NovelToon NovelToon

Cinta Sendiri

Awal Pertemuan

"Paa!" terima Hotmaida setelah selesai menerima panggilan di ponselnya.

"Papaaaa!" teriaknya lagi sambil berjalan mencari suaminya di rumah besar itu.

"Ada apa sih, Ma?" tanya Gita yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar suara sang mama yang ribut.

"Abang, Gita! Abang kritis!" jawab sang mama panik.

"Mama pesen tiket pesawat dulu, Gita cari Papa!" saran Gita sambil berjalan ke sisi kanan rumah.

Hotmaida langsung membuka sebuah aplikasi di HP-nya untuk memesan tiket pesawat tujuan Yogyakarta. Sementara Gita mencari keberadaan sang papa saat ini.

"Papa!" teriak Gita saat melihat sang ayah berdiri di dekat timbangan saat ini ada petani sawit yang menjual sawitnya.

"Papa dicari Mama! Penting katanya." kata Gita begitu berdiri di dekat ayahnya.

"Kau lihat sendiri 'kan Papa sedang apa?" Candra menjawab anaknya dengan pertanyaan.

"Tapi ini penting, Pa!" kata Gita sambil menghentakkan kakinya.

"Ini lebih penting, Anggita Nur Anggraini!" jawab Candra sang ayah.

"Penting mana sama nyawa seseorang?" tanya Gita dengan berani.

"Ini juga menyangkut nyawa! Kau makan dari sini, Kau beli pakaian, Kau sekolah, Kau..."

"Uang! Uang terus dalam pikiran Papa! Papa itu egois tahu nggak?" teriak Gita dengan mata berkaca-kaca.

"Lae, Kau urus ini! Jangan sampai salah kerah!" teriak Candra pada anggotanya.

(Lae \= panggilan untuk laki-laki. Kerah \= hitung.)

"Siap, Bos!" jawab pemuda itu.

"Sebenarnya kenapa Kau ini? Tiba-tiba marah nggak jelas, sekarang nangis. Kau kenapa, hmm?" tanya Candra pada anak gadisnya.

"Abang sakit, Pa! Kritis. Huwaaaa!" jawab Gita dengan meraung.

"Ck, anak itu lagi!" gumam Candra kesal.

"Siapa yang bilang kalau Abang Kau itu sakit?" tanya Candra.

"Mama! Sekarang sedang berkemas mau berangkat ke Yogya." jawab Gita masih menangis.

Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke rumah untuk menemui Hotmaida. Kabar buruk tadi pertama kali diterima oleh ibunda Rendy, jika Rendy kembali kritis. (Untuk lebih jelasnya baca Sepenggal Kisah Ary, cerita ini berawal dari sana.)

"Kata Gita, Rendy sakit. Betulkah itu?" tanya Candra begitu bertemu dengan istrinya di ruang keluarga.

"Tadi ada kawan Abang yang telepon Mama, katanya Abang koma sudah dua hari," jawab sang istri sambil sesenggukan karena menangis sejak tadi.

"Ada apa ini? Heh, Hotma kenapa pula Kau menangis?" tanya Norma, ibu Hotmaida.

"Ini Mak, pahopu Mamak sakit katanya!" jawab Hotma masih terisak. (Pahopu \= cucu)

"Sudah! Tunggu apalagi? Kalian pergi sana, Aku jaga rumah saja! Kalau ada orang hendak menimbang ada Mamak di sini." kata nenek Gita memberi solusi.

"Baiklah kalau begitu, Kami bersiap sekarang!" jawab Candra pada sang ibu mertua.

Mereka begitu panik mendengar kabar sakitnya penerus keluarga, Renaldy Pratama, biasa dipanggil Rendy. Selama ini Rendy memilih tinggal terpisah dari keluarganya yang mendewakan uang. Rendy lebih dekat pada adik dan neneknya dari pada orang tuanya.

