NovelToon NovelToon

The Rebirth Of Ice Emperor

Chapter 1 - Kelahiran Teratai Es

NOTE : (PENTING)

Halo semua, selamat datang di cerita baru saya. Ini pertama kalinya gw menulis cerita bergenre Xianxia jadi mohon dimaklumi jika banyak nama tokoh yang terdengar aneh. Disarankan untuk membaca Journey to Immortality karya Shujinkouron terlebih dahulu karena akan banyak istilah dari sana digunakan, oh iya sekedar info saya sudah meminta izin kepada Kak Ron untuk membuat cerita ini sekitar satu tahun lalu. Terima kasih Senpai! Please Enjoy!

Huawai adalah sebuah benua besar, daratannya begitu luas yang diatasnya berdiri berbagai Kerajaan dan Negara. Sedang terjadi krisis besar mengerikan melanda seluruh wilayah, hingga manusia mulai berkumpul mencari tempat berlindung.

Ada salah satu Kerajaan besar sudah berdiri selama lebih dari seribu tahun, mereka bisa dibilang merupakan kekuatan terbesar di seluruh Huawai. Suatu ketika, muncul kabar gembira kalau Sang Raja akan memiliki penerus.

Ia dikenal sebagai seorang pemimpin hebat, muda namun bijaksana. Dan tentu sangat dicintai oleh rakyatnya. Menjelang hari kelahiran, nenek peramal tua Kerajaan yang telah bekerja sejak tiga Raja terdahulu datang memberi kabar.

Wanita sepuh tersebut berkata kalau Permaisuri akan melahirkan bayi kembar, hal ini menjadi informasi paling menggembirakan kala itu. Namun euforia langsung menghilang seketika akibat ekspresi muram si peramal.

Raja pun bertanya alasan dia begitu, dengan berat hati nenek tadi bercerita jika dalam mimpinya Permaisuri menggendong matahari hitam dan bulan putih di masing – masing tangannya. Semua langsung tau kalau ini bukanlah pertanda baik.

Anak yang melambangkan matahari hitam bisa membawa bencana pada seluruh Kerajaan, sebelum pamit. Peramal tua itu berpesan, keturunan kerajaan tersebut memiliki perangai berbeda dari bayi biasa.

Semakin cemaslah Raja mendengarnya, saat hari penentuan tiba. Benarlah perkataan si peramal tua, Permaisuri melahirkan sepasang anak kembar laki – laki dan perempuan. Masing – masing memiliki warna rambut putih indah bak salju serta mata sebiru langit.

Air mata gembira Raja berubah menjadi haru waktu menyadari suatu hal, putranya tidak menangis. Ia menatap Sang Ayah penuh perhatian. Sangat berbanding terbalik dengan adik perempuannya yang terus menerus menjerit meminta susu.

Kecewa karena pada akhirnya mempunyai seorang pangeran dalam keluarga namun bersikap janggal, Raja menemui peramal itu lagi. Bertanya harus melakukan apa kepada anak laki – lakinya. Tanpa belas kasihan, si wanita tua berkata jika tak ingin Kerajaan hancur. Maka dia harus mati.

Menangislah Raja sejadi – jadinya, tidak sampai hati membunuh darah dagingnya sendiri. Permaisuri pun demikian, tetapi ia juga memikirkan kepentingan banyak orang dipundak suaminya. Sehari kemudian, pasangan orang tua ini mengucapkan selamat tinggal kepada putra pertama mereka.

Raja meminta sosok kepercayaannya untuk melakukan eksekusi, hari itu anak perempuan yang juga adalah putri kerajaan kelak terus mengeluarkan air mata sejak dipisah dari sang kakak. Ibunya memeluk erat si bayi mungil, mengerti seluruh kesedihannya. Raja lalu memeluk mereka, berjanji akan selalu melindungi kedua wanita paling berharga dalam hidupnya tersebut.

------><------

Seseorang beraura kuat bergerak begitu cepat melewati hutan gelap, melompati pepohonan seakan melawan hukum gravitasi. Sebuah buntalan cokelat kumal dipengganginya erat – erat, seperti tak ingin apapun yang terbungkus disana terkena hembusan angin.

Pria barusan berhenti ketika melihat sekilas kumpulan bunga putih indah, perlahan tapi pasti dia mendekat ke sana. Lalu sangat hati – hati membuka kain bawaanya, terlihatlah anak bayi tampan menatapnya balik penuh tanda tanya.

