# Negara Kenya
Negara Kenya merupakan negara demokrasi, juga negara adikuasa yang berperan mengatur perekonomian dunia. Di negara Kenya terdapat tambang emas, batu bara dan perminyakan. Penduduknya sudah berkembang mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Dengan perkembangan itu, kerajaan-kerajaan mulai sirna dari negara ini. Walau kerajaan-kerajaan itu dulunya berjaya dalam perang, namun sampai saat ini kerajaan itu hanya tinggal nama saja, walau sebenarnya penerus dari kerajaan itu masih ada, tidak terlalu dikenal oleh masyarakat modern yang ada di Negara Kenya saat ini.
Tepat di ibu kota Kenyalah aku tinggal. Ayahku bernama Fakwe Luxe dan ibuku bernama Riana. Walau aku terlahir dari keluarga yang mapan, kedua orang tuaku tidak menyukaiku. Ayahku selalu mengharapkan memiliki seorang putra, ternyata ibuku tidak bisa mengandung lagi dan hanya melahirkan aku seorang. Aku bisa melihat dari wajah ibuku selama ini, dia tidak mengharapkan aku, dia sangat berharap waktu mengandungku akan melahirkan seorang putra. Namun dia harus melahirkan seoranga putri yang mereka namai Golda Luxe.
Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik dihadapan orang tuaku. Semua akan kulakukan, bahkan urusan bisnis perusahaanpun aku kuasai. Walau ayahku bilang, kamu hanya seorang perempuan tidak akan bisa memajukan perusahaan, namun aku bersikeras belajar dengan giat agar bisa bersaing dengan perusahaan lain. Bahkan untuk urusan pribadiku, aku mengorbankannya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuaku. Awalnya aku tidak ingin berpacaran dengan Venzo, namun karena perintah dari ayahku dan Venzo juga mencoba mencuri hatiku, lambat laun akupun jatuh cinta padanya.
Aku saat ini sudah beranjak dewasa, usiaku saat ini sudah beranjak 22 tahun. Tepat ulang tahunku yang ke 22 tahun, aku akan bertunangan dengan pacarku Venzo. Hubunganku dengan Venzo sangat harmonis. Aku sudah mengenalnya sejak usiaku 15 tahun dan Venzo saat itu berusia 23 tahun. Venzo lulusan dari universitas ternama dan menjadi manajer dari perusahaan ayahku LuxeIT. Bagiku Venzo pria yang baik, selama kami pacaran hingga saat ini dia tidak pernah menyentuhku, walau dia sangat ingin, dia masih bisa menahan. Aku memang mengatakan padanya, aku mau di sentuh kalau aku sudah sah menjadi istrinya. Dia menyanggupi permintaanku itu.
Ulang tahunku akan dirayakan satu hari lagi. Ibuku sendiri yang mengurus segalanya mulai dari gedung hingga gaun yang akan kukenakan. Karena hari ulang tahunku akan berbarengan dengan hari pertunanganku.
“Golda, kenapa Venzo belum datang juga” tanya ibu padaku, suranya sudah meninggi. Aku diam sejenak, melihat handphoneku, namun handphoneku itu belum juga berbunyi.
“Ibu, aku sudah kirim pesan chat padanya” jawabku pada ibu. Ibuku beranjak dari duduknya dan menatapku dengan sinis.
“Jangan sampai ibu menanyakanmu untuk kedua kalinya, ingatlah untuk melancarkan acara pertunangan ini” tegas ibuku. Aku sadar dari ucapan ibuku, aku tidak boleh membuatnya untuk menanyakan keberadaan Venzo lagi. Aku langsung keluar dari kediaman Luxe.
“Ah, kemana kamu Venzo? Kenapa tidak balas chatku” gerutu kesal, sambil menyetir mobil aku memainkan handphoneku. Aku sudah singgah dari LuxeIT dan tidak menemukan batang hidungnya. Aku bertanya pada sahabatku Onela, namun chatku juga tidak di baca. Hari itu aku memutuskan untuk mencari keberadaan Venzo ke apartemennya.
Mobil mewah yang dibelikan oleh ayahku sudah kuparkir di depan gedung Apartemen milik Venzo. Namun aku sangat terkejut melihat mobil yang biasa dipakai oleh sahabatku Onela juga terparkir di parkiran itu, bukan hanya itu mobil yang biasa di kendarai oleh Venzo juga terparkir di sana. Sahabatku Onela memang akrab denganku juga dengan pacaraku, namun setahuku, aku belum pernah membawa sahabatku ke apartemen Venzo.