*

*

*

"Wow! Kota Yogya ternyata keren ya, Ma?" ucap Gita terkagum-kagum melihat pemandangan sepanjang perjalanan dari bandara ke rumah kakaknya.

Mereka baru saja keluar dari bandara Adi Sucipto Yogyakarta, setelah dua jam perjalanan di udara. Penerbangan mereka kali ini tanpa delay sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai di Yogya.

"Iya! Salah sendiri, setiap Mama ajak ke sini Kau tak pernah mau. Nyesel 'kan, kenapa nggak dari dulu ikut Mama tengok Abang?" jawab Hotma mencibir.

"Kan Gita belum tahu kek mana tempatnya, makanya Gita nggak mau. Kalau sudah tahu kek gini pasti Gita sering ke sini tengokin Abang, hehehe!" kata Gita nyengir lebar karena malu.

Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit tempat Rendy dirawat. Mereka disambut oleh Brandon. Salah satu teman Rendy, berbadan tinggi tegap, tampak lebih dewasa dibandingkan dengan Rendy.

Gita yang baru pertama kali melihatnya langsung tercengang. Baru kali ini dia melihat pria berwajah blasteran secara langsung. Brandon keturunan Belanda - Surabaya. Wajah tampan Brandon membuat air liur Gita serta merta ingin menetes.

"Nak Brandon, terima kasih sudah mau menjaga Rendy selama ini. Kami tidak bisa membalas kebaikan Nak Brandon selama ini. Sekali lagi terima kasih!" ucap Hotma dengan mata berkaca-kaca.

"Iya, Ma! Mama tidak usah sungkan sama Saya. Kami bertiga sudah seperti satu kesatuan, sudah menjadi tugas kami saling menjaga dan membantu jika ada salah satu dari kami yang terkena musibah." jawab Brandon dengan senyum manisnya.

Gita, anak remaja berusia 16 tahun itu ingin sekali berkenalan dengan sahabat sang kakak. Oleh karena itu dia berulangkali menarik baju ibunya. Sang ibu pun seolah mendengar jeritan anak gadisnya.

"Oh iya, Nak Brandon kenalkan ini Papa Rendy dan ini adik kesayangan Rendy." kata Hotma memperkenalkan suami dan anaknya pada Brandon.

"Candra!" ucap Candra sambil menerima uluran tangan dari Brandon, Brandon mencium punggung tangannya dengan takjim.

"Gita!" ucap Gita dengan malu-malu tapi mau.

Ganteng banget!

"Mata kau kalau lihat jantan macam lihat rendang! Tidak boleh lepas." cibir mama Hotma.

"Ishh, Mama! Merusak kesenangan anak saja."

"Ingat umur, Boru! Kau itu masih anak-anak, pantasnya kau itu belajar yang rajin. Bukan jelalatan cari jantan!" omel mama Hotma sembari berjalan menuju mobil Brandon.

"Ada apa sih, Ma?"

"Tanya saja sama anak Papa itu!"

"Kok jadi Gita yang salah sih?" potong Gita kesal.

"Mama reseh deh, Gita 'kan cuma lihatin Abang itu aja gak boleh." protes Gita sambil menghentakkan kakinya.

"Lihatin lawan jenis terlalu lama itu dosa, Boru! Apalagi sampai kek orang laper lihat makanan. Dosa besar!" jelas mama Hotma.

Dia tidak mau anaknya terjerumus dalam pergaulan bebas, memandangi laki-laki hingga keluar syahwat.

"Iya deh, iya. Gita tutup mata aja deh. Biar gak lihat lagi." rajuk Gita.

"Hahaha... kalau jalan mata tutup yang ada nabrak tiang kau nanti!" ejek mama Hotma.

"Terus aja, terus! Seneng bener menganiaya anaknya."

"Sudah! Kalian berdua ini, selalu saja ribut." pisah pak Chandra.