“Anda baik – baik saja Tuan Muda?” sapanya lembut sembari mengelus pipi anak itu.

“Gwa...haha...gwa” si bayi tertawa dan menggenggam jarinya.

Sosok tersebut menarik napas dalam – dalam, tidak tau harus berbuat apa. Ini merupakan kali pertama dirinya tak mampu menjalankan perintah Raja. Bayi laki – laki dipelukannya masih bersih tanpa dosa, bagaimana mungkin ia dapat mengambil nyawanya?.

Akhirnya karena sekujur tubuh ikut menolak, dia meletakan si bayi di antara bunga – bunga. Bukannya menangis, anak itu tersenyum tulus seolah mengerti atas tindakan yang dilakukan oleh sosok yang menggendongnya barusan.

“Yang Mulia, ampuni saya sebab gagal menjalankan tugas, Tuan Muda....beristirahatlah dengan tenang. Jika takdir berkata lain, kuharap bisa melihatmu tumbuh besar” ujarnya ketir sebelum menghilang layaknya asap.

------><------

“Hmm....pertumbuhan tanaman – tanaman di hutan kian hari makin luar biasa saja”

Laki – laki muda berambut hitam panjang tengah berjongkok di tanah hutan mencabut beberapa tanaman yang mengeluarkan aroma pekat, ketika masih berisul santai. Suara gemersik dedaunan membuatnya menolah sambil mengangkat sebelah alis.

“Kawanan Serigala? Mohon maaf kawan – kawan tapi aku tidak memiliki makan untuk dibagi dengan kalian” katanya lembut memperlihatkan keranjang berisi tanaman.

Kelompok hewan buas itu cuma menatapnya dalam diam, tidak menggeram seperti predator berusaha menyerang mangsa. Sang pria cukup terkejut, karena biasanya binatang – binatang jarang mendekatinya.

Tiba – tiba mereka berbalik dan bergerak gesit menuju kedalaman hutan, munculah kesimpulan sepertinya serigala – serigala tadi berusaha menyampaikan sesuatu. Ketika melakukan langkah pertama, ekspresi si pemuda berubah kaku.

Berbekal satu kali pijakan, dia tiba di sebuah hamparan bunga berwarna putih indah. Ada sekitar dua puluh ekor serigala berdiri di sana seolah menunggu kedatangannya, namun bukan itu yang mencuri perhatian. Melainkan sebuah buntalan kecil kumal di tengah kerumunan hewan – hewan buas ini.

Waktu dirinya berusaha mendekat, para serigala segera menyingkir memberi jalan. Buru – buru dia memungut bungkusan tadi, memeriksa apakah jantungnya masih berdetak. Matanya melebar karena merasakan tekad hidup yang begitu kuat dari anak itu.

Setelah memperbaiki posisi kain kumal, sekarang barulah dia bisa melihat wajah sang bayi. Mata biru indah balik menatapnya, sebab gemas si pemuda mulai bermain – main dengan makhluk mungil dipelukannya.

“Menagapa kau bisa berada di sini. Wahhh.....kau cantik sekali....ups!? Maaf ternyata kau seorang laki – laki rupanya hehehe” gumamnya sembari terkekeh.

Kawanan serigala tadi masih diam menatap mereka berdua, satu hal mengejutkan lainnya yang pria berambut hitam tersebut sadari adalah kalau anak dipelukannya telah berada di tempat ini sekitar satu minggu.

Tanpa ada orang lain di sekitar sana mengurusnya, tentu terdengar janggal. Tetapi ia cukup percaya diri atas penilainnya, saat sedang asyik berpikir. Suara perut keroncongan membuatnya tersadar, si anak memandangnya malu seolah merasa bersalah.

“Ohh!? Maafkan aku. Kau pasti kelaparan, aduh bagaimana ini!? Aku memberinya makan ap—”

AUUU!!!

MOOO!!!

Dari sisi lain pepohonan, keluar seekor lembu betina gemuk disusul oleh sepuluh serigala bergigi tajam. Mereka seakan sengaja menggiring hewan ternak tersebut ke sana, melihat kesempatan emas. Pria tadi cepat – cepat memerah beberapa liter cairan putih sebelum meminumkannya pada si bayi.