“Apa mungkin Onela menemui temannya” gumamku menaiki lift menuju lantai 5. Sambil berjalan menuju apartemen Venzo aku memperhatikan handphoneku, namun tidak ada balasan dari Venzo.
“Tadi aku sudah menghubunginya, semoga saja dia ada di dalam Apartemennya” gumamku lagi.
Saat aku sampai di depan pintu Apartemen Venzo, aku sudah mendengar suara wanita dari luar pintu itu.
“Ahhh ... ahh ....” Terdengar suara wanita mendesah dari dalam Apartemen Venzo.
“Kenapa kau mendesah?” sahut seorang pria dari dalam.
Aku sangat terkejut mendengar suara pria itu mirip dengan suara Venzo. “Apa mungkin itu suara Venzo, dia sedang apa dengan seorang wanita” gumamku, tanganku mulai gemetar untuk membuka pintu itu.
“Ah ... sakit sayang” sahut wanita itu.
“Ini bukan kali pertama kita melakukannya” sahut pria itu.
Tanganku mulai gemetar mendengar bukan pertama kali, dengan suara yang pelan aku membuka pintu itu, aku ingin mengetahui bahwa pria itu bukanlah Venzo, aku hanya ingin suara yang aku dengar barusan hanyalah suara film dewasa yang sedang tayang di dalam apartemen itu.
“Ceklek” pintu itu kubuka pelan, hanya sedikit ruang, aku melihat dari sedikit ruang itu tubuh Venzo sudah telanjang tidak mengenakan busana. Darahku mulai mendidih melihat hal itu, sofa tempat aku duduk dengan Venzo sudah bergoyang karena dorongan dari Venzo. Hatiku sangat sakit, aku sudah melihat Venzo berdiri disamping sofa.
“Ahh ... lebih lembut lagi sayang” sahut wanita itu. Aku membuka lebih lebar lagi pintu itu dan menemukan sahabatku sendiri namanya Onela. Onela sudah berbaring di sofa dengan tubuhnya tidak berbusana sedang bercinta dengan Venzo.
Hatiku sangat hancur melihat hal itu, tidak terasa air mataku sudah menetes, aku menarik kembali pintu itu. Ingin rasanya aku masuk dan melabrak mereka, namun langkah kakiku sangat berat.
“Tidak aku tidak bisa berdiam diri” gumamku. Aku mencoba menghubungi Venzo, aku ingin memastikan apakah dia benar mencintaiku selama ini atau tidak. Kembali aku buka pelan pintu itu, kontak atas nama pacarku sudah ketekan dari layar handphoneku.
“Tuut ....” Panggilanku masuk, bahkan aku sudah mendengar handphonenya berdering dari balik pintu, panggilan itu tidak diangkat. Kembali aku hubungi lagi.
“Tuut ....” Panggilanku masuk lagi, handphonenya kembali berbunyi. Mereka berdua masih bercinta.
“Ah, sial siapa yang menghubungi” ucap Venzo. Ternyata Onela yang mengambil handphone Venzo.
“Aih, pacar bodohmu sedang menghubungi” sahut Onela memberikan handphone itu pada Venzo.
“Abaikan saja” sahut Venzo menepis handphonenya dari tangan Onela.
“Setidaknya beri tahu saja pada wanita bodoh itu, bahwa kamu sedang sibuk” jelas Onela.
“Kalau bukan karena perusahaan ayahnya aku tidak akan mendekatinya” sahut Venzo tetap menolak mengangkat panggilanku.
“Kau mengatakan perusahaan, tapi besok kau sudah bertunangan dengannya” ketus Onela.
Mendengar pembicaraan mereka hatiku sangat sakit, rasanya teriris oleh pisau tajam, aku tidak sanggup lagi melihat mereka. Aku berlari dari apartemen itu. Aku tidak menyangka kalau Venzo setega itu padaku. Aku tidak menyangka 7 tahun kami pacaran, semuanya hanya sandiwara. Air mataku mulai berlinang membawa mobil itu kembali kerumah.
