"Nak bagaimana menurut mu keluarga pak Ayub dan Bu Riana ?" tanya seorang wanita paruh baya sambil mengelus rambut putrinya yang sedang berbaring di pangkuan bundanya dengan manja .
Laura terlihat tidak langsung menjawab , matanya memperhatikan harapan yang begitu besar dari tatapan sang bunda .
Sesaat terdengar suara hembusan nafas pelan dan senyuman manis terukir di bibirnya .
"Aku akan ikut kata bunda saja . dan memenuhi permintaan terakhir Abi "ucapnya terhenti
"Abi sangat percaya menitipkan Laura kepada keluarga pak Ayub Bun , dan pasti itu sudah dalam pertimbangan yang matang sebelum Abi pergi , Laura percaya ada kebaikan dari semua ini " ucap Laura , bundanya hanya mengangguk ada rasa rindu yang tak mampu iya bendung jika berurusan dengan almarhum suaminya itu .
Laura beranjak duduk dan membenamkan wajahnya di pelukan bundanya .
Satu minggu yang lalu keluarga pak Ayub datang memang sudah membuat janji untuk membicarakan tentang wasiat terakhir sahabatnya yang meninta putri satu satunya menjadi menantunya , karena pak Hasan sangat percaya bahwa sahabatnya itu mampu menjaga putrinya setelah kepergiannya nanti .
Laura ana adalah putri tunggal dari pasangan bunda Fatimah dan Abi Hasan .
Mereka pernah di uji sulit mendapatkan keturunan, di usia pernikahan mereka yang ke 15 akhirnya usaha dan doa tidak mengkhianati hasil , akhirnya tuhan memberikan kepercayaan itu kepada keluarga harmonis itu dengan menitipkan putri cantik dan sehat di tengah kebahagiaan keluarga itu .
Namun tak lama sang Abi menemani pertumbuhan putri kecilnya itu Abi Hasan mengalami kecelakaan maut setelah menghadiri rapat perusahaan .
Laura yang baru berusia 5 tahun hanya mampu menatap semua orang di sekitar bersedia hati saat kepergian abi nya itu .
"Lau sekolah gak ? "teriak Mita di depan pagar rumah Laura
"Iya tunggu mit " jawab Laura yang baru saja menyalim bundanya untuk menghadapi ujian akhir semester di sekolah nya .
"Bun Laura berangkat ya , doain Laura semoga lancar "ucap Laura mencium telapak tangan bundanya itu
"Iya hati hati nya sayang , doa bunda selalu menyertai "
"makasih bunda , Laura langsung ke cafe ya "mendapatkan anggukan dari bundanya itu .
"Assalamualaikum "ucap Laura berjalan mendekati mobil yang bisa membawa nya untuk menuju sekolahnya . tinggal berapa bulan lagi iya akan lulus ada senyuman menyungging di bibirnya . namun mengingat acara perjodohan iya kembali menunduk .
Mita yang selalu menebeng dengan nya menatap kesal kearah sahabatnya itu .
"Ihh .. kamu tu ya lau . bisa gak sih pagi pagi itu ceria . bukan nya sedih begitu , kanyak gak ada semangat hidup "celetuk Mita
"Sebentar lagi kita akan lulus mit . kamu bisa melanjutkan mimpi mu , tapi aku harus berurusan dengan orang melihatnya saja aku tidak pernah .. bagaiman aku bisa tenang " ucap Laura dengan menatap wajah sahabatnya itu .
Mita seolah mengerti iya hanya mengelus punggung wanita itu . betapa beruntungnya Laura memiliki keluarga selalu menyayangi nya dan memiliki kehidupan yang berkecukupan , dan ilmu agama yang selalu bundanya tanamkan , sedangkan dirinya hanya seorang anak asuh di sebelah rumah Laura entah iya tidak tau siapa orang tuanya karena iya di adopsi dari panti asuhan , namun syukur nya yang paling terbesar adalah iya memiliki sahabat yang begitu baik padanya dan selalu perhatian .