Begitu tugasnya selesai, entah mengapa para predator tadi membiarkan sang lembu yang ketakutan meninggalkan lokasi. Seakan memang cuma ingin membiarkan anak laki – laki berambut putih itu merasa kenyang.

“Tidak mungkin....anak ini terlahir dengan tubuh khusus dan....Spirit Root satu elemen?! Bakat praktikmu sangat mengerikan. Kau benar – benar dicintai oleh langit, apa mereka memang sengaja mengirimu untukku ya? Tetapi siapa yang tega membuangmu di sini kawan kecil?”

“Gwaa....gu...hyahaha.....”

“Ah....aku berharap apa kau bisa menjawabnya”

Disanalah baru pemuda tersebut menyadari alasan mengapa bayi itu mampu bertahan selama satu minggu tanpa bantuan siapapun, Dantiannya menyerap Qi. Hutan tempat mereka sekarang memang terkenal memiliki kandungan Qi cukup padat.

Dengan kata lain si anak berambut putih ditangannya telah menjadi Cultivator Forging Qi tingkat 1 bahkan sebelum bisa bicara dan memakai manual praktik secara tak langsung, setelah melakukan pemeriksaan sekali lagi. Ternyata seluruh titik meridian pada tubuhnya terbuka.

“Pantas saja kau mampu menyerap Qi begitu baik bahkan tanpa sadar, aduh jika begini aku semakin yakin harus membawamu. Kau tidak boleh mati di sini”

Sang pria kemudian bangkit, memberikan anggukan kecil kepada serigala – serigala tadi. Si bocah laki – laki menggeliat dalam selimutnya berusaha melihat binatang – binatang barusan, tangan mungilnya mengelus kepala mereka dan dibalas dengan jilatan lembut.

Kawanan binatang itu lalu segera pergi meninggalkan kedua pasangan manusia aneh tersebut di sana, pemuda berambut hitam menatap dalam - dalam wajah sang bayi sekali lagi. “Kau harus memiliki sebuah nama, umm....apa ya—Ah!? Aku tau! Bing Lian, sama seperti bunga – bunga ini. Yahh....walau terdengar agak feminim sih tapi tidak apa bukan?”.

“Gagagaga”

“Hehehe senang kau menyukainya, ayo kita pulang. Lian’er”

Chapter 2 - Langkah Awal

“Ayah! Ayah!? Lihat apa yang kubawa!”

“Lian’er? Kau sebaiknya jangan berlarian seperti—WAA!? Buang jauh – jauh kalajengking beracun itu dari tanganmu!?” pria berambut hitam berteriak panik.

“Eh? Kenapa?”

“Berhenti bertanya dan lakukan! Mengapa kau selalu membawa binatang – binatang aneh pulang ke rumah sih?”

“Tapi mereka menghampiriku” jawab si anak polos.

Mao Peng menghela napas melihat perilaku bocah dihadapannya, sudah tiga tahun berlalu sejak ia memutuskan membawa Bing Lian pulang dan merawatnya seperti putra sendiri. Dia tumbuh menjadi sosok mempesona serta menarik akibat rambut putih indah panjang miliknya.

Lian selalu diceritakan mengenai kisah dirinya ketika ditemukan oleh Mao Peng di Abyysal Forest sebelum tidur, Mao Peng memang selalu berusaha menegaskan kepadanya kalau ia bukan orang tua kandung Lian. Namun sepertinya anak tersebut tidak terlalu perduli.

Hal terpenting dalam hidupnya sekarang bisa hidup bersama Ayah angkat yang baik pada sebuah rumah kuno besar tak terlalu jauh dari lokasi dia ditemukan. Bing Lian menunjukan kecerdasan luar biasa bahkan ketika masih berumur belia.

Semua ilmu pemberian Mao Peng diserapnya dengan begitu cepat, hingga pria itu bingung harus mengajarkan apa lagi kepadanya. Untunglah Mao Peng memiliki cukup banyak koleksi buku, jadi walaupun tak memiliki teman sebaya untuk bermain. Lian menghabiskan waktu bersama kumpulan lembaran kertas ini.

Sampai suatu hari Bing Lian menemukan catatan mengenai kultivasi lalu menanyakan maksudnya kepada Mao Peng, disitulah Ayah angkatnya menceritakan tentang orang – orang hebat yang mampu meyimpan energi berama Qi di dalam Dantian mereka dan berhasil melakukan hal – hal spektakuler seperti terbang, memanggil guntur maupun hujan, serta bahkan menghancurkan gunung menggunakan satu hantaman telapak tangan.