“Tujuh tahun aku melalui banyak hal dengannya, perayaan hari besar kami lalui bersama, kecupan mesra, janji setia. Itu semua, ternyata itu semua palsu” gumamku melap air mataku.
Bersambung...........
Hai Reader, Semoga novel ini bisa menghibur.😘
Jangan lupa like dan komentar ya, 😊
Oya, jadiin Favorite untuk up lanjutan.
See You🙋
# Kediaman Luxe
Sesampainya aku dikediaman Luxe, dengan langkah berat dan wajahku masih dipenuhi air mata, aku melupakan sesuatu yaitu harus mendatangkan Venzo, seharusnya hari ini adalah hari dimana dia dan aku memilih cincin pertunangan kami.
“Kau baru pulang?” tanya ibu padaku, dia sudah duduk di sofa ruang tamu dengan wajah tidak senang. Aku mengabaikan ibu dan beranjak kekamarku. Aku langsung meluapkan rasa sedih, kesal dan amarah di hatiku didalam kamarku. Tidak berapa lama ibuku sudah teriak-teriak dari luar kamar dan membentakku.
“Golda ... apa kau tuli, sudah aku katakan datangkan Venzo!” Teriak ibuku dari luar kamarku. Aku masih tidak ingin menemuinya. “Kenapa air mataku ini tidak mau berhenti” gumamku.
“Berani sekali kau mengabaikan perintahku!” Teriak ibu lagi menarik tubuhku dari kasur, dia melihat wajahku.
“Kau menangis” sahut ibu sambil memperhatikan wajahku.
“Dasar wanita bodoh” pekik ibu kembali melepaskan wajahku.
“Ibu, bolehkah aku tidak bertunangan dengan Venzo” ucapku memohon pada ibu.
“Apa kau bilang?” Bentak ibuku. Namun air mataku sudah keluar, aku yang masih duduk dilantai langsung memeluk kaki ibuku.
“Ibu ... aku tidak bisa bertunangan dengan Venzo, dia ... dia sudah tidur dengan Onela ibu” jelasku pada ibuku.
“Jadi kau mau membatalkan pertunangan ini?” sahut ibu menegaskan ucapannya. Aku bisa melihat raut wajah ibuku sudah kecewa dan sangat marah padaku. Aku mengangguk memohon padanya.
“Iya ibu, aku akan batalkan pertunangan ini” sahutku menunduk memeluk kakinya.
Tidak berapa lama ibuku sudah menarik wajahku.
“Plak ....” Tamparan keras mendarat diwajahku.
“Kalau kau berani membatalkan pertunangan ini, jangan harap kau bisa melihat ibu hidup besok” ucap ibuku keluar dari kamarku.
“Ternyata aku tidak bisa membatalkan pertunangan ini, adakah cara yang harus aku tempuh” gumamku memegangi pipiku yang sudah panas efek tamparan keras dari ibuku. Aku sudah terbiasa menerima tindakan kekerasan dari ibu kandungku. Setiap ibu mendapatkan masalah atau berselisih paham dengan ayahku, ibu akan melampiaskan kemarahannya padaku dan mengatakan kenapa aku terlahir sebagai wanita, anak pembawa sial, hal itulah yang akan dia sampaikan.
Bahkan kali ini aku memohon padanya, ibu langsung mengancamku, mengatakan bahwa dia akan bunuh diri kalau sampai pertunangan ini gagal.
Tidak berapa lama pintu kamarku sudah di ketok.
“Tok ... tok ....” suara ketukan dari pintu kamarku.
“Nona, boleh saya masuk” sahut bu Sarah. Bu Sarah merupakan pelayan rumah tangga sekaligus pelayan pribadiku.
“Masuk saja bu Sarah” jawabku pelan. Bu Sarah sudah masuk kedalam kamarku membawa seonggokan es batu beserta kain putih bersih.
“Nona Golda, biar saya kompres wajah anda” sahut bu Sarah. Bu Sarah langsung melaksanakan tugasnya.
“Apa ini perintah dari ibu?” tanyaku pada bu Sarah.
“Benar Nona, maaf sebelumnya Nona Golda, Nyonya Besar hanya meluapkan emosinya saja, beliau baru saja berselisih paham dengan Tuan Besar” jelas bu Sarah menenangkan hatiku.
“Bu Sarah, ini bukan kali pertama aku mendapatkan tindakan kekerasan, dia ibu yang tidak mengharapkan aku” jelasku pada bu Sarah.