"Allah tidak akan mengecewakan hambanya yang menyerahkan diri kepadanya lau , percaya rencana Allah terbaik "ucap Mita tersenyum . Laura hanya mengangguk dan tak terasa mereka sudah sampai di depan sekolah mereka. .
Ujian akhir semester pun selesai . dan malam ini , pak Ayub kembali datang dengan istrinya perihal jawaban Laura satu bulan yang lalu . mereka berharap banyak Laura akan menerima karena itu iya mampu menjalankan janjinya kepada sahabatnya itu .
Laura keluar dengan gamis berwarna tosca dan jilbab yang senada dengan baju nya dengan sedikit polesan di wajahnya membuat aura cantik nya begitu memancar .
"Wah calon mantu mama cantik sekali "puji Bu Larissa melihat Laura keluar dari dapur membawa teh hangat dan beberapa makan ringan dan menghidangkan di hadapan calon mertuanya itu .
Laura tersipu hanya mampu tersenyum lalu menunduk , sudah ada bunda dan pamannya yang menyambut Meraka namun matanya mencari seseorang yang mungkin sudah hampir satu bulan berada di pikirin nya .
"Alan baru akan pulang tiga hari lagi nak , karena pekerjaan yang padat jadi Iya tidak bisa hadir malam ini , tapi dia pasti menemui mu dalam waktu dekat ini "jelas Bu Larissa solah mengerti dengan tatapan Laura . Laura hanya mengangguk .
Acara itupun berjalan lancar dan Alhamdulillah jawaban Laura seperti yang di harapkan . dan tentu mereka tidak akan menunda niat baik ini terlalu lama , mungkin setelah mereka saling bertemu akan langsung menentukan tangan pernikahan mereka .
........
"Aku pesan americano satu "ucap seorang pria dengan kemeja putih di depan Laura .
"Baik tunggu sebentar , silahkan duduk dulu " ucap Laura dengan ramah iya pun menulis pesan itu di alat komputer nya melakukan transaksi dan pekerja yang lainya segera menyiapkan pesanan itu .
Setelah selesai Laura menghampiri meja pria itu , dan menyuguhkannya .
"Terimakasih , "tanpa menjawab pria itu berlalu namun pandangan Laura belum teralihkan ' tidak asing pikirnya . tak lama kemudian Laura melihat laki laki itu menuntun seorang nenek yang akan menyembarang membuat sedikit senyum tercipta dari bibir ranumnya . namun iya segera ber istighfar dan kembali melayani para pengunjung . sore sore bengini para pengunjung mulai ramai.. Laura pasti akan pulang aga telat siap siap untuk mendapatkan protestan dari bundanya .
.....
"Assalamualaikum "saat iya membuka pintu ruangan putih dan bau khas obat itu . ya Laura sangat panik saat pamannya mengabari jika ibunya jatuh dan harus di larikan ke rumah sakit . Laura segera menuju rumah sakit dengan isakan . ya Allah jangan ambil bunda dulu "ucapnya pelan dengan tangisan yang tertahan , pikirannya kacau sampai iya memiliki pemikiran jika bundanya akan meninggalkan dirinya .
"Wa'alaikumsallam salam "jawab dari dalam namun bukan hanya suara pamannya saja tapi ada suara lain yang menjawab salamnya itu .
"Sayang masuk " sambut calon mertuanya dan seorang dokter disan . segera memeluk wanita itu .
pandangan tertuju pada bundanya yang sedang terbaring lemah .
"Bunda kenapa ma "tanya Laura dengan tangisan yang tertahan
"Sabarnya sayang , mama kamu mengalami stroke . tapi jangan terlalu khawatir nanti bunda mu akan sembuh lagi " Laura hanya menggeleng dan langsung memeluk wanita yang sedang terbaring itu .
"Bunda .. "bisiknya dengan tangisan
Setengah jam berlalu akhirnya Laura mengekori Bu Larissa ikut ke ruangan dokter untuk membicarakan tentang kesehatan bundanya , bukankah dia pria tadi " batin Laura sedikit lama menatap hingga pria tak sengaja tatapan mereka beradu . Laura segera memutuskan itu .
" Malam laura " sapanya .