Awalnya Lian terpukau mendengar penjelasan tersebut karena belum pernah melihat kejadian macam begitu, imajinasinya sebagai anak kecil bertambah luas. Tapi sewaktu Mao Peng memberitahukan para Cultivator mempunyai umur panjang, nampak keraguan pada wajah Lian.

“Aku tidak mengerti alasan orang mau berumur panjang”

“Hmm? Tentu supaya bisa selalu menikmati hidup bersama keluarga”

“Tapi....semua akhirnya akan mati Ayah, untuk apa memperpanjang umur jika jelas – jelas kau tak sanggup melawan kehendak langit?”

Mao Peng tertawa sembari mengusap kepala anak angkatnya, dia kagum atas dalamnya pemikiran Lian. Mao Peng memberitahu kalau dunia sangatlah luas, banyak hal unik nan menarik di luar sana yang bahkan tidak mungkin terbayang dalam benak Bing Lian.

Ada beberapa manusia biasa menganggap kalau Cultivator adalah Dewa sebab kemampuannya, tetapi mereka salah. Para jagoan tersebut tetaplah makhluk yang menerima naungan langit, setinggi apapun praktiknya ajal pasti menjemput.

“Lian’er, Cultivator juga bertarung demi melindungi banyak nyawa tak bersalah”

“Sungguh? Seperti pahlawan – pahlawan dalam cerita?!”

“Huum”

“Ahh....kalau seperti itu aku juga mau menjadi seorang Cultivator, apa menurut Ayah aku dapat melakukannya?”

“Jika aku mampu, mengapa pula kau tidak?”

Bing Lian mulai melakukan praktik kultivasi dibawah bimbingan Mao Peng saat berumur tiga setengah tahun. Karena sejak bayi telah dapat menyerap Qi, Mao Peng hanya memberikan Manual Praktik kepada Lian.

Ketika genap berumur lima tahun, anak tersebut sudah menembus Forging Qi tingkat 4. Kecepatan yang sangat luar biasa menurut Mao Peng, namun sayang latihan mereka harus berhenti. Mao Peng memberikan sebuah cincin berukiran indah dan pedang kayu pahatan sendiri.

Salah satu benda tadi bernama Spatial Ring, sebuah alat ajaib dengan kemampuan sihir ruang waktu sehingga dapat menyimpan banyak barang di dalamnya. Mao Peng menjadikannya sebagai hadiah kenaikan tingkat bagi Lian.

“Lian’er sudah tak ada yang bisa kuajarkan padamu, jika ingin terus berekembang. Kau harus berkelana sendiri tuk menjadi kuat dengan cara menemui banyak orang di luar sana”

“Seperti mereka yang sering mendatangimu? Mengapa begitu Ayah? Apa aku melakukan kesalahan?” Bing Lian balik menatap sedikit sedih karena merasa diusir.

“Bukan, kau memiliki tubuh khusus. Aku cuma boleh mengarahkan dasar – dasarnya saja, jika diteruskan menggunakan metodeku dapat berbahaya. Carilah Guru hebat atau bergabunglah dengan sekte. Jangan lupa mengirimiku surat ya? Ayah akan selalu mengawasi perkembanganmu”

Setelah berpelukan penuh haru sembari mengucapkan kalimat perpisahan, untuk pertama kalinya Lian meninggalkan kediaman Mao Peng. Lelaki itu menatap sosok putra angkatnya semakin menjauh, “Aku ingin menitipkan pedang ini tapi.....mungkin masih terlalu dini untuknya”.

------><------

Banyak cobaan juga rintangan menghadang perjalanan Lian, mulai dari bertemu Demonic Beast dan dihadang perampok. Tapi untunglah semua masih tergolong dapat diatasi berkat kemampuannya, muncul beberapa informasi baru bagi Bing Lian mengenai benua Huawai.

Diantaranya yang paling mengerikan adalah pertempuran antara Manusia melawan bangsa Demon, para makhluk kegelapan ini melakukan serangan besar – besaran dan membuat posisi orang – orang tak bersalah makin terpojok.

Salah satu korbannya adalah desa kecil tempat Lian pertama kali singgah, hampir seluruh penduduk terbantai. Menyisakan sekitar sepuluh kepala saja, tanpa menunggu Lian segera maju membantu.