“Nona, anda putri semata wayang keluarga Luxe, Nyonya Besar sangat menyayangi anda, namun beliau tidak tau cara menunjukkannya pada Nona, Nona jangan bersedih lagi” ucap bu Sarah kembali menenangkan aku.
“Apa yang membuat ayah dan ibu berkelahi, apa mungkin ayah ketahuan selingkuh?” tanyaku pada bu Sarah. Namun bu Sarah hanya terdiam menunjukkan bahwa tebakanku itu benar. Aku tidak tahu sudah berapa kali sejak aku kecil ayahku selalu ketahuan selingkuh di belakang ibuku. Aku sangat memahami situasi itu.
“Maaf Nona Golda, pipi Nona sudah membaik, saya akan keluar” ucap bu Sarah undur diri dari kamarku. Aku mengangguk, mengiyakan untuk dia sudah boleh keluar dari kamarku.
Seharian itu aku merenung di dalam kamarku, aku tidak percaya selama ini aku sudah dihianati oleh pacar dan juga sahabatku. Aku selalu berpikir bahwa sahabatku Onela adalah orang yang sangat baik, tidak akan pernah menghianatiku, namun aku salah menilainya.
***
Keesokan harinya, semua orang sudah sibuk di kediaman Luxe. Mereka sibuk mengurusi urusan rumah tangga serta sibuk mengurusku dan mendandaniku.
“Nona, kenapa raut wajahmu bersedih, bukankah hari ini hari bahagiamu, kelopak matamu sudah bengkak, aku akan melapisinya dengan bedak tabur ini” sahut seorang perias sambil merapikan wajahku didalam kamarku.
“Semalam aku menonton drama romantis, dimana seorang wanita sangat mencintai kekasihnya namun kekasihnya itu selingkuh dengan sahabat wanita itu, aku sedih dan ikut menangis saat wanita itu mengetahui kekasihnya selingkuh, karena itulah kelopak mataku bengkak” sahutku pada perias itu.
“Nona, maaf saya sudah salah menduga, semoga apa yang dialami oleh wanita itu tidak sama dengan Nona” ucap perias itu. Aku hanya terdiam dan menatapi cermin melihat wajahku sudah di rias.
“Justru cerita itu adalah ceritaku” gumamku.
Tidak berapa lama, selesai aku dirias dan memakai gaun yang sudah disiapkan oleh ibuku. Gaun itu merupakan gaun rancangan desainer ternama, walau aku bisa memakai gaun rancanganku, namun ibuku tetap membeli gaun dari perancang ternama untuk acara pertunanganku. Aku sudah melihat batang hidung pacarku Venzo menungguku di ruang tamu.
Aku melangkah turun dari tangga menuju ruang tamu dengan wajah senyumku yang terpaksa. Aku sudah melihat ayahku tersenyum lebar berbincang-bincang dengan kerabat yang sudah datang begitu juga dengan ibuku dan Venzo. Venzo sudah berdiri saat melihatku menuruni tangga lalu menyambutku.
“Sayang, kau sangat cantik” puji Venzo mencium punggung tanganku. Aku hanya terdiam dan membalas perkataannya dengan senyuman.
“Putriku sayang, kau memang putri kami, lihat suamiku dia sangat cantik bukan” puji ibuku memperlihatkan kasih sayangnya pada semua kerabat.
“Benar istriku, kecantikan Golda menurun darimu” sahut ayahku menanggapi perkataan ibuku. Para kerabat itu langsung tersenyum lebar dan memujiku kembali. Aku sudah sering menghadapi hal ini, ibuku akan menunjukkan kasih sayang palsunya pada semua orang, hanya aku yang tahu sifat kedua orang tuaku ini.
“Presdir Fakwe, kita sudah boleh berangkat, waktu terus berjalan” sahut Venzo mengingatkan keluarga bahwa pertunangan kami 2 jam lagi akan di laksanakan. Ayahku megangguk menyetujui perkataan Venzo dan semua kerabat sudah memasuki mobil masing-masing berangkat menuju Gedung Pertemuan.
Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam, biasanya kalau aku sudah berdua dengan Venzo, aku adalah orang yang ceria, akan ada saja topik pembicaraan yang kusampaikan padanya, namun kali ini aku memilih diam, di dalam hatiku ini, aku selalu berharap pertunanganku ini bisa dibatalkan.