Menjaga Abang

Brandon pamit pada orang tua Rendy karena mereka sudah datang. Brandon ingin istirahat kemudian mengurus usaha yang dirintis Rendy. Saat ini masih Rommy sendiri yang menghandle selama Brandon menjaga Rendy di rumah sakit.

"Ma, Brandon pamit! Besok pagi harus ngecek barang yang hendak dikirim ke konsumen. Kasihan Rommy kalau dia sendiri yang kerja." ucap Brandon pada Hotma, memberikan alasan agar diberi ijin pulang.

"Baiklah! Kami sudah datang, sekarang giliran kami yang menjaga. Kamu hati-hati di jalan ya hari sudah malam!" jawab Hotma.

Candra, sang ayah sudah mendengkur di bed untuk penunggu pasien. Sedangkan Gita sedang memperhatikan wajah Brandon sejak tadi, sehingga membuat Brandon salah tingkah dan akhirnya pamitan.

"Abang mau kemana?" tanya Gita tiba-tiba saat Brandon memegang handle pintu hendak keluar.

"Saya mau pulang istirahat! Ada yang bisa saya bantu?" jawab Brandon sambil menautkan kedua alisnya.

"Bisa antar Gita ke rumah, tak? Gita nggak bisa tidur di sini." tanya Gita dengan malu-malu, dia berdiri dengan badan berayun ke kanan dan kiri.

"Gita, jangan merepotkan Nak Brandon! Dia sudah capek menjaga Abangmu, jangan Kau ganggu Brandon lagi!" kata Hotma memperingati Gita.

"Tapi Ma..."

"Nggak ada kata tapi!" sela Hotma tegas.

"Nggak apa-apa kok, Ma! Ayo Gita!" Brandon pun menengahi perdebatan antara ibu dan anak itu.

Gita pun langsung semangat membereskan barang bawaannya, kemudian berlari ke arah Brandon sambil menggendong ranselnya.

"Gita pamit, Ma! Nanti bilang ke Papa ya kalau Gita ke rumah Abang!" ucap Gita sambil berlari.

"Gitaaaa!" suara mama Hotma menggelegar melihat tingkah anak gadisnya.

Pak Candra yang sedang terlelap pun terbangun mendengar suara istrinya yang seperti petir menyambar.

"Kenapa sih Ma?" tanya Candra sambil mengucek matanya.

"Itu anak kesayangan Papa kurang ajar!" dengkus mama Hotma.

"Kurang ajar gimana? Hoam..." tanya papa Candra.

"Dia pulang ke rumah minta diantar Nak Brandon, padahal anak itu sudah cepek kali kutengok. Dasar Gita!" jawab Hotma sambil bersungut-sungut karena kesal.

"Biarin aja! Cocok kok jadi bebere kita!" ucap pak Candra sambil berjalan menuju kamar mandi.

(Bebere \= menantu laki-laki, Parumain \= menantu perempuan)

"Hah?" Hotma terkejut mendengar jawaban absurd suaminya.

"Kenapa sampai ke bebere? Mimpi apa Abah tadi?" monolog Hotma bingung dengan kata-kata suaminya tadi.

*

*

*

"Abang sudah lama kenal abangku?" tanya Gita tiba-tiba, dia ingin mencairkan suasana di mobil yang seperti tak berpenghuni.

"Lumayan!" jawab Brandon singkat.

"Hmm, Abangku nyusahin nggak selama berteman ma Bang Brandon?" tanya Gita lagi sambil merubah posisi duduknya menjadi menghadap ke arah Brandon.

"Nyusahin sih nggak ya, dia lebih banyak ngebantu dari pada nyusahin."

"Bang Rendy dari dulu sebenarnya orangnya baik, hanya saja keras kepala! Jadi Mama sama Papa kesal, bukan nggak sayang Abang tapi Abang mikirnya mereka nggak sayang Abang." Gita menjelaskan kenapa kedua orang tuanya seolah tidak peduli pada kakaknya.

"Hmm!" ucap Brandon sambil menganggukkan kepalanya.