"Malam " ucap Laura sambil terisak
"Nak .. kenalkan ini dokter Ilham "ucap Bu Larissa .
"dokter Ilham akan memberi tau sesuatu . apa tidak masalah ? " cemas , takut , sedih berbaur dalam benak bersamaan . Laura hanya mengangguk .
dan mempersilahkan dokter Ilham bicara .
"Mungkin kamu tidak mengingat aku lagi ya . karena dulu saat papa ku yang menangani abi mu , kamu masih sangat kecil "ucapnya sambil berkekeh kecil melihat wajah tengang Laura . Laura mencoba tersenyum.
"Baik lah " iya memberikan beberapa lembar pada Laura dari tas kerjanya .
"Apa ini ? " tanya Laura , mama hanya menatap nanar putri nya itu .
"Bunda mu mengalami stroke berat lau dan kemungkinan besar sebangian tubuhnya benar benar tidak bisa di gerakan lagi "ucap dokter Ilham berhenti . melihat air mata wanita itu sudah membasahi pipinya . Bu Larissa langsung memeluk menantunya itu . penjelasan dokter Ilham membuat Laura merenung sejenak , selama ini bundanya jarang menunjukkan kekhawatiran di hadapannya atau keluhan , emosi yang berlebihan , lalu kenapa tiba tiba dokter Ilham mengatakan ibunya mengalami darah tinggi hingga mengakibatkan stroke , hanya hembusan nafas panjang sebelum Laura membuka pintu ruangan itu .
..
Laura duduk di kursi samping bundanya yang masih lelap dalam tidurnya . entah sudah berapa kali tangan mungil nya menyerka wajahnya yang terus di banjiri air mata.
Suara pintu terbuka membuat Laura mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu .
"Maaf mengganggu " ucapnya sopan
"Silahkan masuk "
"Aku baru melihat mu , apa kamu mengenal bunda ku ? " tanya Laura dengan ramah
"Saya asisten tuan Alan nona "jawaban itu membuat sedikit senyum Laura memudar berganti dengan sedikit gugup . pikirannya kembali menerawang jauh bagaimana iya bisa meninggalkan bundanya nanti saat iya sudah menikah , hatinya kalut iya tidak banyak bicara setelah memberikan buah tangan dari Alan dan mengobrol sebentar dan berpamitan untuk pergi .
.......
Assalamualaikum
minta dukungan nya ya guys jangan lupa like dan komen biar nambah semangat
terimakasih 😁🙏🏻
Keadaan bunda Fatimah semakin menurun membuat semua ikut merasakan kesedihan yang mendalam , sudah empat hari Laura sama sekali tidak meninggalkan bundanya itu . sudah ada Oma dan opa nya yang menemani Laura , mereka juga sangat sedih melihat menantu mereka mengalami semua ini .
Sang bunda sudah sadar dua hari yang lalu namun belum mengatakan sepatah katapun , hanya ada air mata yang terlihat membasahi pipinya .
"Meni-kah lah nak , bunda takut tidak bisa menghadiri nya nanti "ucap Bunda Fatimah terbata bata , semua yang ada di ruangan itu merasa khawatir .
Pak Ayub langsung mengambil keputusan untuk menghubungi putranya untuk segera datang , ya semalam alan baru saja sampai di Indonesia jadi belum sempat untuk menengok keadaan bunda Fatimah .
"Papa harap kamu cepat datang , ini sangat penting nak " ucap pak Ayub
Tak berapa lama seorang pria datang dengan langkah cepat menuju ruangan .
"Pa ,.
"Alan masuk nak " namun pandangan Alan tertuju pada gadis yang sedang menunduk di kursi samping Bunda Fatimah dan seorang kyai disana . bunda Fatimah terlihat tersenyum tipis hampir tak terlihat
"Kita lakukan sekarang "ucap pak Ayub membuat semua menatap Alan kecuali Laura dirinya masih terdiam membisu .
*Semua orang khawatir dengan kondisi bunda Fatimah , pak Ayub dan Bu Larissa berdiskusi bagaimana sebaiknya pernikahan Alan dan Laura di lakukan sekarang juga takut jika mereka akan menyesal nanti .