“Tolong, jangan ajak aku bicara” gumamku mengarahkan padanganku keluar dari kaca jendela mobil.
“Sayang, kenapa kau melamun, apa kau tidak bahagia, setelah 7 tahun kita pacaran, kita akan tunangan” sahut Venzo membuka suara.
Mendengar ucapannya itu membuatku muak, masih bisa berakting seolah-olah dia kekasih yang setia. Aku sangat benci padanya, aku tidak ingin sedikitpun melihatnya, namun apalah dayaku, aku harus melancarkan acara pertunangan ini. Aku bisa melihat senyum bahagia dari ibu dan ayahku tadi.
“Sayang, ada apa denganmu?” Venzo sudah menggenggam tanganku. Aku langsung melepaskan tanganku.
“Apa kau masih pantas peduli denganku, abaikan saja aku, bukankah tujuanmu menikah denganku, cukup jalani acara pertunangan ini, tidak perlu menunjukkan keterpaksaanmu untuk menyukaiku” sahutku padanya.
Aku memalingkan wajahku. Aku melihat sekilas tadi wajah Venzo, betapa terkejutnya dia mendengar penjelasanku.
“Apa kau sakit, ada apa denganmu” sahut Venzo memegangi dahiku.
“Aku tidak sakit” balasku melepaskan tangannya. Mendengar perkataanku Venzo langsung diam, dia mengalihkan pandangannya keluar.
“Kau masih bisa berakting, dasar pria brengsek” gumamku.
Bersambung.............
Hai Reader, terima kasih sudah mampir, semoga terhibur ya😊
Jangan lupa like dan komentar ya,😘
Jadiin Favorite untuk up lanjutan,
See You 🙋
# Gedung Pertemuan
Sesampainya di gedung pertemuan semua kerabat mulai berkerumun. Mereka memuji diriku sangat cantik hari itu. Aku sangat lelah harus menghadapi ucapan selamat ulang tahun dari mereka, senyumku kupaksa menghadapi mereka. Aku juga bisa melihat memang gaun dan riasanku sesuai dengan tubuhku juga tidak terlihat jelek-jelek amat.
Acara pertunanganku sebentar lagi akan dimulai, sedari tadi aku hanya berbincang-bencing dengan tamu undangan. Ibu sudah menyuruhku untuk mencari Venzo. Aku beranjak keluar dari keramaian itu dan menemukan Venzo sudah berdebat dengan sahabatku Onela di luar gedung. Aku bersembunyi, aku ingin tahu apa yang mereka perdebatkan.
“Apa kau bilang, menyebarkan video itu?” sahut Venzo.
“Ya, aku akan menyebarkan video kita sedang bercinta” sahut Onela. Aku sangat terkejut mendengar perkataan Onela. “Bagus lebih baik sebarkan saja video itu, aku sangat senang pertunangan ini batal” gumamku. Aku menghampiri mereka, aku harus mengajak Venzo, aku tidak ingin Venzo melarang Onela.
“Kenapa kau lakukan itu, apa kau sudah gila” sahut Venzo ingin merampas handphone Onela, namun Onela menangkis tangan Venzo.
“Aku sudah katakan padamu untuk membatalkan pertunangan ini namun kau kelihatannya kau hanya menikmati tubuhku, tapi tidak menikahiku, kau tetap bersikeras akan bertunangan dengannya” sahut Onela.
“Venzo, sedang apa kamu dengan Onela disini, 20 menit lagi kita akan tunangan” sahutku terlihat sedang tidak terjadi apa-apa. Aku bisa melihat ekspresi terkejut dari wajah munafik mereka melihat kehadiranku.
“Sejak kapan kamu kemari Golda” tanya Onela padaku, dia sangat terkejut melihatku. Aku tidak membalas pertanyaannya.
“Sayang, aku hanya berbincang dengannya, ayo kita masuk saja” sahut Venzo menarik tanganku membawa aku masuk kedalam gedung. Aku bisa melihat wajah sahabatku itu sangat kesal pada Venzo.