“Daoist Magic Element Ice; Winter Breath”

Seketika tubuh Demon di sekitar sana membeku kemudian dihancurkan menggunakan ayunan pedang cepat oleh Lian. Beberapa yang masih tersisa melarikan diri begitu melihatnya.

“Terima kasih atas pertolongan anda Pahlawan Muda....”

Kepala desa memimpin para penduduk untuk bersujud kepada Lian tapi langsung dihentikan, dari beliau Lian mendengar sekarang ini. Sedang dilakukan evakuasi besar – besaran masyarakat Huawai terutama yang berada di Daratan Tengah menuju Seoris Kingdom.

Kerajaan pertahanan Manusia terbesar demi melawan serangan Demon, Bing Lian menekankan nama tersebut dalam kepalanya. Supaya kelak bisa berkunjung ke sana, sesudah mengawal orang – orang desa ke kota aman terdekat.

Bing Lian berpamitan tanpa menoleh, fokus melanjutkan perjalanan. Padahal penjaga – penjaga kota sangatlah khawatir melihat anak berparas cantik berumur lima tahun seorang diri berkelanana pada masa – masa sulit seperti sekarang.

------><------

Benua Huawai memiliki beragam bentuk lahan mengelilinginya, ada Thousand Southern Island di Selatan, Adamantine Peak di Utara, Endless Savana di Barat, dan Bloody Swamp di Timur. Bing Lian terus menjelajahi segala tempat berharap menemukan pencerahan agar bertambah kuat.

Mengalami bentrokan dengan bangsa Demon serta bertemu bermacam – macam orang. Mulai dari yang brengsek hingga terpuji. Sungguh melimpah pelajaran hidup ia peroleh melalui setiap langkahnya.

Dia selalu mengingat pesan Mao Peng tentang menambah pengalaman bertarung, dan memang Lian menjadikan kata – kata tersebut sebagai patokan. Pertempuran melawan Demon semakin mengasah ketajaman instingnya.

Salah satu kenalannya kemudian memberitahu soal akan dilaksanakan Kompetisi Pertarungan Akbar di Ibukota Seoris Kingdom, kabar burung mengatakan ada hadiah menarik menanti para juara.

Oleh karenanya Bing Lian memutuskan bergerak cepat kembali ke Dataran Tengah, penasaran bagaimana suasana Kerajaan hebat itu. Terlebih lagi mereka menjalin hubungan erat dengan Sekte yang digadang – gadang sebagai kekuatan nomer satu di seluruh Benua Huawai yaitu Prime Holy Lantern.

Lian sungguh ingin berkunjung melihat kondisi Mao Peng, tapi ada perasaan malu menghalanginya. Sudah dua tahun sejak terakhir kali mereka bertemu dan dia cuma menggapai Forging Qi tingkat 5. Sepertinya ketidakberadaan guru benar – benar mempengaruhi laju praktiknya.

Chapter 3 - Petapa Bertopeng

Bing Lian melakukan perjalanan menggunakan bermacam – macam cara, bisa berlari dengan ilmu meringankan tubuh, menumpang pada kereta kuda orang yang lewat, mengajukan diri sebagai pengawal rombongan supaya tidak dirampok, dan lain – lain.

Kebetulan Lian beruntung menjadi bagian salah satu kelompok pedagang besar ketika ingin memasuki Ibukota Kerajaan Seoris Kingdom. Sehingga dia cukup mudah mendapat izin ke dalam tanpa melewati pemeriksaan ketat seperti kebanyakan pedatang.

Melalui surat, Mao Peng mengajarkan kepadanya mengenai hal – hal administrasi merepotkan macam begitu dan memaksa Lian untuk cepat – cepat bergabung dengan sekte supaya memiliki tanda pengenal. Lagi pula berbekal kemampuan miliknya saat ini, tak sulit bagi Bing Lian diterima sebagai murid oleh sekte bintang tujuh ke atas.

Xuanrao, merupakan nama dari Ibukota Kerajaan Seoris Kingdom sekaligus markas utama Prime Holy Lantern. Suasana meriah nampak jelas memenuhi jalan – jalan Xuanrao akibat ajang bergengsi yang semakin mendekat.

Cuma sekali lirik, Lian menemukan puluhan ribu Cultivator berlalu lalang di penjuru kota. Mengenakan berbagai seragam tuk menunjukan identitas mereka sebagai murid sekte tertentu, namun jumlah paling menonjol adalah para pengguna pakaian berwarna biru berhias garis keemasan.