Semua orang menyiapkan semua keperluan termasuk memanggil kyai dan beberapa saksi , hingga akhirnya pintu terbuka memperlihatkan seorang pria yang di tunggu sudah datang . Alan terlihat bingung , namun pandangan tertuju pada Laura dan berganti menatap pak kyai disana . papanya hanya mengangguk menyakinkan* .
Walau hanya menikah siri pernikahan itu berjalan haru dan sakral , setelah semua saksi dan para satp menjawab sah . Laura dan Alan telah sah menjadi sepasang suami istri
Sang bunda terlihat bahagia sekali berapa kali iya meneteskan air mata ,ada perasaan lega karena melihat Laura sudah ada yang menjaga . walau tuhan akan mengambil nya saat ini iya kan sangat ikhlas .
Sebuah cincin permata Alan pasangkan di jari manis istrinya dan sebuah kecupan di kepala gadis yang sedang berduka itu . Laura menatap pria itu matanya sayu , dan sedikit bengkak mungkin terlalu lama menangis karena melihat bundanya semakin lemah.
Setelah selesai dan waktu pun terus berlalu . selesai sholat ashar semua berpamitan untuk pulang termasuk pak Ayub dan Bu Larissa ,Oma dan opa nya juga ikut pamit nanti setelah Maghrib mungkin mereka kembali , tinggalah Alan dan Laura disana sedangkan bunda Fatimah sedang memejamkan matanya .
Melihat Alan yang sedang duduk di sofa di ruangan itu sambil sibuk dengan laptop . Laura beranjak keluar untuk membuatkan minuman hangat untuk suami - entah terasa aneh Baginya .
Laura kembali dengan membawa teh hangat dan menaruhnya di atas meja depan Alan .
"Terimakasih " ucap alan , karena sofa lumayan panjang Laura pun mendudukkan tubuhnya tak jauh dari Alan .
"Maaf jika pernikahan ini akan membebankan mas " ucap Laura namun pandangan tertuju pada jari jarinya yang terasa kaku .
"Fokus saja pada kesehatan bunda "ucap alan
"Saya merasa bersalah , tapi tidak usah khawatir saya tidak akan menuntut apapun , atau tanggung jawab dari mas Alan "ucap Laura mencoba menatap suaminya itu .
"Maksud mu aku pria pengecut , menelantarkan istrinya tanpa tanggung jawab "jawab Alan menanggapi perkataan Laura yang masih labil .
"Maaf "
"Sudah fokus saja pada kesehatan bunda , aku akan pergi ada rapat penting di kantor nanti aku kembali " ucapnya sambil berdiri . Alan memberikan ponsel nya .
"Tulis nomor ponsel mu "Laura hanya menurut . Alan langsung menghubungi nomor itu . dan ada suara getar di atas meja tak jauh dari mereka .
"Hubungi aku jika ada apa apa " ucapnya
"Bunda akan baik baik saja , jangan terlalu cemas "ucap alan sedikit menyentuh kepala gadis itu . Laura mendongkrakan wajahnya .. ada senyuman tipis menghiasi wajah tampan pria itu . Laura hanya mengangguk .
"Aku pergi ya " Laura masih mematung sedangkan suaminya sudah tidak terlihat lagi .
Melihat bundanya terbangun , Laura bergegas mendekati bunda Fatimah .
"Bunda "
"Bunda tidur nya lama ya ? "
"Gak ko Bun , bunda lapar ? " bunda Fatimah menggeleng
"Nak Alan dimana ? sedang pergi ? "
"Hem . katanya di kantor ada rapat , tapi nanti mas Alan kembali " ucap Laura sambil mengelus tangan bundanya dengan lembut .
"Bunda bahagia karena Alan akan selalu menjagamu setelah ini "
"Kan masih ada bunda , bunda sudah cukup menjadi penjaga penyemangat bagi Laura "
"Bunda takut tidak bisa lama lagi ada di samping kamu lau " ucap bunda Fatimah tersenyum manis , namun mampu membuat wajah Laura begitu sedih .