Pelaksanaan pertunanganku akan segera dimulai, aku sudah melihat wajah cerah Venzo, dia begitu senang dengan pertunangan ini. Setahuku jika dia sudah sah menjadi suamiku, maka seluruh perusahaan akan jatuh ketanganku dengan begitu dia memanfaatkan diriku untuk mendapatkan perusahaan saja. Aku bisa melihat senyum bahagia dari ibuku sedang berbincang dengan rekan bisnis ayahku. Namun aku tidak menemukan keberadaan ayahku. Aku merasa ada yang aneh, seharusnya ayah ada disampingku menyaksikan acara pertunangan ini. Saat pembawa acara membuka acara pertunangan, saat itu aku berharap Onela menggagalkan pertunangan kami. Tidak berapa lama pembawa acara sudah memanggilku dan Venzo untuk maju. Saat aku dan Venzo melangkah, tiba-tiba ada suara seorang wanita menahan kami. Aku dan Venzo langsung berbalik.
“Tunggu dulu” ucap Onela. Aku tersenyum ternyata Onela yang datang, aku yakin dia akan menyebarkan video percintaannya dengan Venzo. Namun persepsiku salah. Aku melihat ayahku dan ibunya Onela sudah maju kedepan dengan seorang anak lelaki masih remaja.
“Presdir Fawke, apa yang terjadi” ucap Venzo, aku juga heran melihat ayahku dengan wajahnya sudah murung.
“Kalian harus tahu, hari ini aku dan Presdir Fawke akan mengumumkan penerus dari LuxeIT, ini adalah putra kami Glen Luxe, saat ini usianya sudah 15 tahun, kalian bisa melihat hasil tes DNA ini” jelas ibu Onela melemparkan lembaran kertas hasil tes DNA pada tamu undangan.
“Suamiku, jadi dia wanita selingkuhanmu selama ini. Jawab akuuuu..!” teriak ibuku memukuli tubuh ayahku.
“Kalian semua, tolong jangan percaya” teriak ibuku.
“Astaga, benar ternyata tuan Fawke memiliki seorang putra”.
“Jadi penerus LuxeIT akan jatuh pada anak itu”.
“Kasihan sekali nyonya Riana, sudah diselingkuhi”.
Semua tamu undangan sedang menonton kehancuran rumah tangga ibuku dan ayahku. Aku bisa melihat kehancuran yang dirasakan oleh ibuku, bahkan Venzo tunanganku keluar bersama Onela mengabaikan aku.
“Kau, jala**.. beraninya kau memiliki seorang anak dengan suamiku” teriak ibuku menarik rambut ibu Onela, ibu Onela balas menarik rambut ibuku. Ayahku hanya terlihat bodoh mematung di tengah-tengah kerumunan.
“Plak.. kau harus tau diri, aku melahirkan penerus untuk LuxeIT, kau bisa apa” ucap ibu Onela mendorong tubuh ibuku.
“Suamiku, ini yang kau mau, selama ini aku sudah bersabar menghadapimu. Aku menemanimu dari nol hingga LuxeIT menjadi maju, aku mengorbankan segalanya untukmu” teriak ibuku.
Namun ayahku tetap diam terlihat seperti orang bodoh, tidak memberikan jawaban apapun.
“Kau pria berengsek” teriak ibuku berlari keluar dari gedung. Semua tamu sudah bergosip melihat kehancuran keluargaku.
“Ayah, apa semua ini benar” sahutku pada ayahku, namun ayahku tetap diam. Aku bisa melihat wajah tegas ayahku sudah hilang, ternyata selama ini wanita selingkuhan ayahku, adalah ibunya Onela. Aku berlari keluar dari gedung itu mengejar ibuku.
“Ibu..” teriakku, gaun panjangku sudah terseret di lantai.
Ibuku terus berjalan menuju jalan raya, hari juga mulai hujan. Malam semakin larut, ibuku dengan penuh air mata berjalan menjauhi gedung itu.
“Ibu, tunggu aku ibu..” teriakku, namun ibuku tetap berjalan, di tengah-tengah jalan raya, begitu banyak kendaraan lalu lalang.
Tiba-tiba saja dari kejauhan sudah datang mobil truk dengan pencahayaannya yang terang, namun ibuku tetap berjalan mengabaikan klakson dari mobil truk itu.
“Tinnn.. tinnnnn” suara klakson itu diabaikan oleh ibu.
“Ibu, tolong dengarkan aku, ada mobil truk, ibu..” teriakku namun ibuku tetap berjalan menuju arah mobil truk itu datang.
