle melihat mie di hadapannya bergantian dengan gadis yang masih fokus pada mie nya.

"Kalo lo gak mau makan ya tinggal buang gampang kan, udah untung gue masakin bukannya makasih malah komentar. Lo fikir gue mau makan ini terus? kalo engga karena terpaksa gue juga ogah. " ucap Anin dengan nada suara tinggi.

Axelle diam mencerna ucapan Anin. Kemudian dia memakan mie tersebut setelah berdebat dengan Anin.

"Selesai ini kita belanja. " Axelle meletakan mangkok dihadapan Anin yang sedang mencuci piring kotor

Anin melirik Axelle sekilas kemudian dia melanjutkan pekerjaannya.

Axelle berbalik "lain kali kalo mau keluar jangan pake baju kayak gitu! "

"Dasar rese, nyebelin, laki laki kasar gak punya perasaan, se enak aja ngatur ngatur emang kenapa sama baju gue? " gumam Anin.

"Gue denger Anindira. Jangan ngumpat dibelakang gue lo! " seru Axelle dari ruang tv.

Setelah selesai dengan pekerjaannya di dapur. Anin mengganti baju nya sesuai ucapan Axelle tadi mereka akan berbelanja untuk kebutuhan mereka.

Axelle mengikuti Anin di belakangnya sambil mendorong troli yang sudah terisi beberapa jenis makanan dan keperluan mereka. Ia tidak menyangka hidup nya akan tiba tiba berakhir seperti ini. Padahal ia tidak pernah membayangkan sedikit pun untuk menemani perempuan berbelanja seperti ini.

Jika Mommy nya aja minta di antar untuk belanja bulanan dirinya selalu menolak, dengan alasan membosankan menemani cewek belanja, pasti lama.

Anin mengambil kebutuhan untuk mereka berdua dari mulai sabun sabunan, kebutuhan dapur dan kebutuhan peribadinya. Beruntung Anin yang sudah terbiasa hidup mandiri sudah terbiasa melakukan hal ini. Apa lagi Anin sempat beberapa kali menemani sang mommy berbelanja seperti ini.

Terlahir dari keluarga kaya tak membuat nya sombong, ia sudah di biasakan dari kecil belajar mandiri dan tidak mengandalkan orang lain. Walau pelayan di rumahnya sangat banyak tapi jika ia bisa melakukannya sendiri kenapa tidak?

Berbeda dengan Axelle walau ia tinggal terpisah dari orang tuanya tapi pemuda itu tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Mungkin karena dirinya adalah anak tunggal jadi ia merasa di manja oleh kedua orang tuanya.

"Lo bener masih SMA? " tanya Axelle sambil tetap mengekori Anin.

"Hm. " Jawab Anin malas. Tangannya sibuk memilih sayur dan buah buahan.

"Tapi gue lihat lo udah lihai banget belanja kayak gini? " Axelle ikut mengambil beberapa buah dan memasukannya ke dalam troli.

"Itu karena gue mandiri enggak kayak lo. ini. Ak mami. " Cibir Anin yang kemudian melangkah menuju tempat makanan ringan.

"Dih gue bukan anak mami ya. " Axelle merasa tidak terima dengan perkataan Anin barusan.

"Terus kalo bukan anak mami apa dong? Anak manja? " Anin menaikan kedua alisnya.

"Sembarangan aja lo ngomong. " Axelle mengambil snak yang di masukan Anin kedalam teroli "Makanan kayak gini tuh gak sehat. "

"Bodo amat. Yang makan juga gue. " Anin kembali snak yang tadi di ambil Axelle dan menaruh kembali ke dalan teroli.

"Tapi gue sekarang suami lo, gue berhak mengatur apa saja tentang lo! " menatap Anin.

"Suami gue? " Anin memicingkan matanya "Lagian tadi lo sendiri yang bilang gak usah ikut campur urusan pribadi lo. Nah ini lo apa nama nya kalo bukan ikut campur? "

"Gue cuma gak mau lo sakit Anindira. "

"Gak usah sok perduli deh lo. " Anin meninggalkan Axelle tak lama ia berbalik "Buruan bayar! "

"Tadi marah marah sekarang main perintah aja. Sial emang hidup gue. Kenapa gue mau aja sih jadi babu nya dia. " Gumam Axelle setengah menggerutu ia berjalan menuju kasir dengan malas ia mengantri diantara pembeli lainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!