Kembali hening karena Brandon lebih banyak diam membuat Gita takut untuk mengajak Brandon ngobrol. Hingga sampai di depan rumah Rendy mereka tetap diam membisu.

"Sudah sampai! Aku langsung jalan aja ya?" kata Brandon pada Gita.

"Hah?" Gita terkejut karena Gita belum pernah menginjakkan kakinya di rumah itu.

"Aku belum pernah ke sini, Bang! Belum kenal juga sama yang jaga rumah." kata Gita akhirnya sambil menunduk takut.

"Oh, Aku kira Kamu sudah pernah ke sini. Ya udah, ayo!" jawab Brandon sambil membuka pintu mobil dan turun.

Brandon berjalan terlebih dahulu agar Gita merasa dilindungi. Brandon memencet bel yang ada di sisi kanan pintu utama. Rumah besar itu tidak memiliki pintu pagar karena sudah terjamin keamanannya.

Tak berapa lama setelah suara bel berbunyi, terdengar suara seseorang memutar kunci dan tak lama kemudian pintu terbuka.

"Oh, Mas Brandon! Ada apa ya Mas, malam-malam ke sini? Apa baju Mas Rendy kurang atau ada barang lainnya yang dibutuhkan Mas Rendy?" cerocos Minten sang asisten rumah tangga.

"Bukan!" jawab Brandon kesal diberondong pertanyaan oleh Minten.

"Terus apa dong?" tanya Minten genit.

"Ini, adiknya Rendy! Baru datang dari Medan tadi sore. Kamu siapkan kamarnya, kamu layani semua keperluan dia!" perintah Brandon sambil memperkenalkan Gita.

"Owalaaahhh, adike Mas Rendy? Ayu tenan ya Mas!" celetuk Minten cengengesan.

"Wis! Aku pamit," kata Brandon sambil berbalik badan.

"Nggak nginep sini, Mas?" tanya Minten lagi.

"Ora!"

"Buahahaha!" Gita tertawa terbahak-bahak melihat interaksi antara Brandon dengan asisten rumah tangga di rumah abangnya.

"Awas Non, nyamuk masuk mulut!" kata Minten santai.

Gita refleks langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Betapa jengkelnya Gita kena kerjain art centil itu.

"Awas Kau! Tengok nanti, aku balas Kau!"

Do'akan Saja

Pagi harinya setelah selesai mandi dan sarapan, Gita duduk santai di teras belakang menikmati taman yang tak seberapa luas. Di taman itu terdapat kolam ikan dengan air mancur yang menempel pada dinding, kesannya seperti air mancur di pegunungan.

"Bik, kalau ke rumah sakit biasanya naik apa?" tanya Gita pada Minten yang sedang membersihkan taman dan kolam bergantian.

"Bisa naik becak atau naik bus, Non. Non Gita mau ke rumah sakit?" jawab Minten balik bertanya.

"Iya, Bik! Suntuk di rumah aja, nggak ada kawan." jawab Gita sambil berjalan mendekati kolam ikan.

"Yah, si Non! 'Kan Arum di rumah aja gak kemana-mana." kata Minten keheranan melihat nona mudanya.

"Arum siapa, Bik?" tanya Gita berjalan mendekati Minten.

"Arum ya saya, Non. Nama lengkap saya Ruminten. Ada yang manggil Rum, ada juga yang panggil Minten. Kalau saya pribadi lebih suka dipanggil Arum. Begitu Non." jawab Ruminten dengan logat Jawa yang kental.

"Oh, kirain ada lagi art di sini selain Bibi," ucap Gita dengan bibir membulat sehingga pipinya menggembung lucu.

Brandon yang sejak tadi berdiri bersandar di gawang pintu tertawa mendengar kata-kata Ruminten barusan.

"Hahaha... nama Minten aja kok diganti jadi Arum. Sok keren Lo!" cibir Brandon tertawa terbahak-bahak.