Ada sedikit keangkuhan terbersit pada wajah anggota – anggota Prime Holy Lantern ini, tetapi Bing Lian memakluminya. Berada di wilayah sekte sendiri tentu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, setelah mencari serta bertanya beberapa kali. Dia akhirnya berhasil tiba dihadapan papan pengumuman besar berisi informasi Kompetisi Pertarungan Akbar.

Ternyata syarat – syarat ikut serta dalam kejuaraan satu lawan satu antar Cultivator tersebut tidaklah rumit, bahkan tergolong mudah bahkan untuk Lian. Peserta hanya perlu memiliki praktik Forging Qi tingkat 5 hingga 8 dan belum berusia diatas sepuluh tahun.

Awalnya Bing Lian agak ragu punya kesempatan berpartisipasi karena tidak tergabung dalam sekte apapun, tetapi ketentuan seperti itu tak ada. Para Rogue Cultivator juga diizinkan meramaikan ajang tersebut, terlebih hadiah yang dijanjikan sangat menggiurkan.

Untuk sepuluh juara, anak – anak muda ini mendapat kesempatan emas memperoleh bimbingan langsung atau menjadi murid dari Patriach Prime Holy Lantern. Pria berjuluk Mask Sage, Hao Ren. Cultivator paling terpandang serta kuat di seluruh Benua Huawai.

Orang yang selalu berdiri dibarisan terdepan melawan serangan bangsa Demon, juga sahabat dekat Raja Seoris Kingdom. Sudah bukan rahasia umum kalau Hao Ren berhasil menembus Deva Realm, terbukti dari pertarungan berimbangnya melawan Demon King seratus tahun lalu.

Banyak desas – desus mengabarkan Hao Ren adalah salah satu manusia tertua Benua Huawai saat ini, diperkirakan umurnya sudah sekitar 600 tahun atau bahkan lebih. Mungkin hadiah Kompetisi Pertarungan Akbar sedikit ambigu untuk beberapa orang.

Karena terlihat seperti Prime Holy Lantern ingin mencuri bakat – bakat muda berharga sekte lain, namun semua itu salah besar. Di masa krisis seperti sekarang, mengirim murid terbaik supaya mendapat bimbingan Mask Sage adalah pilihan tepat.

Disebabkan gejolak akibat serbuan bangsa Demon, Huawai benar – benar dalam bahaya. Hal ini bahkan menyatukan sekte aliran putih, hitam, dan netral untuk berjuang bersama. Suatu hal yang sebelumnya dalam mimpi sekalipun mustahil terjadi.

Kesepuluh pemenang kompetisi diharapkan bisa berperan sebagai penerus Mask Sage dan bertransformasi menjadi garda terdepan umat manusia benua Huawai demi melawan Demon, terlebih lagi sekte asal mereka akan memperoleh keuntungan besar bersekutu dengan Seoris Kingdom dan Prime Holy Lantern.

Lagi pula jika semua telah usai, para murid Hao Ren pasti kembali menuju sekte masing – masing walaupun entah membutuhkan berapa ratus tahun tuk menaklukan bangsa Demon. Lian tersenyum sebab merasa takdir memang membawanya ke tempat ini.

Ketika hendak mengirim surat kepada Mao Peng untuk menanyakan pendapatnya, seekor burung elang datang menghampiri Lian membawa selembar kertas bertuliskan ‘Lakukan!’.

------><------

“Ohh....aku jadi gugup, kalau dipikir – pikir ini pertama kalinya aku bertarung diperhatikan banyak orang”

Lian menghela nafas, arena besar nan megah telah disiapkan demi berlangsungnya kejuaraan Cultivator Akbar tersebut. Penonton pun beragam, Patriach maupun Matriach sekte – sekte tersohor memenuhi bangku. Tentu yang paling mencuri perhatian adalah lokasi di mana Hao Ren bersama anggota keluarga Kerajaan Seoris Kingdom berada.

Hanya ada sekitar dua ratus pertandingan akan berlangsung, sebab bakat muda prasyarat mengikuti turnamen itu memang tergolong amat langka. Mencapai Forging Qi tingkat 5 sebelum berusia sepuluh tahun sangatlah sulit, karena berarti bahkan diumur begitu belia. Mereka sudah mampu menggunakan Daoist Magic pertanda kontrol Qi anak – anak ini sungguh luar biasa.