"Jangan bicara seperti itu bunda , Laura marah sama bunda "rajuknya namun matanya seketika menghangat sepelupuk air mata ingin keluar saja dari matanya , bundanya hanya tersenyum dan mengelus kepala putri cantik nya itu .
"Bunda harus sehat lagi , Laura yang akan rawat bunda sampai sembuh , Laura janji "ucap Laura sambil terisak .
"Hemm kamu lupa sekarang seorang istri , sekarang ridho suami mu lebih utama dari pada bunda " Laura hanya terdiam melihat wajah Pucat bundanya ,
Setelah mengobrol ringan itu . tak berapa lama embok Sumi datang membawakan makanan untuk Laura , dan sekalian melihat perkembangan kesehatan majikannya itu .
Laura mengerjakan sholat Maghrib setelah menyuapi bundanya dan langsung minum obat . mungkin karena efek obat yang di minum bunda Fatimah saat ini tertidur pulas . ada ketakutan tersendiri di hati Laura takut jika bundanya pergi tanpa berpamitan kepada nya .
setelah selesai sholat , Laura melanjutkan membaca Qur'an di samping bunda Fatimah . tak berapa lama suara pintu terbuka membuat Laura mengalihkan pandangan nya . ternyata suaminya sudah datang .
"Mas . sudah pulang "
"Emm .. apa bunda sudah tidur lagi "
"Iya mungkin efek obat "ucap Laura , Laura bisa melihat wajah lelah suaminya itu .
"Mas Alan kalo mau pulang , pulang saja biar bunda Laura yang jaga "ucap Laura .. Alan hanya menarik nafas pelan
"Kamu sudah makan ? "tanya alan , Laura hanya menggeleng pelan .
"Belom pengen , mas sudah makan ? "
"Makan dulu nanti kamu sakit "ucap Alan menaruh tas kerjanya . melihat ada tas makanan di meja iya mencoba meraihnya .
"mbok sum tadi yang bawa , mas mau makan "
"Iya " Laura segera mendekati Alan dan membuka satu persatu rantang susun yang di bawa buk sum tadi .
"Kamu juga makan ya ? "
"Mas aja .. Laura belum lapar " Tanpa menghiraukan ucapan Laura Alan memberikan sendok yang iya pakai kepada Laura .
"Gapapa mas . nanti Laura makan "
"Mau saya suapi ? "Laura menggeleng dan langsung mengambil sendok itu dan langsung makan .
karena memang buk sum hanya membawakan 1 sendok jadi mereka bergantian saja , tanpa terasa semua makan mereka telah habis Laura langsung membereskan semua nya .
"Mas istirahat di rumah saja . gapapa ko nanti buk sum datang ada Mita juga "ucap Laura kasihan melihat wajah lelah pria itu .
"Tidak papa ? " Laura menggeleng
"Besok pagi aku usahakan datang , ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di Semarang mungkin butuh tiga - empat hari disana " jelas Alan
"Oh . oke "jawab Laura .
"Baik lah .. aku pulang dulu "terdiam sejenak menatap wajah wanita itu .
"Hubungi aku apapun yang terjadi .. oke " ucap Alan beranjak berdiri di ikuti oleh Laura , semenit kemudian Alan memeluk tubuh mungil itu dengan sedikit erat . Laura terdiam terasa dadanya bergemuruh seolah sedang ada senam di dalam nya , tak lama Alan melepaskan pelukannya dan tersenyum sedangkan wajah wanita sangat gugup .
"Aku pergi dulu , jaga diri baik-baik ingat jaga pola makan , dan tidur "ucap Alan mengambil tas kerjanya dan berjalan mendekati pintu keluar Laura mengekor di belakangnya .
"Hati hati mas " ucap perpisahan dari Laura sambil tersenyum , Alan mengangguk dan berlalu pergi .
Assalamualaikum
Hi guys masih yang sudah mampir jangan lupa like komen biar semangat nulisnya
Sudah satu bulan Laura berstatus sebagai istri namun iya belum sama sekali meninggalkan rumah bundanya , Laura masih khawatir dengan kondisi bunda Fatimah walau sekarang lebih baik . keputusan itu pun di maklumi oleh mertuanya dan suaminya .