"Mas Brandon ini sirik amat jadi orang. Arum 'kan lebih bagus dari pada Minten. Nama saya 'kan ada kata Rum-nya jadi wajar dong kalau saya mau dipanggil Arum!" jawab Ruminten kesal.

"Bukan sirik Minten! Lucu aja kalau Lo pakai nama Arum. Nggak cocok sama kelakuan! Hahaha..." jawab Brandon sambil mengibaskan tangannya ke udara sambil terus tertawa.

Gita yang melihat tawa lepas Brandon, diam-diam mengabadikannya melalui ponsel yang dipegangnya. Gita benar-benar terpesona dengan wajah dan sikap Brandon. Walaupun dingin tapi mau bergaul dengan pembantu.

"Jangan bengong aja! Jadi nggak ke rumah sakit? Sekalian aja kalau mau pergi." tegur Brandon pada Gita yang sedang melamun.

Gita terkejut dengan teguran Brandon. Tadi dia setelah mengambil foto Brandon sempat melamunkan lelaki yang menjadi sahabat dekat kakaknya itu.

"Eh, i-iya Bang. Gita mau ke rumah sakit aja, soalnya Gita belum tahu daerah sini," jawab Gita begitu tersadar dari lamunannya.

"Gita ganti baju dulu kalau gitu," sambungnya kemudian berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Brandon menunggu Gita di teras. Dia duduk sambil mengecek berkas yang baru saja diambilnya dari ruang kerja di rumah Rendy. Brandon dan Rommy bebas keluar masuk rumah ini karena pekerjaan yang membutuhkan gerak cepat.

"Gita sudah siap, Bang! Kita berangkat sekarang atau nanti?" ucap Gita berdiri di samping kursi yang diduduki Brandon.

"Ok! Nggak ada yang ketinggalan 'kan?" tanya Brandon memastikan sebelum berangkat.

"Nggak ada, Bang. Semua sudah masuk tas." jawab Gita sambil menepuk tas selempangnya.

Brandon pun berdiri dan berjalan menuju ke mobil. Brandon sengaja membawa mobil agar lebih aman karena dia tidak suka dekat dengan cewek. Dia lebih suka berinteraksi dengan sesama lelaki dibanding dengan lawan jenis.

Brandon melakukan mobilnya setelah Gita memasang sabuk pengaman. Sepanjang perjalanan mereka diam seribu bahasa, tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Gita membuang rasa jenuhnya dengan melihat ke jalanan.

Tak lama kemudian mereka sampai juga di rumah sakit tempat Rendy dirawat. Brandon tidak ikut turun, dia langsung melanjutkan perjalanan ke kantornya setelah Gita turun di depan lobi.

"Huh! Bikin penasaran aja si Abang, ganteng-ganteng kulkas. Brrr... dingin!" gerutu Gita pelan.

"Aku malah semakin tertantang buat naklukin si Abang ganteng. Semangat Gita, kamu pasti bisa!" ucap Gita pelan dengan kedua tangan mengepal.

Langkah Gita terhenti saat melihat kedua orang tuanya duduk di depan kamar ruang rawat inap. Mereka sudah menyiapkan kamar rawat inap untuk Rendy padahal masih menempati ruang ICU.

"Kok Mama sama Papa duduk di luar?" tanya Gita begitu sampai di depan kedua orang tuanya.

"Abang!" ucap Hotma sambil menahan isak tangisnya.

"Abang kenapa, Ma?"

"Kondisi Abang menurun!" jawab mama Hotma.

"Sudahlah, kita do'akan saja agar dia cepat sadar dan sembuh!" sahut pak Chandra.

Gita memeluk mamanya yang sesenggukan. Gita menyalurkan kekuatannya agar sang mama lebih tenang.

"Betul apa kata Papa, Ma. Kita do'akan saja semoga Abang lekas siuman. Sembuh dan bisa berkumpul bersama kita lagi." kata Gita membenarkan ucapan sang papa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!