“Tinnnnnnnnnnn..” mobil truk itu semakin dekat pada ibuku, aku langsung melompat memeluk ibuku, cahaya lampu dari mobil truk itu semakin dekat membuat mataku silau.
“Brakkkkkk..” aku tidak tahu dimana tubuhku berada. Aku merasa bahwa malam itu malaikat pencabut nyawa sudah datang menjemputku.
Aku merasa bahwa tubuhku sudah terhempas entah kemana. Hanya sakit yang aku rasakan saat itu, seandainya saja ada kehidupan selanjutnya aku ingin meminta kepada sang pencipta agar aku bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari hidup yang menyakitkan ini.
***
“Dimana aku, ini ada dimana kenapa aku tidak bisa bergerak. Apa yang terjadi padaku, aku ada dimana” gumamku. Aku melihat sekitar, aku masih terbaring, bahkan aku tidak bisa berbalik, aku hanya bisa menggerakkan kaki dan tanganku, dihadapanku sudah banyak mainan bayi.
“Oekkk...oekk” teriakku.
“Oekk.. oekk” teriakku lagi.
“Kenapa ini, kenapa suaraku tidak keluar” gumamku.
“Tuan Putri, kenapa kau menangis, padahal nyonya baru saja memberimu asi” ucap pelayan wanita mengangkat tubuhku.
“Tunggu dulu, ini dimana kenapa aku menjadi bayi, apa ada yang salah. Tolonglah (Tuhan, Dewa, Dewi, Sang Ilahi, Sang Pencipta) siapapun tolong aku. Kenapa aku bisa menjadi bayi” gumamku melihat sekitar.
Sudah banyak pelayan wanita yang menjagaku. Aku bisa melihat sekitar ruangan, ruangan itu sangat bersejarah. Aku sangat terkejut, harusnya saat ini aku sudah berusia 22 tahun dan seharusnya aku sudah meninggal, lalu kenapa aku bisa menjadi bayi. Aku ingin berteriak dan menanyakan pada pelayan wanita ini.
“Oekk..oekkk..” tangisku.
Hanya teriakan itu yang bisa aku ucapakan, bagaimana mungkin pelayan itu akan mengerti ucapanku. Aku tidak percaya aku tidak bisa berbicara.
“Oekkkkkkk..” tangisku semakin kencang.
“Ya ampun, tuan putri kenapa menangis terus, bagaiamana ini” ucap pelayan wanita khawatir padaku. Aku hanya bisa menangis.
“Nyonya juga masih ada urusan” ucap pelayan wanita yang lain.
Tidak berapa lama, seorang wanita sudah datang, dia sangat cantik, dia langsung memelukku dan memberikan asinya padaku.
“Tunggu dulu, aku minum asi, ini luar biasa. Usiaku sudah 22 tahun, kenapa aku bisa menjadi bayi dan meminum asi” gumamku meronta-ronta di pelukan wanita cantik itu.
“Raflesiaku sayang, kenapa sayang, ibu sudah memberimu asi, apa kamu ingin bermain dengan ibu” ucap wanita cantik itu. Aku bisa melihat wanita cantik itu adalah ibu dari bayi kecil ini, berarti dia adalah ibuku.
“Namaku Golda bukan Raflesia, kenapa dia memanggilku Raflesia?” ucapku di pelukan wanita cantik itu, namun aku hanya bisa menangis.
“Oekkkk.. oekk..” hanya suara itu yang bisa kukeluarkan saat ini.
“Apa mungkin aku diberi kehidupan kedua, tunggu aku melihat kalender di ruangan itu, kalender itu berluliskan tahun 1994, tunggu dulu, itu adalah tahun kelahiranku, ada apa ini, sekarang adalah tahun kelahiranku, jadi aku mengulang hidup kembali, namun ini ada dimana” gumamku.
Wanita cantik itu sudah mengajakku bermain, dia bahkan dengan lembut memelukku melihat pemandangan indah. Aku dibawa keluar dari ruangan itu, aku melihat dari luar ternyata ruangan itu merupakan Mansion, seperti peninggalan kerajaan.
“Apa mungkin aku terlahir menjadi seorang putri, seperti pelayan itu sebut tadi” gumamku.
Bersambung.............
Hai Reader, terima kasih sudah mampir,
Jangan lupa like dan komentar ya, 🙏
Jadiin Favorite untuk up lanjutan,😘
See You 🙋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!