Ada pertarungan alot, serta yang cuma selesai dalam satu kedipan mata. Kebanyakan begitu karena kemampuan peserta terlalu jauh, Forging Qi tingkat 5 melawan Forging Qi tingkat 8 misalnya. Bing Lian sendiri termasuk sangat cepat mengalahkan lawan – lawannya sampai para penonton mulai bertanya - tanya apakah bocah tersebut sungguh masih berada di Forging Qi tingkat 5.

Dia berhasil lolos babak penyisihan tanpa goresan sedikitpun, itu tidak terlepas karena faktor bibit – bibit muda berbakat di turnamen dijaga begitu ketat oleh sektenya sehingga memiliki pengalaman bertarung teramat minim. Beda dengan Lian yang walaupun hanya berada di Forging Qi tingkat 5 sudah menjelajahi Huawai sejak berumur lima tahun.

Tepat sebelum matahari tenggelam, semua pertandingan berakhir. Berhasil menyisakan sepuluh anak terkuat selama kompetisi berlangsung. Mereka terdiri dari lima laki – laki dan perempuan, Bing Lian termasuk dalam kelompok ini.

Usai ditutupnya kompetisi, mereka bersepuluh dibawa menuju Sekte Prime Holy Lantern untuk bertatap muka dengan Hao Ren. Selama menunggu Lian mendapat cibiran serta tatapan tidak senang, banyak di anatara pemenang lain menganggap dia bisa sampai disini akibat keberuntungan saja.

Lian tak ambil pusing soal pendapat tersebut karena memang diantara mereka bersepuluh dirinya adalah yang paling muda serta memiliki praktik terendah. Beberapa saat kemudian seorang pria bertopeng mengenakan jubah biru tiba.

Aura pekat pada sekujur tubuhnya membuat Bing Lian waspada, namun semua hilang ketika senyuman khas terlihat sewaktu ia membuka topengnya.

“Apa kabar anak – anak.....?”

Hao Ren memberitahu tujuannya kemari adalah untuk mengetes mereka secara langsung, tanpa basa – basi. Sembilan juara lain langsung menyerang, tetapi tumbang seketika. Lian mengamati semuanya hati – hati sebelum membantu salah satu gadis yang nampaknya keracunan akibat memaksakan teknik yang lebih tinggi dari kemampuannya.

“Hoo....boleh juga, kau bisa membantu untuk mengeluarkan racun rupanya”

“Guru, mohon bimbingannya” Lian memberi salam sebelum melesat.

Hao Ren terkejut bukan main ketika bocah itu mengeluarkan jurus tapak es yang seharusnya tidak mungkin bisa dikeluarkan oleh Forging Qi tingkat 5. Belum selesai, Lian mengayunkan pedang kayunya begitu cepat.

Namun dapat sangat mudah ditahan oleh Deva Realm seperti Hao Ren, saa hendak memberikan pujian. Mata Hao Ren melebar melihat Lian mengumpulkan tenaga dalam.

‘Dia membuat segel hanya menggunakan satu tangan!?’

“Daoist Magic Element Ice; Winter Breath!”

Hao Ren menepis teknik barusan sebelum melepaskan tendangan yang mendarat telak di perut Lian. Para juara lain membuka mulut tidak percaya.

‘Anak ini berhasil membuat Mask Sage bertarung menggunakan kedua tangannya?!’

“Uhuk! Uhuk! Aduduh perutku” erang Bing Lian.

“Huahahaha luar biasa, sudah jelas sekarang. Mulai hari ini kalian harus memanggil Lian sebagai Kakak Pertama” Hao Ren tersenyum senang.

“Hah? Tapi Guru....aku adalah yang termuda di sini”

“Lalu?”

Awalnya Lian mengira anak – anak lain akan mendebat keras, tapi nyatanya mereka setuju tanpa berkomentar apapun setelah melihat kemampuan bertarungnya tadi. Masing – masing mulai berpamitan untuk istirahat, waktu hendak meninggalkan ruangan. Lian dipanggil oleh Hao Ren.

Baru saja mau bertanya ada perlu apa, pria berjuluk Cultivator nomor satu tersebut memeluknya sembari meneteskan air mata. “Syukurlah....syukurlah anda bisa bertahan hidup dan tumbuh sehat...Tuan Muda”.

“Eh?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!