"Tangan kanan bunda mu sudah bisa di gerakan lau walau masih terasa seperti kesemutan tapi itu adalah awal yang baik "ucap dokter Ilham menjelaskan .
"Alhamdulillah ,
"Kamu anak yang telaten merawat bunda Fatimah "pujinya kepada Laura .
"Sudah kewajiban pak dokter , dulu bunda merawat aku dengan kasih sayang nya , aku pun ingin melakukan hal yang sama "jawab Laura mendapat anggukan dari Ilham .
"Benar sekali ,, kamu masih sangat beruntung memiliki bunda "ucap nya
"Emangnya pak dokter udah gak punya bunda ?" tanya Laura Ilham menggeleng .
"Aa ..
"Mama saya meninggal saat melahirkan saya lau " Laura hanya mengangguk tanpa bicara lagi takut membuat sedih pria itu .
"Ibu pak dokter ibu yang paling mulia , iya syahid saat melahirkan pak dokter , dan sekarang anaknya sangat hebat mampu membantu orang banyak .. pasti ibu pak dokter merasa beruntung dan bangga sekali "ucap Laura dengan tersenyum
"Emm ..
"Aku sangat menunggu traktiran dari mu "
"Ha .. traktiran apa ? "
"Bukankah kamu pemilik cafetaria "ucapnya .
"Ihh . berarti waktu itu pas pak dokter beli kopi . bapak sudah kenal saya donk ? "ucap Laura menyelidik . Ilham hanya mengangguk sambil berkekeh .
"Ih jail ... suara ketukan pintu membuat Laura dan Ilham menatap kearah pintu yang terbuka itu .
"*Mas Alan ,,,
"Assalamualaikum ,
"Wa'alaikumsallam* ,
"Masuk mas " Laura berjalan mendekati Alan dengan sedikit senyum .
"Mas Alan kapan pulang dari Surabaya ? " tanya Laura
"Tadi pagi ,,
Laura melihat benda bulat di tangan nya baru jam 9 . ya karena di Surabaya ada pembangunan apartemen jadi sebagai arsitek Alan akan sering sering memantau perkembangan pembangunan itu .
"Oh .. ini kenalkan dokter Ilham dokter bunda ,, dan pak dokter ini ,,,, "
"Saya sudah tahu lau , dia suami kamu kan " ucap dokter Ilham tersenyum , namun senyuman itu mampu membuat pria yang baru saja datang menjadi datar
Laura hanya tersenyum malu ..
"Oh ya saya belum mengucapkan selamat , selamat ya semoga selalu tercurah kebahagiaan kepada kalian "
"bagaimana kondisi bunda ? " tanya Alan memotong pembicaraan Ilham dan langsung membawa Laura menuju kamar bunda Fatimah dan meninggalkan Ilham di sana .
Ilham hanya mampu menatap saja , lalu iya kembali duduk menghabiskan kopi yang di buatkan wanita cantik itu .
Melihat bunda Fatimah lebih baik , Alan merasa sangat bahagia ,
"Alhamdulillah bunda sudah lebih sehat ,,, ucap Alan
"Bunda sangat semangat karena bunda ingin anak manja ini segara memenuhi kewajiban nya sebagai istri , karena sampai saat ini iya akan menangis seperti bayi jika terpisah dari bunda "ucap bunda menggoda Laura , Laura hanya tersenyum
"Sudah kamu bacakan tadi pesan dari bunda ? " tanya bunda Fatimah
"Sudah Bun "jawab Alan
"Pesan apa ? "
"Menjadi istri yang baik untuk suami mu nak " ucap bunda Fatimah
"Maksud bunda apa ? " tanya Laura belum mengerti .
"Kamu lihat kan kondisi bunda lebih baik hanya berjalan saja yang harus di bantu orang lain , selainnya sudah bisa sendiri , Sumi saja sudah cukup untuk membantu bunda , sekarang giliran Laura yang menjalankan kewajiban untuk merawat suamimu , dan menjadi istri yang patuh "ucap bunda Fatimah , benar saja iya tak mampu membendung air matanya , Laura seketika menggeleng tidak mau .
"Heii .. tidak bisa begitu , bagaimana pun Laura saat ini memiliki suami " nasehat bunda Fatimah
"Tapi Laura gak mau ninggalin bunda " rengek Laura
"Gak papa Bun , kalau Laura masih mau disini " ucap Alan
"Tidak bisa , bunda tidak mau mendapat dosa karena menahan Laura disini , bagaimana Laura sudah menjadi istri mu , sudah sepatutnya Laura menurut "ucap bunda Fatimah tegas membuat Laura hanya terdiam dalam kesedihannya .
"Tidak papa bunda , malam ini kami masih akan menginap di sini "Laura menatap kearah suaminya itu .
"Alan pria yang baik "puji bunda Fatimah . Alan hanya tersenyum . tak berselang lama terlihat dokter Ilham di depan pintu kamar bunda Fatimah karena akan berpamitan pulang . bunda Fatimah seperti nyaman sekali mengobrol dengan Alan sedangkan Laura di dapur bersama buk sum menyiapkan makan siang .
"Bu sum , memang nya istri wajib ya ikut kerumah suaminya ? " Bu sum yang mendengar itu hanya tersenyum lalu mengangguk .
"Harus non ,, karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangga jadi jika nak Alan meminta non ke Jakarta , non harus ikut ke sana tidak ada bantahan jika tidak memiliki alasan yang jelas , itu sebabnya non harus nurut sama nak Alan "jelas mbok Sum .
"Oh . ya sudah
"Tapi mbok .. Laura gak mau ninggalin bunda "
"Mbok Sum janji bakalan jagain ibu dengan baik non , percaya sama mbok "ucap mbok Sum menyakinkan .
"Jakarta Bandung jauh mbok gimana Kalo Laura kangen banget , kan harus lama dulu perjalanannya "ucapnya sambil berkekeh kecil .mbok Sum hanya tersenyum.
"Nak Alan terlihat laki laki bertanggung jawab "puji mbok Sum Laura hanya mengangguk .
"Non pasti akan di jadikan ratu nanti sama nak Alan "
"Aamiin mbok . doain Laura terus ya "
"pasti lah non ,, "Laura memeluk wanita paruh baya yang sudah di anggap keluarga sendiri .
Mbok Sumi dan pak iman adalah sepasang suami istri yang bekerja di rumah Laura semenjak Laura masih usia dua tahun sampai saat ini , mbok Sum membersihkan rumah , sedangkan pak iman sebagai sopir pribadi bundanya jika ada pengajian dan keperluan lainnya .
Namun karena bunda Fatimah meminta untuk pindah rumah di Bandung , rumah lama saat suaminya Abi Hasan masih ada ..
Bundanya pun beralasan agar lebih bisa merasakan kesegaran alam yang masih asri karena ini rumah pertama yang Abi Hasan bangun saat masih merintis usaha waktu itu .
Dan waktu itu hanya satu dua rumah saja yang ada di sana karena memang masih ada di kampung jadi banyak orang yang menolak membangun rumah di tempat itu . namun sekarang sejengkal tanah pun tidak ada yang kosong karena banyak nya orang yang berlomba lomba untuk membangun rumah di sana karena alam yang masih terjaga . dan rumah yang ada di Jakarta rencananya akan di jual .
Abi Hasan semasa hidupnya adalah sosok pekerja keras bahkan sering mengalami sakit sakitan .dan Alhamdulillah ikhtiar dan doa tidak mengkhianati hasil nya , Abi Hasan mampu membangun perusahaan bangunan yaitu semen , dan batu bata yang sangat terkenal di kota Bandung , setelah mendapat kepercayaan publik perusahaan itu pun merambat ke kota kota besar , seperti Jakarta , pulau Jawa dan Sumatra . jadi tak heran jika sampai saat ini usaha dan kerja keras abi nya masih bisa di nikmati sampai saat ini . apalagi saat ini kedua pamannya yang meneruskan perusahaan itu .
........
Assalamualaikum
Hi guys terimakasih sudah mampir jangan lupa like komen biar nambah semangat 🙂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!